Ulis Mawardani
140140077
A2
1.2.5 Gypsum
Gypsum merupakan bahan baku yang baik untuk dipenuhi yang rata-rata
penggunaannya adalah 3-4% pada tiap produksi. Gypsum adalah material bubuk
untuk memperlambat proses pengerasan pada semen.
1.2.6 Pozzolan
Pozzolan ini digunakan untuk bahan penambahan produksi semen.
Pozzolan terdiri dari senyawa silica dan alumina, yang tidak memiliki sifat
mengikat seperti semen akan tetapi memiliki kekuatan yang keras setelah diproses
menjadi semen.
1.2 Penggilingan Bahan Baku (Unit Raw Mill)
Peralatan utama untuk penghalusan bahan baku (raw material) adalah raw
mill. Raw mill yang di gunakan pada PT. Lafarge Cement Indonesia (LCI) adalah
jenis tube/horizontal mill. Raw mill terdiri dari 3 ruang pengering (dryng
chamber), ruang pengggiling I (grinding chamber I), dan ruang penggiling II
(grinding chamber II).
Material yang masuk ke raw mill dikeringkan. Setelah pengeringan maka
kadar air material akan berkurang. Material yang telah dikeringkan masuk ke
dalam grinding chamber I yang berisi bola-bola mill berdiameter 90 mm, 80 mm,
70 mm, 60 mm dan 50 mm dengan beratnya berturut turut adalah 30 ton, 30
ton, 26 ton, 22 ton dan 16 ton dengan berat totalnya 124 ton, karena adanya
perputaran dari raw mill, menyebabkan grinding media (ball mill) menumbuk
material hingga halus.
Material yang telah digiling masuk ke dalam grit separator, disini material
akan dipisahkan antara yang kasar dan yang halus, sebagian material yang
menjadi debu akan terkumpul di cyclone dust collector dengan bantuan fan.
Material lain keluar melalui central discharge masuk ke bucket elevator dengan
bantuan air slide. Dengan menggunakan bucket elevator material dimasukkan ke
dalam cyclone separator. Pada cyclone separator ini material dipisahkan dengan
menggunakan sistem centrifugal, akibat putaran itu material material yang
halus dan kasar terpisah menjadi dua bagian, material yang halus masuk ke kiri
dan kanan cyclone sedangkan material yang kasar jatuh ke bawah di tengah-
tengah cyclone dan dimasukkan kembali ke dalam drying chamber, grinding
chamber I, dan grinding chamber II untuk dihaluskan.
Material yang halus pada grinding chamber II dihisap dengan ke grit
separator, disini dipisahkan lagi antara material yang kasar dengan debu (halus),
material yang telah menjadi debu akan terkumpul di cylone dust collector dengan
bantuan fan, sedangkan material yang kasar dengan bantuan air slide menuju
bucket elevator dan dimasukkan ke dalam cyclone separator. Selanjutnya material
yang halus (debu) yang berasal dari cylone dust collector dan dari cyclone
separator dengan bantuan air slide di salurkan ke dalam dua buah screw pump,
dan dengan bantuan air compressor dimasukkan ke dalam blending silo yang
berjumlah 2 buah dengan kapasitas masing-masing 1.800 ton.
Di dalam blending silo material (raw meal) diaduk hingga homogen.
Pengadukan dilakukan dengan menggunakan udara yang berasal dari tiga buah
compressor di bawah blending silo. Proses pengadukan dilakukan selama tiga
jam, pada satu jam pertama dilakukan penghembusan udara dari ketiga
compressor secara bergantian masing-masing penghembusan selama 15 menit,
kemudian pada dua jam terakhir digunakan seluruh compressor secara bersamaan.
Debu halus yang tidak dapat ditangkap oleh cyclone dust collector akan
ditarik oleh bantuan udara dengan menggunakan fan menuju bag filter. Sedangkan
sebagian gas (udara) panas yang berasal dari preheater dialirkan air cooling
conditional tower. Di dalam menara tersebut dilakukan penyemprotan air sehingga
debu yang terikut dengan gas panas akan terperangkap dan jatuh ke bawah,
sedangkan gas (udara) panas turun suhunya sekitar 160 .
Debu yang masih lolos bersama gas (udara) dialirkan ke bag filter.Bag
filter bekerja pada suhu lebih kecil dari 120. udara yang masuk kedalam bag
filter akan disaring dengan menggunakan cloth yang kemudian gas (udara) bersih
tersebut akan dibuang ke atmosfer. Debu yang berasal dari air conditional cooling
tower dan bag filter dengan menggunakan screw conveyor dialirkan ke hopper
lalu dengan bantuan screw pump di masukkan ke blending silo dan sebagian lagi
diumpankan ke weight feeder hopper (kiln feed).
Material yang berasal dari storage silo diumpankan ke kiln feed hopper,
setelah melalui weight feeder dengan bantuan air lift dan screw conveyor, material
masuk ke suspension preheater.
Material yang berupa raw meal bersama gas panas masuk ke preheater I
akibat gaya dorong dari udara panas dan gaya berat material yang masuk melalui
bagian samping preheater maka material akan membentuk spiral (pusingan), dan
terjadi pemisahan antara gas panas dan material. Gas panas yang keluar dari
preheater I bertemperatur sekitar 300 - 400, sebagian dialirkan ke raw mill, coal
mill dan sebagian lagi dialirkan ke cooling tower.
Selanjutnya material yang keluar dari preheater I langsung masuk ke gas
duct preheater III pada temperatur sekitar 720- 780 dan dialirkan ke preheater
II. Dari preheater II material masuk gas duct cyclone IV bersama dengan gas
panas yang bertemperatur sekitar 800- 875menuju preheater III, gas panas
yang keluar melalui gas duct preheater III terus menuju ke preheater II kemudian
ke Preheater I sedangkan material yang melalui bagian cyclone III masuk ke dual
decarbonation furnace pada temperatur sekitar 950- 1000. Pada preheater I
yang bertemperatur sekitar 300 - 400terjadi pelepasan air sampai mencapai
kadar air di dalam material berjumlah 0,3%. Pada cyclone II yang bertemperatur
600-630terjadi kalsinasi sekitar 15%. Pada cyclone III yang bertemperatur 780-
805terjadi kalsinasi sekitar 24-25%, dan pada cyclone IV yang bertemperatur
865-880terjadi kalsinasi 87-88%, sedangkan kalsinasi sempurna akan 100%
akan terjadi di dalam rotary kiln. Kalsinasi merupakan reaksi pelepasan CO2 dari
bahan baku melalui reaksi:
CaCO3 CaO + CO2 (1)
MgCO3 MgO + CO2 (2)
K2CO3 K2O + CO2 (3)
Na2CO3 Na2O + CO2 (4)
Ketiga tahap proses tersebut merupakan unit terpenting dalam proses
pembuatan semen, karena pada unit ini akan terjadi reaksi senyawa-senyawa
pembentuk clinker.
b. Proses Pembakaran (Kiln)
Pada daerah ini terjadi pembentukan senyawa- senyawa: C2S, C3S, C4AF
dan C3A.
3. Daerah pendinginan (cooling zone 1400-110)
Daerah pendinginan terletak di ujung keluar material kiln. Di daerah ini
material mengalami pendinginan karena bercampur dengan udara sekunder
dari cooler yang masuk ke kiln.
Reaksi yang terjadi pada proses pembentukan clinker di dalam rotary kiln
sebagai berikut:
1. Kalsinasi dari CaCO3 dan MgCO3 atau pelepasan carbon dioxide (CO2)
dari bahan baku yang terjadi pada temperatur 450 - 900
Semen dari cement silo dengan bantuan chain conveyor, bucket elevator
dan air slide dibawa ke unit pengepakan (packing plant). Pengeluaran semen dari
cement silo dilakukan dengan dengan cara pengontrolan valve pada unit aerasi,
yaitu sistem pengeluaran dengan menggunakan hembusan udara yang berasal dari
roots blower. Hembusan udara dilakukan dari bawah cement silo, hal ini untuk
mempermudah pengeluaran semen. Pada packing plant, semen mula-mula
dimasukkan ke distribution hopper kemudain diteruskan ke chute, chute ini
mempunyai katup (valve) yang berguna untuk mengatur aliran semen masuk ke
cement packer. Pengantongan semen diisi melaui spout yang berjumlah 8 buah
yang terdapat pada cement pucker. Jumlah semen yang memasuki kantong dapat
diatur secara otomatis sesuai dengan kebutuhan.Semen yang telah siap
dikantongkan dalam kemasan 40 kg perkantong dapat dikirim ke truck dengan
mengunakan belt conveyor.
6. Klinker ini kemudian dihaluskan lagi dalam tabung yang berputar yang
bersisi bola-bola baja sehingga menjadi serbuk semen yang halus.
7. Klinker yang telah halus ini disimpan dalam silo (tempat penampungan
semen mirip tangki minyak pertamina)
4. Semen Gresik
Jenis-jenis Proses
A. Proses Basah
Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air
dalam jumlah tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus
dengan kadar air 25-40% (slurry) dikalsinasi dalam tungku panjang (long rotary
kiln).
B. Proses Kering
Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan) di dalam Raw Mill
dalam keadaan kering dan halus, dan hasil penggilingan (tepung baku) dengan
kadar air 0,5-1% dikalsinasi dalam rotari kiln. Proses ini menggunakan panas
sekitar 1500-1900 Kcal /Kg kilnker.
Pemilihan Proses
A. Proses Basah
Proses Basah Proses ini dimulai dengan mencampur semua bahan baku
dengan air. Setelah itu dihancurkan. Kemudian bahan yang sudah dihancukan tadi
dibakar menggunakan bahan bakar minyak. Karena membutuhkan banyak BBM,
proses ini sudah jarang dilakukan oleh produsen semen.
B. Proses kering
Proses ini memakai proses penggilingan yang dilanjutkan dengan proses
pembakaran. Ada lima tahapan dalam proses ini, seperti proses pengeringan dan
penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller meal, proses pencampuran
untuk mendapatkan campuran yang homogen, proses pembakaran bahan baku
untuk menghasilkan terak, proses pendinginan terak, dan terakhir proses
penggilingan clinker dan gypsum.
Bahan baku pembuatan semen terdiri dari 2 komponen yaitu bahan baku
utama dan bahan tambahan. Bahan baku utama yang digunakan adalah batu kapur
(CaCO3) kemurnian 55%-60% dan tanah liat (Al2O3) kemurnian 65%-70%.
Sedangkan bahan penolong yaitu: pasir silica (SiO2), pasir besi (Fe2O3) dan
gypsum (CaSO4.2H2O).
B. Bahan Penolong
Bahan tambahan yang digunakan adalah pasir besi atau copper slag, pasir
silika dan Gips atau Gypsum.
1 Pasir silika (SiO2)
Pasir silika berfungsi sebagai pembawa oksida silica (SiO2) dengan kadar
yang cukup tinggi yaitu sekitar 90-95 %. Depositnya berbentuk gunung-gunung
pasir silika dan berkadar SiO2 sekitar 90 %. Semakin murni pasir silika akan
semakin putih warnanya dan biasa disebut pasir kuarsa yang berkadar SiO2
mencapai 98,5 98 %. Warna pasir silika dipengaruhi oleh adanya kotoran seperti
Oksida Logam dan bahan Organik. Pasir silika ini digunakan sebagai bahan
tambahan pada pembuatan semen jika kadar SiO2-nya masih rendah.
2 Gips/Gypsum (CaSO4.2H2O)
Gypsum ini yang pada umumnya terdapat di gunung-gunung disekitar
gunung gamping (kapur) adalah bahan sediment CaSO4 yang mengandung 2
molekul hidrat. Bahan ini ditambah setelah campuran bahan mentah dibakar
menjadi terak. Penambahan gypsum dilakukan pada penggilingan akhir dengan
perbandingan 96 : 4. Untuk pembuatan semen gypsum yang diijinkan mempunyai
kandungan CaSO4 5060 % dan air bebas 2,8 %.
Spesifikasi gypsum :
- Fase : Padat
- Warna : Putih
- Kadar air : 10%
- Bulk density : 1,7 ton / m3
3. Copper slag
Copper slag merupakan produk samping pada proses peleburan dan
pemurnian tembaga dari bahan baku konsentrat tembaga. Copper slag dihasilkan
dari proses peleburan tembaga disemelter dari hasil pengikatan besi dengan pasir
silika dan batu gamping yang ditambahkan sebagai fluks untuk membentuk
senyawa stabil dari CaO-FeO-SiO2.
Komponen utama copper slag adalah Oksida Besi (FeO), Dioksida Silikon
(SiO2), Oksida Kalsium (CaO) dan Oksida Alumminium(AL2O3). Copper slag
mempunyai sifat fisik dan kimiawi sangat stabil.
Kandungan besi yang tinggi pada copper slag menyebabkan material ini
mempunyai densitas yang tinggi dan juga berat jenis yang lebih tinggi
dibandingkan pasir alam. Sebagai pengganti pasir besi alam, copper slag
mempunyai keunggulan-keunggulan di bandingkan pasir besi alam, yaitu:
Tidak terpengaruh cuaca
Suplai yang stabil
Kwalitas yang stabil
Mengurangi kebutuhan energy
Harga yang lebih terjangkau
3.2 Proses Penyiapan Bahan Baku
Semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk halus dan
dicampur sebelum memasuki proses pembakaran. Pengeringan awal bahan baku
diperlukan untuk proses penggilingan dengan sistim kering dan sebelum
dilanjutkan pada proses selanjutnya bahan tersebut harus dianalisa terlebih dahulu.
Analisa yang dilakukan meliputi :
1. Analisa Kadar Air Bahan Mentah
2. Analisa kadar CaO, SiO2, Al2O3, Fe2O3 dan MgO
2. Crushing:
Pemecahan material material hasil penambangan menjadi ukuran yang
lebih kecil dengan menggunakan crusher. Batu kapur dari ukuran < 1 m < 50 m
Batu silika dari ukuran < 40 cm < 200 mm
3. Conveying:
Bahan mentah ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi pabrik
untuk diproses lebih lanjut dengan menggunakan belt conveyor.
5. Homogenisasi:
Proses Basah Slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dialirkan
ke tabung koreksi; proses pengoreksian. Proses Kering Terjadi di blending silo
dengan sistem aliran corong.
5. Semen Baturaja
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan semen adalah batuan alam
yang mengandung oksida oksida kalsium, alumina, silika dan besi. Bahan baku
tersebut terdiri dari tiga kelompok yaitu bahan baku utama, bahan baku penunjang
(korektif) dan bahan baku tambahan.
Bahan baku utama merupakan bahan baku yang mengandung komposisi
kimia oksida oksida kalsium, silika dan alumina. Bahan baku utama yang
digunakan yaitu batu kapur (Lime Stone) dan tanah liat (Clay).
a. Batu kapur (Lime Stone)
Calsium carbonat (CaCO3) berasal dari pembentukan geologis yang pada
umumnya dapat dipakai untuk pembuatan semen portlad sebagai sumber senyawa
kapur (CaO).
b. Tanah liat (Clay)
Tanah liat (Al2O3.K2O.6SiO2.2H2O) merupakan bahan baku semen yang
mempunyai smber utama senyawa silika, senyawa alumina, dan senyawa besi.
Semua senyawa utama untuk semen terdapat dalam batu kapur dan tanah
liat, tetapi tidak semua batu kapur dan tanah liat memiliki proporsi kimia yang
memenuhi untuk membuat semen dengan kualitas semen yang diinginkan. Oleh
karena itu, pada proses pembuatan semen bahan baku utama tersebut biasanya
ditambah bahan lain sebagai koreksi unsur kimia yang kurang, yaitu berupa pasir
besi dan pasir silika.
Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan
adalah Oksida Kalsium (CaO), Oksida Silisium (SiO2), Oksida Alumunium
(Al2O3) dan Oksida Besi (Fe2O3). Disamping senyawa-senyawa tersebut, terdapat
juga senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus
dibatasi, sepeti Magnesium Oksida (MgO), Alkali, Klorida, Sulfur, dan Fosfor.
a. Oksida Kalsium (CaO)
Dalam proses pembuatan semen, Oksida Kalsium merupakan komponen
yang terbesar jumlahnya, dan akan bereaksi dengan Oksida Silikat, Alumunium
Silikat, Alumina, dan Oksida Besi dan membentuk senyawa mineral potensial
penyusun kekuatan dalam semen.
f. Oksida Belerang
Oksida belerang yang sebagian besar berasal dari bahan bakar dan
senyawa sulfur dari bahan mentah, akan sangat mengganggu proses pembakaran
di kiln. Oksida belerang pada suhu tinggi 1450 oC akan menguap dan akan
bereaksi dengan alkali membentuk senyawa alkali sulfat yang akan terkondensasi
atau mengembun pada suhu 1000 oC. SO2 berlebih akan bereaksi dengan CaO
membentuk CaSO4 yang akan menyebabkan kebuntuan pada daerah preheater
atau dalam istilah operasi bisa disebut dengan build up di inlet kiln, dan bisa
menyebabkan berhentinya operasi kiln.
g. Klorida
Klorida biasanya berasal dari tanah liat. Pada suhu pembakaran di buring
zone, klorida akan menguap dan akan mengembun membentuk coating yang juga
akan menyebabkan terjadinya bulid up. Apabila kandungan klorida dalam bahan
semen cukup tinggi dilakukan antisipasi dengan melengkapi kiln dengan system
by pass untuk mengeluarkan secara periodik. Kandungan klorida dalam semen
akan menyebabkan karat pada besi beton.
h. Fluoride
Fluoride dalam bahan baku semen tidak begitu diperhatikan, karena
biasanya persentasenya sangat rendah, antara 0,03 0,08 % dan pada pembakaran
mudah menguap sehingga tidak mengganggu proses pembakaran.
i. Fosfor Oksida
Kandungan Fosfor Oksida dalam bahan baku sangat rendah. Oksida ini
dalam jumlah besar akan merugikan kualitas semen, karena akan menurunkan
kuat tekan semen, khususnya pada kuat tekan awal.
Bahan baku korektif adalah bahan tambahan pada bahan baku utama
apabila pada pencampuran bahan baku utama komposisi oksida oksidanya
belum memenuhi persyaratan secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada umumnya, bahan baku korektif yang digunakan mengandung oksida
silika, oksida alumina dan oksida besi yang diperoleh dari pasir silika (silica sand)
dan pasir besi (iron sand).
a. Pasir silika (silica sand)
Pasir silika digunakan sebagai pengkoreksi kadar SiO2 dalam tanah liat
yang rendah.
b. Pasir besi (iron sand)
Pasir besi digunakan sebagai pengkoreksi kadar Fe2O3 yang biasanya
dalam bahan baku utama masih kurang.
Bahan baku tambahan adalah bahan baku yang ditambahkan pada terak
atau klinker untuk memperbaiki sifat sifat tertentu dari semen yang dihasilkan.
Bahan baku tambahan yang biasa digunakan untuk mengatur waktu pengikatan
semen adalah Gypsum
Proses pembuatan semen yang dilakukan pada PT. Semen Baturaja ini
menggunakan proses kering (Dry process). Proses produksi ini dimulai dari
penyediaan bahan mentah, penggilingan bahan mentah, pembakaran, pendinginan
klinker, penggilingan klinker, dan pengantongan semen.
3. Drilling (Pengeboran)
Untuk penambangan batu kapur terlebih dahulu dilakukan pengeboran
guna pembuatan lubang ledak (Blast Hole). Jenis alat yang digunakan pada front
penambangan batu kapur ada tiga jenis yaitu :
` - Jack Hammer
Digunakan untuk bongkahan-bongkahan (Boulder) yang terdapat pada
bagian atas dari batu kapur untuk memudahkan operasi.
- Wagon Drill dan Rotary Drill
Wagon Drill dan Rotary Drill digunakan bila permukaan batu kapur sudah
cukup rata dan dioperasikan untuk pembuatan lubang ledak. Geometri lubang
ledak produksi PT. Semen Baturaja (Persero) terdiri dari burden 2,5 meter,
kedalaman lubang ledak bor rata-rata 7 meter, posisi kemiringan lubang 80o dan
spacing 3 meter. Jika pengeboran telah selesai, dilanjutkan dengan pengisian
lubang ledak dengan bahan peledak.
4. Blasting (Peledakan)
Perlengkapan peledakan secara umum terbagi antara lain :
- Penggalak awal (Detonator listrik, sumbu ledak)
- Penggalak utama (primer, Booster)
- Penggalak nyala panas atau arus listrik (kabel listrik, sumbu bakar).
- Sumber nyala atau arus listrik (Blasting Machine).
Bahan peledak yang dipakai :
- Damotion 805
Bahan peledak dengan bentuk seperti dodol yang pekat dengan melarutkan
Nitro Catton dalam Nitro.
- ANFO
Campuran Ammonium Nitrat dengan bahan bakar solar dengan
perbandingan berat 94 % - 6 %.
6. Hauling (Pengangkutan)
Merupakan serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk mengangkut batu
kapur ke peralatan pemecah batu kapur. Alat angkut yang digunakan adalah Dump
Truck.
7. Crushing (Pemecahan)
Batu kapur yang diangkut dari tambang dengan Dump Truck dituangkan
ke dalam lime stone hopper. Selanjutnya batu kapur dimasukkan ke dalam alat
pemecah (single shaft hammer crusher) oleh appron feeder. Prinsip kerja dari alat
pemecah yaitu berdasarkan putaran (rotation) dan pukulan (impact) dari hammer
yang membentuk impact wall lining. Produk yang lolos dari saringan (grate
basket) masuk discharge steel conveyor, sedangkan material jatuhan dari appron
feeder ditampung oleh drag chain dan masuk discharge steel conveyor.
Selanjutnya batu kapur tersebut diangkut dengan melalui rangkaian seri belt
conveyor dicurahkan dengan membentuk layer layer ke tempat penumpukan
yang dibagi dua bagian yaitu stock pile I dan II.
Penambangan tanah liat yang berlokasi di Air Gading terletak lebih kurang
400 meter arah barat daya dari pabrik. Lapisan over burden berkisar antara 0,2
0,5 meter, Luas lokasi penambangan lebih kurang 27,4 ha dengan system
penggalian dari atas bench.
Alat alat yang digunakan :
a. Hydraullic Exavator / Back Hoe Hitachi dengan kapasitas 2,4 m3
b. Rear Dump Truck
Alat bantu yang digunakan :
Buldozer untuk pengupasan tanah penutup
Kegiatan penambangan tanah liat meliputi clearing, stripping, loading,
hauling dan crushing.
1. Clearing / Stripping
Untuk pembersihan/pengupasan over burden tersebut cukup dengan
menggunakan bulldozer.
2. Loading / Hauling
Alat yang dipakai adalah back hoe dengan kapasitas 2,4 m3, sedangkan alat
angkutnya adalah Rear Dump Truck dengan kapasitas 20 ton.
3. Crushing
Dengan alat angkut Dump Truck, tanah liat dari tambang diangkut dan
dituangkan ke dalam clay hopper. Appron feeder yang dilengkapi dengan I speed
mentransfer tanah liat ke Double Roller Crusher. Prinsip kerja Double Roller
Crusher adalah dengan cara ditekan oleh dua buah roller yang putarannya
berlawanan arah. Pada roller tersebut dilengkapi dengan kuku baja (teeth) untuk
membantu memecah tanah liat yang keras. Untuk menampung jatuhan material
dari appron feeder dipasang drag chain. Material yang telah dihancurkan
selanjutnya dimasukkan ke dalam stock pile tanah liat dengan alat transport belt
conveyor.
Pasir silika digunakan sebagai bahan koreksi pada bahan mentah utama
yang kekurangan SiO2. Jumlah yang dibutuhkan didasakan pada perhitungan
otomatis oleh program QCX di bagian pengendalian mutu. Pasir silika tersebut
diperoleh dengan cara membeli dari tambang rakyat. Sifat fisik pasir silika antara
lain ada yang berwarna kuning putih, hingga coklat kemerah-merahan tergantung
dari lokasi tambang rakyat tersebut. Bentuknya seperti pasir biasa, namun yag
membedakan adalah warnanya yang khas dan berkilat, serta ada juga yang masih
dalam bentuk bongkahan atau gumpalan-gumpalan sebesar kepalan tangan.
Berfungsi sebagai bahan koreksi adanya kekurangan komposisi Fe2O3. Di
dapat dengan cara membeli dari Larmpung dan rekanan - rekanan yang di tunjuk.
Warnanya kebanyakan hitam, warna gelap, kemerahan dan kecoklatan. Kekerasan
5,5 6,5 skala Mohs. Bentuk butiran halus seperti pasir.
Penggilingan bahan mentah adalah cara untuk memperkecil ukuran bahan
mentah menjadi lebih kecil atau membuat luas permukaan material menjadi lebih
besar. Tujuan dari penggilingan bahan mentah ini adalah untuk mendapatkan
campuran bahan mentah yang homogenik dan untuk mempermudah terjadinya
reaksi kimia pada saat klinkerisasi. Selain penggilingan , material juga mengalami
pengeringan dengan media pengeringanya berupa gas panas yang dapat berasal
dari hot gas generator ataupun dari kiln exchaust gas.
Bahan mentah utama yang terdiri dari batu kapur dan tanah liat di garuk
dengan menggunakan reclaimer dari stock pile masing masing , kemudian bahan
koreksi yang berupa pasir silika dan pasir besi di campur dengan bahan mentah
uatama dalam sebuah belt conveyor untuk di umpankan ke dalam vertical mill. Di
dalam vertical mill keempat bahan mentah yang telah bercampur dengan proporsi
tertentu itu mengalami proses penggilingan dan pengeringan. selanjunya, material
yang telah halus di hisap dengan sebuah fan. Untuk mendapatkan produk vertical
mill tepung baku atau raw meal yang memiliki kehalusan sesuai dengan standard ,
maka material yang terhisap harus melewati separator terlebih dahulu dan
selanjutnya di pisahkan dari gas panas dengan menggunakan 4 buah cyclone.
Tepung baku yang telah terpisah dari gas panas selanjutnya di masukkan
ke CF Silo ( Continous Flow Silo ) dengan menggunakan alat transport berupa
fluxoslide dan belt bucket elevator. Di dalam CF Silo raw meal akan
dihomogenisasi dan di simpan serta siap di umpan ke kiln . produk atas dari
Cyclone separator adalah uap air , gas panas dan sebagian debu yang terikat pada
waktu pemisahan ini di transportasikan ke Electric Precipitator. Di dalam
Electric Precipitator ini debu ditangkap oleh elektroda elektoroda yang
bertegangan tinggi . Debu yang terkumpul ini di kembalikan lagi ke CF Silo .
Sedangkan gas panas dari kiln , uap air dan sebagian debu yang tidak tertangkap
oleh elektrode elektroda Electric Precipitator di transportastikan ke cerobong
(stack) dengan bantuan sebuah fan adalah IDF fan.
a. Penggilingan Batubara
Raw coal yang diperoleh dari PT. Bukit Asam (Persero) ditumpuk dalam
dome storage, selanjutnya reclaimer akan menggaruk batubara untuk dijatuhkan
dalam belt conveyor. Kemudian oleh bucket elevator material dibawa ke raw coal
silo.
e. Quenching
Quenching adalah proses pendinginan klinker scara mendadak setelah
reaksi klinkerisasi selesai. Quenching dilakukan di dalam Grate Cooler dengan
media pendingnnya berupa udara luar yang dihembuskan ke dalam Grate Cooler
dengan menggunakan fan.
Tujuan quenching adalah untuk mendapatkan klinker dengan mutu yang
baik , diantaranya :
- Mencegahnya terjadinya reaksi inversi terjadi pada pendinginan lambat
pada temperatur 1200 C.
- Mencegahnya terjadinya pembentukan struktur Kristal beta 2 CaO.SiO2
yang bersifat hidraulis menjadi Kristal alfa 2 CaO.SiO2 yang bersifat kurang atau
tidak hidraulis. Klinker yang dihasilkan kemudian disimpan di dalam klinker silo.
- Dengan adanya pendinginan yang mendadak dari temperatur tinggi
(1000C) menjadi temperatur yang rendah (100C) akan dihasilkan terak yang
rapuh (berpori-pori tinggi) sehingga memudahkan dalam proses penggilingan
terak.
- Untuk melindungi peralatan transportasi terak dari temperatur tinggi.
- Panas terak dikembalikan ke dalam kiln sebagai udara sekunder pada
pembakaran.
5. Penggilingan semen
Klinker yang disimpan dalam klinker silo dikeluarkan dan di angkut
dengan chain conveyor masuk ke dalam bin klinker. Sementara gypsum dari
gerbong dibongkar dan disimpan dalam bin gypsum. Dengan perbandingan
tertentu, klinker dan gypsum dikeluarkan dari bin masing masing dan akan
bercampur di belt conveyor. Dari belt conveyor campuran ini kemudian
dihancurkan dengan roller press sehingga memiliki ukuran tertentu yang
selanjutnya digiling dengan menggunakan alat penggiling berupa tube mill yang
berisi bola bola besi sehingga media penghancurnya.
Dengan menggunakan sebuah fan , material yang telah halus dihisap dan
dipisahkan dari udara pembawanya dengan menggunakan beberapa perangkat
pemisah debu. Hasil penggilingan ini disimpan dalan semen silo yang kedap
udara. Semen yang dihasilkan harus memenuhi syarat mutu fisik semen dengan
kehalusan minimal 3000 cm2/g (SNI mempersyaratkan min. 2800 cm2/g).
6. Pengantongan Semen
Semen dikeluarkan dari semen silo dan diangkut dengan menggunakan
belt conveyor masuk ke steel silo. Dengan alat pengantongan berupa Rotary
Packer, semen dikantongi dengan setiap 1 sak berisi 50 kg semen , kemudian di
bawa ke truk untuk dipasarkan.