PENDAHULUAN
BAB II
PROSES EKSTRAKSI
2.1 Proses Benfisiasi dan Ekstraksi Zinc (Seng)
Benefisiasi merupakan proses peningkatan kadar suatu mineral dengan jalan
pengolahan mineral secara mekanik yang didasarkan pada sifat fisik mineral. Pene
ntuan alur benefisiasi yang sesuai untuk mineral dilakukan dengan cara menganali
sa kandungan mineral berharga dan juga mineral pengotor yang berikatan secara fi
sik. Mineral pengotor yang telah teridentifikasi kemudian dianalisa kembali berd
asarkan sifat fisiknya untuk kemudian dibandingkan dengan mineral berharga. Perb
edaan sifat fisik inilah yang dapat dijadikan dasar benefisiasi (peningkatan kad
ar) yang sesuai melalui tahapan konsentrasi. Benefisiasi disandarkan pada 4 sifa
t fisik material yaitu berdasarkan densitas, kemagnetan, kelistrikan dan sifat p
ermukaan material (hydrophobic atau hydrophilic).
Mineral dengan kandungan zinc yang umum diekstraksi adalah sphalerite (Zn
S), zincite (ZnO), franklinite [ZnO(Fe,Mn)2O3], calamine [Zn2(OH)2SiO3] dan smit
hsone (ZnCO3) [S. Abhijeet, 2011]. Konsentrasi untuk meningkatkan kadar zinc umu
nya melalui jalur flotasi. Bijih yang umunya masih mengandung mineral tak berhar
ga harus melalui tahapan reduksi ukuran dengan tujuan meliberasi mineral berharg
a terhadap mineral pengotor. Semakin besar persen reduksi maka semakin banyak mi
neral berharga yang terpisah dari mineral pengotornya. Tahapan reduksi ukuran da
pat dilakukan melalui dua proses, yaitu dengan Jaw Crusher pada proses peremukan
dan Ball Machine dalam proses penghalusan. Tahapan selanjutnya adalah konsentra
si dengan metode flotasi. Hal ini karena adanya mineral ikutan berupa senyawa ti
mbal seperti galena (PbS) dan senyawa tembaga seperti kalkopirit (CuFeS2) serta
senyawa Cadmium. Pada tahapan konsentrasi flotasi material diklasifikasikan menj
adi dua, yaitu hydrophobic (material yang terapung karena memiliki permukaan yan
g non polar serta memnafaatkan ikatan dengan gelembung udara) dan hydrophilic (m
ineral yang mengendap pada dasar tanki flotasi). Gambar 2.1 menunjukanmekanisme
flotasi pada logam zinc dengan mineral ikutan berupa timbal dan tembaga.
/
Gambar 2.1 Flotasi untuk Bijih dengan kandungan Cu,Pb,Zn.
[sumber : Handbook of Extractive Metallurgy of Zinc, 2005]
Kebanyakan mineral terdiri dari ion yang mempunyai permukaan hydrophilic,
sehinga partikel tersebut dapat diikat air. Penambahan zat collector akan menyeb
abkan permukaan mineral yang terikat molekul air akan terlepas dan akan berubah
menjadi hydrophobic. Ujung molekul hydrophobic dari collector akan terikat molek
ul hydrophobic dari gelembung, sehingga mineral (bijih) dapat diapungkan. Collec
tor yang umunya dipakai pada pemisahan proses flotasi zinc adalah xanthate, dith
iophosphate dan campuran flotation reagent lainya.
Proses flotasi akan menghasilkan produk akhir berupa konsentrat zinc denga
n kadar yang relatif tinggi. Konsentrat zinc yang dihasilkan melalui forth flota
tion harus mencapai spesifikasi tertentu untuk siap diolah dalam proses selanjut
nya atau dipasarkan secara komersial. Target spesifikasi konsentrat zinc setelah
melaui tahapan benefisiasi adalah :
Tabel 1. Spesifikasi Konsentrat Zinc
[sumber : Handbook of Extractive Metallurgy of Zinc, 2005]
/
Setelah melaui tahapan benefisiasi maka mineral tersebut dapat diolah lebi
h lajut melaui tahapan pyrometallurgy atau hydrometallurgy. 15%
20% produksi zin
c di dunia dihasilkan melalui jalur pyrometallurgy. Proses pyrometallurgy ini me
mbutuhkan energi yang besar namun recovery umpan yang rendah. Besarnya biaya pro
duksi menyebabkan proses ekstraksi zinc melalui jalur pyrometallurgy tidak banya
k digunakan. Sementara produksi zinc di dunia melaui proses hydrometallurgy sang
at mendominasi yaitu sebesar 80% [K. K. Sahu dan A. Agrawal, 2015].
Proses ektraktif zinc didunia [Abdul Ghofur, 2012] :
1. Elektrolisis (Roasting Leaching Electrowinning).
2. Imperial Smelting Process atau ISF (Blast Furnace).
3. Vertical Retort Process.
4. Electrothermic Retort Process.
5. Horizontal Retort Process.
A. Elektrolisis (Roasting Leaching
Electrowinning)
80% zinc di dunia diproduksi melalui proses ini. Proses ini dilakukan melalui 3
tahapan umum yaitu roasting, leaching dan electrowinning. Gambar 2.2 ini merupak
an skematik proses elektrolisis dalam ektaksi logam zinc.
/
Gambar 2.2 Roast Leach Electrowining Process
[sumber : Lead Zinc Extraction Processes, 2015]
a) Roasting
Kadar minimum zinc untuk dilakukan proses ini adalah 47%. Roasting bertujuan unt
uk mengubah senyawa sulphida menjadi oksida. Lebih dari 90% zinc sulphida dikonv
ersi menjadi zinc oksida dan sisanya merupakan reaksi anatar pengotor dengan oks
igen. Roasting dilakukan pada temperatur 700-950oC dengan mereaksikan oksigen ya
ng berasal dari udara. Reaksi utamanya adalah sebagai berikut :
ZnS + 3/2O2 ? ZnO + SO2
Proses roasting ini umumnya dilakukan dengan menggunakan fluid bed roaster. Pros
es pada roasting menghasilkan gas SO2 yang kemudian di proses ulang pada acid pl
ant. Padatan ZnO yang diproduksi pada proses roasting ini memiliki kandungan kur
ang dari 1 % Sulfur. Reaksi yang memungkinkan pada saat roasting adalah sebagai
berikut :
2 FeS + 3.5 O2 ? Fe2O3 + 2 SO2
2 FeS2 + 5.5 O2 ? Fe2O3 + 4 SO2
PbS + 2 O2 ? PbSO4
Cu2S + 2 O2 ? 2 CuO + SO2
CaCO3 + SO2 + 0.5 O2 ? CaSO4 + CO2
Pembentukan Ferrite dengan Zn dan Cu :
ZnO + Fe2O3 > ZnO.Fe2O3
CuO + Fe2O3 > CuO.Fe2O3
/
Gambar 2.3 Fluid Bed Roaster
Produk akhir pada proses roasting adalah calcine ZnO. Proses pembentukan calcine
oleh oksigen dalam fluid bed roaster dapat dilihat pada gambar 2.4 dan 2.5.
/
1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
Tinjauan Thermodinamika
Tinjauan Kinetika
Teknologi Ekstraktif Zinc
Produsen Zinc