Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Industri petrokimia secara umum dapat didefinisikan sebagai ”industri


yang berbahan baku utama produk migas (naphta, kondensat yang merupakan
produk samping eksploitasi gas bumi, gas alam), batubara, gas metana batubara,
serta biomassa yang mengandung senyawa-senyawa olefin, aromatik, n-parrafin,
gas sintesa, asetilena dan menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat
diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebut, untuk menghasilkan produk-
produk yang memiliki nilai tambah lebih tinggi daripada bahan bakunya.” Kondisi
ketersediaan bahan baku dari produk migas yang makin terbatas dan mahal
mengakibatkan mulai munculnya pencarian-pencarian bahan baku pengganti,
diantaranya gas etana, batubara, gas dari coal bed methane, dan limbah refinery
(coke).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan Industri Petrokimia?
2. Apa sajakah bahan baku Industri Petrokimia?
3. Bagaimanakah cara mendapatkan bahan baku Industri Petrokimia?
4. Dimana sajakah tersedia bahan baku Industri Petrokimia di Indonesia?
5. Apa sajakah produk-produk Industri Petrokimia?
6. Bagaimanakah jalur-jalur dalam pembuatan Produk Industri Petrokimia?
7. Bagaimanakah penggunaan dan pemanfaatan produk-produk Petrokimia?
8. Apakah yang dimaksud dengan PVC?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Industri Petrokimia.
2. Untuk mengetahui apa saja bahan baku Industri Petrokimia.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan bahan baku Industri
Petrokimia.

1
4. Untuk mengetahui dimana saja tersedia bahan baku Industri Petrokimia di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui produk-produk Industri Petrokimia.
6. Untuk memahami jalur-jalur dalam pembuatan produk Industri Petrokimia.
7. Untuk memahami penggunaan dan pemanfaatan produk-produk
Petrokimia.
8. Untuk mengetahui dan memahami apa itu PVC.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Industri Petrokimia


Bahan-bahan atau produk yang terbuat dari bahan dasarnya minyak dan
gas bumi disebut petrokimia. Bahan-bahan petrokimia dapat digolongkan: plastik,
serat sintetik, karet sintetik, pestisida, detergen, pelarut, pupuk, berbagai jenis obat
dan vitamin. Sementara itu, industri petrokimia adalah industri yang berkembang
berdasarkan suatu pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak
bumi yang tersedia, dengan kebutuhan masyarakat akan bahan kimia atau bahan
konsumsi dalam kehidupan sehari-hari.
Pada dasarnya, industri petrokimia terbagi dalam tiga bagian besar, yaitu:
1. Industri petrokimia hulu
Industri petrokimia hulu (upstream petrochemical industry) adalah
industri yang menghasilkan produk petrokimia yang masih berupa produk dasar
atau produk primer dan produk antara atau produk setengah jadi (masih
merupakan bahan baku untuk produk jadi.
Pada daftar berikut diurutkan beberapa bahan baku yang dapat dipakai
untuk industri petrokimia hulu. Semuanya merupakan atau terdiri dari
hidrokarbon yang merupakan produk-produk industri minyak dan gas bumi.
Feedstocks Petrochemical Product Fuel Coproduct
Methane Methanol Pyrolysis Gasoline
Ethane Ethylene Pyrolysis Fuel Oil
Propane Propylene Raffinate
Butane Butadiene Mixed C4’s
Condensate Benzene
Naphta Toluene
Gas Oil Xylenes
Reformate
Raffinate
Pyrolysis Gasoline

3
2. Industri antara
Produk antara merupakan hasil dari proses pengolahan petrokimia hulu
dan selanjutnya akan diolah menjadi produk siap pakai (jadi) maupun produk
yang masih bisa diolah pada proses selanjutnya. Contoh dari produk antara ialah
polietilena, ammonia, butena, dikloroetilena-vinil klorida, dan sebagainya.

3. Industri petrokimia hilir


Industri petrokimia hilir bergerak sebagai pengolahan produk antara
menjadi produk jadi sehingga dapat digunakan oleh masyarakat. Berbagai macam
produk jadi dengan fungsinya masing-masing seperti pupuk, serat pakaian, alat
kosmetik, bahan pelarut, cat, lilin, karet nilon, bahan peledak, dan berbagai jenis
produk lain.
Jadi dapat disimpulkan bahwa proses petrokimia dilakukan dengan tiga
tahap pengolahan sehingga dihasilkan produk yang siap pakai yang meliputi tahap
pengolahan fraksi minyak bumi dan gas bumi menjadi bahan baku, mengolah
bahan baku menjadi produk setengah jadi dan pada tahap akhir yaitu mengolah
bahan setengah jadi menjadi produk yang siap digunakan oleh masyarakat.

2.2 Bahan Baku Industri Petrokimia


Proses petrokimia umumnya melalui tiga tahapan, yaitu:
a. Mengubah minyak dan gas bumi menjadi bahan dasar petrokimia
b. Mengubah bahan dasar petrokimia menjadi produk antara, dan
c. Mengubah produk antara menjadi produk akhir yang dapat dimanfaatkan.

Pada dasarnya hampir semua produk petrokimia umumnya berasal dari


tiga jenis bahan baku dasar, yaitu : olefin, aromatika, dan gas – sintesis(syn-gas).
1. Olefin (alkena – alkena)
Olefin merupakan bahan dasar petrokimia paling utama. Produksi olefin
di seluruh dunia mencapai miliaran kg per tahun. Di antara olefin yang terpenting
(paling banyak diproduksi) adalah etilena (etena), propilena (propena), butilena
(butena), dan butadiena.

4
Olefin pada umumnya dibuat dari etena, propana, nafta, atau minyak gas
( gas- oil) melalui proses perengkahan (cracking). Etana dan propana dapat
berasal dari gas bumi atau dari fraksi minyak bumi; nafta berasal dari fraksi
minyak bumi dengan molekul C-6 hingga C-10 ; sedangkan gas oil berasal dari
fraksi minyak bumi dengan molekul dari C- 10 hingga C – 30 atau C-40.
CH2 = CH2 CH2 = CH - CH3
Etilena Propilena
CH3 - CH = CH - CH3 CH2 = CH - CH = CH2
Butilena Butadiena

2. Aromatika (benzena dan turunannya)


Aromatika adalah benzena dan turunanaya. Senyawa aromatic adalah
suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai rangkaian ikatan atom C
secara siklis berupa ikatan atom antara C6-C8 yang sangat reaktif sehingga akan
mudah bereaksi atau berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk produk polimer.Aromatika dibuat dari nafta melalui proses yang
disebut reforming. Di antara aromatika yang terpenting adalah benzene (C6H6),
toluene (C6H6CH3), dan xilena (C6H4(CH3)2). Ketiga jenis senyawa ini secara
kolektif disebut BTX.

3. Gas Sintetis
Gas sintetis (syn-gas) adalah campuran dari karbon monoksida (CO) dan
hidrogen (H). Syn – gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang
disebut steam reforming atau oksidasi parsial. Steam reforming adalah campuran
metana (gas bumi) dan uap air dipanaskan pada suhu dan ekanan tinggi dengan
bantuan katalis ( bahan pemercepat reaksi). Sedangkan, oksidasi parsial yaitu
metana direaksikan dengan sejumlah terbatas oksigen pada suhu dan tekanan
tinggi.
Reaksi steam reforming : CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g)

5
2.2.1 Petrokimia dari Olefin
Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar etilena :
a) Polietilena
Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi. Plastik
polietilena antara lain digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus
/ sampul. Plastik polietilena ( maupun plastik lainya) yang kita kenal, selain
mengandung polietilena juga menggandung berbagai bahan tambahan, misalnya
bahan pengisi, plasticer,dan pewarna.

b) PVC
PVC atau polivinilklorida juga merupakan plasik, yang antara lain
digunakan untuk membuat pipa (paralon) dan pelapis lantai.

c) Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari – hari biasa kita kenal sebagai alkohol.
Etanol digunakan untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk
lain, misalnya asam asetat.
Alkohol dibuat dari etilena:
CH2 = CH2 + H2O → CH3 – CH2OH

d) Etilena glikol atau glikol


Sebagai bahan baku industri poli ester di industri tekstil dan plastik,
bahan baku tambahan pada pembuatan cat, cairan rem, solvent, resin, lem, serat
tekstil, dan bahan anti beku

6
Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar propilena:
a) Polipropilena
Plastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan plastik polietilena.
Polipropilena antara lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.

b) Gliserol
Zat ini antara lain digunakan sbagai bahn kosmetik ( pelembab ) industri
makanan, dan bahn peledak ( nitrogliserin).

c) Isopropil alkohol
Zat ini digunakan sebagai bahan – antara untuk berbagai produk
petrokimia lainya, misalnay aseton( bahan pelarut, digunakan sebagai pelarut
pelais kuku / kutek).

Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar butadiena:


a) Karet sintetis , seperti SBR ( styrene-butadiene-rubber) dan neoprena
b) Nilon, yaitu nilon 6,6

2.2.2 Petrokimia dari Aromatika


Pada industri petrokimia berbahan dasar benzena, umumnya benzena diubah
menjadi stirena,kumena,dan sikloheksena.
a) Stirena digunakan untuk membuat karet sintetis, seperti SBR dan
polistirena.
b) Kumena digunakan untuk membuat fenol, selanjutnya fenol digunakan
untuk membuat perekat dan resin.

7
c) Sikloheksena digunakan terutama untuk membuat nilon, misalnya nilon-6,6
dan nilon-6.
Selain itu, sebagian benzena digunakan sebagi bahan dasar untuk membuat
detergen, misalnya ABS dan LAS.
Beberapa contoh produk petrokimia berbahan dasar totulen dan xilena antara lain:
a) Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT).
b) Asam tereftalat yang merupakn bahan dasar untuk membuat serat seperti
metiltereftalat.

2.2.3 Petrokimia dari Gas-Sintetis (Syn-Gas)


Seperti telah disebutkan, gas- sintetik (sn-gas) merupakn campuran dari
karbon monoksida (CO) dan hidrogen(H2). Berbagai contoh petrokimia dari syn-
gas adalah :
a) Amonia (NH3)
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g)
Amonia dibuat dari nitrogen dan hidrogen. Pada industri petrokimia gas
nitrogen diperoleh dari udar, sedangkan gas hidrogen dari syn-gas. Sebagian besar
produk amonia digunakan untuk membuat pupuk seperti [CO(NH2)2] urea,
[(NH4)2SO4]; pupuk ZA, dan (NH4NO3); amonium nitrat. Sebagian lainya
digunakan untuk membuat berbagai senyawa nitrogen lain, seperti asam nitrat dan
berbagai bahan untuk membuat resin dan plastik.

b) Urea [CO(NH2)2]
CO2(g) + 2NH3(g) → NH2COH4(S)
NH2CONH4(S) → CO(NH2)2(S) + H2O(g)
Sebagian besar urea digunakan sebagai pupuk. Kegunaan yang lain yaitu
untuk makanan ternak,industri perekat, plastik, dan resin.

c) Metanol (CH3OH)
CO(g) + 2H3(g) → CH3OH(g)

8
Metanol dibuat dari syngas melalaui perpanasan suhu dan tekanan tinggi
dengan bantuan katalis. Sebagian besar metanol diubah menjadi formaldehida.
Sebagian yang lain digunakan untuk membuat serat , dan campuran bahan bakar.

d) Formaldehida (HCHO)
CH3OH(g) → HCHO(g) + H2(g)
Formaldehida dibuat melalui oksidasi metanol dengan bantuan katalis.
Larutan Formaldehida dalam air dikenal dengan nama formalin. Formalin
digunakan untuk mengawetkan preparat biologi (termasuk mayat). Akan tetapi,
penggunaan utama dari Formaldehida adalah untuk membuat resin urea-
Formaldehida dan lem. Lem Formaldehida banyak digunakan untuk industri kayu
lapis.

2.3 Cara-Cara Mendapatkan Bahan Baku Industri Petrokimia


Berikut ini diuraikan cara-cara mendapatkan bahan baku Industri Petrokimia.
1. Gas Metana (CH4)  Dari pengeboran gas di lapangan. Gas metana dari
kilang BBM (off gases) dijadikan gas buangan
2. Gas Etana (C2H6)  Dari lapangan gas bumi
3. Gas Etilena (C2H4)  Cracking gas etana, nafta dan kondensat
4. Gas Propana (C3H8)  Absorpsi dan ekstraksi
5. Gas Propilena (C3H6)  Cracking gas etana, propane, nafta dan kondensat
6. Gas Butana (n-C4H10)  Ekstraksi dan absorpsi
7. Kondensat (C5H12 – C11H24)  Ekstraksi dan absorpsi. Selain itu, juga
dapat diperoleh dari kilang BBM
8. Benzena, Toluena dan Xilena (BTX Aromatik)  Catalytic reforming
9. Nafta (C6H14 – C12H26)  Proses distilasi
10. Kerosin (C12H26)  Distilasi atmosferik
11. Short Residue / waxy residue

9
2.4 Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia
Berikut ini akan di uraikan ketersediaan bahan baku Industri Petrokimia
yang ada di Indonesia, diantaranya gas bumi, bahan baku kondesat, bahan baku
nafta, dan bahan baku residu.
1. Ketersediaan Cadangan Gas Bumi (C1-C4)
Ketersediaan cadangan gas bumi 60%-80% kandungannya adalah gas
metana. Ketersediaan tersebut hampir merata dan menjangkau dareah padat
penduduk dan pusat industri.

2. Ketersediaan Bahan Baku Kondensat (C5-C11)


Kondensat dalam negeri selama ini diekspor ke luar negeri. Jika
kandungan Produk paraffin dan olefinnya besar  jalur olefin center. Jika
kandungan naftene dan aromatic besar  jalur aromatic center.

3. Ketersediaan Bahan Baku Nafta (C6-C12)


Diperoleh dari kilang Cilacap dan Balikpapan dan produksinya diekspor
ke luar negeri.

4. Ketersediaan Bahan Baku Residu / Low Sulfur Waxy Residu (LSWR)


Berasal dari Kilang Dumai, Sungai Pakning, dan Eksor I Balongan.

2.5 Produk – produk Industri Petrokimia


Produk petrokimia merupakan produk lanjut dari hasil pengolahan
minyak dan gas bumi guna memperoleh nilai tambah yang lebih besar. Produk
petrokimia yang dihasilkan dari hasil pengolahan minyak bumi berupa naptha,
dan kondensat adalah produk aromatik (benzene, toluene dan xylene) dan produk
olefin (ethylene, propylene dan butadiene) yang merupakan bahan baku untuk
industri sandang, karet, sintetis, plastik.
Produk petrokimia yang dihasilkan dari pengolahan gas bumi adalah
methanol, urea, ammonia yang merupakan bahan baku untuk industri perekat,
pupuk. Industri petrokimia Pertamina yang berbahan baku minyak dan gas bumi

10
antara lain Kilang Metanol di Pulau Bunyu Kalimantan Timur, Kilang Purified
Terephthalic Acid (PTA) dan Kilang Polypropylene (Polytam) di Plaju, Sumatra
Selatan, Kilang Paraxylene dan Benzene di Cilacap, Jawa Tengah.
Produk petrokimia berdasarkan proses pembentukannya dan
pemanfaatannya dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu:
1. Produk dasar
Produk dasar terdiri dari gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena,
butadiene, benzene. toluene, xilena, dan n-parafin.

2. Produk antara
Produk antara diantaranya adalah amonia, inetanol, carbon black, urea,
etil alkohol, etilklorida, Rumen (cumene), propilen-oksida, butil alkohol,
isobutilena, nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (purified terephthalic acid), TPA
(terephthalic acid), DMT (dimethyl terephthalate), kaprolaktam (caprolactain),
LAB (liner alkyl benzene).

3. Produk akhir
Produk akhir antara lain adalah urea, carbon black, formaldehida,
asetilena, poli etilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro
toluene), poli ester, nilon, poli uretan, “LAB-sulfonate” (Surfactant).

4. Produk jadi
Pada umumnya berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dalam
kehidupan kita sehari-hari banyak dipakai di rumah tangga seperti: plastik-plastik
untuk produk-produk elektronik dan telekomunikasi (radio, tv, film alat-lat
komputer, kabel-kabel telefon, kabel-kabel listrik), plastik-plastik untuk rumah
tangga (ember plastik, kantong/karung plastik, botol-botol kemasan plastik),
peralatan plastik untuk industri mobil dan pesawat terbang (bemper mobil,
jok/busa mobil, jok/busa kapal terbang, ban pesawat terbang). Baju dan kaus kaki
yang kita pakai dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan

11
campuran karet dan carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari “LAB-
sulfonate” dan lain sebagainya.
Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer
sintetik atau polimer buatan manusia). Pengertian polimer dalam arti sempit
adalah suatu molekul raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang
terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga
makromolekul. Maka berdasarkan proses pembentukannya, bahan/produk polimer
dapat dibagi alas 2 bagian, yaitu:
1. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:
a) Polisakarida (pati dan bahan selulosa)
b) Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)
c) Karet alam dan asam-asam nukleat
2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang
mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan
proses polimerisasi dari migas, misalnya:
a) Plastik-plastik sintetik
b) Serat-serat sintetik
c) Karet-karet sintetik

2.6 Jalur – Jalur Dalam Pembuatan Produk Industri Petrokimia


Proses pembuatan produk petrokimia yang lebih ekonomis dapat
ditempuh dengan 3 jalur/lintasan utama :
1. Jalur Gas Sintetik
Jalur gas sintetik yaitu dengan pembentukan gas CO dan H2 dari bahan
baku gas bumi (CH4) untuk menghasilkan ammonia, methanol dan carbon black.
Dan untuk memproduksi gas sintetik melalui 3 cara:
a) Reaksi steam reforming untuk membentuk amonia yang reaksinya
berlangsung dengan bantuan katalis Ni pada suhu 1.400 – 1.600oF, pada
tekanan 400-500 psi.
2 CH4 + O2 + 2 H2O + N2  2 CO2 + 4 NH3

12
b) Reaksi stream reforming pada pembentukan methanol dan cara
memproduksinya menggunakan 2 macam proses yaitu pada tekanan tinggi
dan tekanan rendah. (Lurgi High Pressure Process dan ICI Low Pressure
Process).
c) Reaksi oksidasi parsial pada pembentukan gas sintetik yang dilanjutkan
dengan reaksi pirolisis pada suhu 1300-1500oC dan tekanan 100-150 atm.

2. Jalur Olefin
Jalur olefin yaitu untuk membentuk gas-olefin (gas etilena, propilena dan
butena/butadiena) adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang
mempunyai ikatan rangkap terbuka yang sangat reaktif , sehingga dengan mudah
dapat berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk
polimer. Gas olefin dapat dapat diproduksi dengan 2 cara yaitu olefin dengan
bahan baku nafta dan dengan bahan baku etana.
1) Ofelin dangan bahan baku nafta
Jika bahan baku berasal dari nafta fraksi berat (C15 – C23) dan dari jenis
minyak parafin, maka akan terbentuk campuran molekul parafin dan olefin :
C23H48  C8H18 + C15H30  C3H8 + C12H22 (cracking)
Proses ini dapat terjadi terus menerus hingga terbentuk cokes :
C12H22  C2H6 + C10H16  C2H4 + C8H12  2 CH4 + C6H4 (cracking)
C6H4  CH4 + 5 C (cracking)
Selain itu juga dapat terbentuk terdiri hasil polimerisasi olefin :
C10H16 + C10H16  C20H32 + C15H30  C35H62 (kopolimerisasi C20H32
dengan C15H30 )

2) Ofelin dengan bahan baku etana


Jika bahan baku yang digunakan adalah gas etana, maka reaksi cracking
yang terjadi adalah sebagai berikut :
C2H6  2 C2H4 + H2 (cracking)
Karena di dalam umpan juga terdapat gas propana, maka terjadi pula reaksi
cracking sebagai berikut :

13
a) C3H8  C3H6 + H2 (cracking)
b) C3H8  C2H4 + CH4 (cracking)
c) 2 C3H8  C4H8 + 2 CH4
d) 2 C3H8  C2H6 + C2H6 + CH4
Hasil cracking tersebut akan mengalami cracking dan hidrogenasi lebih
lanjut sebagai berikut :
a) C3H6 + 3 H2  3 CH4
b) C3H6  C4, C5, C6 + H2

3. Jalur Aromatik
Jalur aromatik yaitu dengan pembentukan fraksi-fraksi aromatik
(benzena, toulena dan xilena). Senyawa aromatic adalah suatu senyawa
hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai rangkaian ikatan atom C secara siklis
berupa ikatan atom antara C6-C8 yang sangat reaktif sehingga akan mudah
bereaksi atau berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk produk polimer.

2.7 Penggunaan dan Pemanfaatan Produk-produk Petrokimia


Penggunaan dan Pemanfaatan Menurut Sektor Industri :
1. Penggunaan dalam Industri Pupuk dan Pestisida
Produk amoniak / urea dalam negeri sebagian besar digunakan sebagai
pupuk pertanian, dan adhesive urea formaldehida.
Dalam industri pestisida, sebagaian bahan aktif pestisida, pelarut dan
aditifnya merupakan produk akhir petrokimia seperti senyawa carbamate,
thiocarbamate, surfaktan organik, organoklorida, alkohol, dsb.

2. Penggunaan dalam Industri Serat Sintetik


Produk petrokimia yang digunakan untuk serat sintetik adalah TPA
(terepthalic acid), DMT (dimethyl terepthalate), PTA (purified terepthalic acid),
dan kaprolaktam.

14
3. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik
PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS
(polistirena).

4. Penggunaan Dalam Industri Adhesive Resin


Urea formaldehida, melamin formaldehida dan fenol formaldehida.

5. Penggunaan dalam Industri Deterjen


Alkil benzena, alkil benzene sulfonat (ABS), dan selulosa karboksi metil
(CMC).

6. Penggunaan dalam Industri Elastomer


Karet sintetik yang digunakan untuk industri ban adalah SBR dan karet
butil sebesar 20%.

7. Penggunaan dalam industri Kimia, Khusus Industri Zat Pewarna (Dyestuff


Industry)
Phthalic anhydride (pewarna tekstil) dan carbon black

Pemanfaatan produk Industri Petrokimia lainnya :


1. Aspal
Kegunaan aspal digunakan untuk pelapis tanggul, pelapis tahan air,
sebagai bahan isolasi, pelapisa anti korosi pada logam dan juga sebagai bahan
campuran pada pembuatan briket batubara.

2. Lilin
Kegunaan lilin sebagai cadangan bila lampu dari PLN padam. Lilin jenis
ini oleh pertamina diproduksi dengan nama Hard Semi White Wax dan Fully
Refined White Wax. Selain untuk penerangan, kedua jenis lilin tersebut dapat
digunakan sebagai kertas lilin pembungkus, bahan baku semir serta pengkilap
lantai dan mebel.

15
3. Polytam PP (Polipropilena Pertamina)
Kantong plastik, karung plastik, film, produk cetakan (moulding) dan tali
rafiaadalah produk yang sangat memasyarakat. Produk tersebut dibuat dengan
menggunakan bahan polytam pp.

4. Methanol
Methanol dapat digunakan sebagai lem untuk industri plywood, bahan
bakar pesawat, bahan bakar jenis methylfuel, bahan pelarut jenis nitro cellulose,
insektisida,dehidrator gas alam, dan sebagai bahan baku untuk industri protein
sintesis dengan fermentasi berkesinambungan.

5. Petrolium Cokes
Bila cokes diproduksi dengan bahan dasar tanaman cola, maka petrlium
cokes tersiri dari dua macam yakni; Green coke merupakan produk samping dari
proses pengolahan residu untuk bahan dasar minyak. Green coke bermanfaat
sebagai bahan baku Calcined coke,yang berfungsi sebagai reduktor dalam proses
peleburan timah,bahan bakar padat atau bahan penambahan kadar karbon pada
industri logam.Satunya lagi adalah Calcined coke berguna sebagai elektroda
dalam proses pengolahan aluminium pada industri Kalsium Karbida (CaC2),
bahan baku industri elektroda grafit, bahan bakar padat atau bahan penambah
kadar karbon pada industri modern, dan sebagai unsur pengisi pada industri baja
(sebagai karbon).

2.8 PVC
PVC adalah bahan plastik yang paling serba guna, digunakan untuk
membuat pembungkus makanan, bahan interior mobil, dan sebagainya. PVC
teridiri dari dua elemen yang sederhana, yaitu:
 Klorin (unsur pembentuk garam)
 Etilena (dari minyak mentah)
Polivinil klorida (IUPAC: Poli (kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC,
adalah polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia,

16
setelah polietilena dan polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang
diproduksi dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif
murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan
fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya dipakai sebagai bahan
pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.

2.8.1 Sifat Fisika dan Kimia Bahan Baku dan Produk


Sifat Fisika dan Kimia PVC:
Sifat Fisika:
1. Keras
2. Kaku
3. Jernih dan mengkilap
4. Sangat sukar ditembus oleh air
5. Tahan terhadap bahan kimia dengan asam, alkali, larutan garam dan bahan
kimia lainnya serta tahan dari serangan korosi
6. Permeabilitas gasnya rendah
7. Dapat diperoleh dengan berbagai macam warna
8. Terbakar dalam api (banyak melepaskan gas HCl) dan padam sendiri bila
dibawa ke luar jangkauan api
9. Masa jenisnya kira-kira 1,4 gr/cm
10. Operasi temperatur: 0o -60o C

Sifat Kimia :
1. Volume PVC lebih padat dari pada monomer vinil klorida
2. Memiliki reaksi eksotermik dalam proses pembuatannya
3. Polivinil klorida (PVC) merupakan salah satu polimer adisi sintetik

17
Sifat Fisika dan Kimia Bahan baku:
VCM (Vinyl Chlorida Monomer)
Sifat fisika :
1. Bentuk : gas atau cair tak berwarna.
2. Density relatif : 0,9 gr/ml
3. Titik lebur : -154 0C
4. Titik didih : -13 0C
5. Tekanan uap : 346 Kpa pada suhu 25 0C
6. Bau : bau manis
7. Titik nyala : gas mudah menyala
8. Kondisi yang dihindari: sumber udara, O2, matahari, dan semua penyebab
kebakaran (sumber panas dan sumber nyala).

Sifat kimia :
1. Rumus molekul : CH2=CHCl
2. Kelarutan : 0,1 gr/100 ml air pada 25 0C

2.8.2 Macam-Macam Proses Pembuatan PVC


1. Polimerisasi Bulk
Polimerisasi bulk merupakan proses yang paling sedikit digunakan untuk
membuat PVC dari VCM. Sekitar 10% saja dibandingkan penggunaan proses
polimerisasi suspensi dan emulsi. Keuntungan polimerisasi bulk adalah bahwa
dapat dihasilkan produk yang murni, yaitu produk yang bebas dari surfaktan,
aditif maupun pelarut. Masalah yang muncul adalah sulit mengontrol suhu yang
berakibat sulitnya mengontrol laju reaksi. Proses Pechiney-Saint-Gobain
digunakan dalam pembuatan polimerisasi bulk skala industri karena masalah
pengontrolan panas dapat ditanggulangi. Cara yang digunakan adalah dengan
menggunakan dua stage. Pada stage pertama, VC dipolimerisasi untuk
memperoleh konversi 10% dalam bentuk pasta. Kemudian, massa yang bereaksi
diteteskan kedalam autoclave kedua untuk mencapai konversi 80%-85% dalam
bentuk serbuk. Reaktor ini sengaja didesain dengan pengaduk dan dilengkapi

18
dengan kondenser. Apabila diinginkan polimer dengan stabilitas thermal, maka
reaksi dilakukan pada suhu rendah. Untuk melakukannya, diperlukan inisiator
yang dapat bekerja pada kisaran suhu -20 °C seperti katalis tipe redoks (organik
hidrogen peroksida dengan sulfur dioksida atau sulfur trioksida, organik hidrogen
peroksida dengan asam sulfinic atau turunannya dan organik hidrogen peroksida
dengan hidroksi keton). Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau
emulsifier sehingga produk yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi.
Polimerisasi secara bulk digunakan untuk menghasilkan unplasticied PVC
(UPVC).

2. Polimerisasi Suspensi
Lebih dari 80% PVC diproduksi menggunakan proses polimerisasi
suspensi. Perbedaan dengan proses polimerisasi bulk adalah sebelum dimasukkan
dalam reaktor, vinyl chlorida ditambah air dengan perbandingan 2:1. Penyuspensi
dapat berupa vinyl asetat, ether selulosa, acrylic esther, vynil pyrrolidone, gelatin,
lithium stearat, dll. Keberadaan penyuspensi dibutuhkan untuk menstabilkan
tetesan monomer dari kemungkinan koagulasi dan untuk mengontrol dimensi dari
partikel. Setelah proses polimerisasi, kelebihan monomer ditampung atau
dikembalikan ke reaktor. VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan
stabilizer antara lain talcataubentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi
monomer. Inisiator yang digunakan untuk menghasilkan radikal bebas antara lain
adalah : peroxy dikarbonat, t-butylperpivalat, azobis dan acetyl cyclohexyl peroxy
sulphonat. Polimer dimurnikan dengan proses filtrasi, dicuci berulangkali dengan
air suling dan dikeringkan untuk memperoleh berat yang tetap dengan tekanan
rendah dan suhu sekitar 50 °C. PVC yang dihasilkan lebih murni, memiliki sifat
isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari PVC emulsi.

3. Polimerisasi Emulsi
Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer (sabun)
dan inisiator. Emulsifier yang digunakan antara lain garam alkali dan alkyl
sulphonat. Inisiator yang menghasilkan radikal bebas antara lain hydrogen

19
peroksida, potassium persulphat dan ammonium persulphat. Campuran
dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi masuk ke dalam soap
micelle. Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga berdifusi ke dalam
soap micelle untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk lateks yang
halus. Proses ini berlangsung relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah
dibandingkan dengan metode lain. Produk yang dihasilkan memiliki daya tahan
listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi listrik.

2.8.3 Pemilihan Bahan Baku dan Pemilihan Proses Pembuatan


1. Pemilihan Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan adalah Vinil Monomer Klorida (VCM) dan air.
Bahan baku tambahan adalah inisiators, suspending Agents dan
pengemulsi (Emulsifier)
a. Inisiators
Inisiator adalah senyawa yang mampu membentuk radikal bebas dengan
dekomposisi termal. Literatur paten melaporkan banyak penggunaan inisiator.
Suspensi polimerisasi monomer vinil klorida dimulai dengan peroksida organik
dalam praktek industri, meskipun senyawa azo, derivatif boron, dan sistem redoks
dapat digunakan.
Produsen utama karbonat melaporkan menggunakan peroksida isopropil
(IPP). Konversi menunjukkan konversi VCM sebagai fungsi dari waktu reaksi
untuk polimerisasi vinil klorida menggunakan dua inisiator yang berbeda.
Keuntungan mengklaim untuk penggunaan inisiator IPP meliputi:
1) Mengurangi waktu batch,
2) Periode insuksi sedikit atau tidak ada,
3) Meningkatkan kualitas polimer karena fragmen inisiator lebih sedikit,
4) Kurang rantai bercabang selama polimerisasi.

20
b. Suspending Agents
Suspending agent adalah lapisan senyawa aktif yang mencegah
aglomerasi partikel PVC selama polimerisasi vinil klorida. Suspending agent
mempengaruhi ukuran partikel, perosity, dan karakteristik pengolahan produk.
Suspending agent konvensional seperti getah alam dam polimer gelatin,
atau sintesis seperti polivinil asetat terhidrolisis sebagian (polivinil alkohol –
polivinil asetat) dan selulosa metil, efisiensi mempromosikan transisi dari tetesan
monomer yang mengandung endapan PVC untuk sebuah partikel polimer
membesar dengan monomer. Namun, sistem ini menghasilkan resin yang tidak
mudah menyerap bahan plastik, yang membutuhkan pengolahan tinggi atau
premastication di mixer intensif atau extruder sebelum proses akhir untuk produk
plastik.
Industri sedang menyelidiki semua ssuspending agent sintesis yang
menghasilkan resin “pengolahan mudah” atau “blending cepat”. Resin ini
memiliki plasticizer dengan kapasitas penyerapan yang tinggi dalam pencampuran
kering dan lebih mudah homogenisasi ketika mengalami panas dan bergerak
mekanis ekstruksi atau calendering.

c. Pengemulsi (Emulsifier)
Pengolahan produk akhir mengalami perbaikan dengan penambahan
jumlah kecil dari pengemulsi sekunder ke sistem. Pengemulsi tersebut meliputi
minyak sulfonasi atau ester, produk etilen oksida dengan kondensasi poliol, dan
surfaktan sintesis lainnya.

2. Pemilihan Proses Pembuatan


Proses yang dipilih dalam pembuatan PVC adalah Polimerisasi
Suspensi. Alasan kami memilih proses polimerisasi suspense adalah:
 PVC yang dihasilkan lebih murni, memiliki sifat isolasi listrik dan
ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari PVC polimerisasi emulsi.
 Produk polimerisasi emulsi yang dihasilkan memiliki daya tahan listrik
rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi listrik.

21
 Polimerisasi secara bulk hanya digunakan untuk menghasilkan
unplasticied PVC (UPVC).
 Pada operasi normal, Polimerisasi Suspensi kelebihan monomer vinil
klorida pada PVC hanya sebesar kurang dari 1 PPM, sedangkan
Polimerisasi emulsi dan bulk lebih dari 1 PPM.

Polimerisasi Polimerisasi Polimerisasi


Suspensi Emulsi Bulk
Energi Thermal 2-3 6-9
(GJ/t of PVC)
Energi Listrik 0.7 – 1.1 1.4 - 2.2
(GJ/t of PVC)
VCM emisi 35.5 g/kg 60.1 g/kg 24.2 g/kg

2.8.4 Blok Diagram, Diagram Alir, dan Deskripsi dari Proses Yang Dipilih

1. Blok Diagram

22
2. Diagram Alir

23
3. Deskripsi Proses
Vinil klorida polimerisasi dilakukan dalam stainless steel, kaca berlapis
baja karbon, atau kaca berlapis reaktor stainless steel, tergantung pada bahan baku
yang digunakan, ketahanan korosi, dan yang diinginkan selama raktor befungsi.
Ukuran reaktor bervariasi antara 11,3 m3 dan 103,2 m3; setiap pabrik
menggunakan 4-18 reaktor tersebut.reaktor masing-masing dilengkapi untuk
memiliki reaktor yang lebih besar dan lebih sedikit. Reaktor masing-masing
dilengkapi dengan agitator, baffle, dan kontrol suhu.
Reaktor dibebankan pertama dengan deionisasi, air deaerated; maka
larutan suspending agent diperkenalkan. Suhu reaktor dinaikkan sampai 55oC
dengan melewatkan uap melalui jaket reaktor. Inisiator ditempatkan dalam charge
pot dan diuraikan oleh monomer cair seperti melalui meteran batch.
Air pendingin bersirkulasi melalui jaket reaktor untuk menjaga suhu di
55oC selama polimerisasi.
Agitator terletak di bagian bawah vessel menggunakan beberapa baffle
dan/atau poros multiable untuk memberikan agitasi seragam, yang penting untuk
kedua tranfer panas yang efisien dan kontrol ukuran partikel polimer.
Suhu reaksi adalah salah satu variabel kontrol utama dalam polimerisasi
suspensi. Suhu mempengaruhi berat molekul, distribusi berat molekul,
crystallicity produk, ukuran partikel polimer dan solubility dan adsorpsi dari
suspending agent. Master-slave kaskade instrumen sistem digunakan untuk
kontrol suhu. Steam, cold water, dan refrigenerated water atau air garam
diedarkan melalui jaket reaktor sesuai kebutuhan. Suhu polimerisasi dapat
dikontrol dengan 30oC air hingga konversi 70% kemudian, laju reaksi meningkat
lebih cepat karena autoacceleration. Pada titik ini, air didinginkan pada 16oC yang
diperlukan untuk mengendalikan suhu.
Polimerisasi berlangsung pada tekanan 517-690 kPa. Reaktor dilindungi
dari overpressure dengan katup pelepas dan cakram. Penyelesaian reaksi
ditunjukkan oleh penurunan tekanan. Prologanation siklus ini diciptakan pada
konversi 88% (276 kPa) dengan meniup slurry ke stripper batch.

24
VCM yang tidak bereaksi dikirm oleh vakum untuk sistem pemulihan
dan daur ulang. Gas noncondensable diakumulasi dalam sistem dan harus
dibuang.

Monomer Recovery dan Slurry Blending


Dalam banyak pabrik, slurry dari reaktor ditransfer ke stripper untuk
menghilangkan vinil klorida yang tidak bereaksi dengan penerapan panas dan/atau
vakum. Stripping juga dapat diselesaikan secara efektif dalam reaktor, tetapi
kebanyakan produsen tidak menggunakan reaktor karena memakan waktu pada
stripping operation. Ventilasi gas dari stripper tersebut dipindahkan ke sistem
vapor recovery untuk di daur ulang.
Slurry monomer bebas polimer ditransfer ke tangki campuran slurry. Di
mana berbagai batch dicampur bersama untuk membentuk produk yang seragam.
Tangki pencampuran slurry juga berfungsi sebagai volume penyangga antara
polimerisasi batch dalam reaktor dan peralatan yang dioperasikan terus menerus.
Ini tangki yang terbuka dan melepaskan sisa VCM ke atmosfer.

Polymer Dewatering dan Pengeringan


Slurry dari tangki campuran dipompa ke centrifuge untuk pemisahan
polimer dan air. Centrifuge berbentuk kerucut; mangkuk berputar pada 500 rpm
sementara plow machanism berputar ke arah yang sama tetapi dengan kecepatan
berkurang. Padatan yang mengandung kelembaban sekitar 30% diangkut ke ujung
mangkuk kecil, dan air dibuang dari ujung yang lebih besar. Penyaringan dapat
digunakan untuk memisahkan suspensi bukan centrifuging.
Cake PVC yang basah dari centrifuge dijatuhkan ke mesin pengering.
Teknik pengeringan digunakan meliputi pengeringan semprot, pengeringan flash-
putar, pengeringan putar, dan dua-tahap flash pengeringan. Ukuran partikel
polimer mengatur pilihan pengeringan teknik. Polimer dikeringkan untuk 0,25%
berat hingga 0,4% berat konten kelembaban. Suhu produk maksimum yang
diijinkan adalah 55oC, karena degradasi polimer terjadi di atas 65oC.

25
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan batch polimer dalam tangki
campuran berkisar antara 5-8 jam. Akhir pengeluaran dari pengering adalah
constricted untuk meningkatkan kecepatan udara cukup tinggi untuk menaikkan
entrain PVC partikel kering. Pemisah siklon menghilangkan partikel kasar
(99,93%) dan fines (99,48%). Bangunan filter disediakan untuk membersihkan
udara ke luar. PVC padat dipisahkan dari siklon dan baghouses berdasarkan
ukuran melalui pengayakan dan partikel yang lebih besar di daur ulang.

Penanganan Polimer Massal


Polimer kering disaring untuk memisahkan partikel yang lebih besar
ukurannya. Partikel PVC yang telah diayak kemudian secara pneumatis
dipindahkan ke penyimpanan atau silo. Produk dapat dikirimkan, dikantongkan,
atau dikirim ke pabrim fabrikasi.

Recycle Purification
Recovered monomer dikumpulkan dalam tangki daur ulang dan secara
terus menerus diumpankan ke bagian pemurnian. Monomer dimurnikan didaur
ulang ke pabrik monomer.

Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses polimerisasi di
dalam reaktor. Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu Di-(2 -
Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate dan Cumyl Peroxy Neodecanoate.
1) Suspending agent
SA merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengontrol
ukuran dan porositas partikel yang berupa Poly (vinyl alkohol).
2) Terminator
Terminator merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk
menghentikan reaksi dalam proses polimerisasi. Contoh terminator yang
digubakan adalah Methyl Phenol (C15H24O). selain itu juga dapat digunakan Tert

26
Buthyl Catechol (TBC) yang berfungsi sama seperti Methyl Phenol namun
bedanya TBC hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja (emergency only).

2.8.5 Alat-Alat yang digunakan dalam produksi PVC


1) Reaktor Polimerisasi : berfungsi untuk terjadinya reaksi polimerisasi.

2) Screening : berfungsi untuk memisahkan suatu material yang


berbeda ukuran.

27
3) Drying : berfungsi untuk mengering PVC.

4) Stripper : berfungsi untuk mempertajam pemisahan komponen-


komponen, sehingga bisa memperbaiki mutu suatu produk dengan
memisahkan fraksi ringan yang tidak dibutuhkan.

5) Dearator column : digunakan untuk mengurangi kandungan gas


terutama untuk membatasi kandungan oksigen dalam air selama proses.

28
6) Mixed Bed Deionizer : untuk meningkatkan kemurnian air.

7) Decanter : untuk menyatukan dan memisahkan fase terdispersi dari


fase kontinu.

29
8) Kondensor : digunakan sebagai pendingin uap panas, biasanya digunakan
pada proses destilasi.

9) Reboiler : digunakan untuk memanaskan dan menguapkan cairan dan


karena itulah reboiler diletakkan didekat bagian bawah kolom destilasi.

30
2.8.6 Manfaat PVC
1. PVC digunakan dalam pakaian dan kain pelapis.
2. PVC digunakan dalam patung-patung dan dalam produk-produk seperti
tiup waterbeds, dan kolam renang mainan.
3. PVC digunakan untuk memproduksi pipa untuk berbagai kota dan aplikasi
industri.
4. Digunakan untuk isolator kabel listrik.
5. PVC digunakan untuk membran atap.
6. PVC dapat digabungkan bersama dengan menggunakan berbagai pelarut
semen menciptakan sendi permanen yang hampir tahan terhadap
kebocoran.
7. Sebagai komposit untuk produksi aksesori atau perumahan untuk
elektronik portabel.
8. Penggunaan PVC digunakan untuk membuat jas hujan, kantong kemas,
isolator kabel listrik, ubin lantai, piringan hitam, fiber, kulit imitasi untuk
dompet, dan pembalut kabel.
9. PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus
(packaging).

31
BAB III
PERMASALAHAN (TUGAS KHUSUS)
DECANTER

3.1 Pengertian Decanter


Decanter adalah alat yang bertindak sebagai unit pemurnian. Decanter
yang berfungsi memisahkan fase padat, fase minyak, dan fase air. Salah satu
fungsi dari stasiun pemurnian adalah untuk memisahkan minyak dari fase lainnya
dengan pemurnian supaya tidak terjadi penurunan mutu. Keberhasilan dalam
pengoperasian decanter dipengaruhi oleh:
a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena ratio antara minyak, air, dan
lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.
b. Fungsi alat Decanter tersebut.
c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah Sludge yang diolah.

3.2 Prinsip Kerja Decanter


Decanter bekerja berdasarkan gaya sentrifugal, bisa antara fase liquid-
liquid, atau fase solid-liquid. Prinsipnya cairan atau suspensi dimasukkan dalam
decanter yang biasanya berbentuk silinder dari bagian porosnya, lalu decanter
diputar dengan kecepatan tertentu tergantung bahan yang akan dipisahkan.
Dengan putaran tersebut akan menciptakan gaya sentrifugal pada cairan atau
suspensi tersebut, dan makin besar massa zat, maka akan makin besar pula gaya
sentrifugal yang diderita. Sehingga zat yang berat jenisnya lebih besar akan
terdesak ke arah dinding decanter dimana terdapat outlet untuk mengeluarkan zat
tersebut. Dan zat dengan berat jenis yang lebih kecil akan tertahan dibagian poros
yang di situ juga dibuatkan outlet yang mengeluarkan zat yang lebih ringan
tersebut.
Prinsip kerja decanter juga berdasarkan gaya sentrifugal yang dihasilkan
oleh bowl yang berputar secara horizontal. Produk yang masuk kedalam decanter
akan masuk kedalam bowl melalui distribution chamber. Dengan memanfaatkan
gaya sentrifugal yang muncul dari sistem putaran tinggi dari bowl secara

32
horizontal, proses pemisahan ketiga unsur ini dapat berlangsung cepat sekali.
Setelah terjadi proses pemisahan maka solid akan disalurkan menuju tempat
pembuangan lumpur yang tidak mungkin diproses lagi melalui decanter solid
conveyor, sludge yang merupakan fasa berat akan menuju ke drain dan tiba di
sludge pit yang memiliki temperatur sekitar 90° sampai dengan 100°C, sedangkan
minyak yang merupakan fasa ringan akan dipompa kembali menuju continous
settling tank untuk diproses kembali. Sludge yang sebelumnya masih mengandung
sekitar 5 % minyak murni, setelah melalui proses di decanter ini tinggal
menyisakan kadar minyak sekitar 0,85 % sampai dengan 1,2 %.

3.3 Jenis – Jenis Decanter


1. Decanter dibagi atas dua berdasarkan keluarannya, yaitu :
a. Two-Phase Decanter
Alat ini bekerja memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi
padat atau fraksi padat dengan cairan, dengan penggunaan tersendiri.

Gambar 3.1 Two-Phase Decanter


Cairan minyak yang masuk dari Crude Oil Tank ke dalam Decanter
dipisahkan menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat dan cair. Fraksi padat yang
berbentuk lumpur padat diangkut dengan bak trailer ke kebun, sedangkan fraksi
cair dipompakan ke dalam Settling Tank untuk diolah lebih lanjut. Tujuan
pengolahan ini merupakan cara pengurangan bahan padatan dalam cairan dengan
maksud agar pemisahan minyak dalam settling tank.

33
Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak
yang berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu
fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip
kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang
kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung
minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator atau
Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.
Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan
yang berasal dari Sludge Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan
minyak dan Sludge. Cairan minyak yang dipisahkan dipompakan ke Settling
Tank, sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fa tPit untuk diteruskan ke unit
pengolah limbah.

b. Three-Phase Decanter
Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter,
hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu
fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi padat.
Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan
menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih
mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator, dan
Sludge dan minyak akan terpisah.

Gambar 3.2 Three-Phase Decanter

34
2. Berdasarkan Letak Penempatan Dekanter
Decanter yang berfungsi memisahkan fase padat, fase minyak dan fase
air memberikan peluang penempatannya dihulu, tengah dan diakhir proses
klarifikasi. Umumnya penempatan di :
a. Hulu sebelum Settling Tank
Cairan hasil pressan yang keluar melalui Oil Gutter ditampung di Crude
Oil Tank, memiliki kandungan lumpur yang tinggi. lumpur tersebut jika
dipisahkan sebelum masuk kedalam proses klarifikasi akan lebih baik, karena
lumpur tersebut tidak lagi mengendap di dasar tanki klarifikasi yang dapat
menurunkan “Retention Time”. Decanter bekerja memerlukan keseimbangan,
maka diperlukan “Buffer Tank” tambahan, yaitu ditempatkan diatas decanter.
Kalau hanya menggantungkan stabilitas tekanan pada pompa dapat menyebabkan
efisiensi pemisahan lumpur yang rendah dan kehilangan minyak yang tinggi
dalam lumpur.
Decanter yang sesuai untuk dikembangkan pada cara ini adalah Decanter
2 phase, yaitu memisahkan cairan menjadi phase padat (lumpur) dan phase cair.
Phase padat dikirmkan kelapang, sedangkan phase air dipompakan ke settling
tank.

Gambar 2.3 Penempatan Decanter di Hulu sebelum Settling Tank

35
b. Tengah sebelum Sludge Separator
Cairan yang keluar dari bagian bawah Settling Tank mengandung lumpur
yang tinggi dan kadar minyak yang mencapai 10%. Cairan ini diolah dalam
Decanter akan menghasilkan : phase padat akan dibuang, phase minyak
dipompakan ke Settling Tank sedangkan phase cair tetap dialirkan ke Sludge
Tank. Cara ini akan mengurangi beban lumpur yang masuk ke dalam Sludge
Separator, umumnya digunakan adalah Decanter-3-phase. Cara ini akan
membantu Sludge Separator dan dapat menggantikan “Sand Cyclone” dan
“Strainer”.

c. Hilir Klarifikasi
Penempatan decanter di hilir sebagai pengganti sludge separator yang
memisahkan lumpur minyak dan air. Jika di hulu ditempatkan decanter maka
pemisah lumpur yang ditempatkan diakhir klarifikasi adalah sludge separator.
Jenis decanter yang digunakan mengganti sludge separator adalah decanter 2
phase dan decanter 3 phase.

d. Hilir klarifikasi sebagai pengganti oil purifier


Pemurnian minyak dilakukan dengan alat Oil Purifier yang memisahkan
minyak dan non minyak. Karena sifat-sifat ini dimiliki oleh Decanter-2-phase
maka ada pabrik yang menggunakan Decanter memisahkan minyak dengan
lumpur. Metode proses yang diterapkan ialah cairan minyak yang keluar dari
Crude Oil Tank dipompakan ke Buffer Tank dan dialirkan kedalam Decanter dan
akan menghasilkan minyak, lumpur dan cair. Dalam proses ini yang menjadi
tujuan ialah memisahkan minyak yang bersih tanpa mempertimbangkan
kehilangan minyak pada fase padat.

3.4 Contoh Aplikasi Penggunaan Decanter


Decanter dapat di gunakan untuk pengolahan minyak juga dan di luar
negeri decanter diaplikasi kan sebagai alat pengolahan limbah.

36
Secara garis besar kegunaan decanter adalah untuk memisahkan serat-serat
halus (non-oil solid) yang terkandung dalam minyak kasar (crude oil) dari crude
oil tank (COT). Serat halus ini berasal dari serat atau ampas yang terputus-putus
pada waktu pengepresan. Dengan berkurangnya serat halus ini, cairan minyak
tidak akan terlalu kental, sehingga proses pemisahan didalam CST akan lebih
sempurna. Jadi tujuan utama pengoperasian decanter adalah untuk memisahkan
sludge menjadi light phase, heavy phase dan solid.
Dalam pengaplikasian pada pengutipan minyak ada beberapa faktor
keberhasilan dalam pengoperasian decanter ini:
a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena rasio antara minyak, air dan
lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.
b. Fungsi alat decanter tersebut.
c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.

Decanter 3-Phase (PANX Alvalafal)

37
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Industri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu
pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia,
dengan kebutuhan masarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis
karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik,
karet, sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan
peledak, bahan bakar, kulit mitasi).
Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan dasar
yaitu olefin, aromatik, dan gas sintetik. Jalur0jalur dalam pembuatan produk
petrokimi yang ekonomis dapat ditempuh dengan tiga jalur utama yaitu jalur gas
sintetik, jalur olefin, dan jalur aromatik. Umumnya produk petrokimia berupa
barang-barang atau bahan-bahan yang dalam kehidupan kita sehari-hari banyak
dipakai di rumah tangga, seperti plastik-plastik untuk produk-produk elektronik,
telekomunikasi, dan rumah tangga, peralatan plastik untuk industri mobil dan
pesawat terbang. Penggunaan dan pemanfaatan menurut sektor industri antara lain
sebagai industri pupuk dan pestisida, industri serat sintetik, industri bahan plastik,
industri bahan baku cat, industri adhesive resin, industri detergen/ pencuci,
industri elastomer/ karet sintetik, dan industri kimia khusus.

4.2 Saran
Hasil Industri Petrokimia menghasilkan berbagai macam produk yang
penting bagi kehidupan manusia, namun masih dapat ditemukan juga
hasil dari produk industri Petrokimia yang tidak ramah lingkungan
seperti halnya plastik. Oleh karena itu, kita sebagai konsumen sebaiknya
berusaha untuk mengurangi pemakaian produk tersebut secara
berlebihan. Kita juga tidak boleh mengeksploitasi penggunaan bahan
baku Industri Petrokimia. Jadi tetap pergunakan bahan baku Industri

38
Petrokimia secukupnya serta berusaha untuk meminimalisisr dampak
negatif yang ditimbulkan.

39
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. PVC. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/PVC)


Anonim, 2012. Poli Vinil Klorida (PVC). (http://www.artikelkimia.info/poli-vinil-
khlorida-pvc-50050617012012)
Anonim, 2012. Stripper. (http://stripper-novanesk.blogspot.com/)
Anomin, 2012. Dearator. (http://steampowergenerations.com/deaerator/)
Anomin, 2012. Kondensor.
(http://kimiadahsyat.blogspot.com/2010/11/kondensor-condensor.html)
Antan, Rudy. 2013. Decanter (Equiment Sludge Treatment). http://surgapetani.
blogspot.com /2013/01/decanter-equiment-sludge-treatment.html. Diakses
pada 26 September 2013.
Engineering, Sales, 2011. PVC Pipe & Fittings.
(http://supplycahinindo.blogspot.com)
Meysari, Rina. 2009. Prinsip Kerja Decanter. http://hijaupabrik.blogspot.com
/2009/09/stasiun-klarifikasi.html. Diakses pada 29 September 2013.
Palm oil. 2012. Jenis-Jenis Decanter dan Fungsinya. http://intisawit.blogspot.com
/2012/07/jenis-jenis-decanter-dan-fungsinya.html Diakses pada 25
September 2013.
Poerwanto, Hari Indratmoko, 2003. 130 Tahun PVC.
Pwidayaka. 2011. Decanter (Stasiun Klarifikasi). http://pwidayaka.wordpress.com
/2011/02/04/decanter-stasiun-klarifikasi. Diakses pada 29 September 2013.
Rendemen. 2012. Pabrik Kelapa Sawit. http://rendemen.wordpress.com
/2012/02/08/ pemurnian-klarifikasi/. Diakses pada 29 September 2013.

40

Anda mungkin juga menyukai