Langkah-Langkah Proses
Secara garis besar proses pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal
cukup banyak berupa daerah perbukitan di sekitar lokasi pabrik yang banyak
mengandung batu kapur dan tanah liat. Komponen ini merupakan bahan baku
utama yang digunakan dalam proses pembuatan semen.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku tersebut, PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk melakukan penambangan pada beberapa lokasi antara lain Quarry
D dan di daerah Hambalang. Selain bahan baku utama tersebut dalam pembuatan
semen digunakan juga pasir silika pasir besi, pyrite, trass dan gypsum sebagai
bahan korektif dan aditif.
1. Penambangan Batu Kapur ( Limestone )
Kebutuhan batu kapur untuk produksi semen di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk rata-rata 45.000 ton/jam. Kebutuhan ini dipenuhi dengan
cara melakukan penambangan di Quarry D yang berjarak 7 km dari
lokasi pabrik. Karena batu kapur merupakan batuan yang keras, maka
diperlukan
peledakan
untuk
melepaskan
batuan
induknya,
jenis
penambangan yang digunakan adalah jenis open cut minning, yaitu suatu
aktivitas penambangan yang efisiensinya dipengaruhi oleh faktor-faktor
luar antara lain cuaca dan tekanan udara. Kegiatan penambangan batu
kapur melalui beberapa tahap sebagai berikut :
a. Clearing ( pembersihan )
14
15
listrik
Blasting ohmmeter, alat pengetes rangkaian peledakan
Blasting machine, penimbul arus listrik untuk meledakan detonator
d. Loading ( pemuatan ) dan hauling ( pengangkutan )
Memuat batu kapur hasil peledakan ke atas alat angkut. Alat angkut
muat yang digunakan di Quarry D sebagian besar adalah wheel loader
dengan
kapasitas
5-10
m3
Loader
mengangkut
batuan
dan
16
1. Mengeringkan bahan baku ( batu kapur, silika, tanah liat, pasir besi )
guna mengurangi kadar air dari 9,5% menjadi kurang dari 1%.
2. Mereduksi ukuran bahan baku ( batu kapur, silika, tanah liat, pasir besi
) dari 30 mm menjadi ukuran 90 m ( 170 mesh ).
3. Mencampurkan bahan baku ( batu kapur dan tanah liat ) dengan bahan
korektif ( Pyrite, pasir besi, pasir silika ).
Setelah batu kapur atau limestone di kirim menggunakan Conveyor dan
disimpan di penyimpanan masing-masing plant, batu kapur yang disimpan
dipindahkan dengan reclaimer (alat pengeruk pasir) ke belt conveyor. Setelah di
belt conveyor batu kapur dicampur dengan tanah liat, dan bahan korektif lainnya
setelah melalui mesin sand dryer yang bertujuan sebagai alat pengering atau
mengurangi kadar air kemudian dihancurkan dengan Hammer Crusher agar batu
kapur dan tanah liat yang dicampurkan dan masih berukuran relative besar
tereduksi ukurannya.
Setelah direduksi ukurannya, material pindah ke Cyclone yang bertujuan
sebagai tahap pemisahan material kasar dan halus dengan dorongan gas panas
yang diperoleh dari hasil pembakaran kiln. Apabila material masih kasar akan
masuk ke grinding mill yang memiliki steel ball yang memiliki ukuran diameter
mulai dari 30 - 70 mm. Material yang masuk Raw Mill diharuskan mempunyai
kehalusan 0 30 mm dengan kadar air maksimum 0,5 1 %.
Kemudian material yang halus dipindahkan dengan air slide, jika material
terlalu halus sehingga menjadi debu, material akan terbawa pipa udara panas dan
dihisap oleh EP (electrostatic presipitator) atau alat penghisap debu listrik dan di
pindahkan kembali ke air slide, apabila tidak tertangkap EP maka karena material
terlalu halus seperti asap akan dibuang melalui cerobong . Dari air slide material
dipindahkan kembali dengan air lift dan disimpan di silo I dan silo II untuk
dibending agar homogenisasi sekaligus check quality.
3.1.3
Unit Kiln
Proses pembentukan terjadi dalam beberapa tahap proses :
1. Proses pemanasan awal dan penguapan air yang terjadi di Cyclone
Suspension Preheater.
2. Proses kalsinasi awal yang terjadi di Cyclone Suspension Preheater.
17
3.
4.
5.
6.
Umpan Raw Mill dari storange silo dialirkan oleh air slide conveyor ke
elevator bucket dan ke feed tank (tempat penampungan sementara). Dari feed tank
raw meal dikeluarkan menuju weighing feeder, setelah itu aliran material menuju
air lift menuju cyclone Suspension Preheater melaui connection duct ( saluran
penghubung ) antara stage 1 dan stage 2. Gas panas keluar dari ujung atas cyclone
stage 1 karena tarikan suspension preheater fan sedangkan Raw Mill turun melalui
saluran penghubung stage 2 dan stage 3. Pada tahap awal ini Raw Mill terbawa
oleh aliran gas dari stage 3 dan masuk ke stage 2. Dari stage 2 Raw Mill turun ke
saluran penghubung antara stage 3 dan stage 4. Demikian seterusnya sampai stage
akhir.
Dengan demikian tepung baku akan mengelami pemanasan secara
berulang disepanjang tingkat cyclone dan material akan turun terpisah dari gas
panas dengan bantuan gaya centrifugal. Gas panas akan keluar karena hisapan dari
18
suspension preheater fan ( SP Fan ). Gas panas ini digunakan kembali untuk
proses pengeringan dan penggilingan di grinding mill dan rotay dryer di unit Raw
Mill. Begitu seterusnya sampai semua cyclone dilewati kemudian Raw Mill masuk
ke kiln.
Cyclone
Suspension
Preheater
memberikan
beberapa
keuntungan
diantaranya
1. Gas panas yang keluar dari Suspension Preheater dapat digunakan
sebagai pemanas di Raw Mill dan Coal Mill.
2. Diameter dan panjang kiln lebih kecil sehingga mengurangi
pemakaian bata tahan bakar di burning zone, karena sebagian pemb
akaran di burning zone telah dilakukan didalam SP sebagai proses
kalsinasi awal.
3. Penghematan bahan bakar.
4. Waktu tinggal material dalam kiln menjadi lebih singkat.
Rotary kiln sebagai ruang pembakaran utama terbagi dalam beberapa
bagian daerah (zona) yaitu :
1. Zona Kalsinasi
Pada daerah ini digunakan bata tahan api jenis fire clay alumunia 50%,
CaCO3 hampir terkonversi seluruhnya menjadi CaO. Terjadi kalsinasi
lajutan dari proses kalsinasi yang terjadi di cyclone suspension preheater
dan diharapkan di daerah ini proses kalsinasi selesai dan mulai terbentuk
C2S ( dicalsium silikat ). Temperaturnya berkisar antar 800-9000C.
2. Zona Transisi
Pada daerah ini digunakan bata tahan api jenis magnesit chrom 65%.
Merupakan daerah perubahan antara zona kalsinasi dan sintering. Sebagian
material mengalami perubahan fasa menjadi cair yang berfungsi sebagai
pengikat pada reaksi pembakaran di zona sintering. Temperature pada zona
ini berkisar antar 900-12000C.
3. Zona Sintering dan Zona Burning
Pada daerah ini digunakan bata tahan api jenis magnesit chom brick 8085% karena memiliki ketahanan terhadap beban panas tinggi, memiliki
ketahanan radiasi flame dan perubahan temperatur yang mendadak,
memiliki ketahanan baik terhadap zat kimia. Pembentukan komponen
19
klinker yaitu C3S, C4AF, C3A dan C2S terjadi secara maksimum.
Temperature pada zona berkisar antara 1200-14500C.
4. Zona Pendingin
Pada daerah ini digunakan bata tahan api jenis high alumunia brick 9095% karena memiliki ketahanan yang baik terhadap perubahan temperatur,
memiliki porositas yang rendah sehingga ketahanan terhadap serangan zat
kimia baik. Merupakan daerah pendinginan clinker yang pertama yang
dilakukan di dalam rotary kiln sampai temperatur 1300-12400C.
Material (clinker) yang telah dibakar di rotary kiln harus didinginkankan
terlebih dahulu sebelum diangkut diangkut kepenggilingan, pendinginan clinker
dilakukan secara mendadak dari 1240o C turun menjadi 120o C agar mudah
dihancurkan pada proses Finish Mill. Proses pendinginan clinker di plant 4
dilakukan dengan grate cooler. Klinker yang mengalir sepanjang grate cooler
digerakan dengan sistem mekanis, udara pendingin dihembuskan dari bawah
grate dengan menggunakan 11 cooling fan yang menembus hamparan klinker.
Grate cooler terdiri dari 3 grate masing-masing grate terdiri dari beberapa
chamber. Grate 1 (5 chamber), grate 2 (3 chamber), dan grate 3 (3 chamber).
Setelah melewati grate 1, suhu klinker dari 1240o C turun menjadi
850o C, setelah melewati grate 2 suhunya menjadi 575o C. Pada plant 4 grate
cooler dilengkapi dengan penghancur clinker yaitu crusher yang terletak diantara
grate 2 dan grate 3. Suhu klinker menjadi 120o C setelah melewati grate 3.
20
Chamber 1
Panjang
: 4m
Ukuran steel ball
: 60 - 90 mm
Jumlah steel ball
: 28% volume
Di chamber 1 terjadi penumbukan/penghancuran (impact) clinker oleh
steel ball.
Chamber 2
Panjang
Ukuran steel ball
Jumlah steel ball
:9m
: 20 50 mm
: 30% volume
21
22
semennya dipindahkan ke screw conveyor, air slide, dan air lift (setelah cyclone
air separator)
Dari cyclone air separator partikel kasar kembali masuk ke dalam
grinding mill dan kembali ke proses penggilingan, sedangkan partikel halus akan
masuk dalam cyclone separator untuk dipisahkan antara partikel halus dan
udaranya. Partikel halus keluar dari cyclone separator kemudian dibawa oleh air
slide ke air lift ke silo III, silo IV, dan silo V (silo I dan II di plant 3). Sedangkan
dust collector menghisap debu halus benar-benar terpisah dari udaranya. Udara
keluar melalui cerobong sedangkan debu masuk kedalam cement silo melaui air
slide dan air lift bersama-sama dengan produk halus dari cyclone air separator.
3.1.5
Unit Packing
Tujuan dari packing adalah untuk mengemas/megepak dan menimbang
23
3.2
24
3.2.1
Mesin Utama
1. Unit Mining
1. Double Shaft Hammer Crusher
Digunakan untuk memecahkan batu kapur, ukuran diameter batu kapur
yang dipecahkan maksimal 80 mm dan hasil yang diperoleh berupa
butiran dengan diameter sekitar 4 cm.
Tipe
: HDS 2400
Diameter Hammer Gear : 2400 mm
Lebar Hammer Gear
: 2400 mm
Jumlah
: 1 unit
Konsumsi Daya
: 2 x 680 kW/1000 rpm
Kecepatan Motor
: 1000 rpm
Kecepatan Rotor
: 250 rpm
Kapasitas
: 1000 ton/jam
Pembuat
: KHD-Centunion
: WBR-600
: 600 mm
: 1200 mm
25
Jumlah
Ukuran Bahan
Ukuran Produk
Konsumsi Daya
Kecepatan Motor
Kapasitas
: 1 unit
: Maksimum 400 mm
: 0-100 mm
: 110 kW/100 rpm
: 1000 rpm
: 750 ton/jam
26
Cara Kerja :
Material masuk melalui alat pengumpan lalu dihancurkan dengan
menggunakan alat yang bentuknya seperti palu/hammer yang berputar.
Putaran ini digerakan oleh motor listrik. Hammer ini menghamtam
material besar sehingga pecah berkeping-keping dan kemudian
menggilingnya/menggerusnya menjadi material berukuran lebih kecil
dari sebelumnya
2. Double Shaft Hammer Crusher
Berfungsi untuk menggiling batu kapur hasil penambangan menjadi
produk umpan Raw Mill yang memenuhi syarat.
Tipe
: HDS 2400
Diameter Gear
: 2400 mm
Lebar Gear
: 2400 mm
Konsumsi Daya
: 750 kW
Kapasitas
: 1750 ton/jam
Elektrik motor
: 2 x 680 kW, 1000 rpm
Pembuat
: KHD-Centurion
3. Roller Crusher
Alat ini digunakan untuk memperkecil ukuran material sandy clay dan
sand koreksi (size reduction). Alat ini termasuk secondary crusher
Jenis
: 400 mm
Diameter Roll
: 1200 mm
Ukuran Bahan
: Maksimum 100 mm
Ukuran Produk
: 0-50 mm
Konsumsi Daya
: 45 kW
Kecepatan Motor
: 1000 rpm
Kapasitas
: 44 ton/jam
Cara Kerja :
Dengan menggunakan v-belt, crusher diputar oleh motor listrik.
Material sebelum masuk crusher akan melewati vibrating grate
terlebih dahulu untuk memisahkan material dari partikel yang terlalu
besar (over size). Selanjutnya material dengan bantuan box type feeder
diumpankan ke crusher. Di dalam crusher material masuk di antara 2
roll yang berputar secara berlawanan arah dan akan menghancurkan
material menjadi butiran-butiran kecil.
27
4. Rotary Dryer
Fungsi: untuk mengeringkan (mengurangi kadar air) Raw material
berupa lime stone, sand clay, atau pasir koreksi. Pengeringan dilakukan
dengan mengalirkan gas panas dari kiln.
Tipe
: Paralel Flow Rotary
Kapasitas
: 44 ton/jam dry material
Diameter
:3m
Kemiringan
: 3o
Panjang
: 16 m
Tebal shell
: 20 mm
Electric motor
: 60 Kw
Kecepatan motor
: 1500 rpm
Pembuat
: KHD
28
Cara kerja :
Raw grinding mill sama dengan Finish grinding mill, hanya saja raw
grinding mill tidak memiliki skat pemisah jadi raw grinding mill hanya
memiliki 1 chamber. Di dalam alat ini terjadi proses penggilingan dan
pengeringan. Material digiling dengan media penggiling berupa steel
ball. Ukuran steel ball antara diameter 30-90 mm. pengeringan
berlangsung akibat kontak anatar gas panas yang berasal dari
pembuangan pembakaran di kiln dengan material. Gas panas masuk
secara searah dengan aliran material (Co-Current). Di Grinding Mill
29
Diameter
: 4,2 m
: 55-220 rpm
: 170 kW
: circulating air fan
: 970 rpm
: 2,124 m3/menit
30
To Kiln Feed
: raw meal
Diameter silo
: 15 m
Tinggi silo
: 32 m
Kapasitas silo
: 6500 ton
31
:5m
Volume
: 60 m3
: Raw Mill
32
33
: Proses kering
Diameter kiln
: 4,6 m
Panjang
: 70 m
Ketebalan kiln
: 2,8 rpm
Daya
34
: Combination Cooler
Lebar
: 3,66 m
Panjang
: 30 m
Kapasitas
Jumlah grate
: 3 grate
Grate I
: 5 chamber
Grate II
: 3 chamber
Grate III
: 3 chamber
Jumlah Fan
: 11 buah
Cara kerja :
Clinker jatuh dari kiln ke grate plate dan membentuk tumpukan.
Karena adanya gerakan plate (moving grate plate) yang berlawanan
arah maka clinker akan bergerak maju. Udara dingin yang ditiupkan
blower lewat bagian bawah grate menembus tumpukan clinker. Dari
grate 1 maju menuju grate 2 Diantara grate 2 dan grate 3 Klinker di
reduksi lagi ukurannya dengan menggunakan crusher clinker
kemudian di pindahkan dan di simpan di clinker silo.
5. Clinker Silo
35
: 2 buah
Kapasitas
: 25000 ton
Diameter
: 25 m
Tinggi
: 42,5 m
: 2 buah
: two chamber tube mill
: 80 ton/jam
: 2790 kW
: 15,7 rpm
: Semen
: 4 x 14,61 m
: chamber 1 : 60-90 mm
chamber 2 : 20-50 mm
36
: 4,2 m
: 55-220 rpm
: 170 kW
: circulating air fan
: 970 rpm
: 2,124 m3/menit
Cara kerja :
Sebelum separator dijalankan mula-mula circulating air fan dijalankan
terlebih dahulu sehingga terjadi sirkulasi udara kemudia separator di
jalankan dengan kecepatan yang rendah. Umpan dimasukan melalui
feedspout yang terletak dibagian atas separator, kemudian material
jatuh pada spin distributor plate sehingga material terdispersi ke aliran
udara yang dimasukan ke dalam separator melalui circulating air fan.
Kemudian
material
meninggalkan
distribution
plate.
Material
mengalami 3 gaya yaitu gaya centrifugal (Fe), gaya grafitasi (Fg), dan
gaya yang disebabkan oleh aliran udara (Fu) akibat adanya ke tiga
gaya tersebut material mengalami pemisahan dimana partikel yang
halus akan terbawa oleh aliran udara naik keatas dan meuju cyclone.
37
38
3.3.1
39
1.
2.
40
Debu yang dihisap dari berbagai mesin akan ditahan pada bag filter
bagian luar. Untuk melepaskan debu akan digunakan sistem
penembakan udara bertekanan tinggi. Udara bertekanan tinggi berasal
dari kompresor dan diatur oleh valvesalenoid yang dirangkai secara
elektrik. Biasanya dilengkapi filter udara agar tetap kering. Tujuan
penembakan untuk melepaskan debu dari bagi filter. Material yang
jatuh akibat penembakan akan diangkut dengan screw conveyor keluar
melewati lubang yang dilengkapi dengan rotary lock guna mencegah
material tidak kembali ke dust collector dan juga sebagai penyekat
sehingga hisapannya tetap besar.
3.5
Weighting Feeder
Fungsi : untuk menimbang material sehingga didapatkan laju alir material
yang konstan, komposisi material seperti yang diharapkan. Alat timbang
ini memiliki peranan penting terhadap proses pembuatan karena kompisisi
campuran material ditentukan dari alat timbang material tersebut.
3.6
proses ke alat lainnya atau ke tempat penyimpanan. Proses yang terjadi dalam
pengangkutan material berbagai macam, mulai dari pengangkutan jarak jauh dan
dekat, dan pengangkutan material vertikal, horizontal, dan diagonal. Proses dan
cara kerjanya memiliki masing-masing tipe, berikut alat transportasi yang di
gunakan untuk proses produksi semen.
1. Scrapper Reclaimer
Fungsi : untuk menggaruk material (lime stone) dari storage yang
kemudian diangkut oleh belt conveyor menuju hopper.
Lokasi alat Reclaimer di storage lime stone di area raw mill.
Cara kerja :
Penggerak meluruhkan material (limestone) yang berbentuk gunung
agar jatuh ke bawah. Kemudian oleh scrapper ditangkap dan diarahkan
41
42
43
44
45