2.2.3 Gores
Warna gores bervariasi dari hitam legam hingga coklat. Lignite mempunyai gores
coklat, sedangkan bituminous goresnya hitam sampai hitam kecoklatan.
2.2.4 Kilap
Kilap tergantung dari tipe dan derajat batubara. Kilap kusam umumnya berderajat
rendah (low rank), batubara berderajat tinggi (high rank) umumnya mengkilap.
2.2.5 Kekerasan
Kekerasan berhubungan dengan struktur batubara, yaitu komposisi dan jenisnya.
Batubara kusam dan berkualitas rendah umumnya keras, sedangkan batubara cerah
dan berkualitas baik umumnya tidak keras dan mudah pecah.
2.2.6 Pecahan
Pecahan memperlihatkan bentuk dari potongan batubara dalam sifat memecahnya.
Antrasit atau high bituminous pecahannya konkoidal, sedangkan bituminous dan
lignite pecahannya tidak teratur.
Batubara dengan kandungan zat terbang (volatile matter) rendah pecahannya
meniang, sedangkan batubara kandungan zat terbang tinggi pecahannya persegi
atau kubus.
3.1 Pendahuluan
4.2 Sulphur
Di dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous atau bisa
berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfida.
Gas sulfur dioksida yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang
serius. Kebanyakan negara memiliki peraturan mengenai emisi gas tersebut ke
atmosfir. Satu persen adalah limit kandungan sulfur dalam batubara yang banyak
dipakai oleh negara-negara pengguna batubara. Kandungan yang tinggi dalam
coking coal tidak diinginkan karena akan berakumulasi di dalam cairan logam panas
sehingga memerlukan proses desulfurisasi.
4.8 Chlorine
Chlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi
(pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar
chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih
besar dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama
dengan adanya elemen natrium.
4.9 Phosporus
Adanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan karena
dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja yang
dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh.
Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di ketel
karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.
Untuk coking coal akan dibahas pada Coking Analysis properties.
Batubara yang abunya memiliki AFT yang tinggi (initial deformation > 1350oC),
sangat cocok dipergunakan pada operasi dengan sistem penanganan/pembuangan
abu berupa padatan kering, sedangkan batubara yang abunya memiliki AFT rendah
(flow<1350oC) sangat cocok dipergunakan pada operasi dengan sistem
penanganan/pembuangan abu berupa lelehan.
HGI tidak bersifat aditif, artinya apabila kita mempunyai dua jenis batubara yang nilai
HGI-nya berbeda, kemudian dicampurkan dengan komposisi tertentu, nilai batubara
tidak bisa dihitung berdasarkan komposisi pencampuran tersebut. Nilai HGI
campuran cenderung ke arah nilai yang lebih kecil.
Tabel V.2
Perbandingan Index
Crucible Swelling Number dan Roga Index
Catatan : Limit tipikal adalah limit yang pada umumnya diinginkan para
konsumen, angka dalam kurung adalah angka yang menunjukkan
limit pada kasus tertentu.
Tabel V.4
Kualitas Batubara yang Dibutuhkan
Oleh Pabrik Kokas
Parameter Yang Limit Tipikal Keterangan
Diinginkan
Total moisture 5 10 max 12 Akan menimbulkan masalah
(%-ar) (max 15) pada penggilingan dan
penanganan.
Ash Rendah max 6 8 Kandungan abu kokas
(%-ad) (max 10 12) hendaknya rendah untuk
mengurangi kerak pada blast
furnace.
Volatile matter Beragam 16 21 low volatile coal
(%-dmmf) 21 26 medium volatile coal
26 31 high volatile coal
Total sulphur Rendah max 0.6 0.8 Kandungan sulfur kokas
(%-ad) (max 1.0) hendaknya rendah agar
penyerapan sulfur oleh pig
iron dalam blast furnace
dikurangi.
Phosphorus Rendah max 0.1 Phosphorus dalam baja akan
(%-ad) membuat baja cepat rapuh.
Free swelling index 79 min 6
Catatan : Limit tipikal adalah limit yang pada umumnya diinginkan para
konsumen, angka dalam kurung adalah angka yang menunjukkan
limit pada kasus tertentu.
Tabel V.5
Kualitas Batubara yang Dibutuhkan Oleh Pembangkit Tenaga Listrik
Parameter Yang Limit Tipikal Keterangan
Diinginkan
Total moisture 4 8 [][] max 12 Nilai kalori net berkurang. Akan
(%-ar) rendah (max 15) menimbulkan masalah pada
Free moisture max 10 12 penggilingan dan
(%-ar) penanganan. Limit untuk low
rank coal lebih tinggi.
Ash Rendah max 15 20 Nilai kalori berkurang.
(%-ad) (max 30) Limit tergantung pada
kemampuan alat dalam
penangananan dan
pembuangan abu.
Volatile matter 25 30 min 25 Side-fired p.f furnace
(%-dmmf)
15 25 max 25 Down fired p.f furnace
Gross Calorivic Value Tinggi min 24 25 Basis yang diinginkan
(MJ/kg-ad) konsumen bermacam-macam
(gross/net, ad/ar).
Total Sulphur max 0.5 1.0 Limit maksimum tergantung
(%-ad) Rendah (max 2.0) peraturan daerah tentang polusi.
Inggris 2%,
Jerman 1%, Jepang 0.5%.
Chlorine max 0.1 0.3 Sebagai penunjuk kandungan
(%-ad) Rendah (max 0.5) alkali. Harus rendah untuk
mengurangi kecenderungan
terjadinya fouling.
Ash Fusion temp. Tinggi ISO A min 1200 Dry bottom furnace.
(oxidizing/reducing) (min 1050) Tergantung fleksibilitas dan
(oC) prosedur operasi alat.