Anda di halaman 1dari 9

2.1.

PROSES PRODUKSI SEMEN


Proses kimia semen pada dasarnya adalah proses dekomposisi kalsium
karbonat (CaCO3) pada suhu sekitar 900° C menjadi oksida kalsium (CaO) serta
pelepasan gas karbon dioksida (CO2); Tahapan ini dikenal sebagai proses
kalsinasi yang kemudian diikuti dengan proses klinkerisasi di mana kalsium
oksida bereaksi pada suhu tinggi (1400-1500° C) dengan oksida silika, alumina,
serta oksida besi membentuk silikat, aluminat, dan kalsium ferit membentuk
klinker. Klinker kemudian digiling bersama-sama dengan gipsum dan aditif
lainnya untuk menghasilkan semen.

Gambar 1 Bagan Alir Produksi Semen Proses Kering


Sumber : European Commission, 2013

Sebagaimana ditampilkan oleh bagan pada gambar 3, proses produksi semen


mengikuti tahapan-tahapan sub-proses utama sebagai berikut :

 Ekstraksi bahan baku;

 Persiapan bahan baku;

 Persiapan bahan bakar;


 Pembakaran klinker;

 Penggilingan semen;

 Pengepakan dan pengiriman semen.

Berikut ini dijelaskan secara singkat mengenai tahapan proses pembuatan


semen dimulai dari penyiapan bahan baku hingga penggilingan clinker menjadi
produk semen.

2.1.1. Ekstraksi Bahan Baku


Secara umum bahan baku alam utama pembuatan semen seperti batu kapur
dan tanah liat/shale diekstrak dari tambang yang umumnya terletak dekat
dengan pabrik semen. Setelah proses ekstraksi menggunakan teknik
pengeboran dan peledakan, bahan-bahan baku di lokasi tambang diangkut ke
pabrik semen untuk penyimpanan sementara, pre-homogenisasi dan persiapan
proses berikutnya.

Gambar 2 Proses Ekstraksi Bahan Mentah

Setelah mengalami proses penghalusan dengan crusher, bahan baku utama


kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan sebelum dikirimkan untuk
proses berikutnya.
2.1.2. Penyiapan Bahan Baku
Setelah penyimpanan sementara dan pra-homogenisasi, bahan baku
dikeringkan dan digiling di raw mill setelah melalui perhitungan proporsi bahan
mentah. Sistem penggilingan kering yang umum digunakan adalah:
 tube mill, centre discharge;
 tube mill, airswept;
 vertical roller mill

Kehalusan dan distribusi ukuran partikel dari produk yang meninggalkan sistem
raw mill sangat penting untuk proses pembakaran berikutnya. Target untuk
mencapai parameter kehalusan dilakukan dengan menyesuaikan separator.
Teknologi separator yang umum digunakan adalah air separator yang memiliki
beberapa keunggulan, di antaranya :
 konsumsi energi spesifik yang lebih rendah
 meningkatkan jumlah output sistem (efisiensi pemisahan partikel lebih
tinggi), dan
 distribusi ukuran partikel serta keseragaman produk lebih baik.
Sebagai aturan praktis (rule of thumb), sekitar 1,5 -1,6 ton (kering) bahan baku
diperlukan untuk memproduksi satu ton klinker. Angka yang lebih rinci dihitung
berdasarkan jumlah aktual konsumsi bahan baku. Pabrik semen di Indonesia
generasi terbaru menggunakan teknologi vertical roller mill dan separator hemat
energi.

Di pabrik semen, iron sand, silica sand, dan highgrade limestone digiling
bersama-sama di raw mill. Keempat bahan baku tersebut akan mengalami size
reduction dan penguapan kadar air. Udara panas yang digunakan untuk
pengeringan tepung baku ini berasal dari sisa udara panas suspension
preheater dan clinker cooler. Beberapa raw mill pabrik semen dilengkapi dengan
air heater sebagai cadangan suplai panas jika kiln shutdown. Produk dari raw
mill dengan ukuran kehalusan 15% residu pada ayakan 90 mikron dengan kadar
air maksimal 1%.
Kurang lebih 90% dari material raw mill after mill akan terpisahkan dari udara
panas, sedangkan 10% yang merupakan sisa produk yang terbawa oleh aliran
udara panas akan ditangkap oleh.baghouse filter. Gas yang bersih akan keluar
melalui stack. Reject dari raw mill berupa produk yang kasar akan keluar dari
bagian bawah raw mill turun ke reject conveyor. Reject tersebut dibawa ke
bucket elevator untuk dikembalikan ke raw mill untuk digiling dan dikeringkan
kembali.

Apabila roller mill tidak operasi (off) maka gas panas dari suspension preheater
dan clinker cooler akan by pass lewat conditioning tower yang dilengkapi dengan
water spray. Pada kondisi normal suhu gas panas dari suspension preheater dan
clinker cooler berkisar antara 360oC dan 370oC. Gas keluar baghouse filter
bersuhu 90-95oC jika raw mill beroperasi dan 160-180oC jika kondisi raw mill off.

Gambar 3 Sistem Raw Mill

2.1.3. Penyiapan Bahan Bakar


Bahan bakar utama yang digunakan dalam industri semen adalah batubara.
Proses penghancuran (crushing), pengeringan (drying), penggilingan (grinding),
dan homogenisasi batubara dilakukan di coal mill sebelum batubara diumpankan
ke dalam kiln. Kehalusan batubara produk coal mill (pulverized coal) harus
diperhatikan, karena batubara yang terlalu halus dapat menyebabkan suhu api
terlalu tinggi, namun jika batubara terlalu kasar maka pembakaran tidak
sempurna dapat terjadi.
Tiga tipe coal mill yang umum digunakan sebagai alat penggilingan batubara
adalah sebagai berikut:
 tube mill, airswept;
 vertical roller;
 impact mill.
Coal Mill yang digunakan oleh industri semen di Indonesia umumnya memakai
teknologi vertical roller mill. Sebelum diumpankan ke dalam kiln batubara halus
umumnya di simpan di dalam silo.

Gambar 4 Coal Mill

2.1.4. Pembakaran Klinker


Kiln feed diumpankan ke sistem kiln untuk proses pemanasan awal, kalsinasi
(yaitu pelepasan CO2 dan CaO dari batu kapur), serta sintering atau klinkerisasi
pada suhu sampai 1450°C. Klinker didinginkan dengan udara sampai suhunya
menjadi 100-200°C dan diangkut ke penyimpanan (clinker silo). Sistem kiln yang
umum digunakan adalah rotary kiln dengan suspension preheaters dengan atau
tanpa precalciners tergantung pada desain proses utama yang dipilih.

Berbagai jenis suspension preheater yang tersedia saat ini umumnya terdiri dari
empat sampai enam tahap/tingkat siklon, yang disusun satu di atas yang lain
dengan tinggi menara sekitar 50-120 m. Tahap paling atas dapat terdiri dua
siklon paralel yang diharapkan dapat memisahkan debu dengan gas secara lebih
efisien. Gas buang dari rotary kiln mengalir melalui siklon dari bawah menuju
siklon paling atas.
Rotary kiln merupakan inclined steel tube dengan rasio panjang dan diameter
kiln antara 10 hingga 40. Slight inclination (2,5-4,5%) dengan rotasi sekitar 0,5-
4,5 putaran per menit memungkinkan transportasi bahan cukup panjang untuk
mencapai konversi termal yang diperlukan.
Panas sisa dari sistem kiln digunakan untuk mengeringkan bahan baku, bahan
bakar padat atau aditif. Gas buang dialirkan melalui Electrostatic Precipitator
atau Bag Filter sebelum dilepaskan ke atmosfer.

Di sistem kiln, proses pemanasan awal kiln feed terjadi di suspension preheater
yang dilengkapi dengan calciner. Umpan masuk suspension preheater bersuhu
± 80-100oC. Aliran material berlawanan arah dengan gas panas dimana kiln feed
masuk melalui bagian atas samping cyclone sedangkan udara atau gas panas
dialirkan dari bagian bawah cyclone.

Kapasitas produksi rotary kiln pabrik semen di Indonesia masing-masing sebesar


4000 ton/hari produksi klinker. Sumber panas dalam rotary kiln dihasilkan dari
pembakaran batu bara, sedangkan untuk pemanasan awal digunakan IDO
(industrial diesel oil).
Gambar 5 Sistem Kiln

Clinker cooler merupakan bagian integral dari sistem kiln dan memiliki pengaruh
yang menentukan dari kinerja pyro processing. Cooler memiliki dua tugas utama
yaitu untuk memulihkan (recovery) panas setinggi mungkin dari klinker dengan
suhu 1450°C untuk keperluan proses; serta untuk mengurangi suhu klinker
sehingga mudah untuk ditransport.

Clinker dalam rotary kiln berupa lelehan akan didinginkan secara mendadak
(quenching) dimulai di daerah outlet kiln kemudian didinginkan lebih lanjut di
dalam cooler, dengan tipe grate Klinker didinginkan dari suhu ± 1400 oC menjadi
± 150oC dengan memanfaatkan udara pendingin dari 9 cooler fan. Clinker cooler
yang digunakan terdiri dari 2 stage grate yang dilengkapi dengan 9 cooling fan
yang dihembuskan dari bawah grateplate menembus tumpukan material bed
(klinker). Sebagian udara tersebut kembali ke kiln sebagai udara sekunder,
sebagian lagi dihisap keluar menuju suspension preheater (udara tersier), dan
ada sebagian lagi yang dihisap menuju raw mill.

Sebagian udara dari cooler yang dimanfaatkan untuk pengeringan dalam raw
mill, terbawa oleh hisapan booster fan masuk ke dalam cyclone untuk dipisahkan
antara gas dan debu clinker. Gas panas yang dihasilkan dialirkan ke raw mill
sedangkan debu dari clinker diangkut oleh chain conveyor untuk diangkut ke
conveyor sebagai produk klinker.

Klinker yang kasar akan tertinggal dalam grate cooler dan terdorong maju oleh
gerakan geser maju dari grate, dorongan feed yang masuk dan hembusan yang
kuat dari fan menuju bagian outlet dari cooler. Setelah didinginkan di grate 1,
clinker dipecah dengan clinker roller breaker, selanjutnya masuk ke grate 2 untuk
didinginkan lebih lanjut dan di transport keluar menuju outlet cooler.

2.1.5. Penggilingan Semen


Semen Portland diproduksi dengan menggiling klinker dengan beberapa persen
gipsum alam atau gypsum industri (anhydrite). Semen komposit mengandung
konstituen lain seperti limestone, blast furnace slag-, pozzolana alam atau
industri (misalnya, volcanic tuffs atau fly ash dari pembangkit listrik thermal).
Penambahan mineral dapat dilakukan dengan cara digiling bersama dengan
klinker atau secara terpisah dan dicampur tersendiri dengan semen.

Gambar 6 Cement Mill

Gypsum dalam gypsum bin serta additive berupa limestone atau pozzolan
ditimbang lebih dahulu oleh weighfeeder conveyor bersama-sama dengan klinker
menuju penggilingan akhir. Penggilingan akhir dimaksudkan untuk memperoleh
semen dengan tingkat kehalusan yang sesuai dengan ketentuan SNI.
Cement mill yang digunakan untuk penggilingan akhir berbentuk vertical roller
mill (VRM) dan menggunakan sistem penggilingan tertutup (close circuit system)
maupun berbentuk tube mill.

2.1.6. Pengepakan Semen


Packing plant adalah sebuah kombinasi mesin dari alat transport sampai ke
packer. Packer berfungsi untuk melakukan pengepakan semen bungkus atau
zak dan timbangan berat yang ditetapkan. Packer merupakan unit terakhir dari
proses produksi dari suatu pabrik semen dengan produk packer yang telah
dikemas berupa semen zak, 50 kg, dan kantong ukuran 1 ton untuk dipasarkan.

Anda mungkin juga menyukai