TINJAUAN PUSTAKA
14
tidak menyebabkan terjadinya proses pengikisan endapan yang terbentuk
sebagai konsentrasi residu (sisa).
4. Waktu, pelapukan yang cukup lama umumnya berumur pada awal sampai
pertengahan tersier. Tipe endapan laterit adalah tipe bauksit yang banyak
mengandung alumunium di daerah tropis dalam bentuk gibsit.
15
3.3 Quality Control
16
5. Quality control memonitor setiap proses yang terlibat dalam produksi
produk.
6. Bertanggung jawab untuk dokumentasi inspeksi dan tes yang dilakukan pada
produk dari sebuah perusahaan.
7. Quality control harus memastikan produk dari standar perusahaan
memenuhi mutu.
8. Menjaga checklist proses inspeksi dan protokol yang digunakan dalam suatu
perusahaan.
9. Bertanggung jawab untuk mengidentifikasi masalah dan isu-isu mengenai
kualitas produk dan juga harus membuat rekomendasi kepada otoritas yang
lebih tinggi.
10. Membuat analisis catatan sejarah perangkat dan dokumentasi produk
sebelumnya untuk referensi di masa mendatang.
3.4 Sampling
17
2. Endapan stratiform
3. Endapan Sedimen
4. Endapan porfiri
Adapun peralatan yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
sebagai berikut :
1. GPS (Global Positioning System)
2. Palu geologi
3. Meteran
4. Pita
5. Spidol
6. Buku lapangan dan alat tulis lengkap
7. Plastik sampel
8. Sekop berukuran 30 D dan 70 D
18
buat miring, sedangkan untuk material yang kompak dinding dibuat tegak
dengan ukuran.
2. Channel Sampling
Channel sampling adalah cara pengambilan sampel dengan membuat alur
(chanel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih (mineralisasi).
Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm, kedalaman
3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan.
Gambar 3.1 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al.,
1987)
19
2. Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
3. Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam
satu analisis kadar atau dibuat komposit.
20
3. Bulk Sampling
Bulk Sampling adalah merupakan metode sampling dengan cara mengambil
material dalam jumlah yang besar dan umumnya dilakukan pada semua fase
kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase sebelum operasi
penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada
suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan
sumur uji.
4. Chip Sampling
Chip Sampling adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
dengan lebar 15 cm yang memotong zona mineralisasi menggunakan palu
atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-
pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto. Kadang-
kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir, jumlah,
maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan
brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
over sampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih
banyak daripada fragmen yang low grade.
5. Pile Sampling
Cara pengambilan sampel pada pile atau ore bin, untuk ini semua harus tahu
saat mengadakan pengisian (pilling) karena hal ini mempengaruhi letak butiran.
6. Drill Hole Sampling
Cara pengambilan sampel dari hasil pemboran inti dimana prosedur
sampling ini berdasarkan pada alat bor yang digunakan.
7. Paritan uji (trenching)
Cara pengambilan conto dengan membuat parit pada singkapan bijih
memotong atau tegak lurus singkapan.
21
8. Grab Sampling
Grab Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dengan cara
mengambil sebagian fragmen yang berukuran besar dari suatu material yang
mengandung mineralisasi secara acak. Tingkat ketelitian conto pada metode ini
relatif mempunyai bias yang cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini
antara lain :
a. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
b. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
c. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
22
beberapa tahapan diantaranya berupa tahapan preparasi sempel dan tahapan
analisis kandungan kimia.
Jenis-jenis sampel bauksit yang dikerjakan di laboratorium dapat
digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yakni :
1. Sampel bauksit yang dikapalkan.
2. Sampel produksi harian bauksit yang telah siap untuk dikapalkan.
3. Sampel explorasi dan pengembangan penambangan seperti test pit,
channel sample dan sebagainya.
Tahapan-tahapan preparasi sampel adalah sebagai berikut :
1. Identifikasi dan Pengamatan Sampel
Sampel yang masuk ke preparasi setelah diamati, dicatat dalam buku
penerimaan conto. Pencatatan conto meliputi nomor urut, kode conto, jumlah
conto, jenis conto, lokasi atau pengirim conto dan tanggal penerimaan.
2. Pencucian Sampel
Tujuan dari pencucian sampel untuk menaikkan kualitas dengan cara
menghilangkan material pengotor berupa clay dan kuarsa, material yang lolos
dari media filter (screen mesh 10) sebagai tailing (ukuran material <2 mm ).
Sementara material dengan ukuran > 2 mm sebagai ore bauksit.
3. Pengeringan Sampel
Tujuan pengeringan sampel untuk menghilangkan kadar air dan
mempermudah dalam proses preparasi selanjutnya. Pengeringan sampel
dilakukan dengan cara dikeringkan dalam udara terbuka atau dioven
dengan suhu ± 100 °C. Pengeringan dilakukan dengan diangin-anginkan atau
dengan menggunakan oven sampai 24 jam.
23
4. Crushing
Tujuan dari crushing untuk penyeragaman ukuran butir hingga diperoleh
ukuran < 5 mm.
24
Gambar 3.7 Milling (Penggilingan)
7. Pengayakan
Tujuan dari pengayakan untuk memperoleh kehalusan butir secara
seragam sesuai dengan kebutuhan analisa. Sampel diayak dengan ukuran mesh
200.
25
Sampel yang sudah dipreparasi tersebut, selanjutnya dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan analisis unsur-unsur Al2O3, Fe2O3, SiO2, dan TiO2.
Gross sampel
Ditimbang
PENCUCIAN
(tehadap pengotor berupa matriks
seperti clay yang berukuran < 2mm)
Pengeringan di oven
dengan suhu ± 100°C
DITIMBANG
(Untuk mendapatkan % CF)
Milling (150-200
mesh)
Pengayakan
26
3.7 Perhitungan Concretion factor (CF) dan Moinsture Content (MC)
1. Concretion Factor
Concretion factor (CF) Merupakan persen berat bauksit bersih tanpa
pengotor. Untuk menentukan Concretion Factor dapat dinyatakan dalam rumus
sebagai berikut :
Berat sample setelah dicuci
Concretion factor (CF) = Berat sample sebelum dicuci x 100 %
2. Moinsture Content
Moinsture Content (MC) merupakan perbandingan berat air yang
terkandung dalam bijih bauksit dan berat kering bijih bauksit dinyatakan dalam
%. Untuk menentukan Moinsture Content dinyatakan dalam rumus berikut :
Massa Awal− Massa Akhir
Moinsture Content (MC) = Massa Awal−Berat loyang kosong X 100 %
27