Anda di halaman 1dari 6

ROTARY KILN FURNACE

M. Afrizal Danar G.P. (3334130800)


TEKNIK METALURGI, FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
Jl. Jendral Sudirman KM.03 Cilegon, Banten, Indonesia

Danar_galang@yahoo.com

Abstrak
Rotary kiln terkategorisasi sebagai industrial furnace dengan bentuk slinder yang bekerja
dengan cara berputar pada poros dengan kemiringan 3-4%. Pada rotary kiln terdapat 4 zona operasi,
yaitu zona kalsinasi, zona transisi, zona pembakaran, dan zona pendinginan. Berdasarkan
kandungan moisturya rotary kiln dapat dikategorikan menjadi 4 kategori, yaitu proses basah, proses
semi basah, proses semi kering, dan proses kering. Rotary kiln dapat dipalikasikan untuk
mengurangi kadar air dan pencampuran bahan baku semen.
Keyword : Pengertian Rotary Kiln, Zona Rotary Kiln, Kategory Rotary Kiln, Aplikasi Rotary Kiln.
1; PENDAHULUAN
Tungku (furnace) merupakan alat yang digunakan untuk memanaskan atau melebur suatu
material tertentu. Salah satu tungku yang sering digunakan dalam industri adalah rotary kiln.
Pada dasarnya rotary kiln adalah sebuah silinder panjang berputar pada porosnya satu kali setiap
satu

atau dua menit. Sumbu ini cenderung sedikit miring, dengan ujung yang lebih rendah

sebagai saluran untuk pembakaran. Rotasi menyebabkan umpan bergerak secara bertahap
dimana umpan masuk pada keadaan dingin dan keluar pada kondisi panas.
Rotary kiln diperkenalkan pada tahun 1890 dan meluas di awal abad ke-20, yang dapat
produksi secara kontinyu dan produk yang lebih seragam dalam jumlah besar. Pada 1983 operasi
pertama dengan design rotary kiln menggunakan Plannetary Cooler untuk pendinginan clinker
hasil proses produksi yang sekaligus bersatu dengan rotary kiln dan ikut berputar. Pada tahun
1991 karena sering adanya kerusakan pada Planetary cooler dan terjadi deformasi yang
berlebihan pada kiln shell maka dilakukan upaya pemotongan atau pembuangan planetary cooler
dan sekaligus untuk meningkatkan kapasitas produksi clinker. Fungsi planetary clinker
digantikan dengan membangun grate cooler pada sisi outlet kiln dan terpisah dengan kiln. Pada
periode ini rotary kiln telah dikembangkan dengan 4 support roller. Pada 1997 peningkatan
kapasitas produksi clinker menjadi 1,2 Juta ton clinker pertahun, yaitu dengan menambah lebih
panjang cooler klinker, (Modifikasi oleh F.L.Smidth Denmark) dengan tidak melakukan
perubahan rotary kiln shell. Pada periode ini panjang kiln menjadi panjang 75 meter dengan 3
support roller. Rotary kiln dapat digunakan untuk industri dengan produksi berupa semen, kapur,
refraktori, metakaolin, titanium dioksida, alumina, vermiculite dan bijih besi.

2; MEKANISME OPRASI

Gambar 1. Roraty Kiln

Umpan kiln dari preheater akan masuk melalui inlet chamber. Tenaga gerak dari motor dan
main gear menyebabkan kiln berputar. Perputaran pada kiln diatur oleh girth gear yang berfungsi
sebagai pengaman dan mengurangi beban main gear. Karena pengaruh kemiringan dan gaya
putar kiln, maka umpan kiln akan bergerak perlahan disepanjang kiln. Dari arah yang berlawan
gas panas hasil pembakaran batu bara dihembuskan oleh burner, sehingga terjadi kontak panas
dan perpindahan panas antara umpan kiln dengan gas panas. Kontak panas tersebut akan
mengakibatkan terjadinya reaksi kimia untuk membentuk komponen semen. Pembakaran akan
terus berlangsung sampai terbentuk klinker dan akan keluar menuju clinker cooler. Selama
proses pembakaran, material akan melewati 4 zona dalam kiln dengan jangkauan suhu yang
berbeda-beda sehingga dalam kiln. Zona-zona tersebut, yaitu :
a; Zona Kalsinasi.
yaitu proses di mana material yang baru masuk ke dalam kiln akan terkalsinasi karena
mendapatkan panas yang lebih tinggi dari pada di dalam suspension preheater (SP), yaitu
berkisar antara 1100-1200oC, sehingga mengakibatkan perubahan bentuk pada material yang
awalnya berupa serbuk padat menjadi serbuk yang mulai terlihat meleleh.
b; Zona Transisi.
yaitu proses di mana material mandapatkan pemanasan yang lebih tinggi berkisar antara
1200-1300oC, dimana pada proses ini material hampir mendekati cair.
c; Zona Pembakaran.
yaitu proses di mana material benar-benar mendapatkan pemanasan secara penuh dari
kiln hingga material tersebut mencair dan panasnya mencapai 14001600oC.
d; Zona pendinginan.
pada proses ini material yang telah masuk ke cooler mendapatkan pendinginan secara
cepat dimaksudkan supaya klinker tersebut tidak lengket pada great plat. Temperatur pada
cooler mencapai 150 - 200oC.

3; KLASIFIKASI ROTARY KILN


Klasifikasi rotary kiln berdasarkan kandungan moisture bahan yang akan diproses dibagi
menjadi 4 kategori adalah sebagai beikut :
Tabel 1. Klasifikasi Rotary Kiln

Tipe Proses

Feed Material

Cons.

Feed Moisture

Feed System

Dry

Raw Meal

Dry

< 1% Moisture

Mechanic, Pneumatic

Semi Dry

Nodules

Moist

10-12% Moisture

Mechanic, Pneumatic

Semi Wet

Filter Cake, Nodules

Moist

17-21% Moisture

Mechanic, Pneumatic

Wet

Slurry

Liquid

25-40% Moisture

Hydraulic

a; Proses Basah (Wet Process)


Pada proses ini, bahan baku dipecah kemudian dengan menambahkan air dalam jumlah
tertentu serta dicampurkan dengan luluhan tanah liat. Bubur halus dengan kadar air 25-40 %
(Slurry) dikalsinasikan dalam tungku panjang (Long Rotary Kiln). Beberapa keuntungan dari
proses basah ini adalah umpan lebih homogen, efisiensi penggilingan lebih tinggi karena tidak
memerlukan unit homogenizer dan pada proses basah debu yang timbul relatif sedikit. Namun
proses ini memiliki kerugian berupa bahan bakar yang digunakan lebih banyak, sehingga
biaya produksi lebih mahal, hal ini dikarenakan untuk menurunkan kadar moisture pada
umpan saat melewati zona dalam tanur dibuthkan energi yang besar. Proses ini butuh air yang
cukup banyak pula pada proses preparasi sebelum masuk ke rotary kiln. Unit plant harus luas,
karena tanur yang digunakan harus panjang yang disebabkan zona dehidrasi yang lebih
panjang untuk mengendalikan kadar air.
b; Proses Semi Basah (Semi Wet Process)
Pada proses ini penyediaan umpan tanur hampir sama dengan proses basah. Hanya saja
umpan tanur disaring terlebih dahulu dengan filter press. Konsumsi panas pada proses ini
sekitar 1000-1200 Kcal / kg klinker. Proses produksi ini jarang dipakai karena biaya produksi
yang terlalu tinggi dan kurang menguntungkan.
c; Proses Semi Kering (Semi Dry Process)
Proses ini dikenal dengan grate proses, yaitu transisi dari proses basah dan proses kering
dalam membentuk semen. Pada proses ini umpan tanur disemprot dengan air dengan alat yang
disebut garanutor (pelletizer) untuk diubah menjadi granular atau nodule dengan kandungan

air 10-12 % dan ukurannya 10-12mm seragam. Proses ini menggunakan tungku tegak ( shaft
kiln ) atau long rotary kiln. Konsumsi panas sekitar 1000 Kcal/kg klinker.

d; Proses Kering (Dry Process)


Pada proses ini bahan baku diolah (dihancurkan ) didalam Raw Mill dalam keadaan
kering dan halus. Hasil penggilingan ( tepung baku ) dengan kadar air 0,5-1 % dikalsinasikan
dalam rotari kiln. Proses ini menggunakan panas 1500-1900 Kcal / Kg klinker. Keuntungan
pada proses ini tanur yang digunakan relatif pendek dan panas yang dibutuhkan relatif
rendah, sehingga bahan bakar yang digunakan sedikit, serta membutuhkan air yang relatif
sedikit. Namun proses ini meiliki kerugian berupa kadar air pada umpan dipastikan harus
sangat rendah karena dapat mengganggu proses yaitu material mudah menempel pada alat.
Campuran umpan kurang homogen dan banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan
alat penangkap debu.
4; APLIKASI INDUSTRI
a; kalsinasi pada PT. ANEKA TAMBANG (PERSERO) TBK UBPN SULTRA.

Gambar 2. Roraty Kiln PT. ANTAM

Metode kalsinasi adalah metode pemisahan dengan memecah ikatan antar senyawa
menggunakan panas. Proses kalsinasi pada PT ANTAM ini bertujuan untuk menghilangkan
moisture dan kadar air Kristal atau lost on ignition (LOI) hingga <1%. Pada saat umpan
beada di dring zone kandungan mositure sudah menghilang. pada saat umpan berada pada
pre-heating zone air kristal terpecah dan menguap.pada saat umpan berada dicalcinacing zone
maka reaksi di dalam rotary kiln adalah sebagai beikut:
Fe2O3.H2O Fe2O3 + H2O
3MgO.2SiO2.H2O 3MgO + 2SiO2 + 2H2O
C + O2 CO
NiO + CO Ni + CO2

Fe2O3 + CO FeO + CO2


MgCO3 MgO + CO2
2C + O2 2CO

b;

proses pencampuran (mixing) bahan baku semen pada PT. PT.INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA.

Gambar 3. Roraty Kiln PT INDOCEMENT

Rotary kiln merupakan peralatan paling utama pada proses pembuatan semen. Fungsinya
adalah sebagai tempat terjadin ya kontak antara gas panas dan material umpan kiln
sehingga terbentuk senyawa-senyawa penyusun semen yaitu C 3S, C2S, C3A dan C4AF.
Proses persiapan bahan baku yaitu semua bahan baku dihancurkan sampai menjadi bubuk
halus dan dicampur sebelum memasuki proses pembakaran. Pengeringan awal bahan baku
diperlukan untuk proses penggilingan dengan sistim kering. Persiapan bahan bakar dan
Pyroprocessing adalah Tahap yang yang paling rumit dalam memproduksi Semen Portland
adalah proses pembakaran, dimana terjadi proses konversi kimiawi sesuai rancangan dan
proses fisika untuk mempersiapkan campuran bahan baku membentuk klinker. Pada zona
kalsinasi berlangsung akan terjadi proses pembentukan mineral C 2S. Reaksi yang terjadi
adalah sebagai berikut:
2CaO + SiO2 2CaO.SiO2 atau C2S
Pada temperatur 1100-1200oC (zona transisi), oksida kalsium (CaO) bergabung dengan
kalsium alumina dan C2(A,F) masing-masing membentuk C3A dan C4AF.
3CaO + Al2O3 3CaO.Al2O3 atau C3A
4CaO + Al2O3+ Fe2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Boateng. 2008.Rotary Kiln Transpot Phenomena and Transpot Processes. Elsevier :
Oxford.

Anonim. External Aligment for Rotay Kiln, Cooler, Dryer, and Similar Rotating Machines.
Bridge Streeet : USA.
Anonim. Rotary Kiln and Drying. PT. Cemara Siko Enginering Indonesia : Jakarta.
Novi Anitra. 2010. Laporan praktek kerja pabrik semen PT. Semen Gresik (persero),Tbk
Pabrik Tuban. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret:
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai