Anda di halaman 1dari 7

Industri Semen Indonesia Semen merupakan salah satu kebutuhan yang pokok dalam bidang pembangunan dalam suatu

negara. Permintaan akan semen terus meningkat seiring makin pesatnya pembangunan. Perkembangan produksi semen di Indonesia dimulai sejak tahun 1910. Pabrik semen pertama berdiri di Indarung Padang. Seorang ahli teknik Belanda bernama Carel Christoper Lau pada tahun 1906 menemukan sejenis batuan di daerah Indarung Padang, yang setelah diteliti di Laboratorium Voroby Materiallande Zook ternyata mengandung unsur-unsur yang sangat dibutuhkan dalam pembuatan semen. Sehingga pada tahun 1910, tepatnya 18 Maret didirikan suatu perusahaan dengan nama NV. Nedherlandsch Indische Portland Cement Maattschappij (NV. NIPCM). Kemudian berganti nama menjadi PT. Semen Padang. Selanjutnya pada tahun 1957, berdiri pabrik semen kedua di Indonesia yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur dan disusul kemudian pada tahun 1968 pendirian pabrik semen Tonasa. Dalam pembuatan semen dibutuhkan bahan baku yang terdiri dari bahan baku utama, bahan korektif, dan bahan aditif. 1. Bahan Baku 1.1 Bahan Baku Utama Bahan baku utama merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan semen, adapun bahan baku utama tersebut terdiri dari :

1. Batu kapur/ Lime stone (CaCO3) Batu kapur adalah batuan tambang yang berfungsi sebagai pembawa Kalsium carbonat. Spesifikasi batu kapur (CaCO3) : BM : 100.09 gr/mol Fasa : Padat Warna : Putih kekuningan Spesific gravity : 2,4 Kadar air : 7 -10 % H2O Silika Modulus : 1,49 Iron Modulus : 4,13 CaO : 50,80 % MgO max : 1,22 % Ukuran material : 0 - 30 mm Bulk density : 1,3 ton/m3 Impuritas : 0,2 %

2. Tanah liat / Clay (.Al2O3 .2SiO2.2H2O) Merupakan bahan tambang yang banyak mengandung silika atau aluminat. Jenis batuan yang termasuk dalam bahan ini adalah silica stone, chart, flint, quartei. Clay terdiri atas banyak variasi komposisi dan merupakan senyawa alumina silikat hidrat dengan kandungan mineral kaolinit atau illit. Spesifikasi tanah liat (Al2O3) : BM : 101,94 gr/mol Fasa : Padatan Warna : Coklat Kekuningan Spesific gravity : 2,36 Kadar air : 18 25 % Silika Modulus : 3,03 Iron Modulus : 3,79 CaO : 2,5 % Ukuran material : 0 - 30 mm Bulk density : 1,40 ton/m3 1.2 Bahan Baku Korektif Bahan baku korektif adalah bahan baku yang digunakan jika terjadi kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan baku. Bahan baku korektif diantaranya yaitu :

1. Pasir Silika (SiO2) Bahan baku ini didatangkan dari Cibadak, Sukabumi. Pasir silika berfungsi untuk memperbaiki kandungan oksida silika dalam campuran bahan baku. Spesifikasi Pasir silka (SiO2) : Fasa : padatan Warna : Abu-abu Spesific gravity : 2,37 Kadar air : 18 25 % Silika Modulus : 5,29 Iron Modulus : 2,37 Ukuran material : 0 - 30 mm Bulk density : 1,45 ton/m3

2. Pasir besi/ Pyrite Clinder (Fe2O3) Bahan baku ini biasanya diperoleh dari Cilacap sebagai bahan tambahan dalam pembuatan semen. Pasir besi berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksida besi yang ada sehingga diperoleh komposisi yang sesuai dengan yang diinginkan . Spesifikasi pasir besi (Fe2O3): Fasa : padat Warna : hitam Kadar air : 8,4 % Ukuran material : 0,50 mm Bulk density : 1,8ton/m3

1.3 Bahan Baku Tambahan Bahan baku ini ditambahkan ke dalam klinker untuk mendapatkan sifat-sifat tertentu dari semen. Bahan material yang termasuk bahan baku tambahan adalah Gypsum.

Gypsum (CaSO4.2H2O) Gypsum merupakan senyawa kalsium sulfat anhydrous. Fungsi dari penambahan gypsum sebagai retarder yaitu memperlambat waktu pengerasan semen. Gypsum ditambahakan pada bagian akhir sekitar 3-5 % dengan kadar air minimal 10 %. Gypsum ini diperoleh/didatangkan dari luar negeri yaitu dari Thailand, Australia dan Jepang. Spesifikasi Gypsum (CaSO4.2H2O): Fasa : padat Bentuk : tepung (powder) dan butiran Warna : putih kekuningan Ukuran Material : 0-30 mm Bulk density : 1,40 ton/m3

2. Manfaat Produk Manfaat dari produk semen antara lain: 1. Sebagai perekat benda-benda padat 2. Untuk konstruksi bangunan umum, seperti rumah, gedung bertingkat, jalanan, atau jembatan 3. Bahan baku utama pembuatan beton pra cetak 4. Sebagai beton praktekan 5. Sebagai paving block

3. Alat-Alat yang Digunakan pada Proses Pembuatan Semen 3.1 Unit pengolahan Bahan a. Rotary Dryer Berfungsi untuk mengeringkan bahan baku. Pengeringan dilakukan dengan mengalirkan gas panas sisa pembakaran dari klin secara concurrent b. Double Roller Chrusher Fungsinya adalah untuk memperkecil ukuran limestone,sand clay, sand koreksi dan pasir besi setelah keluar dari dryer. c. Hopper Raw Mix Berfungsi untuk mencampur dan menggiling bahan baku yang akan diumpankan ke kiln. d. Air Separator Berfungsi untuk memisahkan material halus dengan material kasar dimana material halus akan keluar sebagai produk, sedangkan material kasar dihaluskan lagi di raw grinding mill. e. Tetra Cyclone Fungsi alat ini adalah untuk memisahkan material halus dengan material kasar yang terbawa aliran gas keluar dari air separator. f. Spray Tower Fungsinya untuk mendinginkan gas panas hasil pembakaran di klinyang berlebh dari suspension preheater g. Weighing Feeder Fungsinya untuk menimbang limestone yang keluar dari bin agar konstan jumlahnya. h. Raw Grinding Mill Fungsi alat ini adalah untuk menggiling bahan baku yang diumpankan ke kiln. i. Raw Mill Fan Fungsi alat ini adalah untuk menarik material dari raw mill yang sudah halus untuk dibawa bersama aliran udara masuk ke cyclone. j. Electrostatic Prespirator Fungsinya adalah untuk menangkap debu yang ada dalam aliran gas yang akan dibuang melalui cerobong seigga tidak menimbulkan polusi. k. Raw Meal Sylo Terbagi atas: Blending sylo dan storage sylo. Blending sylo berfungsi untuk homogenisasi raw meal dengan bantuan udara Storage sylo berfungsi untuk menyimpan raw meal sebelum diumpankan ke kiln.

3.2 Unit Pembakaran a. Suspencion Preheater Berfungsi sebagai pemanas awal, umpan rotary b. Rotary Kiln Berfungsi untuk proses kalsinasi dan sinterisasi tepung baku menjadi clinker c. Kiln Feed Bin Berfungsi untuk menampung umpan kiln yang siap untuk diumpankan

d. Air Sequencing Cooler Berfungsi untuk mendinginkan clinker secara mendadak dari 1400 oC menjadi 900-9500C pada chamber one. 3.3 Unit Penggilingan akhir a. Clinker Storage Sylo Berfungsi sebagai tempat penampungan clinker b. Finish Grinding mill Fungsinya adalah untuk menggiling campuan clinker dengan gypsum yang ditambahkan agar menjadi halus c. Air Separator Fungsi alat ini adalah untuk memisahkan mineral halus dengan mineral kasar, dimana partikel halus akan keluar seagai produk sedangkan partikel kasar keluar untuk dihaluskan kembali di Finish Grinding mill

3.4 Unit Pengisian Packaging a. Cement Sylo Fungsinya adalah untuk menampung semen yang berasal dari fiish Grinding Mill sebelum masuk ke unit packaging b. Vibrating Screen Fungsinya adalah untuk menyaring semen dari pengotor senelum masuk ke storage sylo untuk pengepakan. c. Storage Sylo Berfunsi untuk menampung semen yang telah melewati vibrating screen untuk selanjutnya diumpankan ke rotary packer d. Rotary Feeder Fungsinya dalah untuk mengatur pengumpanan semen e. Valve Bag Packing Machines Fungsinya adalah untuk memasukkan semen ke dalam kantong semen.

4. Proses Pembuatan Semen Langkah Utama Proses Produksi Semen adalah:

1.Penggalian/Quarrying Terdapat dua jenis material yang penting bagi produksi semen: Pertama adalah material yang kaya akan kapur atau material yang mengandung kapur (calcareous materials) seperti batu gamping, kapur, dll.Kedua adalah material yang kaya akan silika atau material mengandung tanah liat (argillaceous materials) seperti tanah liat. Batu gamping dan tanah liat dikeruk atau diledakkan dari penggalian dan kemudian diangkut ke alat penghancur.

2.Penghancuran Penghancur bertanggung jawab terhadap pengecilan ukuran primer bagi material yang digali.

3. Pencampuran Awal Material yang dihancurkan melewati alat analisis on-line untuk menentukan komposisi tumpukan bahan. 4. Penghalusan dan Pencampuran Bahan Baku Sebuah belt conveyor mengangkut tumpukan yang sudah dicampur pada tahap awal ke penampung, dimana perbandingan berat umpan disesuaikan dengan jenis klinker yang diproduksi. Material kemudian digiling sampai kehalusan yang diinginkan.

5.Pembakaran dan Pendinginan Klinker Campuran bahan baku yang sudah tercampur rata diumpankan ke pre-heater, yang merupakan alat penukar panas yang terdiri dari serangkaian siklon dimana terjadi perpindahan panas antara umpan campuran bahan baku dengan gas panas dari kiln yang berlawanan arah. Kalsinasi parsial terjadi pada preheater ini dan berlanjut dalam kiln, dimana bahan baku berubah menjadi agak cair dengan sifat seperti semen. Pada kiln yang bersuhu 1350-1400C, bahan berubah menjadi bongkahan padat berukuran kecil yang dikenal dengan sebutan klinker, kemudian dialirkan ke pendingin klinker, dimana udara pendingin akan menurunkan suhu klinker hingga mencapai 100 C.

6.Penghalusan Akhir Dari silo klinker, klinker dipindahkan ke penampung klinker dengan dilewatkan timbangan pengumpan, yang akan mengatur perbandingan aliran bahan terhadap bahan-bahan aditif. Pada tahap ini, ditambahkan gipsum ke klinker dan diumpankan ke mesin penggiling akhir. Campuran klinker dan gipsum untuk semen jenis 1 dan campuran klinker, gipsum dan posolan untuk semen jenis P dihancurkan dalam sistim tertutup dalam penggiling akhir untuk mendapatkan kehalusan yang dikehendaki. Semen kemudian dialirkan dengan pipa menuju silo semen.

Anda mungkin juga menyukai