PENGENALAN UMUM
Dari masing-masing unsur yang kita bicarakan diatas akan dibahas pada uraian
dibawah ini.
Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari
cellulosa. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh faktor
fisika, kimia alam akan merubah cellulosa menjadi lignit, sub-bitomine, bitumine dan
anthrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai berikut :
Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk kedalam celah
celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas yang sudah terakumulasi
didalam celah vein. Terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak
dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh sebab itu
mengetahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan yang akan
dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.
II.1. PENDAHULUAN
Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi sampai
transshipment. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk memperkirakan nilai TM
batubara in-situ sekaligus untuk menentukan nilai surface moisturenya dari selisih
antara TM dan EQM. Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh
Luas permukaan batubara (size distribusi),
Cuaca
Coal Properties
Dalam penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan menentukan harga dari
batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam
basis as received
III.2.1. PROXIMATE
III.2.2. MOISTURE
Moisture yang terdapat dalam batubara pada prinsipnya terdiri dari dua jenis
yaitu Inherent Moisture dan Extraneous Moisture. Inherent moisture nilainya
relatif tetap, tidak fluktuatif dan tidak terpengaruh oleh humiditas dan juga tidak
dapat dihilangkan dengan air drying pada ambient temperature. Inherent moisture
ini hanya bisa dihilangkan dengan pemanasan dengan temperature diatas 100
derajart Celsius. Sedangkan Extraneous moisture adalah moisture yang berasal dari
luar seperti dari air hujan, air siraman air genangan dan lain-lain. Moisture ini
sering juga disebut surface moisture karena dianggap moisture ini hanya berada
dipermukaan partikel batubara. Moisture ini ada di dalam batabara setelah batubara
terbentuk. Nilai dari moisture ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan humiditas
dimana batubara tersebut berada.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya nilai moisture ini
adalah ;
1. Luas permukaan batubara
2. Banyaknya air yang tercurah kedalam batubara tersebut.
Total Moisture adalah jumlah dari kedua jenis moisture tersebut.
TM = IM + EM
III.2.3. ASH
Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara.Zat yang
terkandung dalam volatile matter ini biasanya gas hidrokarbon terutama gas methane.
Volaitile matter ini berasal dari pemecahan struktur molekule batubara pada rantai
alifatik pada temperature tertentu. Di laboratorium penentuannya dengan cara
memanaskan sejumlah batubara pada temperature 900 derajat Celsius.
Sifat dalam coal combustion, volatile matter memegang peranan penting karena
ikut menentukan sifat-sifat pembakaran seperti efisiensi pembakaran karbon atau
carbon los on ignition. Volatile matter yang tinggi menyebabkan batubara mudah
sekali terbakar pada saat injection ke dalam suatu boiler.
Volatile matter juga digunakan sebagai parameter dalam memprediksi
keamanan batubara pada Silo Bin, Miller atau pada tambang-tambang bawah tanah.
Tingginya nilai volatile matter semakin besar pula resiko dalam penyimpananya
terutama dari bahaya ledakan.
Fixed carbon adalah adalah parameter yang tidak ditentukan secara analisis
melainkan merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile
matter.
Fixed carbon ini tidak sama dengan total carbon pada Ultimate.
Perbedaan yang cukup jelas adalah bahwa Fixed carbon merupakan kadar
karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak menguap. total carbon
yang ditentukan pada Ultimate analysis merupakan semua carbon dalam batubara
kecuali carbon yang berasal dari karbonat.
Dalam utilisasi di industri, sulfur yang tinggi dapat menimbulkan emisi SO2
yang konsentrasinya tidak boleh tinggi karena dapat menyebabkan hujan asam. Selain
itu SO2 juga termasuk corrosive constituent bersama chlorine yang dapat merusak
metal dalam boiler.
Analisa reguler yang ditentukan baik untuk explorasi, produksi, dan shipment
adalah total sulfur yang biasanya ditentukan dengan high temperature method
III.4. CALORIC VALUE
Nilai Kalori atau Calorific Value adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per
unit bahan bakar yang dibakar dengan oxygen, nitrogen dan oksida nitrogen,
carbondioksida, sulfurdioksida, uap air dan abu padat
Penentuan nilai kalori batubara yang digunakan di sini adalah dengan alat
Calorimeter dengan sistem Isoperibol. Alat ini menggunakan siklus Isotermik,
dimana secara komputerize, panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara dalam
calorimeter tersebut dikonversikan ke dalam satuan Calori per gram (Cal/g).
Relative Density adalah hasil yang didapatkan untuk mengetahui berat jenis
batubara. Apabila suatu seam memiliki hasil RD, kemudian dikalikan dengan
ketebalan batubara akan didapatkan tonase dari seam tersebut
III.6. ULTIMATE
Ultimate analysis adalah penentuan karbon dan hidrogen yang ada didalam
material yang diperoleh dan produk gas dari hasil combustion yang sempurna dan
penentuan sulfur, nitrogen dan abu yang ada didalam material, serta perhitungan
kandungan oksigen.
Pada umumnya hasil analisis ini dilaporkan dengan basis daf atau dmmf. Unsur
yang diperoleh;
Nitrogen:
Berasosisisai hanya dengan bahan organi. Dapat memdorong terjadinya polusi
bila batubara terbakar.
Sulfur :
Terdapat dalam 3 bentuk yaitu
> Sulphur organik : terikat dengan bahan organik
> Sulfur piritik : bagian dari mineral sulphida
> Sulphat
Sulphur bermasalah sewaktu pemakaian, karena: korosi, fouling, polusi udara
Oksigen
Okigen pada batubara diperlukan dari 100% dikurangi jumlah persen karbon,
hidrogen, nitrogen, toatal sulfur dan abu.
Ash pada umumnya terdiri dari ikatan dari logam Silikon, Aluminium, Besi dan
Kalsium serta kandungan lain yang lebih kecil seperti Titanium, mangan, magnesium,
sodium dan potassium dimana semuanya terjadi dalam bentuk silicates, oksida,
sulphida, sulfat dan phospat.
Element lain seperti arsen, copper, timbal, nikel, zinc dan uranium dapat
dilaporkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Pengetahuan mengenai komposisi sebenarnya dari ash sangat penting untuk
memprediksi karakteristik dan behaviour batubara jika digunakan dalam berbagai
aplikasi di dunia industri.
IV.1. PENDAHULUAN
Batubara adalah merupakan salah satu bahan galian atau bahan tambang yang
merupakan batuan sediment yang terbentuk dari fosil tumbuhan dan hewan. Batubara
terbentuk di alam selama beribu-ribu tahun yang lalu bahkan mungkin berjuta juta tahun
yang lalu. Dalam pembentukannya batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
nantinya menentukan sifat-sifat atau karakteristik batubara yang terbentuk. Faktor faktor
tersebut diantaranya adalah; umur pembentukan, suhu dalam periode pembentukan,
tekanan, dan lingkungan dimana batubara tersebut terbentuk. Faktor faktor tersebut
diatas juga yang menentukan golongan atau rank dari batubara itu sendiri.
Seperti dijelaskan pada pasal sebelumnya bahwa umur dan rank adalah dua hal
yang berbeda pengukurannya. Umur ditentukan oleh kapan terjadinya pembentukan
batubara tersebut. Sedangkan ranking atau kelas ditentukan oleh kualitas atau parameter
-parameter yang ditentukan dari batubara tersebut.
Ada beberapa sistem klasifikasi yang biasanya digunakan untuk menentukan rank
suatu batubara, tapi kita akan membahas sistem ASTM Classification
Parameter kualitas yang digunakan :
Fixed arbon (FC) atau Volatil Matter (VM) dalam basis”dry mineral matter
free” untuki batuabara FC > 69%
Caloricvic Value (CV) dalam “mineral matter free” untuk FC < 69%
Batubara non-banded tidak ikut dalam klasifikasi ASTM
1. ANTHRACITIC
- Meta antrhacite
- Anthracite
- Semianthracite
2. BITUMINOUS
- Low volatile bituminous coal
- Medium volatile bituminous coal
- High volatile A bituminous coal
- High volatile B bituminous coal
- High volatile C bituminous coal
3. SUBBITUMINOUS
- Sub-bituminous A coal
- Sub-bituminous B coal
- Sub-bituminous C coal
4. LIGNITIC
- Lignite A
- Lignite B
Moisture
Ash (mineral matter)
Fixed Carbon