(COAL SAMPLING)
Oleh :
MUH. FATHURRAHMAN RAJIMAN 09320170150 / C3
MAKASSAR
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sampling
2.1.1 Batu Bara
Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, komponenutamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan.Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah
batuan organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang
dapatditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula
empirisseperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4 NS untuk
antrasit.Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :-
Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses peatification.
Gambut adalah batuan sediment organik yang dapat terbakar yang berasal
daritumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan
dalamkeadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari
75%, dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.- Tahap
pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification. Lapisan
gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan sedimen,maka lapisan
gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment diatasnya. Tekanan yang
meningkatakan mengakibatkan peningkatan temperatur. Disamping itu temperatur
juga akan meningkat dengan bertambahnya kedalaman, disebut gradient geotermik.
Kenaikan temperatur dan tekanan dapat juga disebabkan oleh aktivitas magma,
proses pembentukan gunung api sertaaktivitas tektonik lainnya.Peningkatan
tekanan dan temperature pada lapisan gambut akan mengkonversigambut menjadi
batubara dimana terjadi proses pengurangan kandungan air
Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk langsung dari pendinginan magma
ketika mencapai permukaan bumi melalui gunung api. Ukuran batuan beku dapat
berukuran sangat besar seperti yang terdapat pada Yosemite Park, dimana magma
membeku dibawah tanah dan membentuk batolit dengan diameter sekitar 10 Km,
adapun yang berukuran kecil yaknilapisan dengan ketebalan sekitar beberapa
sentimeter sebagai abu gunungapi, yang disusun dari fragmenfragmen mikroskopis
2
batuna beku (American Geosciences Institute, 2015). Batuan beku dapat
diklasifikasikan secara beragam, baik berdasarkantempat terbentuknya, warna,
kandungan kimianya, dan mineraloginya :
3
4. Loading Sampling; dilakukan pada saat batubara dimuat dan dikirim ke
pembeli baik menggunakan barge maupun menggunakan kapal. Biasanya
dilakukan oleh independent company karena kualitas yang ditentukan harus
diakui dan dipercaya oleh penjual (Shipper) dan pembeli (Buyer).
Tujuannya adalah menentukan secara pasti kualitas batubara yang dijual
yang nantinya akan menentukan harga batubara itu sendiri karena ada
beberapa parameter yang sifatnya fleksibel sehingga harganya pun fleksibel
tergantung kualitas actual pada saat batubara dikapalkan.
Sampling, preparasi dan analisa sample batubara dengan berbagai tujuan
seperti telah dijelaskan di atas, dilakukan dengan menggunakan standard – standard
yang telah ada. Dimana pemilihannya tergantung keperluannya, biasanya
tergantung permintaan pembeli atau calon pembeli batubara. Standard yang sering
digunakan untuk keperluan tersebut diantaranya ; ASTM (American Society for
Testing and Materials), AS (Australian Standard), Internasional Standard, British
Standard, dan banyak lagi yang lainnya yang berlaku baik di kawasan regional
maupun internasional.
Berdasarkan metoda pelaksanaannya sampling dapat dibagi menjadi
dua golongan yaitu; 1. Manual sampling
2. Mechanikal sampling
Cara mekanikal sampling merupakan cara yang lebih disukai karena :
a. Conto yang didapat dengan cara ini lebih bisa mewakili populasi
dibandingkan dengan contoh yang didapat dengan cara manual pada
umumnya, kecuali stopped-belt sampling.
b. Sampling dilakukan tanpa harus mengganggu jalannya operasi, karena
sampling dilakukan terhadap batubara yang berada pada belt conveyor yang
sedang berjalan (moving stream)
c. perkiraan presisi yang dicapai dapat diukur
d. bias yang mungkin terjadi dapat diukur
e. keamanan para sampler lebih terjamin
Stopped-belt sampling merupakan sampling cara manual yang sangat baik untuk
dilakukan, namun sampling cara ini sangat mengganggu jalannya operasi
dikarenakan belt conveyor harus di berhentikan setiap kali mengambil contoh
(increment).
4
Berdasarkan teknis pengambilannya, sampling dapat dibagi menjadi
beberapa golongan sebagai berikut:
1. Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan pada
semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum
operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada
suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan untuk
uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses
pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode
bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji.
2. Chip sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
(dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan
palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan
pecahanpecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir,
jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan
brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak
daripada fragmen yang low grade.
3. Channel sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm,
kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan
(Gambar).
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :
5
a. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual.
Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
b. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
c. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per
tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
4. Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan cara
mengambil bagian dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu tumpukan)
yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang khusus). Tingkat
ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :
a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
b. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
c. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
a. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
b. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
c. Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
d. Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
e. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
6
1.3 Kesalahan yang Terjadi dalam Sampling
1. Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
2. Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam conto.
3. Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan posisi
(lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
4. Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang
representatif.
7
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Sampling didefinisikan sebagai: “Proses pengumpulan suatu set primary
increment dari suatu sampling unit dengan suatu cara sehingga pengukuran contoh
analisis sebuah batu bara dalam pertambangan atau pengujian suatu sampel tidak
signifikan untuk sampling unit tersebut. Situasi yang paling menguntungkan untuk
melakukan sampling ialah ketika batubara sedang bergerak atau dipindahkan, dan
ketika seluruh bagian batubara dapat dimasuki alat sampling. Aturan dasar
pengumpulan contoh ialah semua partikel dalam batubara mempunyai kesempatan
yang sama untuk terambil menjadi bagian dari contoh.
Situasi tersebut yaitu pada saat batubara diangkut dengan belt conveyor,
pada saat dikeluarkan dari belt feeder, atau pada saat dikeluarkan dari screen deck.
Ketika batubara dikeluarkan dari truk, atau dari grab pada kapal laut, harus
diperhatikan agar segregasi/pemisahan partikel dapat dihindari.
8
DAFTAR PUSTAKA
Frick, Heinz. (1979). Ilmu dan Alat Ukur Tanah. Yogyakarta : Kanisius