Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah merupakan hasil keseluruhan dan konsekuensi langsung dari berbagai

aktivitas manusia (Afolayan dkk, 2012). Sedangkan Limbah pertanian merupakan

bahan yang terbuang di sektor pertanian. Menurut Mosher (1965) Pertanian adalah jenis

usaha tani yang berlandaskan pada prosses pertumbuhan tanaman dan hewan dimana

kegitan usaha tani baik dalam skala kecil maupun skala besar jelas menghasilkan

berbagai wujud limbah cair, padat dan gas yang jumlah atau volumenya cukup tinggi.

Pada pertanian konvensional atau modern pada umumnya tidak terdapat

pengelolaan limbah atau minim pengelolaan limbahnnya, sebab dalam pertanian

konvensional kebanyakan inputnya seperti pupuk menggunakan bahan kimia. Limbah

dianggap suatu bahan yang tidak penting dan tidak bernilai ekonomi. Padahal jika dikaji

dan didikelola dengan baik, limbah pertanian dapat diolah menjadi beberapa produk

baru yang bernilai ekonomi tinggi.

Saat ini dalam dunia usaha bisnis internasional telah berkembang paradigma

pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dikaitkan dengan

terbitnya isu manajemen lingkungan dalam bentuk penerbitan sertifikat ISO. Selain itu

di Indonesia juga mulai diterapkan sistem pertanian terpadu. Isu tersebut menekankan

pada pengelolaan sumber daya alam yang efektif dan efisien dengan meminimalkan

dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya utamanya yang disebabkan

perncemaran limbah. Paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut memiliki tiga

pilar utama, yaitu ekonomi, ekologi, dan sosial.


Secara ekonomi, pembangunan agribisnis atau agroindustri harus dapat

menciptakan pertumbuhan yang tinggi untuk mencapai kesejahteraan, khususnya bagi

stakeholder agribisnis atau agroindustri. Secara ekologi, pembangunan tersebut

hendaknya menekan seminimal mungkin dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

kegiatan pengelolaan sumber daya alam. Secara sosial, memberikan kemanfaatan pada

masyarakat luas (Kristanto, 2004).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari kegiatan Fieldtrip di Pabrik Gula Madukismo, Joglo Tani,

PT. Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui cara pengelolaan limbah, baik limbah padat, cair dan gas di

keempat tempat tersebut

2. Untuk mengetahui produk yang dihasilkan dari pengelolaan limbah di keempat

tempat tersebut
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Singkat Pabrik Gula Madukismo atau Madubaru

PT.Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan

Pabrik Spiritus.yang terkenal dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS

Madukismo dengan potensi dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih

memiliki kesempatan tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri

yang berbasis tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi

persaingan bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati (Anonim, 2012) .

Pabrik gula Madukismo didirikan pada tahun 1995 atas prakarsa Sri Sultan

Hamengkubuwono IX. Setelah itu pada tanggal 29 Mei 1958 diresmikan oleh Presiden

Ir. Soekarno. Pabrik gula ini mulai berproduksi pada tahun 1958 sedangkan pabrik

alkohol dan spiritus baru berproduksi pada tahun 1959. Kontraktor utama di Pabrik

Gula Madukismo adalah Machine Fabriek Sangerhausen, Jerman Timur. Status

perusahaan adalah Perseroan Terbatas(PT) yang memiliki 2 pabrik yaitu Pabrik Gula

(PG) dan Pabrik Spiritus (PS) Madukismo. Pemilik saham 65% adalah Sri Sulatan

Hamengkubuwono X dan 35% milik pemerintah Republik Indonesia.

B. Kronologis Status Perusahaan dan Perubahan Manajemen.

1. 1955 -1962 : perusahaan swasta PT.

2. 1962-1966 : bergabung dengan perusahaan negara dibawah BPU-PPN (Badan Pimpinan

Umum-Perusahaan Negara), karena adanya polisi pemerintah RI yang mengambil alih

semua perusahaan di Indonesia.

3. 1966 : BPU-PPN bubar PT. Madubaru memilih perusahaan swasta.


4. 1966-1984 : PT. Madubaru menjadi perusahaan swasta dengan susunan direksi yang

dipimpin Sri Sultan Hamengkubuwono IX sebagai presiden direktur.

5. 24 Februari 2004 : PT Madubaru menjadi perusahaan mandiri

C. Produksi

Produksi Utama ( dari PG. Madukismo ) adalah Gula pasir dengan kualitas SHS

IA (Superior Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi di pantau oleh

P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia). Sedangkan Produksi

Samping ( dari PS. Madukismo ) adalah Alkohol murni ( kadar minimal 95% ) dan

Spiritus bakar ( kadar 94% ) Mutu dipantau oleh balai penelitian kimia departemen

perindustrian dan PT. Sucoffindo Indonesia.

D. Panenan ( Pasca Panen )

Tebu dipanen setelah cukup masak,dalam arti kadar gula(sakarosa) maksimal,

dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan analisa

pendahuluan untuk mengetahui faktor kemasakan, koefesiensi daya tahan dan lain-lain.

Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum giling dimulai tebu diangkat dari kebun

dengan truck atau roli tebu. Pelaksanaan tebang bisa dilaksanakan petani sendiri atau

diserahkan pabrik dengan biaya oleh petani sesuai kesepakatan dalam FMPG ( Forum

Musyawarah Produksi Gula ). Beberapa KUD yang mandiri telah dapat melaksanakan

tebang angkut sendiri. Kapasitas tebang harus sama dengan kapasitas giling agar tidak

terjadi stagnasi di emplasement yang akan menurunkan rendemen, dan sebaliknya

kekurangan tebu akan menyebabkan berhenti giling, produksi ampas berkurang,

sehigga perlu subleksi BBM untuk bahan bakar stasiun boiler, jumlah tebu ditebang per

hari sekitar 3000 ton, alat transportasinya 80% menggunakan truck 20% dengan lori.
E. Proses Pengolahan di PG Madukismo

1. Pemerahan Nira ( Extraction )

Tebu setelah ditebang dikirim ke stasiun gilingan (ekstraksi). Untuk dipisahkan

antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira mentah)

melalui alat-alat berupa unigrator mark IV digabung dengan 5 gilingan, masing-masing

terdiri atas 3 rol dengan ukuran “36x 64”. Ampas yang diperoleh sekitar 30% tebu untuk

bahan bakar tebu distasiun ketel (pusat tenaga), sedangkan nira mentah akan dikirim ke

stasiun pemurnian untuk proses lebih lanjut. Untuk mencegah kehilangan gula karena

bakteri dilakukan sanitasi distasiun gilingan.

2. Pemurnian nira

Madukismo menggunakan sistem sulfitasi. Nira mentah ditimbang, dipanaskan

70º-75º c, direaksikan dengan susu kapur dalam defekator, dan diberi gas SO2 dalam

peti sulfitasi sampai pH 7 kemudian dipanaskan lagi sampai suhu 100º-105ºc. Kotoran

yang dihasilkan diendapkan dalam peti pengendap (dorr clarifier) dan disaring

menggunakan rotary vacum filter (alat penapis hampa). Endapan padatnya (blothong)

digunakan sebagai pupuk organik. Kadar gula dalam blothong ini dibawah 2%. Nira

jernihnya dikirim ke satasiun penguapan.

3. Penguapan nira

Nira jernih dipekatkan di dalam pesawat penguapan dengan sistem Quadruple

Effect, yang disusun secara interchangeable agar dapat dibersihkan secara bergantian.

Nira encer dengan padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut nira

kental, yang siap dikristalkan di stasiun kristalisasi/stasiun masakan. Total luas bidang

pemanas 5990 m VO. Nira kental yang berwarna gelap ini diberi gas SO2 sebagai

bleaching/pemucatan, dan siap untuk dikristalkan.


4. Kristalisasi

Nira kental dari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam pan kristalisasi

sampai lewat jenuh hingga timbul kristal gula. Sistem yang dipakai yaitu ACD, dimana

gula A sebagai gula produk, gulaC dan D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian

lagi dilebur untuk dimasak lagi. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan vacum

sebesar 65 CmHg , sehingga suhu didihnya hanya 65ºC, jadi sakarosa tidak rusak akibat

kena panas tinggi. Hasil masakan merupakan campuran kristal gula dan larutan

(stroop). Sebelum dipisahkan di stasiun puteran, gula lebih dahulu didinginkan di dalam

palung pendingin (kultrog).

5. Puteran gula ( Centripuge )

Alat ini bertugas memisahkan gula dengan larutannya (stroop) dengan gaya

sentrifugal.

1. Penyelesaian dan Gudang Gula

Dengan alat penyaring gula, gula SHS dari puteran SHS dopisahkan

antara gula halus, gula kasar dan gula normal dikirim ke gudang gula dan

dikemas dalam karung plastik (polipropoline), kapasitas 50 kg netto. Produksi

gula perhari tergantung dari rendemen gulanya, kalau rendemen 8% maka pada

kapasitas 3000 tth di peroleh gula 2400 ku atau 4800 sak.

2. Pembangkit Tenaga Uap atau Tenega Listrik

Sebagai penghasil tenaga uap di gunakan 5 buah ketel pipa air newmark

@ 6 ton/jam masing-masing 440 m² VO dengan tekanan kerja 15 kg/cm dan 1

buah ketel cheng-chen kapasitas 40 ton/jam. Uap yang dihasilkan dipakai untuk

menggerakkan alat-alat berat, memanaskan dan menguapkan nira dalam pan

penguapan, serta untuk pembangkit tenega listrik. Sebagai bahan bakar di pakai
ampas tebu yang mengandung kalori sekitar 1800 kkl/kg dan kekurangannya

ditambah dengan BBM.

F. Kualitas Produksi Gula

Kualitas gula produksi PG. Madukismo masuk klasifikasi SHS IA.

Tabel 1. Kualitas Gula Produksi PG Madukismo

Analisa PG. Madukismo Standard P3GI

Nilai remisi direduksi 70,20 70,00

Besar jenis butir (mm) 1,05 0,9-1,10

Kadar air (%) 0,08 0,10

Polarisasi 99,96 99,80

G. Produksi Alkohol

Adapun tahapan dalam pembuatan alkohol di Pabrik Gula Madukismo adalah sebagai

berikut:

a. Masakan

Tetes diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk

pertumbuhan ragi sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber

pospor dipakai pupuk NPK, PH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi

kontaminasi dari bakteri lain.

b. Peragian

Peragian dilaksanakan mulai volume3.010,18000 liter dan 75000 liter, waktu

peragian utama berkisar 50-60jam dan kadar alcohol disampai antara 9℅ sampai

10℅.
c. Penyulingan

Adonan yang telah selesai diragikan , dipisahkan alkoholnya (disuling) didalam

pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom dan penyulingan dilakukan

dengan mengunakan tenega uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 suhu 120ºC. Adapun

pada tahap akhir penyulingan akan menghasilkan alkohol murni dengan kadar 95%.

2.2 Joglo Tani

Joglo Tani didirikan paada tanggal 19 Januari 2008, denga luas lahan 2000 m2.

Joglo Tani merupakan sebuah komunitas sebagai wahana pembelajaran pertanian

terpadu, yang berlokasi di Jl. Godean, Dusun Mandungan 1,Margoluwih, Sayegan,

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wahana pembelajaran di antaranya

pembelajaran pertanian organik (pembuatan pupuk organik dan pupuk hayati),

pembelajaran ekologi tanah, pemuliaan benih, sistem ternak terpadu, pengelolaan ikan

air tawar, konservasi dan sanitasi. Pola pembelajarannya yang dilakukan sangat

sederhana, praktis dilakukan di lapangandan dapat dikreasikan sendiri dengan peralatan

yang sederhana. Pembelajarandalam Joglo Tani ini dapat menumbuhkan rasa bangga

menjadi seorang petani,dapat menjadikan seorang petani itu mandiri, berwibawa,

berswadaya dan berswasembada (Anonim, 2012).

Joglo Tani memiliki visi dan misi , dimana visi dari Jogla Tani adalah (merdiko)

yang diuraikan sebagai terciptanya ketersediaan pangan yang tangguh, beragam dan

berkelanjutan dengan daya dukung sumber daya alam yang lestari dan keuntungan

ekonomi yang sepadan. Sedangkan misinya adalah sebagai (mandiri) yang diuraikan

sebagai berikut :

1. Membuat Produk Organik dari sektor hulu sampai hilir untuk

memperkuat daya dukung dan daya dorong bagi pengembangan

pertanian organik,
2. Menciptakan Intelektual Organik yang mampu menjadi fasilitator,

komunikator, organisator masyarakat dalam pengembangan

kemandirian dan ketangguhan pertanian organik

3. Membangun Kerjasama Organik yang menjunjung tinggi nilai-nilai

keberagaman, keseimbangan, kesepadanan, dan keberlanjutan.

Ada yang hebat yang perlu kita contoh dari Joglo Tani yang di ketuai

oleh TO Suprapto, bagaimana bisa hanya sebuah komunitas petani tetapi

mampu menyatukan dan mengakomodir ratusan kelompok tani di sekitar daerah

tersebut. Joglo Tani mampu membawa petani didaerah tersebut menjadi

berwibawa, berswadaya dan berswasembada. Dengan kegiatan

berkelompoknya Joglo Tani bisa membebaskan petani dari biaya PBB (Pajak

Bumi dan Bangunan), membantu menyekolahkan anak-anak petani ke

perguruan tinggi, mampu membayar pengurus Rp.650.000-Rp.700.000 / bulan,

mampu mengendalikan harga produksi pertanian, mampu memproduksi pupuk

organik granule 2 ton/ hari dan POC 1000 liter/ bulan, mampu memproduksi

beras organik, sayuran organik dan buah-buahan organik dan masih banyak lagi

prestasi dari Joglo Tani.

2.3 PT. Kapurun Pawana Indonesia

PT. Kapurun Pawana Indonesia berdiri pada tanggal 28 Oktober 1997 dan

terletak di Desa Kapurun, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

PT. KPI pada prinsipnya telah menjalankan sistem pertania terpadu. PT. Kepurun

Pawana Indonesia adalah badan usaha yang dimiliki dan dikelola oleh purna tugas/

purna bakti. Pemilik usaha Ir. Djiteng Marsudi adalah purna tugas/ purna bakti PT. PLN

(PERSERO) dan Yayasan Pendidikan & Kesejahteraan PT. PLN (PERSERO) adalah

lembaga yang dikelola oleh para Purna Tugas PT. PLN (PERSERO). Pengelola PT.
Kepurun Pawana Indonesia juga purna tugas, Direktur Utama PT. Kepurun Pawana

Indonesia adalah Purna tugas Pegawai Negeri Sipil, sedangkan Direktur Keuangan

perusahaan ini adalah Purna Tugas PT. PLN (PERSERO).

PT. KPI mempunyai visi dan misi. Adapun visinya adalah Menjadi Pusat/

Sentra Pelatihan Pembekalan Calon Purna Tugas Nasional yang bertumbuh kembang,

unggul, terpercaya dan memberikan manfaat bagi para Calon Purna Tugas dan Purna

Tugas dengan bertumpu pada kekayaan sumberdaya alam dan insani tanah air

Indonesia. Sedangkan misinya adlah sebagai berikut: 1. Menjalankan dan

mengembangkan usaha Jasa Pelatihan dan Pembekalan Calon Purna Tugas dan Usaha

lain yang terkait, berorientasi kepuasan masyarakat pada umumnya, Calon Purna Tugas

dan Purna Tugas pada khususnya, 2. Mengupayakan Calon Purna Tugas dan Purna

Tugas dapat tetap Bersikap dan Berpikir Positif, sehingga akan senantiasa Bersyukur

apapun, bagaimanapun keadaannya, Aktif, Produktif, Sehat, Bahagia dan bermanfaat

dimasa Purna Tugas, 3.Membantu pengembangan kegiatan usaha Purna Tugas (profit

& non profit) yang berwawasan lingkungan dan kelestarian alam, dan 4. Mendorong

terselenggaranya transformasi pengetahuan dan pengalaman dari Para Purna Tugas

kepada generasi penerus, dalam rangka pengembangan pendidikan masyarakat (Sidiq,

2011).

Pengalaman PT. KPI dimaksud meliputi usaha-usaha dibidang : Farm,

Processing, Retail, Training Centre dan Konsultan. Dimana usaha- usaha tersebut

adalah usaha sapi perah, sapi potong, pengolahan limbah ternak direncanakan mulai

tahun 2004 ini unit pengolahan pupuk pt. kpi juga memproduksi pupuk kompos,

disamping itu pt. kpi juga akan mengupayakan memproduksi produk pertanian organik,

pengolahan pakan ternak, jasa kesehatan dan reproduksi ternak, itik petelur, tanaman

sayuran, tanaman buah, pengolahan susu , pengolahan bakso , pengolahan keripik buah,
penjualan bakso, penjualan pupuk kompos ,penjualan sayuran, penjualan tanaman

buah, penjualan telur itik dan perikanan. Adapun bentuk konsultan yang dilakukan

adalah dengan melakukan pelatihan-pelatihan, agrowisata dan lain sebagainya dalam

rangka mengenalkan sistem pertanian terpadu kepada masyarakat.

2.4 PT. Lembah Hijau Multifarm

Lembah Hijau Multifarm (LHM) merupakan perusahaan yang didirikan pada

tahun 1981 oleh Bapak Soeharto. Berawal dari pemeliharaan 4 ekor sapi yang

dipelihara di rumah beliau memulai usahanya. Tetapi sebelum usahanya menghasilkan

apapun, 2 ekor sapinya mati. Dari 2 ekor sapinya yang tersisa beliau berfikir bagaimana

caranya agar usahanya tetap berkembang. Hingga akhirnya beliau memiliki ide untuk

mengembangkan usahanya dengan menjual kotoran sapi. Usaha beliau mendapat

cemoohan dari masyarakat sekitar namun beliau yakin bahwa usahanya akan

berkembang. Seekor sapinya dijual dan dibelikan lagi menjadi sapi-sapi yang masih

kecil. Dan sekarang terbukti dari menjual kotoran mendapat keuntungan yang

berlimpah.

PT. LHM berkantor pusat di Jl.Rajiman No.200 solo sedangkan

pengembangan peternakan , perkebunan, dan lainnya dilakukan di Dukuh Joho Lor,

Triagan, Mojolaban, Sukoharjo dibangun diatas areal seluas 6 hektare. Untuk

pengembangan sengaja dipilh daerah pinggiran karena daerah tersebut sangat potensial

dan cocok untuk peternakan. Sedangkan untuk proses produksi berlokasi di Sragen.

Direktur dipegang oleh putra pertama Bapak Soeharto yaitu M.Yusuf Hari sedangkan

Bapak Soeharto sendiri menjabat sebagai komisaris (Sari, 2010).

PT. Lembah Hijau Multifarm memiliki karyawan sebanyak 300 orang yang

bertempat di kantor pusat maupun di lokasi pengembangan usaha. Masing-masing


karyawan memiliki tugas yang berbeda-beda seperti pemeliharaan ikan patin, nursery,

pembuatan pupuk dll. Untuk perekrutan karyawan yang dipekerjakan diambil dari

warga sekitar dan tidak memandang latar belakang pendidikannya asalkan memiliki

pengalaman di bidang pertanian atau peternakan. Sedangkan beberapa ahli dilakukan

dengan proses seleksi. Jika diterima selanjutnya adalah proses training kemudian jika

bagus akan dikontrak dan selanjutnya menjadi karyawan tetap. Dengan menjalin kerja

sama yang baik dengan warga sekitar maka keamanan Lembah Hijau terjamin dari

tangan-tangan jahil.

Adapun usaha yang dilakukan di PT. Lembah Hijau Multifarm meliputi:

1. Peternakan Sapi Perah.

2. Pertanian.

3. Perikanan.

4. Pengembangan Bioteknologi StarbiO

Usaha perternakan sapi perah yang dilakukan berintegrasi dengan usaha

pertanian dan perikanan. Pemanfaatan sumber daya lokal secara maksimal merupakan

landasan yang dilakukan oleh LHM, sehingga merupakan sebuah Integrated Farming

System.selain itu PT. LHM memiliki spesifikasi produk yang meliputi produk unggulan

yaitu kompos, starbio dan stardex serta produk sampingan yaitu susu, sayuran, nursery,

bioteknologi dan perikanan.

2.5 Limbah

Limbah adalah sisa hasil produksi /buangan yang kehadirannya pada

saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki

nilai ekonomi dan ekologis. Berdasarkan sumbernya, limbah dibagi menjadi 2

yaitu limbah domestik dan limbah industri. Berdasarkan karakteristiknya,


limbah dapat dibedakan menjadi limbah cair, limbah gas dan partikel, serta

limbah padat. Polutan limbah cair dapat berupa padatan, bahan buangan yang

membutuhkan oksigen, mikroorganisme, komponen organic sintetik, nutrient

tanaman, minyak, senyawa organik dan mineral, dan bahan radioaktif. Limbah

gas dan partikel berasal dari penggunaan bahan baku, proses dan sisa

pembakaran. Limbah padat bersumber dari hasil produksi atau hasil pemakaian

alat pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

Limbah cair bersumber dari sisa buangan produksi atau pemakaian hasil

produksi dalam pemenuhan kebutuhan hidup manusia (Mohana, 2011). Pada

umumnya limbah cair bersifat merugikan. Adapun kandungan limbah cair

meliputi padatan, bahan buangan yang membutuhkan oksigen,

mikroorganisme, komponen organik sintetik, nutrien tanaman, minyak,

senyawa organik dan mineral, bahan radioaktif serta panas. Indikator yang dapat

menentukan adanya limbah cair yaitu : nilai pH/keasamaan/alkanitas, suhu,

warna, bau, rasa, jumlah padatan, nilai BOD, pencemaran mikroorganisme

phatogen, kandungan minyak, kandungan logam berat, dan bahan radioaktif.

Limbah padat merupakan hasil buangan industri atau domestik berupa padatan,

lumpur dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.

Penurunan kualitas lingkungan hidup, salah satunya disebabkan

pencemaran yang telah melebihi ambang batas. Sumber pencemar yang cukup

besar saat ini umumnya dihasilkan oleh air limbah aktifitas rumah tangga,

meskipun juga tidak mengesampingkan air limbah industri yang semakin hari

semakin dirasakan peningkatan pencemarannya di dalam badan air.

Air limbah industri mengandung bahan pencemar yang dapat berupa

bahan pencemaran umum dan bahan beracun (Rajkumar, 2010). Bahan


pencemaran umum adalah bahan-bahan yang secara tidak langsung

membahayakan kesehatan manusia, yaitu bahan organik, lumpur, minyak, asam

dan alkali, garam nutrien (garam N dan P), warna,bau, panas, dan bahan

anorganik. Air limbah yang mengandung bahan – bahan pencemar tersebut

apabila tingkat konsentrasinya cukup tinggi akan mengganggupengguna air,

membuat kehidupan manusia pengguna air menjadi tidak nyaman, atau merusak

ekosistem.

Apabila air limbah yang mengandung bahan pencemar tersebut

langsung dialirkan ke lingkungan (seoerti sungai atau badan air lainnya), akan

mengakibatkan terjadinya pencemaran pada badan air tersebut. Pemerintah

telah menetapkan baku mutu efluen dan baku mutu beberapa badan air sesuai

dengan peruntukannya. Baku mutu menetapkan kualitas dan debit maksimal

yang harus dipenuhi. Kualitas effluent dalam baku mutu ditetapkan dengan

memberikan batasan kadar maksimal beberapa parameter bahan pencemar yang

terdapat dalam effluent suatu jenis industri. Pengelolaan air limbah ditujukan

agar effluent dapat memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Baku mutu air

limbah juga menetapkan debit maksimal effluent, sehingga pengambilan air

juga akan terkendali dan dapat menjaga ketersediaan sumber air baik air

permukaan maupun air tanah dalam. Akan tetapi karena kurangnya pengawasan

dan tingkat kesadaran dari pelaku usaha, sering terjadi penyumbatan muka air

tanah dangkal sehingga kekurangan air bersih di beberapa tempat yang

merupakan area industri dan padat penduduk.

Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan air limbah mutlak dikelola

agar tidak melampaui ambang batas toleransi lingkungan. Salah satu dasar

hukum yang mengatur pengelolaan ini terkait dengan IPAL. Instalasi ini sangat
penting, sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001

dinyatakan bahwa Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sangat diperlukan

dalam upaya menurunkan kadar parameter pencemar dalam limbah, agar

diperoleh limbah cair dengan kualitas baik dan memenuhi baku mutu yang

dipersyaratkan. Penerapan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) pada

industri merupakan salah satu penanganan limbah cair yang harus dilakukan

oleh kegiatan Industri, mengingat limbah ini lazimnya dibuang ke perairan

umum, sedangkan di sisi lain perairan umum dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan masyarakat sekitar (Jenie dan Rahayu, 1994).

Air limbah, sesuai dengan sumber asalnya, mempunyai komposisi yang

sangat bervariasi pada setiap tempat dan saat. Akan tetapi secara garis besar zat

– zat yang terdapat didalam air limbah secara detail (kandungan dan sifat-

sifatnya), mempunyai sifat yang dibedakan menjadi tiga bagian besar antara lain

sifat fisik,kimia dan bologis. Cara pengukuran yang dilakukan untuk

mengetahui sifat tersebut dilaksanakan secara berbeda – beda sesuai dengan

keadaannya. Analisa jumlah dan satuan biasanya diterapkan untuk penelaahan

bahan kimia, sedangkan analisa dengan menggunakan penggolongan banyak

diterapkan apabila menganalisa kandungan biologisnya.

2.6 Dasar Pengelolaan Limbah di Indonesia

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan

Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/1988, yang dimaksud dengan

pencemaran adalah Masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,

dan/atau komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan

(komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia atau proses alam sehngga kualitas

udara/air menajdi kurang atau Dengan semakin meningkatnya perkembangan


sektor industri dan transportasi, baik indutri minyak dan gas bumi, pertanian,

industri kimia, industri logam dasar, industri jasa dan jenis aktivitas manusia

lainnya, maka semakin meningkat pulabtingkat pencemaran pada perairan,

udara dan tanah akibat berbagai kegiatan tersebut.

Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh berbagai

aktivitas tersbeut maka perlu dilakukan pengendalian terhadap pencemaran

lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air

pada sumber air, baku mutu limbah cair, baku mutu udara ambien, baku mutu

udara emisi dan sebagainya (Rachmayanti, 2004).


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Identifikasi Limbah

Asal dan Jenis Bentuk

Limbah Limbah Warna Bau Kekeruhan

Blothong

(PG.Madukismo) Padat Hitam Menyengat

Tetes

(PG.Madukismo) Cair Hitam Menyengat Keruh

Ampas tebu (PG. Putih

Madukismo) Padat kecoklatan Khas tebu

Abu ampas

(PG.Madukismo) Padat Abu-abu Khas abu

Limbah CO2 (PG. Tidak

Madukismo) Gas Tidak berwarna berbau

Limbah ternak Padat: cokelat

(Joglo kehitaman

Tani, PT.KPI, PT. Padat dan


Cair: kuning
LHM) cair Menyengat Cair: Keruh

Limbah tanaman

(Joglo

Tani, PT.KPI, PT. Hijau

LHM) Padat kekuningan Busuk


Limbah kolam ikan

(Joglo

Tani, PT.KPI, PT. Hijau

LHM) Cair kecoklatan Bau amis Keruh

Tabel 2. Pengolahan Limbah

Produk
Jenis Bahan Teknologi Tahapa Lama Sumber kegiata
No kegiatan baku diterapkan n proses proses energy n

Pem. Total
Pupuk Cara 4 waktu 4 mikroorg Pupuk
1 cair Urine sapi sederhana tahapan minggu anisme cair

Limbah Cara 3 mikroorg Gas


2 Biogas ternak sederhana tahapan 1 hari anisme metan

Pem. Kotoran Total Pupuk


Pupuk ternak sapi Cara 6 waktu 3 mikrorga kandan
3 kandang padat sedarhana tahapan minggu nisme g

Total Alcohol
Pabrik Mesin 5 waktu 4 mikroorg dan
4 alkohol Molase modern tahapan minggu anisme spirtus

Abu sisa
pembakara
n dan
Batako ampas Mesin 3 Batako
5 pres tebu modern tahapan 30 hari Manusia pres

Panas
Pembaka Ampas Cara 3 dan
6 ran tebu sederhana tahapan 1 hari manusia listrik

Pengolah Cara 1 Pupuk


7 an limbah Air kolam sederhana tahapan 1 bulan manusia cair
kolam
ikan

Pupuk Limbah Cara 6 mikroorg


8 kompos tanaman sederhana tahapan 3 minggu anisme kompos

3.2 Pembahasan

3.2.1 Pembahasan Identifikasi Proses

Berdasarkan hasil fieldtrip di Joglo Tani yang terletak di Jl. Godean, Dusun

Mandungan 1,Margoluwih, Sayegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, sistem

pertanian yang digunakan adalah konsep pertanian terpadu yang mengacu pada

pertanian organik. Selain konsep pertanian yang dilakukan adalah model agropastura –

fishery yaitu dengan cara mengkombinasikan tanaman pertanian, peternakan dan

perikanan. Adapun dalam pertanian terpadu sumber daya diolah dengan sebaik-baiknya

dan limbah yang dihasilkan diolah menjadi barang bermanfaat, sehingga dalam hal ini

tidak ada limbah yang terbuang. Sedangkan pertanian organik adalah sistem pertanian

yang menggunakan sumber daya alamiah baik bahan tanam, pupuk dan pestisida, dalam

hal ini limbah yang dihasilkan dalam kegiatan pertanian dikembalikan lagi kelahan

pertanian sebagai pupuk atau lainnya.Limbah yang dihasilkan di Joglo Tani ialah

berupa limbah padat yang berasal dari dedaunan, sayuran busuk, buah busuk, kotoran

sapi, itik dan ayam arab dan limbah cair yang berasal urine sapi dan air kolam ikan.

Input atau bahan baku keseluruhan di joglo tani adalah tanaman pertanian,

kotoran ternak baik padat maupun cair, serta perikanan. Usaha tanaman diambil

hasilnya berupa buah, biji dan daun. Peternakan diambil hasilnya berupa daging, susu

dan telur, sedangkan perikanan diambil hasilnya barupa ikan yang dipelihara.Setiap

input tersebut pastinya menghasilkan limbah.limbah diketiga tempat tersebut tidak

dibuang begitu saja tapi dikelola sedemikian rupa hingga menghasilkan suatu produk.
Limbah padat yang berasal dari sayuran busuk dan buah busuk dimanfaatkan sebagai

bahan pembuatan pupuk cair dengan dicampur dengan urine sapi (dapat dilihat pada

kuisoner hasil) dan limbah padat kotoran sapi dan itik dibuat pupuk kandang yang

dicampur dengan arang sekam dan dolimit. Sedangkan kotoran ayam arab langsung

dijatuhkan kedalam kolam sebagai bahan pakan ikan. Limbah cair yang berupa air dari

kolam ikan digunakan sebagai pupuk cair yang secara langsung dialirkan ke areal

pertanian. Sehingga dari hasil pengelolaan limbah tersebut, dapat memberi keuntungan

baik secara ekonomi, ekologi, dan sosial.

Maka dari itulah, jika semua petani menggunakan sistem pertanian terpadu yang

mengacu pada pertanian organik seperti yang dilakukan olah Joglo Tani, maka petani

mendapatkan banyak keuntungan. Sehingga sebaiknya sistem yang ada di Joglo Tani

tersebut dapat dijadikan acuan dalam mengelola usaha pertanian terutama dalam hal

pengelolaan limbah, karena limbah merupakan aspek penting yang harus dikelola.

Semua itu dikarenakan limbah dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan

baik.

Input atau bahan baku keseluruhan di PT. Kepurun Pawana Indonesia adalah

tanaman pertanian, kotoran ternak baik padat maupun cair, serta perikanan. Usaha

tanaman diambil hasilnya berupa buah, biji dan daun. Peternakan diambil hasilnya

berupa daging, susu dan telur, sedangkan perikanan diambil hasilnya barupa ikan yang

dipelihara. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani di PT. KPI adalah barupa

limbah padat dan limbah cair. Limbah padat berasal dari kotoran sapi, itik dan kambing

etawa sedangkan limbah cair berasal dari urine sapi, kambing etawa dan air dari kolam

ikan. Limbah padat yang berupa kotoran sapi dan kambing etawa digunakan sebagai

bahan baku pembutan biogas dan cairan yang keluar dari tabung biogas digunakan
sebagai pupuk untuk mengari areal pertanian. Selain itu, kotoran sapi juga dibuat bahan

baku pupuk kompos.

Dalam hal pengelolaan limbah di PT. KPI sudah sangat bagus karena limbah

yang dihasilkan tidak ada yang terbuang percuma melainkan dimanfaatkan. Dari

pengelolaan limbah tersebut dapat memberikan keuntungan baik secara ekonomi,

ekologi dan sosial terutama bagi yang berada disekitar PT. KPI tersebut. Sehingga

sistem pertanian yang berada di PT. KPI. Ini dapat dijadikan acuan pula bagi para petani

untuk kegiatan usaha taninya. Terutama yang dapat digunakan sebagai acuan adalah

dalam hal pengelolaan limbahnya.

Selain itu, hal unik yang dilakukan dalam usaha tani di Joglo Tani adalah dalam

pengelolaan usaha tani mereka memanfaatkan masyarakat sekitar. Sehingga selain

berfungsi untuk mencegah tindakan anarkis dari masyarakat, kesejahteraan masyarakat

disekitar PT. KPI tersebut meningkat karena mendapatkan tambahan keuntungan

ekonomi.

Maka dari itulah, jika kita ingin mendapatkan hasil maksimal maka sistem

pertanian yang diterapkan sebaiknya seperti yang dilakukan oleh PT. Kepurun Pawana

Indonesia. keuntungannya karena selain mendapatkan produk juga mendapatkan hasil

samping berupa hasil pengolahan limbah. Sehingga sebaiknya juga sistem yang ada di

PT. Kepurun Pawana Indonesia tersebut dapat dijadikan acuan dalam mengelola usaha

pertanian terutama dalam hal pengelolaan limbah, karena limbah merupakan aspek

penting yang harus dikelola. Semua itu dikarenakan limbah dapat mencemari

lingkungan jika tidak dikelola dengan baik

Input atau bahan baku keseluruhan di PT Lembah Hijau Multifarm adalah

tanaman pertanian, kotoran ternak baik padat maupun cair, serta perikanan. Usaha

tanaman diambil hasilnya berupa buah, biji dan daun. Peternakan diambil hasilnya
berupa daging, susu dan telur, sedangkan perikanan diambil hasilnya barupa ikan yang

dipelihara.

Berdasarkan hasil yang didapatkan disini yang menjadi sorotan utamanya

adalah dalam hal pengelolaan limbah. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan usaha tani

PT. LHM berupa limbah padat yang berasal dari tanaman pertanian dan limbah padat

yang berasal dari kotoran sapi. Adapun limbah cair yang dihasilkan berupa urine sapi

dan air dari kolam ikan.

Limbah padat pertanian seperti jerami dimanfaatkan sebagai pakan ternak,

dimana jerami tersebut difermentasi menggunakan bakteri starbio terlebih dahulu

sebelum digunakan sebagai pakan. Starbio merupakan bakteri yang ditemukan

olah PT.LHM yang berfungsi sebagai dekomposer ramah lingkungan. Sedangkan

limbah padat dari kotoran sapi dibuat sebagai bahan baku biogas dan sebagian besar

dibuat pupuk kompos. Sedangkan limbah cair yang berasal dari urine sapi dan kolam

ikan ditampung di kolam penampungan limbah cair. Limbah tersebut kemudian

dinetralisir dengan enceng gondok untuk menghilangkan bau. Setelah dinetralisir baru

kemudian limbah tersebut dialirkan ke areal pertanian sebagai pupuk cair. Sehingga

berdarkan hasil fildtrip tersebut, PT. LHM sudah benar-benar menerpakan sister

pertanian terpadu, dan dalam pengolahan limbahnya sudah dilakukan secara maksimal

sehingga memberikan keuntungan secara ekonomi, ekologi dan sosial.

Maka dari itulah, jika semua petani menggunakan sistem pertanian terpadu yang

mengacu pada pertanian organik seperti yang dilakukan oleh PT. Lembah Hijau

Multifarm, maka petani mendapatkan banyak keuntungan karena limbah tidak dibuang

begitu saja tapi di kelola hingga menjadi bermanfaat. Sehingga sebaiknya sistem yang

ada di PT. Lembah Hijau Multifarm tersebut dapat dijadikan acuan dalam mengelola

usaha pertanian terutama dalam hal pengelolaan limbah, karena limbah merupakan
aspek penting yang harus dikelola. Semua itu dikarenakan limbah dapat mencemari

lingkungan jika tidak dikelola dengan baik

Limbah padat yang berupa blothong dimanfaatkan sebagai pupuk dan sebagian

besar digunakan sebagai bahan baku pembuatan alkohol dan spiritus. Sedangkan

limbah cair yang dihasilkan dari bekas pencucian dan pendinginan alat digunakan

sebagai pupuk cair dengan cara air tersebut dialirkan areal pertanian. Sedangkan limbah

gas yang dihasilkan ditangkap dengan zat kimia tertentu sehingga menghasilkan karbon

cair. Karbon cair tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengawet makanan yang

harganya cukup mahal jika dijual. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, pabrik gula

Madukismo dapat dijadikan acuan bagi pabrik gula lain di Indonesia, khususnya dalam

pengolahan limbah. Semua itu disebabkan karena PT. Madukismo telah memanfaatkan

limbah yang pada awalnya berfungsi sebagai pencemar menjadi barang yang bernilai

ekonomi tinggi. Selain keuntungan ekonomi, pengolahan limbah tersebut dapat

memberikan keuntungan pula secara ekologi dan sosial.

3.2.3 Pembahasan Identifikasi Pengelolaan Limbah

1. Pengolahan Limbah PG. Madukismo

a. Proses Pengolahan Limbah Padat (Blothong) sebagai Pupuk Kompos

Limbah padat Blothong yang dihasilkan oleh pabrik gula Madukismo

mempunyai volume yang cukup besar tiap harinya sekitar 100 ton/hari. Pabrik membeli

seluas lahan di sekitar pabrik untuk menempatkan limbah tersebut, karena limbah

blothong biasanya dibuang dengan cara penumpukan (open dumping). Oleh masyarakat

sekitar limbah yang dibuang terutama blotong (ampas tebu) diambil secara cuma- cuma

untuk pembuatan asbes, genteng, pupuk, kompos dan dijadikan bahan bakar industri

batu bata, karena blotong ini masih mengandung sejumlah belerang sehingga baik

untuk dijadikan sebagai bahan bakar. Pihak PG. Madukismo melakukan mengovenan
blothong pada oven dengan suhu 105º dalam kurun waktu 3 jam sebelum

membuangnya. Tujuan blotong di oven untuk mengurangi kadar air yang terdapat di

blotong tersebut, sehingga tidak menimbulkan bau yang sangat menyengat ketika

dibuang.Saat ini, pihak PG. Madukismo memanfaatkan blothong tersebut sebagai

bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos.

b. Proses Pengolahan Limbah Padat Ampas Tebu sebagai Bahan Bakar Orgaik

Limbah padat ampas tahu merupakan limbah yang dihasilkan pada proses awal

penggilingan tebu menjadi nira mentah. Limbah ini jumlahnya cukup banyak sehingga

sangat bermanfaat jika dapat diolah sehingga tidak mencemari lingkungan. PG.

Madukismo memanfaatkan limbah ampas tahu sebagai bahan bakar organik yang

dikenal dengan istilah Biomass (bahan bakar organik) yang diolah untuk menghasilkan

listrik.

c. Proses Pengolahan Limbah Arang Ampas Tebu sebagai Batako

Bagasse atau ampas tebu yang dibakar akan menjadi arang, yang bermanfaat

untuk pupuk pertanian dan bahan bangunan (batako). Joglo tani juga memanfaatkan

arang ampas tebu tersebut sebagai batako. Arang tersebut sebelum diolah dirubah dulu

menjadi abu.

d. Proses Pengolahan Limbah Cair Tetes sebagai Alkohol

Limbah cair tetes yang dihasilkan dari proses pengolahan tebu menjadi gula

dimanfaatkan PG. Madukismo sebagai alkohol. Alkohol yang diproduksi di P.S

Madubaru merupakan alkohol jenis etanol. Pembuatan alkohol ini merupakan salah

satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah. Alkohol dapat digunakan sebagai

campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes tebu sebelum menjadi alkohol akan

mengalami tahap-tahap pengolahan.


Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar

yang tinggi yakni berkisar antara 94%-96%. Proses pengolahan limbah tetes ini selain

dapat menyelamatkan lingkungan dari pencemaran, juga dapat

menghasilkan income untuk PG. Madukismo. Proses pengolahan alkohol dapat dilihat

pada lembar berikutnya.

2. Pengolahan Limbah Joglo Tani

a. Proses Pengolahan Urine Sapi dan Buah Busuk menjadi Pupuk Cair

Di joglo tani memanfaatkan limbah urine sapi.Terdapat beberapa limbah padat

yang dimanfaatkan dijoglo tani yaitu limbah buah busuk dan yang digunakan sebagai

campuran dalam pembuatan pupuk cair. Proses pengelolaannya yaitu:

3. Pengolahan Limbah PT. KPI

1. Proses Pengolahan Limbah Padat Kotoran Ternak menjadi Pupuk Kompos

Mengingat permintaan pupuk kompos kian meningkat dan tren pertanian

organik kian berkembang, PT. KPI mulai merintis untuk memproduksi pupuk kompos

dengan membangun instalsi pengolahan pupuk kandang. Produksi pupuk kompos mulai

dipasarkan dilingkungan sekitar desa Kepurun serta produksi pupuk kompos

dipasarkan lebih luas, bekerjasama dengan PT. Dua Alam Rahayu (PT. DAR). Selain

produksi pupuk kompos PT KPI juga melakukan inovasi yang lebih diintensifkan.

Upaya untuk memanfaatkan limbah air seni sapi untuk pupuk cair juga dilakukan.

Proses pembuatan kompos dari kotoran ternak yaitu :

Penjualan pupuk kompos telah dimulai sejak tahun 2003, namun masih belum

ditangani secara baik dan professional. Ditahun 2004 upaya untuk meningkatkan

penjualan pupuk dipersiapkan dengan memperbaiki instalasi pengolahan kompos dan

dikembangkan sebagai pupuk kandang dan kemasan serta tempat untuk memajang

produk pupuk.
1. Proses Pengolahan Kotoran dan Urine ternak menjadi Biogas

Fungsi lain dari limbah peternakan adalah sebagai bahan pembuatan sumber

energi gas baru (biogas) yang dapat digunakan untuk memasak. Caranya adalah kotoran

sapi yang sudah dicampur dengan air dimasukkan ke dalam bak penampung tertutup

yang kemudian dibuat pipa khusus yang disambungkan ke kompor. Alhasil, uap yang

diproduksi oleh limbah tadi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti gas

elpiji. Kompor yang berbahan bakar biogas ini bebas dari kekhawatiran meledak karena

bersifat alami dan bertekanan rendah.

4. Pengolahan Limbah PT. LHM

1. Proses Pengolahan Pakan Ternak dari Jerami

Agar pakan dari jerami tahan lama maka perlu difermentasikan dengan

menggunakan urea dan starbio. Untuk fermentasi 1 ton jerami dibutuhkan 6 kg urea

dan 6 kg starbio. Jerami diambil langsung dari sawah yang sedang panen. Kadar airnya

60 %,cirri-cirinya adalah jika diperas tidak meneteskan air tetapi tangan kita basah.

Jeramim yang telah difesrmentasi dapat bertahan sampai 1 tahun.

3.2.3 Pembahasan Karakteristik Limbah

1. Limbah Blotong

Blotong merupakan limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik gula yang berasal

dari stasiun pemurnian nira yang dipisahkan dengan alat rotary vacum filter. Limbah

blotong ini berbentuk seperti tanah berpasir berwarna hitam, memiliki bau tak sedap

jika masih basah. Blotong sendiri merupakan limbah yang dihasilkan sebelum

dikristalkan menjadi gula pasir. Pada setiap tempat penggilingan tebu seperti pabrik

gula akan selalu dijumpai tumpukan bahkan gunungan blotong dalam jumlah besar

yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal


Blotong mempunyai kelebihan yaitu salah satunya mempunyai nilai kalor yang

cukup tinggi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai

kalor limbah pertanian seperti blotong ini adalah dengan proses pembuatan briket

dimana densitas blotong ditingkatkan dengan proses densifikasi atau pemadatan dengan

cara pengepresan dan biasanya dilakukan dengan alat tekan. Berikut ini merupakan

unsur yang terkandung dalam blotong kering (Kadar air 25%), oleh laboratorium Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Bahan dan Barang Teknik Bandung :

Pengolahan limbah blotong di Pabrik Madukismo yang didapat dari proses pemurniaan

nira direaksikan dengan zat-zat organik. Hal ini dilakukan untuk menjadikan blotong

sebagai pupuk organik melalui proses pengomposan. Limbah ini sebagian besar

diambil petani untuk dipakai sebagai pupuk dan sebagian yang lain dibuang di lahan

tebuka.

2. Limbah Tetes

Tetes (molasses) sebagai limbah di stasiun pengolahan, diproduksi sekitar 4,5

% tebu atau sekitar 1,5 juta ton. Tetes tebu merupakan produk pendamping karena

sebagian besar dipakai sebagai bahan baku industri lain seperti vitsin (sodium

glutamate), alkohol atau spritius dan bahkan untuk komoditas ekspor dalam

pembuatan L-lysine dan lain-lain. Namun untuk hal ini dibutuhkan kandungan gula

dalam tetes yang cukup tinggi, sehingga tidak semua tetes tebu yang dihasilkan

dimanfaatkan untuk itu. Akibatnya tidak sedikit pabrik gula yang mengalami

kendala dalam penyimpanan tetes sampai musim giling berikutnya, seperti tangki tidak

cukup menampung karena tetes kurang laku, atau memungkinkan terjadinya ledakan

dalam penyimpanan di tangki tetes sehubungan dengan kondisi proses atau komposisi.

Tetes tebu yang dihasilkan oleh PG. Madukismo ini ini termasuk dalam limbah

cair. Warna dari limbah tetes ini berwarna hitam dan menghasilkan bau yang sangat
menyengat. Dilihat dari tingkat kekeruhannya, limbah tetes tebu yang dihasilkan di

Pabrik Gula Madukismo ini termasuk dalam tingkat yang keruh. Hal ini dikarenakan

tetes tebu merupakan limbah yang dihasilkan dari sisa pengolahan gula pada saat

distasiun pengolahan.

Molases merupakan hasil samping pada industri pengolahan gula dengan wujud

bentuk cair. Molases adalah limbah utama industri pemurnian gula. Molases merupakan

sumber energi yang esensial dengan kandungan gula di dalamnya. Molases memiliki

kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 60 % ; lemak kasar 0,9 %; dan abu 11,9 %.

Kadar air dalam cairan molasses yaitu 15–25 % dan cairan tersebut berwarna hitam

serta berupa sirup manis. Selain itu, molases juga dapat berfungsi sebagai perekat pada

pembuatan pelet yang dalam pelaksanaanya dapat meningkatkan kualitasnya (Kurnia

2010).

3. Ampas tebu

Ampas tebu merupakan limbah padat yang dihasilkan dari serangkaian proses

pengolahan gula. Limbah padat berupa ampas tebu (bagasse)ini dapat dapat dijadikan

bubur pulp dan dipakai untuk pabrik kertas, untuk makanan ternak, bahan baku

pembuatan pupuk, particle board, bioetanol, dan sebagai bahan bakar ketel uap (boiler)

sehingga dapat mengurangi konsumsi bahan-bakar minyak oleh pabrik. Ampas tebu

yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo berwarna putih kecoklatan. Bau yang

dihasilkan dari limbah ampas tebu ini berbau khas tebu. Didalam ampas tebu terdapat

kandungan polisakarida yang dapat dikonversi menjadi produk atau senyawa kimia

yang digunakan untuk mendukung proses produksi sektor industri lainnya. Salah satu

polisakarida yang terdapat dalam ampas tebu adalah pentosan, dengan persentase

sebesar 20-27%.
Kandungan pentosan yang cukup tinggi tersebut memungkinkan ampas tebu

untuk diolah menjadi Furfural. Furfural memiliki aplikasi yang cukup luas dalam

beberapa industri dan juga dapat disintesis menjadi turunan-turunannya seperti :

Furfuril Alkohol, Furan, dan lain-lain. Kebutuhan (demand) Furfural dan turunannya di

dalam negeri meski tidak terlalu besar namun jumlahnya terus meningkat . Hingga saat

ini seluruh kebutuhan Furfural untuk dalam negeri diperoleh melalui impor. Impor

terbesar diperoleh dari Cina yang saat ini menguasai 72% pasar Furfural dunia.

4. Abu ampas

Abu ampas tebu merupakan sisa hasil pembakaran dari ampas tebu. Abu ampas

yang dihasilkan di Pabrik Gula Madukismo termasuk dalam klasifikasi limbah padat.

Warna dari abu ampas ini abu-abu dan menghasilkan bau yang khas seperti bau abu.

Abu ampas yang ada di pabrik ini digunakan sebagai bahan baku pembuatan batako.

Batako yang dihasilkan bersifat ringan dan berwarna kehitaman. Proses pembuatan

batako ini dicampur dengan semen, pasir dan bahan–bahan pembuatan batako.

Kemudian bahan yang telah tercampur, dicetak dengan cetakan khusus sehingga

terbentuklah batako.

5. Kotoran ternak

Kotoran ternak merupakan sesuatu yang dikeluarkan dari tubuh hewan ternak.

Kotoran ternak dianggap sebagai limbah dikarenakan merupakan bahan sisa yang

masih bisa dimanfaatkan lagi jika terjadi proses untuk mengolahnya. Limbah kotoran

ternak yang ada di Joglo Tani, PT Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijau

Multifarm berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah padatnya berupa kotoran sapi,

kotoran kambing, kotoran ayam, serta kotoran unggas. Sedangkan untuk limbah yang

dihasilkan yakni berupa urine yang dikeluarkan oleh hewan tenak yang dipelihara.
Kotoran sapi merupakan substrat yang dianggap paling cocok sebagai sumber

pembuat biogas. Hal ini dikarenakan substrat tersebut telah mengandung bakteri

penghasil gas metan yang terdapat dalam perut hewan ruminansia. Keberadaan

fermentasi, sehingga proses pembentukan biogas pada tangki pencerna dapat dilakukan

lebih cepat. Walaupun demikian, bila kotoran tersebut akan langsung diproses dalam

tangki pencerna, perlu dilakukan pembersihan terlebih dahulu (Sufyandi, 2001). Pada

umumnya komposisi kotoran sapi memiliki karakteristik yang dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Kotoran sapi yang ada di limbah yang ada di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana

Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm berwarna coklat kehitaman. Limbah kotoran

sapi ini menimbulkan bau yang menyengat.

Kotoran ternak kedua ialah kotoran kambing. Limbah kotoran kambing ini

diperoleh dari kambing-kambing yang dipelihara di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana

Indonesia dan Lembah Hijau Multifarm. Kotoran kambing ini berwarna coklat

kehitaman dengan bentuk seperti granul (butiran-butiran). Bau yang dihasilkan dari

limbah kotoran kambing ini berbau menyengat sama halnya dengan kotoran sapi.

Kotoran kambing mengandung bahan kering dan nitrogen berturut-turut 40-50 % dan

1,2-2,1 %. Kandungan tersebut bergantung pada bahan penyusun ransum, tingkat

kelarutan nitrogen pakan, nilai biologis ransum dan kemampuan ternak untuk mencerna

ransum.

Selain dari limbah kotoran sapi dan kotoran kambing, di Joglo Tani, PT.

Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijua Multifarm adalah limbah kotoran

unggas diantaranya dari kotoran ayam, kotoran bebek, dan burung-burung yang

dipelihatra ditempat tersebut. Limbah yang dihasilkan dari kotoran unggas ini
berbentuk remah,baunya tidak begitu menyengat dan warnanya berwarna coklat

kehitaman.

Selain limbah padat, limbah yang dihasilkan dari kotoran ternak ini adalah juga

ada limbah cairnya. Limbah cairnya berasal dari urine yang dihasilkan dari sapi,

kambing dan hewan ternak lainnya. Urine-urine yang dihasilkan berwarna kuning dan

menimbulkan bau yang menyengat, utamanya urine kambing. Bau menyengat ini

disebabkan adanya gas metan yang terkandung dalam urine tersebut. Tingkat

kekeruhan dari urine sapi dan kambing yang dihasilkan dahasilkan di ketiga tempat ini

termasuk dalam kategori keruh.

6. Limbah tanaman

Limbah tanaman yang dihasilkan di Joglo Tani adalah limbah dari tanaman

yang dibudidayakan di tempat ini seperti limbah nangka busuk dan sayuran-sayuran

busuk. Limbah sayuran yang telah membusuk ini berwarna hijau kekuning-kuningan

dan menimbulakan bau busuk yang menyengat. Selain itu, limbah padat dari tanaman

dapat berupa daun-daun, ranting-ranting yang berjatuhan dari tanaman yang ditanam

ditempat tersebut. Limbah tanaman yang dihasilkan di PT. Kapurun Pawana Indonesia

adalah limbah dari sayuran-sayuran yang telah membusuk. Sayuran yang dikelola di

tempat ini berupa sayuran sawi, selada dan sayuran rumah tangga lainnya. Sedangkan

untuk limbah tanaman yang ada di Lembah Hijau Multifarm berupa daun-daun, ranting-

ranting yang berjatuhan dari pepohonan yang ditanam di tempat tersebut

7. Limbah kolam ikan

Limbah kolam ikan ini merupakan limbah cair yang dihasilkan dari kurasan air

kolam ikan yang ada di Joglo Tani, PT. Kapurun Pawana Indonesia dan Lembah Hijau

Multifarm. Limbah kolam ikan ini berwarna hijau kecoklatan dan menghasilkan bau

yang amis. Diduga bau amis ini ditimbulkan dari bau ikan itu sendiri. Untuk tingkat
kekeruhan pada limbah kurasan kolam ikan ini termasuk dalam kategori keruh,

dikarenakan air kurasan ini sebagai media hidup dari ikan itu sendiri.

8. Limbah CO2

Limbah gas yang ada di pabrik gula Madukismo ini berupa uap (CO2) yang

langsung dilepaskan ke lingkungan (udara). Limbah ini tidak berbau serta tidak

berwarna karena berupa gas yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di PT. Madukismo, Joglo Tani, PT. Kapurun

Pawana Indonesia dan PT. Lembah Hijau Multifarm tersebut, dapat menyimpulkan

sebagai berikut:

1. PT. Madukismo atau Madubaru menghasilkan limbah padat berupa

blothong, ampas tebu, abu ampas, limbah cair tetes, serta limbah gas berupa

CO2, dimana limbah tersebut telah dikelola menjadi barang bermanfaat

2. Joglo Tani menghasilkan limbah padat berupa kotoran sapi, itik, ayam arab,

sayuran busuk, buah busuk dan jerami yang diolah menjadi pupuk kompos

dan limbah cair berupa urine sapi dan air dari kolam ikan yang diolah

menjadi pupuk cair.

3. Dari kegiatan usaha tani di PT. Kapurun Pawana Indonesia menghasilkan

limbah padat berupa kotoran ternak yang diolah menjadi biogas, selury dan

pupuk kompos dan limbah cair yang berasal dari urine ternak dan air dari

kolam ikan diolah menjadi pupuk cair untuk mengairi areal pertanian

4. Sistem pertanian yang dilakukan di PT. Lembah Hijau Multifarm

menghasilkan limbah padat berupa jerami yang diolah menjadi pakan ternak

dengan fermentasi menggunakan bakteri starbio, limbah padat dari kotoran

ternak yang diolah menjadi biogas dan pupuk kompos serta limbah cair

berupa urine sapi dan air dari kolam ikan diolah menjadi pupuk cair yang

sebelumnya ditampung ditempat penampungan limbah cair untuk

dinetralisir baunya menggunakan enceng gondok


B. Saran

Sejauh ini saya hanya bisa menyarankan untuk program dari keempat pabrik

terus ditingkatkan sebab hasil limbah dari keempat pabrik ini telah dimanfaatkan

dengan sangat baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Joglo Tani. http://joglotani.blogspot.com/. Tanggal akses 21 November 2012

Anonim. 2012. http://PT. Madubaru/madukismo. Tanggal akses 21 November 2012.

Afolayan O. S et al.. 2012. Hydrological Implication of Solid Waste Disposal on Ground Water

Quality in Urbanized Area of Lagoe State, Nigeria. International Journal of Applied

Science and Technology. 2 (5) : 74-82.

Jenie dan Rahayu. 1994. Penanganan Limbah Industri Pangan. Jogjakarta : PT. Kanisius

Mohana V.S. et al.. 2011. Effect of Treated and Untreated Coffea Waste Water on

Growth, Yields and Quality of Paramosa Grass (Cymbopogon muttai L.) var

motta. International Journal of Research in Chemistry and Environment. 1 (2) : 111-

117.

Mosher,AT. 1965. Membangun dan Menggerakkan Pertanian. Jakarta: CV.Yasaguna.

Rachmayanti. 2004. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Rajkumar et al.. 2010. Ground Water Contaminate Due to Municipal Solid Waste Disposal-

AGIS Based Study in Erode City. International Journal of Environmental sciences.

1 (1) : 39 – 55.

Rizka, P. 2002. Buku Pengantar Lingkungan. Malang : PT. Gramedia.

Sari, D.R. 2010. Lembah Hijau Multifarm. http://dyacch-es-teacher.blogspot.com . Akses 21

November 2012.

Sidiq. 2011. KPI-Training Center. http://kepurun.blogspot.com . Akses 21 November 2012


PENGOLAHAN LIMBAH PADA PG MADUKISMO, LEMBAH HIJAU MULTI
FARM, PT KEPURUN PAWANA , DAN JOGLO TANI

Dosen : Dr. Ir. Bardi Murachman, SU., DEA

Oleh :
Maria Anggelia Kusuma Ito Meo
NIM: 17950278

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA
2018

Anda mungkin juga menyukai