Anda di halaman 1dari 11

KUALITAS BATUBARA

PENGENALAN UMUM

Batubara merupakan endapan organik yang mutunya sangat ditentukan oleh


beberapa faktor antara lain tempat terdapatnya cekungan , umur dan banyaknya
kontaminasi. Didalam penggunaannya perancangan mesin yang mempergunakan
batubara sebagai bahan bakr harus menyesuaikan dengan kualitas batubaranya agar mesin
yang dipergunakan tahan lama.
Batubara merupakan bahan baku pembangkit energi yang dipergunakan untuk
industri. Mutu dari batubara akan sangat penting dalam mentukan peralatan yang
dipergunakan. Untuk mengetahui kualitas suatu batubara maka yang terlebih dahulu kita
harus perhatikan adalah:
 Komposisi kimia batubara
 Sampling batubara
 Analisa kimia batubara
 Klasifikasi dan tingkatan batubara

Dari masing-masing unsur yang kita bicarakan diatas akan dibahas pada uraian
dibawah ini.

I. KOMPOSISI KIMIA BATUBARA

Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan mati dengan komposisi utama dari
cellulosa. Proses pembentukan batubara atau coalification yang dibantu oleh faktor
fisika, kimia alam akan merubah cellulosa menjadi lignit, sub-bitomine, bitumine dan
anthrasit. Reaksi pembentukan batubara dapat digambarkan sebagai berikut :

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8CH2O + 6CO2 + CO


cellulosa lignit gas metan

5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO


cellulosa bitumine gas metan
keterangan :
cellulosa (zat organik) yang merupakan zat pembentuk batubara.
Unsur C dalam Lignit lebih sedikit dibanding bitumine.
Semakin banyak unsur C lignit semakin baik mutunya.
Unsur H dalam Lignit lebih banyak dibandingkan pada bitumine.
Semakin banyak unsur H Lignit makin kurang baik mutunya.
Senyawa CH4 (gas metan) dalam lignit lebih sedikit dibandingkan
dalam bitumine.
Semakin banyak CH4 lignit semakin baik kualitasnya.

Gas-gas yang terbentuk selama proses coalification akan masuk kedalam celah
celah vein batulempung dan ini sangat berbahaya. Gas yang sudah terakumulasi
didalam celah vein. Terlebih-lebih apabila terjadi kenaikan temperatur, karena tidak
dapat keluar, sewaktu-waktu dapat meledak dan terjadi kebakaran. Oleh sebab itu
mengetahui bentuk deposit batubara dapat menentukan cara penambangan yang akan
dipilih dan juga meningkatkan keselamatan kerja.

II. SAMPLING BATUBARA

II.1. PENDAHULUAN

Sampling secara umum dapat didefinisikan sebagai; “Suatu proses


pengambilan sebagian kecil contoh dari suatu material sehingga karakteristik
contoh material tersebut mewakili keseluruhan material”.
Didalam industri pertambangan batubara, sampling merupakan hal yang sangat
penting, karena merupakan proses yang sangat vital dalam menentukan karakteristik
batubara tersebut. Dalam tahap explorasi, karakteristik batubara merupakan salah satu
penentu dalam study kelayakan apakah batubara tersebut cukup ekonomis untuk
ditambang atau tidak. Begitu pun dalam tahap produksi dan pengapalan atau
penjualan batubara tersebut karakteristik dijadikan acuan dalam menentukan harga
batubara.
Secara garis besar sampling dibagai menjadi 4 golongan dilihat dari tempat
pengambilan dimana batubara berada dan tujuannya yaitu; Exploration sampling,
Pit sampling, Production sampling, dan loading sampling (barging dan
transhipment)
Explorasi sampling dilakukan pada tahap awal pendeteksian kualitas batubara
baik dengan cara channel sampling pada outcrop atau lebih detail lagi dengan cara
pemboran atau drilling. Tujuan dari sampling di tahap ini adalah untuk menentukan
karakteristik batubara secara global yang merupakan pendeteksian awal batubara
yang akan diexploitasi.
Pit sampling dilakukan setelah explorasi bahkan bisa hampir bersamaan dengan
progress tambang didalam satu pit atau block penambangan dengan tujuan lebih
mendetailkan data yang sudah ada pada tahap explorasi. Pit sampling ini dilakukan
oleh pit control untuk mengetahui kualitas batubara yang segera akan ditambang, jadi
lebih ditujukan untuk mengkontrol kualitas batubara yang akan ditambang dalam
jangka waktu short term. Pit sampling ini juga dapat dilakukan dengan pemboran
juga dengan channel pada face penambangan kalau diperlukan untuk mengecek
kualitas batubara yang dalam progress ditambang.
Production sampling; dilakukan setelah batubara di proses di prosesing plant
dimana proses ini dapat merupakan penggilingan (crushing) pencucian (washing),
penyetokan dan lain-lain. Tujuannya adalah mengetahui secara pasti kualitas batubara
yang akan di jual atau dikirim ke pembeli supaya kualitasnya sesuai dengan
spesifikasi yang ditentukan dan telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan
diketahuinya kualitas batubara di stockpile atau di penyimpanan sementara kita dapat
menentukan batubara yang mana yang cocok untuk dikirim ke Buyer tertentu dengan
spesifikasi batubara tertentu pula. Baik dengan cara mencampur (blending) batubara-
batubara yang ada di stockpile atau pun dengan single source dengan memilih
kualitas yang sesuai.
Loading Sampling; Dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke
pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya dilakukan
oleh independent company karena kualitas yang ditentukan harus diakui dan
dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer). Tujuannya adalah menentukan
secara pasti kualitas batubara yang dijual yang nantinya akan menentukan harga
batubara itu sendiri karena ada beberapa parameter yang sifatnya fleksibel sehingga
harganya pun fleksibel tergantung kualitas actual pada saat batubara dikapalkan.
Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai tujuan seperti
telah dijelaskan di atas,dilakukan dengan menggunakan standard – standard yang
telah ada. Dimana pemilihannya tergantung keperluannya, biasanya tergantung
permintaan pembeli atau calon pembeli batubara. Standard yang sering digunakan
untuk keperluan tersebut diantaranya ; ASTM (American Society for Testing and
Materials), AS (Australian Standard), Internasional Standard, British Standard,
dan banyak lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional maupun
internasional. Dalam pembahasan Sampling, preparasi dan analisa di bab-bab berikut
ini adalah mengambil salah satu standard yaitu ASTM standard karena standard ini
yang paling sering digunakan di PT. Mahakam Sumber Jaya.

II.2. PENGGOLONGAN SAMPLING


II.2.1. Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu;
II.1.1 Manual sampling
II.1.2 Mechanikal sampling

II.2.2. Sedangkan berdasarkan teknis pengambilannya Sampling dapat dibagi


menjadi beberapa golongan sebagai berikut;
II.2.2.1 Core Sampling
Sampling batubara dari borehole (drilling) memiliki perbedaan-
perbedaan dengan jenis-jenis sampling yang lainnya. Dimana sample
batubara pada jenis sampling ini diambil secara mekanikal yaitu dengan
core . Jadi yang dimaksud dengan core sampling ini lebih ditujukan
bagaimana terhadap prosedur treatment atau penanganan untuk sample
yang telah didapat dari borehole tersebut sampai sample tersebut
dikirimkan ke laboratorium. ASTM sendiri menspesifikasikan prosedure
pengambilan sample dari core ini dalam ASTM D 5192 – 95. Practice for
collection of coal samples from core.
Core Sampling terdiri atas :
-Exploration sampling
-Deep drilling
-Shalow drilling
-Pit sample
-Pit drilling
II.2.2.2 Channel sampling
- Explorasi sampling
- Outcrop sampling
- Pit sampling
- Seam face sampling

II.2.2.3. Bulk sampling


- Stasionary sampling
- Stockpile sampling
- Wagon sampling
- Coal truck sampling
- Moving sampling
- Cross belt sampling
- Stop belt sampling
- Falling stream sampling
- Moving bucket sampling
- DLL.

III. ANALISA KIMIA BATUBARA


Analisa batubara banyak macammya, tetapi pada umumnya anlisa yang dipakai
oleh beberapa perusahaan hanya mengunakan parameter analisa Total Moisture,
Proximate, Total Sulfur, Caloric Value, dan Relative Density. Pada Perusahaan PT.
Mahakam Sumber Jaya analisa yang dipakai adalah TM, Proximate, TS, CV, RD, Ash
Analysis, Ash Fusion Temperature, Ultimate, HGI dan Major Trace Element Analysis,
berikut akan kami terangkan satu demi satu.

III.1. TOTAL MOISTURE

Total moisture biasanya ditentukan pada batubara mulai dari explorasi sampai
transshipment. Dalam explorasi, TM ditentukan untuk memperkirakan nilai TM
batubara in-situ sekaligus untuk menentukan nilai surface moisturenya dari selisih
antara TM dan EQM. Pada coal in bulk, nilai TM ini dipengaruhi oleh
 Luas permukaan batubara (size distribusi),
 Cuaca
 Coal Properties
Dalam penjualannya nilai TM sangat diperhatikan dan menentukan harga dari
batubara tersebut selain berpengaruh pada nilai parameter-parameter lain dalam
basis as received

III.2.1. PROXIMATE

Analisa ini merupakan analisa standard yang digunakan berbagai perusahaan


batubara untuk menentukan qualitas dari suatu seam batubara pada suatu daerah.
Rangkaian analisa ini menghasilkan qualitas dari batubara meliputi IM, ASH,VM,
FC, dan TS. Tetapi pada umumnya suatu company menggolongkan analisis TM,
IM, ASH, VM, FC, TS, CV, dan RD menjadi satu yaitu analisis Proximate.
Pembahasan dari masing-masing analysis akan diterangkan dibawah

III.2.2. MOISTURE

Moisture yang terdapat dalam batubara pada prinsipnya terdiri dari dua jenis
yaitu Inherent Moisture dan Extraneous Moisture. Inherent moisture nilainya
relatif tetap, tidak fluktuatif dan tidak terpengaruh oleh humiditas dan juga tidak
dapat dihilangkan dengan air drying pada ambient temperature. Inherent moisture
ini hanya bisa dihilangkan dengan pemanasan dengan temperature diatas 100
derajart Celsius. Sedangkan Extraneous moisture adalah moisture yang berasal dari
luar seperti dari air hujan, air siraman air genangan dan lain-lain. Moisture ini
sering juga disebut surface moisture karena dianggap moisture ini hanya berada
dipermukaan partikel batubara. Moisture ini ada di dalam batabara setelah batubara
terbentuk. Nilai dari moisture ini berubah-ubah sesuai dengan perubahan humiditas
dimana batubara tersebut berada.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi naik turunnya nilai moisture ini
adalah ;
1. Luas permukaan batubara
2. Banyaknya air yang tercurah kedalam batubara tersebut.
Total Moisture adalah jumlah dari kedua jenis moisture tersebut.

TM = IM + EM

Istilah TM. IM dan EM diatas adalah merupakan istilah pengertian atau


filosofi bukan merupakan istilah parameter.
Metoda penentuan moisture bermacam-macam jenis parameternya tergantung
dari interpretasi dari nilai moisture yang diinginkan. Beberapa contoh parameter
dari moisture adalah sebagai berikut ;

 Total Moisture (disebut juga ; as received moisture, as sampled


moisture)
 Air dried moisture (disebut juga ; Inherent moisture (AS standard),
moisture in the analysis sample, as determined moisture, as analysed
moisture)
 Equilibrium moisture (EQM) (disebut juga ; Inherent moisture(ASTM),
in-situ moisture, bed moisture, Moisture Holding Ccapacity (MHC dalam
ISO) )
 Transportable moisture / flow moisture.

Selain istilah-istilah moisture diatas yang merupakan parameter, ada juga


istilah lain yang merupakan tahapan penentuan TM yaitu Air dry loss moisture,
free moisture, dan residual moisture. Akan tetapi nilainya tidak biasa dilaporkan
secara individual melainkan dilaporkan sebagai gabungan yaitu sebagai Total
moisture.
Didalam industri perbatubaraan nilai moisture merupakan parameter yang
pasti ada dalam transaksi jual beli batubara dan sangat diperhatikan dikarenakan
oleh pengaruh negative dari nilai moisture ini.
Pengaruh negative secara komersial adalah ;
1. Mengurangi volume batubara itu sendiri secara kuantitas
2. Menambah energy untuk menaikan temperature baik pada primary air
maupun secondary air pada saat injeksi PCI fuel dilakukan kedalam boiler.
Biasanya hal ini terjadi apabila batubara yang digunakan di Power station
dengan cara injection.
3. Moisture adalah non combustible material dalam batubara bahkan sebaliknya
ikut mengkonsumsi panas pada saat batubara tersebut dibakar sehingga
mengurangi panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara tersebut.

Untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh berkurang atau


bertambahnya volume batubara yang diakibatkan oleh naik turunnya moisture (no.
1), didalam kontrak jual beli batubara biasanya selalu ada price adjusment yang
seiring dengan naik turunya nilai moisture. Adjustmentnya ada yang langsung ke
kuantitas yaitu dengan mengkalkulasi pertambahan moisture sebagai volume
batubara yang hilang, sehingga dengan suatu formula akan didapat adjustment
tonnase actual yang akan dijadikan dasar pada paymentnya.
Ada pula adjustment langsung dengan pengurangan atau penambahan dasar
harga per ton batubara seiring dengan naik turunya moisture tersebut. Bahkan
banyak juga yang menempatkan nilai moisture ini dalam term rejection limit.
Sedangkan untuk megurangi kesalahan perkiraan nilai kalori yang dihasilkan
didalam penggunaannya (no. 3), biasanya Buyer juga membuat spesifikasi nilai
kalorinya dalam basis NAR (Net as received) Karena nilai kalori dalam basis inilah
yang lebih mendekati ke actual kalori yang dihasilkan pada saat batubara tersebut
dibakar.
Jadi jelaslah bahwa betapa berartinya nilai moisture dalam batubara
terutama untuk tujuan komersial. Tentu saja baik Seller maupun Buyer tidak ada
yang mau dirugikan atas akibat negatif dari nilai moisture ini. Kalau Buyer berusaha
dengan membuat suatu spesifikasi yang ketat, sebaliknya bagi Seller harus
mengupayakan bagaimana caranya untuk mengurangi akibat dari moisture ini, baik
untuk mengkatrol harga dasar maupun untuk mencegah rejection yang akibatnya
sangat fatal bagi Seller. Selain itu juga untuk menjaga kesan yang baik dan
kepuasan bagi Customer dengan memberikan kualitas yang sama atau paling tidak
mendekati guarantee specification secara konsisten.

III.2.3. ASH

Ash atau abu merupakan istilah umum sebagai sisa pembakaran.


Mineral dalam batubara digolongkan menjadi tiga kategori yaitu:
Mineral matter: unsur-unsur yang terikat secara organik dalam rantai
carbon sebagai kation pengganti hidrogen. Contoh Kalium dan sodium
Inherent ash: superfine discrete mineral yang masih dapat tertinggal
dalam partikel batubara setelah dihaluskan misalnya alumina dan besi
Extraneous ash: yang termasuk kedalam kategori ini adalah tanah atau
pasir yang terbawa pada saat penambangan batubara.

III.2.4. VOLATIL MATTER

Volatile matter adalah zat terbang yang terkandung dalam batubara.Zat yang
terkandung dalam volatile matter ini biasanya gas hidrokarbon terutama gas methane.
Volaitile matter ini berasal dari pemecahan struktur molekule batubara pada rantai
alifatik pada temperature tertentu. Di laboratorium penentuannya dengan cara
memanaskan sejumlah batubara pada temperature 900 derajat Celsius.
Sifat dalam coal combustion, volatile matter memegang peranan penting karena
ikut menentukan sifat-sifat pembakaran seperti efisiensi pembakaran karbon atau
carbon los on ignition. Volatile matter yang tinggi menyebabkan batubara mudah
sekali terbakar pada saat injection ke dalam suatu boiler.
Volatile matter juga digunakan sebagai parameter dalam memprediksi
keamanan batubara pada Silo Bin, Miller atau pada tambang-tambang bawah tanah.
Tingginya nilai volatile matter semakin besar pula resiko dalam penyimpananya
terutama dari bahaya ledakan.

III.2.5. FIXED CARBON

Fixed carbon adalah adalah parameter yang tidak ditentukan secara analisis
melainkan merupakan selisih 100 % dengan jumlah kadar moisture, ash, dan volatile
matter.
Fixed carbon ini tidak sama dengan total carbon pada Ultimate.
Perbedaan yang cukup jelas adalah bahwa Fixed carbon merupakan kadar
karbon yang pada temperature penetapan volatile matter tidak menguap. total carbon
yang ditentukan pada Ultimate analysis merupakan semua carbon dalam batubara
kecuali carbon yang berasal dari karbonat.

III.3. TOTAL SULFUR

Sulfur didalam batubara terdiri dari dua jenis yaitu


 sulfur organik ada dalam batubara seiring dengan pembentukan
batubara dan berasal dari tumbuhan pembentuk batubara tersebut
 sulfur anorganik. anorganik sulfur berasal dari lingkungan dimana
batubara tersebut terbentuk. Ada dua jenis sulfur anorganik yaitu
 Pyritic sulfur dan
 sulfat sulfur.

Dalam utilisasi di industri, sulfur yang tinggi dapat menimbulkan emisi SO2
yang konsentrasinya tidak boleh tinggi karena dapat menyebabkan hujan asam. Selain
itu SO2 juga termasuk corrosive constituent bersama chlorine yang dapat merusak
metal dalam boiler.
Analisa reguler yang ditentukan baik untuk explorasi, produksi, dan shipment
adalah total sulfur yang biasanya ditentukan dengan high temperature method
III.4. CALORIC VALUE

Nilai Kalori atau Calorific Value adalah jumlah unit panas yang dikeluarkan per
unit bahan bakar yang dibakar dengan oxygen, nitrogen dan oksida nitrogen,
carbondioksida, sulfurdioksida, uap air dan abu padat
Penentuan nilai kalori batubara yang digunakan di sini adalah dengan alat
Calorimeter dengan sistem Isoperibol. Alat ini menggunakan siklus Isotermik,
dimana secara komputerize, panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara dalam
calorimeter tersebut dikonversikan ke dalam satuan Calori per gram (Cal/g).

III.5. RELATIVE DENSITY

Relative Density adalah hasil yang didapatkan untuk mengetahui berat jenis
batubara. Apabila suatu seam memiliki hasil RD, kemudian dikalikan dengan
ketebalan batubara akan didapatkan tonase dari seam tersebut

III.6. ULTIMATE

Ultimate analysis adalah penentuan karbon dan hidrogen yang ada didalam
material yang diperoleh dan produk gas dari hasil combustion yang sempurna dan
penentuan sulfur, nitrogen dan abu yang ada didalam material, serta perhitungan
kandungan oksigen.
Pada umumnya hasil analisis ini dilaporkan dengan basis daf atau dmmf. Unsur
yang diperoleh;

 karbon dan hidogen :


pembentuk utama bahan organik dalam batubara. Terlepas dalam bentuk CO2 dan
H2O sewaktu pembakaran. Akan tetapi CO2 ada juga dari karbonat dan H2O dari
lempung

 Nitrogen:
Berasosisisai hanya dengan bahan organi. Dapat memdorong terjadinya polusi
bila batubara terbakar.

 Sulfur :
Terdapat dalam 3 bentuk yaitu
> Sulphur organik : terikat dengan bahan organik
> Sulfur piritik : bagian dari mineral sulphida
> Sulphat
Sulphur bermasalah sewaktu pemakaian, karena: korosi, fouling, polusi udara

 Oksigen
Okigen pada batubara diperlukan dari 100% dikurangi jumlah persen karbon,
hidrogen, nitrogen, toatal sulfur dan abu.

III.7. ASH ANALYSIS

Ash pada umumnya terdiri dari ikatan dari logam Silikon, Aluminium, Besi dan
Kalsium serta kandungan lain yang lebih kecil seperti Titanium, mangan, magnesium,
sodium dan potassium dimana semuanya terjadi dalam bentuk silicates, oksida,
sulphida, sulfat dan phospat.
Element lain seperti arsen, copper, timbal, nikel, zinc dan uranium dapat
dilaporkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Pengetahuan mengenai komposisi sebenarnya dari ash sangat penting untuk
memprediksi karakteristik dan behaviour batubara jika digunakan dalam berbagai
aplikasi di dunia industri.

III.8. ASH FUSION TEMPERATURE

Ash Fusion Temperature menggambarkan karakteristik pelunakan dan


pelelehan ash, dan diukur menurut standar prosedur tertentu dengan cara pemanasan
secara gradual terhadap sample yang sudah disiapkan dalam bentuk cone untuk
selanjutnya diamati profil perubahannya.
Temperatur dicatat pada sifat-sifat yang menunjukkan:
 initial Deformation
 Spherical
 Hemispherical
 Flow

III.9. HARDGROVE GRINDABILITY INDEX

Merupakan suatu bilangan yang dapat menunjukkan mudah sukarnya batubara


digerus menjadi bahan serbuk. Makin kecil bilangannya makin keras keadaan
batubaranya. Harga hardgrove index untuk batubara di Indonesia berkisar antara 35-
60.
IV. KLASIFIKASI DAN TINGKATAN BATUBARA

IV.1. PENDAHULUAN

Batubara adalah merupakan salah satu bahan galian atau bahan tambang yang
merupakan batuan sediment yang terbentuk dari fosil tumbuhan dan hewan. Batubara
terbentuk di alam selama beribu-ribu tahun yang lalu bahkan mungkin berjuta juta tahun
yang lalu. Dalam pembentukannya batubara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
nantinya menentukan sifat-sifat atau karakteristik batubara yang terbentuk. Faktor faktor
tersebut diantaranya adalah; umur pembentukan, suhu dalam periode pembentukan,
tekanan, dan lingkungan dimana batubara tersebut terbentuk. Faktor faktor tersebut
diatas juga yang menentukan golongan atau rank dari batubara itu sendiri.

IV.2. SISTEM KLASIFIKASI

Seperti dijelaskan pada pasal sebelumnya bahwa umur dan rank adalah dua hal
yang berbeda pengukurannya. Umur ditentukan oleh kapan terjadinya pembentukan
batubara tersebut. Sedangkan ranking atau kelas ditentukan oleh kualitas atau parameter
-parameter yang ditentukan dari batubara tersebut.
Ada beberapa sistem klasifikasi yang biasanya digunakan untuk menentukan rank
suatu batubara, tapi kita akan membahas sistem ASTM Classification
Parameter kualitas yang digunakan :
 Fixed arbon (FC) atau Volatil Matter (VM) dalam basis”dry mineral matter
free” untuki batuabara FC > 69%
 Caloricvic Value (CV) dalam “mineral matter free” untuk FC < 69%
Batubara non-banded tidak ikut dalam klasifikasi ASTM

ASTM standard menggolongkan batubara atas beberapa golongan dan sub


golongan sebagai berikut.

1. ANTHRACITIC
- Meta antrhacite
- Anthracite
- Semianthracite

2. BITUMINOUS
- Low volatile bituminous coal
- Medium volatile bituminous coal
- High volatile A bituminous coal
- High volatile B bituminous coal
- High volatile C bituminous coal

3. SUBBITUMINOUS
- Sub-bituminous A coal
- Sub-bituminous B coal
- Sub-bituminous C coal
4. LIGNITIC
- Lignite A
- Lignite B

Penggolongan diatas didasarkan atas beberapa parameter yang dimiliki oleh


batubara yaitu Volatile matter, Fixed carbon, dan Calorific Value dalam basis
tertentu.
Secara kuantitative kandungan batubara dibagi menjadi 4 bagian yaitu
yang disebut sebagai Proximate. Jadi batubara terdiri dari 1. Moisture, 2. Ash
(mineral matter) 3. Volatile Matter, 4. Fixed carbon. Sehingga dalam penentuan
proximate ini jumlah persentasinya harus 100 %. Kalau digambarkan sebagai
batang maka kira-kira pembagiannya adalah sebagai berikut:

Moisture
Ash (mineral matter)

Volatile Matter COAL

Fixed Carbon

Anda mungkin juga menyukai