PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Industri Petrokimia.
2. Untuk mengetahui apa saja bahan baku Industri Petrokimia.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mendapatkan bahan baku Industri
Petrokimia.
1
4. Untuk mengetahui dimana saja tersedia bahan baku Industri Petrokimia di
Indonesia.
5. Untuk mengetahui produk-produk Industri Petrokimia.
6. Untuk memahami jalur-jalur dalam pembuatan produk Industri Petrokimia.
7. Untuk memahami penggunaan dan pemanfaatan produk-produk
Petrokimia.
8. Untuk mengetahui dan memahami apa itu PVC.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2. Industri antara
Produk antara merupakan hasil dari proses pengolahan petrokimia hulu
dan selanjutnya akan diolah menjadi produk siap pakai (jadi) maupun produk
yang masih bisa diolah pada proses selanjutnya. Contoh dari produk antara ialah
polietilena, ammonia, butena, dikloroetilena-vinil klorida, dan sebagainya.
4
Olefin pada umumnya dibuat dari etena, propana, nafta, atau minyak gas
( gas- oil) melalui proses perengkahan (cracking). Etana dan propana dapat
berasal dari gas bumi atau dari fraksi minyak bumi; nafta berasal dari fraksi
minyak bumi dengan molekul C-6 hingga C-10 ; sedangkan gas oil berasal dari
fraksi minyak bumi dengan molekul dari C- 10 hingga C – 30 atau C-40.
CH2 = CH2 CH2 = CH - CH3
Etilena Propilena
CH3 - CH = CH - CH3 CH2 = CH - CH = CH2
Butilena Butadiena
3. Gas Sintetis
Gas sintetis (syn-gas) adalah campuran dari karbon monoksida (CO) dan
hidrogen (H). Syn – gas dibuat dari reaksi gas bumi atau LPG melalui proses yang
disebut steam reforming atau oksidasi parsial. Steam reforming adalah campuran
metana (gas bumi) dan uap air dipanaskan pada suhu dan ekanan tinggi dengan
bantuan katalis ( bahan pemercepat reaksi). Sedangkan, oksidasi parsial yaitu
metana direaksikan dengan sejumlah terbatas oksigen pada suhu dan tekanan
tinggi.
Reaksi steam reforming : CH4(g) + H2O → CO(g) + 3H2(g)
Reaksi oksidasi parsial : 2CH4(g) + O2 → 2CO(g) + 4H2(g)
5
2.2.1 Petrokimia dari Olefin
Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar etilena :
a) Polietilena
Polietilena adalah plastik yang paling banyak diproduksi. Plastik
polietilena antara lain digunakan sebagai kantong plastik dan plastik pembungkus
/ sampul. Plastik polietilena ( maupun plastik lainya) yang kita kenal, selain
mengandung polietilena juga menggandung berbagai bahan tambahan, misalnya
bahan pengisi, plasticer,dan pewarna.
b) PVC
PVC atau polivinilklorida juga merupakan plasik, yang antara lain
digunakan untuk membuat pipa (paralon) dan pelapis lantai.
c) Etanol
Etanol adalah bahan yang sehari – hari biasa kita kenal sebagai alkohol.
Etanol digunakan untuk bahan bakar atau bahan antara untuk berbagai produk
lain, misalnya asam asetat.
Alkohol dibuat dari etilena:
CH2 = CH2 + H2O → CH3 – CH2OH
6
Berikut adalah beberapa produk petrokimia yang berbahan dasar propilena:
a) Polipropilena
Plastik polipropilena lebih kuat dibandingkan dengan plastik polietilena.
Polipropilena antara lain digunakan untuk karung plastik dan tali plastik.
b) Gliserol
Zat ini antara lain digunakan sbagai bahn kosmetik ( pelembab ) industri
makanan, dan bahn peledak ( nitrogliserin).
c) Isopropil alkohol
Zat ini digunakan sebagai bahan – antara untuk berbagai produk
petrokimia lainya, misalnay aseton( bahan pelarut, digunakan sebagai pelarut
pelais kuku / kutek).
7
c) Sikloheksena digunakan terutama untuk membuat nilon, misalnya nilon-6,6
dan nilon-6.
Selain itu, sebagian benzena digunakan sebagi bahan dasar untuk membuat
detergen, misalnya ABS dan LAS.
Beberapa contoh produk petrokimia berbahan dasar totulen dan xilena antara lain:
a) Bahan peledak, yaitu trinitrotoluena (TNT).
b) Asam tereftalat yang merupakn bahan dasar untuk membuat serat seperti
metiltereftalat.
b) Urea [CO(NH2)2]
CO2(g) + 2NH3(g) → NH2COH4(S)
NH2CONH4(S) → CO(NH2)2(S) + H2O(g)
Sebagian besar urea digunakan sebagai pupuk. Kegunaan yang lain yaitu
untuk makanan ternak,industri perekat, plastik, dan resin.
c) Metanol (CH3OH)
CO(g) + 2H3(g) → CH3OH(g)
8
Metanol dibuat dari syngas melalaui perpanasan suhu dan tekanan tinggi
dengan bantuan katalis. Sebagian besar metanol diubah menjadi formaldehida.
Sebagian yang lain digunakan untuk membuat serat , dan campuran bahan bakar.
d) Formaldehida (HCHO)
CH3OH(g) → HCHO(g) + H2(g)
Formaldehida dibuat melalui oksidasi metanol dengan bantuan katalis.
Larutan Formaldehida dalam air dikenal dengan nama formalin. Formalin
digunakan untuk mengawetkan preparat biologi (termasuk mayat). Akan tetapi,
penggunaan utama dari Formaldehida adalah untuk membuat resin urea-
Formaldehida dan lem. Lem Formaldehida banyak digunakan untuk industri kayu
lapis.
9
2.4 Penyediaan Bahan Baku Industri Petrokimia di Indonesia
Berikut ini akan di uraikan ketersediaan bahan baku Industri Petrokimia
yang ada di Indonesia, diantaranya gas bumi, bahan baku kondesat, bahan baku
nafta, dan bahan baku residu.
1. Ketersediaan Cadangan Gas Bumi (C1-C4)
Ketersediaan cadangan gas bumi 60%-80% kandungannya adalah gas
metana. Ketersediaan tersebut hampir merata dan menjangkau dareah padat
penduduk dan pusat industri.
10
antara lain Kilang Metanol di Pulau Bunyu Kalimantan Timur, Kilang Purified
Terephthalic Acid (PTA) dan Kilang Polypropylene (Polytam) di Plaju, Sumatra
Selatan, Kilang Paraxylene dan Benzene di Cilacap, Jawa Tengah.
Produk petrokimia berdasarkan proses pembentukannya dan
pemanfaatannya dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu:
1. Produk dasar
Produk dasar terdiri dari gas CO dan H2 sintetik, etilena, propilena,
butadiene, benzene. toluene, xilena, dan n-parafin.
2. Produk antara
Produk antara diantaranya adalah amonia, inetanol, carbon black, urea,
etil alkohol, etilklorida, Rumen (cumene), propilen-oksida, butil alkohol,
isobutilena, nitrobenzene, nitrotoluena, PTA (purified terephthalic acid), TPA
(terephthalic acid), DMT (dimethyl terephthalate), kaprolaktam (caprolactain),
LAB (liner alkyl benzene).
3. Produk akhir
Produk akhir antara lain adalah urea, carbon black, formaldehida,
asetilena, poli etilena, poli propilena, poli vinil klorida, poli stirena, TNT (trinitro
toluene), poli ester, nilon, poli uretan, “LAB-sulfonate” (Surfactant).
4. Produk jadi
Pada umumnya berupa barang-barang atau bahan-bahan yang dalam
kehidupan kita sehari-hari banyak dipakai di rumah tangga seperti: plastik-plastik
untuk produk-produk elektronik dan telekomunikasi (radio, tv, film alat-lat
komputer, kabel-kabel telefon, kabel-kabel listrik), plastik-plastik untuk rumah
tangga (ember plastik, kantong/karung plastik, botol-botol kemasan plastik),
peralatan plastik untuk industri mobil dan pesawat terbang (bemper mobil,
jok/busa mobil, jok/busa kapal terbang, ban pesawat terbang). Baju dan kaus kaki
yang kita pakai dibuat dari benang poliester dan nilon, ban mobil dari bahan
11
campuran karet dan carbon black, sabun bubuk deterjen dibuat dari “LAB-
sulfonate” dan lain sebagainya.
Dengan proses polimerisasi dari migas (yaitu yang disebut polimer
sintetik atau polimer buatan manusia). Pengertian polimer dalam arti sempit
adalah suatu molekul raksasa (dengan berat molekul berkisar antara 104-107 yang
terbentuk melalui proses polimerisasi. Molekul raksasa ini disebut juga
makromolekul. Maka berdasarkan proses pembentukannya, bahan/produk polimer
dapat dibagi alas 2 bagian, yaitu:
1. Produk polimer alamiah atau polimer alam, misalnya:
a) Polisakarida (pati dan bahan selulosa)
b) Protein alam (serat sutera, serat otot dan enzim)
c) Karet alam dan asam-asam nukleat
2. Produk polimer sintetik atau produk polimer buatan manusia, yang
mencakup semua produk petrokimia yang dihasilkan secara sintetik dengan
proses polimerisasi dari migas, misalnya:
a) Plastik-plastik sintetik
b) Serat-serat sintetik
c) Karet-karet sintetik
12
b) Reaksi stream reforming pada pembentukan methanol dan cara
memproduksinya menggunakan 2 macam proses yaitu pada tekanan tinggi
dan tekanan rendah. (Lurgi High Pressure Process dan ICI Low Pressure
Process).
c) Reaksi oksidasi parsial pada pembentukan gas sintetik yang dilanjutkan
dengan reaksi pirolisis pada suhu 1300-1500oC dan tekanan 100-150 atm.
2. Jalur Olefin
Jalur olefin yaitu untuk membentuk gas-olefin (gas etilena, propilena dan
butena/butadiena) adalah suatu senyawa hidrokarbon tidak jenuh, yang
mempunyai ikatan rangkap terbuka yang sangat reaktif , sehingga dengan mudah
dapat berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya membentuk bahan/produk
polimer. Gas olefin dapat dapat diproduksi dengan 2 cara yaitu olefin dengan
bahan baku nafta dan dengan bahan baku etana.
1) Ofelin dangan bahan baku nafta
Jika bahan baku berasal dari nafta fraksi berat (C15 – C23) dan dari jenis
minyak parafin, maka akan terbentuk campuran molekul parafin dan olefin :
C23H48 C8H18 + C15H30 C3H8 + C12H22 (cracking)
Proses ini dapat terjadi terus menerus hingga terbentuk cokes :
C12H22 C2H6 + C10H16 C2H4 + C8H12 2 CH4 + C6H4 (cracking)
C6H4 CH4 + 5 C (cracking)
Selain itu juga dapat terbentuk terdiri hasil polimerisasi olefin :
C10H16 + C10H16 C20H32 + C15H30 C35H62 (kopolimerisasi C20H32
dengan C15H30 )
13
a) C3H8 C3H6 + H2 (cracking)
b) C3H8 C2H4 + CH4 (cracking)
c) 2 C3H8 C4H8 + 2 CH4
d) 2 C3H8 C2H6 + C2H6 + CH4
Hasil cracking tersebut akan mengalami cracking dan hidrogenasi lebih
lanjut sebagai berikut :
a) C3H6 + 3 H2 3 CH4
b) C3H6 C4, C5, C6 + H2
3. Jalur Aromatik
Jalur aromatik yaitu dengan pembentukan fraksi-fraksi aromatik
(benzena, toulena dan xilena). Senyawa aromatic adalah suatu senyawa
hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai rangkaian ikatan atom C secara siklis
berupa ikatan atom antara C6-C8 yang sangat reaktif sehingga akan mudah
bereaksi atau berpolimerisasi antara satu dengan yang lainnya sehingga
membentuk produk polimer.
14
3. Penggunaan dalam Industri Bahan Plastik
PE (polietilena), PP (polipropilena), PVC (poli vinil klorida), dan PS
(polistirena).
2. Lilin
Kegunaan lilin sebagai cadangan bila lampu dari PLN padam. Lilin jenis
ini oleh pertamina diproduksi dengan nama Hard Semi White Wax dan Fully
Refined White Wax. Selain untuk penerangan, kedua jenis lilin tersebut dapat
digunakan sebagai kertas lilin pembungkus, bahan baku semir serta pengkilap
lantai dan mebel.
15
3. Polytam PP (Polipropilena Pertamina)
Kantong plastik, karung plastik, film, produk cetakan (moulding) dan tali
rafiaadalah produk yang sangat memasyarakat. Produk tersebut dibuat dengan
menggunakan bahan polytam pp.
4. Methanol
Methanol dapat digunakan sebagai lem untuk industri plywood, bahan
bakar pesawat, bahan bakar jenis methylfuel, bahan pelarut jenis nitro cellulose,
insektisida,dehidrator gas alam, dan sebagai bahan baku untuk industri protein
sintesis dengan fermentasi berkesinambungan.
5. Petrolium Cokes
Bila cokes diproduksi dengan bahan dasar tanaman cola, maka petrlium
cokes tersiri dari dua macam yakni; Green coke merupakan produk samping dari
proses pengolahan residu untuk bahan dasar minyak. Green coke bermanfaat
sebagai bahan baku Calcined coke,yang berfungsi sebagai reduktor dalam proses
peleburan timah,bahan bakar padat atau bahan penambahan kadar karbon pada
industri logam.Satunya lagi adalah Calcined coke berguna sebagai elektroda
dalam proses pengolahan aluminium pada industri Kalsium Karbida (CaC2),
bahan baku industri elektroda grafit, bahan bakar padat atau bahan penambah
kadar karbon pada industri modern, dan sebagai unsur pengisi pada industri baja
(sebagai karbon).
2.8 PVC
PVC adalah bahan plastik yang paling serba guna, digunakan untuk
membuat pembungkus makanan, bahan interior mobil, dan sebagainya. PVC
teridiri dari dua elemen yang sederhana, yaitu:
Klorin (unsur pembentuk garam)
Etilena (dari minyak mentah)
Polivinil klorida (IUPAC: Poli (kloroetanadiol)), biasa disingkat PVC,
adalah polimer termoplastik urutan ketiga dalam hal jumlah pemakaian di dunia,
16
setelah polietilena dan polipropilena. Di seluruh dunia, lebih dari 50% PVC yang
diproduksi dipakai dalam konstruksi. Sebagai bahan bangunan, PVC relatif
murah, tahan lama, dan mudah dirangkai. PVC bisa dibuat lebih elastis dan
fleksibel dengan menambahkan plasticizer, umumnya dipakai sebagai bahan
pakaian, perpipaan, atap, dan insulasi kabel listrik.
Sifat Kimia :
1. Volume PVC lebih padat dari pada monomer vinil klorida
2. Memiliki reaksi eksotermik dalam proses pembuatannya
3. Polivinil klorida (PVC) merupakan salah satu polimer adisi sintetik
17
Sifat Fisika dan Kimia Bahan baku:
VCM (Vinyl Chlorida Monomer)
Sifat fisika :
1. Bentuk : gas atau cair tak berwarna.
2. Density relatif : 0,9 gr/ml
3. Titik lebur : -154 0C
4. Titik didih : -13 0C
5. Tekanan uap : 346 Kpa pada suhu 25 0C
6. Bau : bau manis
7. Titik nyala : gas mudah menyala
8. Kondisi yang dihindari: sumber udara, O2, matahari, dan semua penyebab
kebakaran (sumber panas dan sumber nyala).
Sifat kimia :
1. Rumus molekul : CH2=CHCl
2. Kelarutan : 0,1 gr/100 ml air pada 25 0C
18
dengan kondenser. Apabila diinginkan polimer dengan stabilitas thermal, maka
reaksi dilakukan pada suhu rendah. Untuk melakukannya, diperlukan inisiator
yang dapat bekerja pada kisaran suhu -20 °C seperti katalis tipe redoks (organik
hidrogen peroksida dengan sulfur dioksida atau sulfur trioksida, organik hidrogen
peroksida dengan asam sulfinic atau turunannya dan organik hidrogen peroksida
dengan hidroksi keton). Proses ini tidak menggunakan suspending agent atau
emulsifier sehingga produk yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi.
Polimerisasi secara bulk digunakan untuk menghasilkan unplasticied PVC
(UPVC).
2. Polimerisasi Suspensi
Lebih dari 80% PVC diproduksi menggunakan proses polimerisasi
suspensi. Perbedaan dengan proses polimerisasi bulk adalah sebelum dimasukkan
dalam reaktor, vinyl chlorida ditambah air dengan perbandingan 2:1. Penyuspensi
dapat berupa vinyl asetat, ether selulosa, acrylic esther, vynil pyrrolidone, gelatin,
lithium stearat, dll. Keberadaan penyuspensi dibutuhkan untuk menstabilkan
tetesan monomer dari kemungkinan koagulasi dan untuk mengontrol dimensi dari
partikel. Setelah proses polimerisasi, kelebihan monomer ditampung atau
dikembalikan ke reaktor. VCM didispersikan ke dalam air kemudian ditambahkan
stabilizer antara lain talcataubentonite. Inisiator ditambahkan di dalam suspensi
monomer. Inisiator yang digunakan untuk menghasilkan radikal bebas antara lain
adalah : peroxy dikarbonat, t-butylperpivalat, azobis dan acetyl cyclohexyl peroxy
sulphonat. Polimer dimurnikan dengan proses filtrasi, dicuci berulangkali dengan
air suling dan dikeringkan untuk memperoleh berat yang tetap dengan tekanan
rendah dan suhu sekitar 50 °C. PVC yang dihasilkan lebih murni, memiliki sifat
isolasi listrik dan ketahanan panas yang baik serta lebih jernih dari PVC emulsi.
3. Polimerisasi Emulsi
Monomer VCM dicampur dengan air dan ditambahkan stabilizer (sabun)
dan inisiator. Emulsifier yang digunakan antara lain garam alkali dan alkyl
sulphonat. Inisiator yang menghasilkan radikal bebas antara lain hydrogen
19
peroksida, potassium persulphat dan ammonium persulphat. Campuran
dimasukkan ke dalam reaktor sehingga monomer teremulsi masuk ke dalam soap
micelle. Inisiator akan terurai menjadi radikal bebas sehingga berdifusi ke dalam
soap micelle untuk memulai polimerisasi PVC. Produk berbentuk lateks yang
halus. Proses ini berlangsung relatif lebih cepat pada temperatur yang lebih rendah
dibandingkan dengan metode lain. Produk yang dihasilkan memiliki daya tahan
listrik rendah sehingga tidak dapat dipakai untuk isolasi listrik.
20
b. Suspending Agents
Suspending agent adalah lapisan senyawa aktif yang mencegah
aglomerasi partikel PVC selama polimerisasi vinil klorida. Suspending agent
mempengaruhi ukuran partikel, perosity, dan karakteristik pengolahan produk.
Suspending agent konvensional seperti getah alam dam polimer gelatin,
atau sintesis seperti polivinil asetat terhidrolisis sebagian (polivinil alkohol –
polivinil asetat) dan selulosa metil, efisiensi mempromosikan transisi dari tetesan
monomer yang mengandung endapan PVC untuk sebuah partikel polimer
membesar dengan monomer. Namun, sistem ini menghasilkan resin yang tidak
mudah menyerap bahan plastik, yang membutuhkan pengolahan tinggi atau
premastication di mixer intensif atau extruder sebelum proses akhir untuk produk
plastik.
Industri sedang menyelidiki semua ssuspending agent sintesis yang
menghasilkan resin “pengolahan mudah” atau “blending cepat”. Resin ini
memiliki plasticizer dengan kapasitas penyerapan yang tinggi dalam pencampuran
kering dan lebih mudah homogenisasi ketika mengalami panas dan bergerak
mekanis ekstruksi atau calendering.
c. Pengemulsi (Emulsifier)
Pengolahan produk akhir mengalami perbaikan dengan penambahan
jumlah kecil dari pengemulsi sekunder ke sistem. Pengemulsi tersebut meliputi
minyak sulfonasi atau ester, produk etilen oksida dengan kondensasi poliol, dan
surfaktan sintesis lainnya.
21
Polimerisasi secara bulk hanya digunakan untuk menghasilkan
unplasticied PVC (UPVC).
Pada operasi normal, Polimerisasi Suspensi kelebihan monomer vinil
klorida pada PVC hanya sebesar kurang dari 1 PPM, sedangkan
Polimerisasi emulsi dan bulk lebih dari 1 PPM.
2.8.4 Blok Diagram, Diagram Alir, dan Deskripsi dari Proses Yang Dipilih
1. Blok Diagram
22
2. Diagram Alir
23
3. Deskripsi Proses
Vinil klorida polimerisasi dilakukan dalam stainless steel, kaca berlapis
baja karbon, atau kaca berlapis reaktor stainless steel, tergantung pada bahan baku
yang digunakan, ketahanan korosi, dan yang diinginkan selama raktor befungsi.
Ukuran reaktor bervariasi antara 11,3 m3 dan 103,2 m3; setiap pabrik
menggunakan 4-18 reaktor tersebut.reaktor masing-masing dilengkapi untuk
memiliki reaktor yang lebih besar dan lebih sedikit. Reaktor masing-masing
dilengkapi dengan agitator, baffle, dan kontrol suhu.
Reaktor dibebankan pertama dengan deionisasi, air deaerated; maka
larutan suspending agent diperkenalkan. Suhu reaktor dinaikkan sampai 55oC
dengan melewatkan uap melalui jaket reaktor. Inisiator ditempatkan dalam charge
pot dan diuraikan oleh monomer cair seperti melalui meteran batch.
Air pendingin bersirkulasi melalui jaket reaktor untuk menjaga suhu di
55oC selama polimerisasi.
Agitator terletak di bagian bawah vessel menggunakan beberapa baffle
dan/atau poros multiable untuk memberikan agitasi seragam, yang penting untuk
kedua tranfer panas yang efisien dan kontrol ukuran partikel polimer.
Suhu reaksi adalah salah satu variabel kontrol utama dalam polimerisasi
suspensi. Suhu mempengaruhi berat molekul, distribusi berat molekul,
crystallicity produk, ukuran partikel polimer dan solubility dan adsorpsi dari
suspending agent. Master-slave kaskade instrumen sistem digunakan untuk
kontrol suhu. Steam, cold water, dan refrigenerated water atau air garam
diedarkan melalui jaket reaktor sesuai kebutuhan. Suhu polimerisasi dapat
dikontrol dengan 30oC air hingga konversi 70% kemudian, laju reaksi meningkat
lebih cepat karena autoacceleration. Pada titik ini, air didinginkan pada 16oC yang
diperlukan untuk mengendalikan suhu.
Polimerisasi berlangsung pada tekanan 517-690 kPa. Reaktor dilindungi
dari overpressure dengan katup pelepas dan cakram. Penyelesaian reaksi
ditunjukkan oleh penurunan tekanan. Prologanation siklus ini diciptakan pada
konversi 88% (276 kPa) dengan meniup slurry ke stripper batch.
24
VCM yang tidak bereaksi dikirm oleh vakum untuk sistem pemulihan
dan daur ulang. Gas noncondensable diakumulasi dalam sistem dan harus
dibuang.
25
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan batch polimer dalam tangki
campuran berkisar antara 5-8 jam. Akhir pengeluaran dari pengering adalah
constricted untuk meningkatkan kecepatan udara cukup tinggi untuk menaikkan
entrain PVC partikel kering. Pemisah siklon menghilangkan partikel kasar
(99,93%) dan fines (99,48%). Bangunan filter disediakan untuk membersihkan
udara ke luar. PVC padat dipisahkan dari siklon dan baghouses berdasarkan
ukuran melalui pengayakan dan partikel yang lebih besar di daur ulang.
Recycle Purification
Recovered monomer dikumpulkan dalam tangki daur ulang dan secara
terus menerus diumpankan ke bagian pemurnian. Monomer dimurnikan didaur
ulang ke pabrik monomer.
Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat reaksi dalam proses polimerisasi di
dalam reaktor. Terdapat 2 macam katalis yang digunakan, yaitu Di-(2 -
Ethylhexyl) Peroxy Dicarbonate dan Cumyl Peroxy Neodecanoate.
1) Suspending agent
SA merupakan bahan tambahan yang berfungsi sebagai pengontrol
ukuran dan porositas partikel yang berupa Poly (vinyl alkohol).
2) Terminator
Terminator merupakan bahan tambahan yang berfungsi untuk
menghentikan reaksi dalam proses polimerisasi. Contoh terminator yang
digubakan adalah Methyl Phenol (C15H24O). selain itu juga dapat digunakan Tert
26
Buthyl Catechol (TBC) yang berfungsi sama seperti Methyl Phenol namun
bedanya TBC hanya digunakan pada saat-saat tertentu saja (emergency only).
27
3) Drying : berfungsi untuk mengering PVC.
28
6) Mixed Bed Deionizer : untuk meningkatkan kemurnian air.
29
8) Kondensor : digunakan sebagai pendingin uap panas, biasanya digunakan
pada proses destilasi.
30
2.8.6 Manfaat PVC
1. PVC digunakan dalam pakaian dan kain pelapis.
2. PVC digunakan dalam patung-patung dan dalam produk-produk seperti
tiup waterbeds, dan kolam renang mainan.
3. PVC digunakan untuk memproduksi pipa untuk berbagai kota dan aplikasi
industri.
4. Digunakan untuk isolator kabel listrik.
5. PVC digunakan untuk membran atap.
6. PVC dapat digabungkan bersama dengan menggunakan berbagai pelarut
semen menciptakan sendi permanen yang hampir tahan terhadap
kebocoran.
7. Sebagai komposit untuk produksi aksesori atau perumahan untuk
elektronik portabel.
8. Penggunaan PVC digunakan untuk membuat jas hujan, kantong kemas,
isolator kabel listrik, ubin lantai, piringan hitam, fiber, kulit imitasi untuk
dompet, dan pembalut kabel.
9. PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus
(packaging).
31
BAB III
PERMASALAHAN (TUGAS KHUSUS)
DECANTER
32
horizontal, proses pemisahan ketiga unsur ini dapat berlangsung cepat sekali.
Setelah terjadi proses pemisahan maka solid akan disalurkan menuju tempat
pembuangan lumpur yang tidak mungkin diproses lagi melalui decanter solid
conveyor, sludge yang merupakan fasa berat akan menuju ke drain dan tiba di
sludge pit yang memiliki temperatur sekitar 90° sampai dengan 100°C, sedangkan
minyak yang merupakan fasa ringan akan dipompa kembali menuju continous
settling tank untuk diproses kembali. Sludge yang sebelumnya masih mengandung
sekitar 5 % minyak murni, setelah melalui proses di decanter ini tinggal
menyisakan kadar minyak sekitar 0,85 % sampai dengan 1,2 %.
33
Decanter dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier yakni minyak
yang berasal dari Settling Tank atau Buffer Tank diolah menjadi dua fraksi yaitu
fraksi minyak dan fraksi cairan yang masih mengandung Sludge. Karena prinsip
kerja alat ini menggantikan Oil Purifier maka mekanisme pemisahan berpegang
kepada kemurnian minyak, akibatnya Sludge yang keluar masih mengandung
minyak, sehingga perlu diolah lagi dengan menggunakan Sludge Separator atau
Decanter, sedangkan fraksi minyak bersih langsung diolah ke Vacuum Drier.
Decanter sebagai pengganti Sludge Separator, yaitu mengolah cairan
yang berasal dari Sludge Tank dipisahkan. Cairan dipisahkan menjadi cairan
minyak dan Sludge. Cairan minyak yang dipisahkan dipompakan ke Settling
Tank, sedangkan fraksi Sludge dibuang ke Fa tPit untuk diteruskan ke unit
pengolah limbah.
b. Three-Phase Decanter
Alat ini bekerja dengan prinsip yang sama dengan two-phase Decanter,
hanya terdapat perbedaan dari fase fraksi. Pada alat ini dihasilkan 3 fraksi yaitu
fraksi minyak, fraksi air (cair) dan fraksi padat.
Alat ini dapat ditempatkan sebagai pengganti Oil Purifier dan akan
menghasilkan fraksi minyak, fraksi air dan padatan. Fraksi air yang masih
mengandung minyak dilanjutkan pengolahannya pada Sludge Separator, dan
Sludge dan minyak akan terpisah.
34
2. Berdasarkan Letak Penempatan Dekanter
Decanter yang berfungsi memisahkan fase padat, fase minyak dan fase
air memberikan peluang penempatannya dihulu, tengah dan diakhir proses
klarifikasi. Umumnya penempatan di :
a. Hulu sebelum Settling Tank
Cairan hasil pressan yang keluar melalui Oil Gutter ditampung di Crude
Oil Tank, memiliki kandungan lumpur yang tinggi. lumpur tersebut jika
dipisahkan sebelum masuk kedalam proses klarifikasi akan lebih baik, karena
lumpur tersebut tidak lagi mengendap di dasar tanki klarifikasi yang dapat
menurunkan “Retention Time”. Decanter bekerja memerlukan keseimbangan,
maka diperlukan “Buffer Tank” tambahan, yaitu ditempatkan diatas decanter.
Kalau hanya menggantungkan stabilitas tekanan pada pompa dapat menyebabkan
efisiensi pemisahan lumpur yang rendah dan kehilangan minyak yang tinggi
dalam lumpur.
Decanter yang sesuai untuk dikembangkan pada cara ini adalah Decanter
2 phase, yaitu memisahkan cairan menjadi phase padat (lumpur) dan phase cair.
Phase padat dikirmkan kelapang, sedangkan phase air dipompakan ke settling
tank.
35
b. Tengah sebelum Sludge Separator
Cairan yang keluar dari bagian bawah Settling Tank mengandung lumpur
yang tinggi dan kadar minyak yang mencapai 10%. Cairan ini diolah dalam
Decanter akan menghasilkan : phase padat akan dibuang, phase minyak
dipompakan ke Settling Tank sedangkan phase cair tetap dialirkan ke Sludge
Tank. Cara ini akan mengurangi beban lumpur yang masuk ke dalam Sludge
Separator, umumnya digunakan adalah Decanter-3-phase. Cara ini akan
membantu Sludge Separator dan dapat menggantikan “Sand Cyclone” dan
“Strainer”.
c. Hilir Klarifikasi
Penempatan decanter di hilir sebagai pengganti sludge separator yang
memisahkan lumpur minyak dan air. Jika di hulu ditempatkan decanter maka
pemisah lumpur yang ditempatkan diakhir klarifikasi adalah sludge separator.
Jenis decanter yang digunakan mengganti sludge separator adalah decanter 2
phase dan decanter 3 phase.
36
Secara garis besar kegunaan decanter adalah untuk memisahkan serat-serat
halus (non-oil solid) yang terkandung dalam minyak kasar (crude oil) dari crude
oil tank (COT). Serat halus ini berasal dari serat atau ampas yang terputus-putus
pada waktu pengepresan. Dengan berkurangnya serat halus ini, cairan minyak
tidak akan terlalu kental, sehingga proses pemisahan didalam CST akan lebih
sempurna. Jadi tujuan utama pengoperasian decanter adalah untuk memisahkan
sludge menjadi light phase, heavy phase dan solid.
Dalam pengaplikasian pada pengutipan minyak ada beberapa faktor
keberhasilan dalam pengoperasian decanter ini:
a. Komposisi umpan yang akan diolah, karena rasio antara minyak, air dan
lumpur mempengaruhi terhadap daya pisah alat tersebut.
b. Fungsi alat decanter tersebut.
c. Perimbangan kapasitas alat dengan jumlah sludge yang diolah.
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Industri petrokimia adalah industri yang berkembang berdasarkan suatu
pola yang mengkaitkan suatu produk-produk industri minyak bumi yang tersedia,
dengan kebutuhan masarakat akan bahan kimia atau bahan konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari. Produk-produk petrokimia merupakan produk strategis
karena merupakan bahan baku bagi industri hilirnya (industri tekstil, plastik,
karet, sintetik, kosmetik, pestisida, bahan pembersih, bahan farmasi, bahan
peledak, bahan bakar, kulit mitasi).
Hampir semua produk petrokimia berasal dari tiga jenis bahan dasar
yaitu olefin, aromatik, dan gas sintetik. Jalur0jalur dalam pembuatan produk
petrokimi yang ekonomis dapat ditempuh dengan tiga jalur utama yaitu jalur gas
sintetik, jalur olefin, dan jalur aromatik. Umumnya produk petrokimia berupa
barang-barang atau bahan-bahan yang dalam kehidupan kita sehari-hari banyak
dipakai di rumah tangga, seperti plastik-plastik untuk produk-produk elektronik,
telekomunikasi, dan rumah tangga, peralatan plastik untuk industri mobil dan
pesawat terbang. Penggunaan dan pemanfaatan menurut sektor industri antara lain
sebagai industri pupuk dan pestisida, industri serat sintetik, industri bahan plastik,
industri bahan baku cat, industri adhesive resin, industri detergen/ pencuci,
industri elastomer/ karet sintetik, dan industri kimia khusus.
4.2 Saran
Hasil Industri Petrokimia menghasilkan berbagai macam produk yang
penting bagi kehidupan manusia, namun masih dapat ditemukan juga
hasil dari produk industri Petrokimia yang tidak ramah lingkungan
seperti halnya plastik. Oleh karena itu, kita sebagai konsumen sebaiknya
berusaha untuk mengurangi pemakaian produk tersebut secara
berlebihan. Kita juga tidak boleh mengeksploitasi penggunaan bahan
baku Industri Petrokimia. Jadi tetap pergunakan bahan baku Industri
38
Petrokimia secukupnya serta berusaha untuk meminimalisisr dampak
negatif yang ditimbulkan.
39
DAFTAR PUSTAKA
40