BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan elemen terpenting dalam produksi yang dilakukan oleh
perusahaan untuk menghasilkan produk. Semen adalah perekat hidraulik yang dihasilkan
dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri dari bahan utama silikat-silikat kalsium dan
bahan tambahan batu gypsum dimana senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air
dan membentuk zat baru bersifat perekat pada bebatuan. Pabrik-pabrik di PT Semen Padang
tersebut menggunakan bahan baku pembuatan semen diantaranya tanah liat (clay), batu
kapur, batu silika, gypsum, pozzolan dan pasir besi atau copper slag. Diantara bahan baku
tersebut, pemakaian terbanyak adalah pemakaian pozzolan.
1
Bahan baku penunjang adalah bahan mentah yang dipakai hanya apabila terjadi
kekurangan salah satu komponen pada pencampuran bahan mentah. Pada umumnya, bahan
baku korektif yang digunakan mengandung oksida silika, oksida alumina dan oksida besi
yang diperoleh dari pasir silika (silica sand) dan pasir besi (iron sand).
1.3.1 Gypsum
Di dalam proses pengilingan terak ditambahkan bahan tambahan Gipsum sebanyak 4-
5%. Gipsum dengan rumus kimia CaSO4.2H2O merupakan bahan yang harus
ditambahkan pada proses pengilingan klinker menjadi semen. Fungsi gypsum adalah
mengatur waktu pengikatan daripada semen atau yang dikenal dengan sebutan retarder.
2
dengan kapur pada suhu kamar dengan media air membentuk senyawa yang bersifat
mengikat. Komponen-komponen pada abu terbang batubara bergantung pada sumber dan
susunan batubara. Komponen abu terbang sangat bervari.asi mulai dari sejumlah besar
silikon dioksida (SiO2), Kalsium Dioksida (CaO) dan sejumlah kecil unsur-unsur lain seperti
arsenik, berilium, boron, kadmium, kromium, kromium VI, kobalt, timah, mangan, raksa,
molibdenum, selenium, strontium, talium, dan vanadium. Abu terbang batubara berbentuk
bulat dan berdiameter berkisar antara 0,5 µm sampai 100 µm. Mereka sebagian besar terdiri
dari silikon dioksida (SiO2), yang hadir dalam dua bentuk amorf, yang bulat dan halus, dan
kristal, yang tajam, runcing dan berbahaya; aluminium oksida (Al2O3) dan oksida besi
(Fe2O3).
3
BAB II
ALAT YANG DIGUNAKAN
4
- Blending Silo : untuk homogenisasi raw meal dengan bantuan udara.
- Storage silo :untuk menyimpan raw meal sebelum diumpankan ke kiln.
5
Fungsinya adalah untuk menampung semen yang telah melewati vibrating screen untuk
selanjutnya diumpankan ke rotary packer.
d. Rotary Feeder
Fungsinya adalah untuk mengatur pengumpanan semen.
e. Valve Bag Packing Machines
Fungsinya adalah untuk memasukkan semen kedalam kantong semen
6
BAB III
PROSES PRODUKSI SEMEN
Secara garis besar, menurut F. Julasmasari, et al., proses produksi semen melalui 5
tahapan, yaitu :
1. Penambangan dan penyimpanan bahan mentah.
2. Penggilingan dan pencampuran bahan mentah.
3. Homogenisasi hasil penggilingan bahan mentah.
4. Pembakaran.
5. Penggilingan akhir hasil.
Proses awal pada proses produksi semen yaitu penghancuran atau crushing dilakukan di
crushing plant. Menurut Meysiko Matwori Nobyl, et al., setiap proses pengolahan bahan
galian baik bijih maupun mineral industri harus melakukan proses pengecilan ukuran butir.
Pengecilan ukuran telah dimulai sejak penambangan yaitu dengan cara meledakkan endapan
bahan galian dengan bahan peledak, untuk melepas endapan tersebut dari batuan induknya.
Selanjutnya ukuran endapan hasil peledakan tersebut diperkecil lagi secara progresif dengan
peremukan (crushing).
Peremukan batu pada prinsipnya bertujuan mereduksi material untuk memperoleh
ukuran butir tertentu melalui alat peremuk dan pengayakan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi peremukan batuan oleh crusher antara lain:
1. Ukuran material umpan
Ukuran material umpan untuk mencapai produk yang baik pada peremukan adalah
kurang dari 85% dari ukuran bukaan dari alat peremuk.
2. Reduction Ratio (Rasio Peremukan)
Perbandingan ukuran mulut feeder (inlet) A dengan mulut discharge (outlet) B
dinyatakan dengan A/B, dan disebut rasio peremukan.
3. Kapasitas
Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk setiap jam, berat
jenis umpan dan besar setting dari alat peremuk.
Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan dengan 3 tahap (Currie, 1973),
yaitu:
1. Primary crushing
Merupakan peremukan tahap pertama, ukuran umpan yang digunakan berkisar 500 mm
- 100 mm, dengan ukuran setting antara 30 mm – 100 mm. Ukuran produk yang
7
dihasilkan pada tahap pertama biasanya kurang dari 200 mm.
2. Secondary crushing
Merupakan peremukan tahap kedua, ukuran umpan yang digunakan berkisar 100 mm –
150 mm, dengan ukuran setting antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Ukuran produk
terbesar yang dihasilkan adalah 75 mm.
3. Fine crushing
Merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, Ukuran umpan yang
biasanya digunakan kurang dari 25,4 mm.
Pembakaran proses utama di pabrik semen terdiri dari tiga tahapan proses yaitu proses
produksi campuran bahan baku, proses produksi klinker dan proses produksi semen. Ketiga
proses tersebut diterangkan dibawah ini.
8
Alat utama untuk produksi semen adalah mill bentuk tabung untuk menghaluskan
klinker dan Gypsum. Sistem ini menggunakan listrik untuk menjalankan alat. Proses ini
mengeluarkan debu semen yang ditampung oleh electrostatic precipiators.
Proses produksi semen pada PT Semen Padang terdiri dari beberapa tahapan :
1. Tahap penambangan bahan mentah (quarry). Bahan dasar semen adalah batu kapur,
tanah liat, pasir besi dan pasir silica. Bahan-bahan ini ditambang dengan menggunakan
alat-alat berat kemudian dikirim ke pabrik semen.
2. Bahan mentah ini diteliti di laboratorium, kemudian dicampur dengan proporsi yang
tepat dan dimulai tahap penggilingan awal bahan mentah dengan mesin penghancur
sehingga berbentuk serbuk.
3. Bahan kemudian dipanaskan di preheater.
4. Pemanasan dilanjutkan di dalam kiln sehingga bereaksi membentuk kristal klinker.
5. Kristal klinker ini kemudian didinginkan di cooler dengan bantuan angin. Panas dari
proses pendinginan ini di alirkan lagi ke preheater untuk menghemat energi.
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang bersisi bola-bola
baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan semen mirip
tangki minyak pertamina).
8. Dari silo ini semen dipak dan dijual ke konsumen. (PT Semen Padang, 2019)
9
BAB IV
PRODUK
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum rantai pasok, dan perencanaan
agregat produk semen pada PT. Semen Padang Tbk.
10
Disamping pengantongan (Packing Plant) di Teluk Bayur, PT. Semen Padang juga
mempunyai pengantongan di Belawan, Batam, Tanjung Priok, Ciwandan, Aceh dan Packing
Plant Dumai dalam tahap konstruksi
11
dilakukan audit internal dan eksternal minimal setiap 6 bulan untuk memastikan pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan manajemen SP, baik itu berupa pedoman, pedoman teknis dan
prosedur dan instruksi kerja. Unsur–unsur atribut produk adalah kualitas produk, fitur
produk dan desain produk.
12
BAB V
PENGOLAHAN LIMBAH
Catatan :
13
Nitrogen Oksida ditentukan sebagai NO2
Volume Gas dalam keadaan standar (25°C dan Tekanan 1 atm)
Konsentrasi partikel untuk sumber pembakaran (misal Kiln) harus dikoreksi sampai
10% Oksigen.
Batas maksimum total partikel untuk :
1. Proses basah = 250 mg/m3.
2. Shalt Kiln = 500 mg/m3.
Opasitas digunakan sebagai indikator praktis pemantauan dan dikembangkan untuk
memperoleh hubungan korelatif dengan pengamatan total partikel.
Pemberlakukan BME untuk 95 % waktu operasi normal selama tiga bulan ( Anonim,
2012 ).
Berdasarkan PP Nomor 101 Tahun 2014 pasal 1 ayat 3, pengertian limbah B3 adalah
sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang mengandung B3. Adapun karakteristik yang
terkandung dalam B3, yaitu mudah meledak, mudah menyala, reaktif, beracun, infeksius,
korosif, dan berbahaya terhadap lingkungan (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 14 Pasal 2 ayat 6 Tahun 2013).
14
sebagai bentuk upaya untuk menggurangi sifat bahaya maupun sifat racun pada limbah B3,
sehingga limbah tersebut dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Jenis limbah B3 yang dapat dimanfaatkan sebagai BBA diantaranya:
1. kain majun bekas.
2. minyak bekas.
3. kemasan bekas.
4. resin.
5. marine fuel oil.
Izin khusus dari otoritas lokal (SPCB) diperlukan untuk penggunaan bahan bakar limbah
atau bahan baku limbah di industri semen. Izin tersebut harus menentukan jumlah dan jenis
limbah yang dapat digunakan baik sebagai bahan bakar atau sebagai bahan baku, dan juga
harus mencakup standar kualitas seperti nilai kalor minimum dan tingkat konsentrasi
maksimum polutan spesifik, seperti PCB, klorin, PAH, merkuri, dan logam berat lainnya.
15
5.1.3 Air Limbah dan Proses Industri Pengolahan Air Limbah
Dalam industri semen, air hanya digunakan untuk operasi pendinginan proses
pembuatan. Air limbah proses dengan pH tinggi dan padatan tersuspensi dapat dihasilkan
dalam beberapa operasi. Umumnya pembuang yang digunakan untuk tujuan pendinginan
didaur ulang dan digunakan kembali dalam proses. Penyaringan dan reduksi padatan
tersuspensi dilakukan dengan menggunakan bak pengendapan dan klarifikasi.
Debu dari alat pembakaran semen dibuat dalam kiln selama produksi
pembakaran/pengeringan semen. Debu adalah campuran partikulat dari pakan mentah yang
dikalsinasi sebagian dan tidak bereaksi, debu klinker dan abu, diperkaya dengan alkali sulfat,
halida, dan bahan mudah menguap lainnya. Beberapa faktor mempengaruhi sifat kimia dan
fisik CKD. Karena operasi pabrik sangat berbeda sehubungan dengan pakan mentah, jenis
operasi, fasilitas pengumpulan debu, dan jenis bahan bakar yang digunakan, penggunaan
istilah CKD khas atau rata-rata ketika membandingkan pabrik yang berbeda dapat
menyesatkan. Debu dari masing-masing tanaman dapat sangat bervariasi dalam komposisi
kimia, mineral, dan fisik (Klemm, 1993).
2. Stabilisasi Tanah
16
Lebih dari setengah juta metrik ton CKD digunakan untuk stabilisasi tanah. Karena
kandungan kapur bebas dan kemampuan untuk meningkatkan efektivitas zat penstabil
lainnya seperti abu terbang, CKD milikitelah digunakan secara luas sebagai pengikat
dalam aplikasi stabilisasi dasar dan perkerasan bawah tanah.
4. Reklamasi Tambang
Studi Biro Pertambangan AS (Haynes dan Kramer, 1982) mendokumentasikan
penggunaan CKD sebagai bagian dari pengisi hidrolik untuk mengisi ulang poros dan
terowongan tambang batubara. Karena ukuran partikelnya yang halus dan alkali yang
tinggi isi, CKD juga sedang dicampur untuk menetralkan media asam dan limbah dari
pertambangan dan mineral industri pengolahan.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim (a), Arsip PT. Semen Padang (Persero), Padang, Sumetera Barat.
Currie, John. M. (1973). “Unit Operation In Mineral Processing CSM”.Columbia.
F. Julasmasari, et al, (2011), Analisis Sistem Rantai Pasok PT Semen Padang. Jurnal
Optimasi Sistem Industri Vol. 10 no 1 121-126. Padang
Farhan, Muhammad. (2016). Penambahan Abu Batubara Sebagai Bahan Campuran Untuk
Proses Pembuatan Semen. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Palembang: Politeknik Negeri
Sriwijaya.
Haryono Delvita, et al. (2015). Pengaruh Variasi Temperatur Kalsinasi Terhadap
Karakteristik Kalsium Karbonat (CaCO3) dalam Cangkang Keong Sawah (Pila
ampullaceal) yang terdapat di Kabupaten Pasaman. Pillar of Physics. 6: 17-24
M. M. Nobyl, et al.(2016). Optimalisasi Penggunaan Lime Stone Crusher sebagai Alat
Peremuk Batugamping di PT Semen Padang Kecamatan Lubuk Kilangan Kotamadya
Padang Provinsi Sumatera Barat. Prosiding Teknik Pertambangan. 2(1): 163-171
Van Vlack, Lawrence H. (1995). Ilmu dan Teknologi Bahan. Jakarta: Erlangga.
18