Anda di halaman 1dari 18

Contents

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH...........................................................2
1.3 BATASAN MASALAH............................................................3
1.4 MAKSUD DAN TUJUAN........................................................3
1.5 LOKASI PENELITIAN............................................................3
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................4
2.1 MANAJEMEN STOCKPILE BATUBARA.............................4
2.2 SIFAT UMUM BATUBARA.....................................................7
2.3 ANALISA KUALITAS BATUBARA.......................................8
2.4 COAL PROCESSING PLANT.................................................9
2.4.1

Crusher...........................................................................10

2.4.2

Belt Conveyor.................................................................11

2.5 PROSES COAL BLENDING.................................................12


2.5.1

Unit Coal Processing Plant.............................................12

BAB III METODE PENELITIAN...................................................12


3.1 METODA PENELITIAN........................................................12
3.1.1

Teknik Pengumpulan Data.............................................12

3.1.2

Teknik Pengolahan Data.................................................13

3.1.3

Teknik Analisis Data......................................................13

3.2 WAKTU DAN TEMPAT.........................................................13


3.3 LINGKUP MATERI................................................................14
3.4 PENUTUP...............................................................................14

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berdasarkan dari hasil penelitian menunjukkan produksi batubara
berpengaruh positif terhadap ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Melalui kebijakan otonomi daerah sehingga pembagian fiskal lebih lebih besar dan
wewenang daerah untuk pengelolaan sumberdaya alam lebih luas mampu
meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Pengolahan batubara yang dilakukan pada penambangan batubara
umumnya

adalah untuk pengecilan ukuran material dengan jalan peremukan.

Tetapi dalam prakteknya banyak kendala yang dihadapi, salah satunya adalah
sering terjadinya kemacetan pada saat proses peremukan. Sehingga pada akhirnya
sasaran produksi yang diharapkan tidak dapat terpenuhi, ukuran material yang
tidak sesuai dengan yang disyaratkan untuk unit pengolahan berikutnya serta
kurang produktif dan efisiennya kegiatan di unit peremukan
Dalam hal ini dibutuhkan manajemen produksi stockpile yang tepat untuk
menanggulangi hal itu.Karena manajemen produksi stockpile bertujuan untuk
mengatur serta mengendalikan produksi batubara yang masuk ke dalam unit
instalasi pengolahan atau pengecilan ukuran (Crushing Plant) menuju stockpile
sebelum diangkut dan dimuat ketongkang (pengkapalan). Upaya ini dimaksudkan
untuk menghindari terganggunya kelancaran kegiatan pengolahan atau pengecilan
ukuran.
Penulis berencana akan melaksanakan Tugas Akhir dengan judul Analisis
Crusher Pada Unit Pengolahan di Stockpile di PT. Pesona Khatulistiwa
Nusantara Di Kabupaten Bulungan Kalimantan Utara judul yang penulis
ajukan diatas dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimna cara mengetahui kemapuan prosuksi pada alat crusher ?
2. Bagaimna cara menegetahui efesiensi kerja alat scrusher ?
3. Apa saja faktor penghambatan pada proses kerja crusher ?

1.3 BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu dibatasi pada masalah yang
menyangkut kegiatan proses pengaturan, pengamatan atau pengawasan pada
stockpile dilapangan serta perhitungan target produksi dan efesiensi kerja alat
terhadap kapasitas belt conveyor (crusher) dan hambatan-hambata yang dialami.

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana
pengaturan serta pengawasan dalam kegiatan pengolahan batubara di PT. Pesona
Khatulistiwa Nusantara.
1. Mengetahui kemampuan produksi sesungguhnya dari unit pengolahan
berdasarkan sistem produksi yang diterapkan dari perhitungan hasil
produksi pada unit pengolahan.
2. banyaknya jam kerja pada unit pengolahan sesungguhnya dibandingkan
dengan jam kerja yang seharusnya dicapai oleh unit pengolahan !
3. untuk mengetahui permasalahan yang ada agar dapat dihilangkan atau
paling tidak dikurangi
Adapun tujuan dilakukannya penelitian pada unit peremuk adalah :
1. Menentukan produksi nyata dari unit pengolahan saat ini !
2. Menentukan jam kerja efektif dari unit pengolahan saat ini !
3. Menganalisa hambatan-hambatan yang terjadi pada unit pengolahan,
khususnya sering terjadinya kemacetan pada proses peremukan !

1.5 LOKASI PENELITIAN


Kabupaten Bulungan dari letak astronomisnya berada di antara 11604'41"
- 11757'56" bujur timur, 209'19" - 334'49" lintang utara. Letak wilayah
administrasi berbatasan dengan sebelah utara adalah Kabupaten Nunukan dan
Kabupaten Tana Tidung dan sebelah timur Kota Tarakan dan Laut Sulawesi serta
batas sebelah selatan Kabupaten Berau untuk sebelah barat Kabupaten Malinau.
Luas Wilayah kabupeten Bulungan adalah 13.181,92 km2 terdiri dari 10
Kecamatan, 81 Desa dan 6 Kelurahan.
Gambar 1.1
Peta Administrasi Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 MANAJEMEN STOCKPILE BATUBARA

Stockpile Management berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan


proses. Sebagai sediaan strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek
atau jangkapanjang.
Stockpile juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau
pencampuran batubarauntuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan. Disamping
tujuan di atas di stockpile juga digunakan untuk mencampur batubara supaya
homogenisasi bertujuan untuk menyiapkan produk dari satu tipe material dimana
fluktuasi di dalam kualitas batubara dan distribusi ukuran disamakan. Dalam
proses homogenisasi ada dua tipe yaitu blending dan mixing.
Blending bertujuan untuk memperoleh produk akhir dari dua atau lebih tipe
batubara yang lebih dikenal dengan komposisi kimia dimana batubara akan
terdistribusi secara merata dan tanpa ada lagi jumlah yang cukup besar untuk
mengenali salah satu dari tipe batu bara tersebut ketika proses pengambilan contoh
dilakukan. Dalam proses blending batubara harus tercampur secara merata.
Sedangkan mixing merupakan salah satu tipe batubara yang tercampur masih dapat
dilokasikan dalam kuantitas kecil dari hasil campuran material dari dua atau lebih
tipe batubara. Proses penyimpanan, bisa dilakukan:
1. Dekat tambang, biasanya masih berupa lumpy coal
2. Dekat Pelabuhan
3. Ditempat Pengguna batubara.
Untuk proses penyiapan diharapkan jangka waktunya tidak lama, karena
akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas
biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksidasi dan alam.
Kualitas Batubara menjelaskan mengenai parameter-parameter kualitas
yang biasa diujikan terhadap batubara dan interpretasinya serta cara pengujiannya.
Parameter kualitas batubara diantaranya adalah Basic Analysis (TM, Proximate,
Sulfur, dan calorific value).dan parameter lainnya sepertiultimate
grindability index, ash analysis, danash fusion temperature.

hardgrove

Stockpile Management menjelaskan mengenai bagaimana mengelola


stockpile batubara dan mengontrolnya dengan baik. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam Management stockpile adalah sebagai berikut:
1. Monitoring quantity (Inventory)dan movement batubara distockpile,meliputi
recording batubara yang

masuk (coal in) dan recording batubara yang keluar

(coal out) di stockpile, termasuk recording batubara yang tersisa (coalbalance).


2. Menghindari batubara yang terlalu lama di stockpile, dapat dilakukan dengan
penerapan aturan FIFO (First in first out) dimana batubara yang terdahulu
masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi resiko degradation dan pemanasan batubara.
3. Mengusahakan pergerakan batubara sekecil mungkin di stockpile termasuk
diantaranya mengatur posisi stock dekat dengan reclaimer, Monitoring
efektivitas dozing di stockpile dengan maksud mengurangi degradasi batubara.
4. Monitoring quality batubara yang masuk dan keluar dari stockpile termasuk
diantara control temperatur untuk mengantipasi self heating dan spocom.
5. Pengawasan yang ketat terhadap kontaminasi, meliputi pelaksanaan
housekeeping dan Inspeksi langsung adanya pengotor yang terdapat
distockpile.
6. Perhatian terhadap faktor lingkungan yang bisa ditimbulkan dalam hal ini
mencakup usaha:
a) Contral dust dan penerapan dan pengawasan penggunaan spraying dan dust
suppressant.
b) Adanya tempat penampungan khusus (fine coal trap) untuk buangan/limbah
air dari drainage stockpile.
c) Penanganan limbah batubara (remnant & spilage coal).
7. Tidak dianjurkan menggunakan area stockpile untuk parkir dozer,baik untuk
keperluan Maintenance dozer atau over shift operator. Kecuali dalam keadaan
emergency dan setelah itu harus diadakan house keeping secara teliti.
8. Menanggulangi batubara yang terbakar di stockpile. Dalam hal ini penanganan
yang dianjurkan sebagai berikut:
a) Melakukan spreading atau penyebaran untuk mendinginkan suhu batubara.
b) Bila kondisi cukup parah, maka bagian batubara yang terbakar dapat
dibuang.
c) Memadatkan batubara yang mengalami self heating atau sponcom.

d) Batubara yang mengalami sponcom tidak diperbolehkan langsung


diloading ke tongkang sebelum didinginkan terlebih dahulu.
e) Untuk penyimpanan yang lebih lama bagian atas stockpile harus dipadatkan
guna mengurangi resapan udara dan air ke dalam stokpile.
9. Sebaiknya tidak membentuk stockpile dengan bagian atas yang cekung, hal ini
dimaksudkan untuk menghindari swamp di atas stokpile
10. Mengusahakan bentuk permukaan basement berbentuk cembung atau minimal
datar, hal ini berkaitan dengan kelancaran sistem drainage.

Peremukan material dimaksud untuk memperkecil ukuran material


agar dapat digunakan pada proses berikutnya. Kegiatan peremukan
memerlukan beberapa peralatan, yaitu hopper, grizzly, mesin peremuk,
ayakan, ban berjalan dan peralatan tambahan lain yang saling berkaitan.

1. Kegiatan Unit Peremuk


Untuk memperkecil material hasil penambangan yang umumnya
masih berukuran bongkah digunakan alat peremuk. Mula-mula
material hasil penambangan masuk melalui hopper yang kemudian
diterima vibrating grizzly sebelum masuk ke dalam mesin peremuk.
Hasil dari peremukan kemudian dilakukan pengayakan yang akan
menghasilkan dua macam produk yaitu produk yang lolos ayakan
yang disebut undersize yang merupakan produk yang akan diolah
lebih lanjut dan material yang tidak lolos ayakan yang disebut
oversize yang merupakan produkta yang akan dikembalikan lagi ke
dalam mesin peremuk melalui ban berjalan.

ROM

Hopper

Produk

Vibrating Grizzly

Undersize (-)
Oversize (+)
Alat Peremuk

(Jaw Crusher)

Screen

Produk

Kegiatan Pada Unit Peremuk

2. Peralatan Pada Unit Peremuk


Peralatan-peralatan yang biasanya digunakan pada unit peremuk adalah
sebagai berikut :

a. Hopper
Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai tempat penerima material umpan yang berasal dari lokasi
penambangan sebelum material tersebut masuk ke dalam alat peremuk.

b. Vibrating Grizzly
Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran lubang
bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai pengumpan mesin
peremuk, juga untuk memisahkan material umpan yang sudah memenuhi
ukuran yang diharapkan. Dengan adanya alat ini maka material umpan
yang telah memenuhi ukuran produk tidak perlu dilakukan pengecilan
ukuran lagi.

c. Alat Peremuk Jaw Crusher


Jaw crusher terdiri dari dua tipe yaitu blake dan dodge. Alat
peremuk jaw crusher dalam prinsip kerjanya adalah alat ini memiliki 2 buah
rahang dimana salah satu rahang diam dan yang satu dapat digerakan,
sehingga dengan adanya gerakan rahang tadi menyebabkan material yang
masuk ke dalam kedua sisi rahang akan mengalami proses penghancuran.
Material yang masuk diantara dua rahang akan mendapat jepitan atau
kompresi. Ukuran material hasil peremukan tergantung pada pengaturan
mulut pengeluaran (setting), yaitu bukaan maksimum dari mulut alat
peremuk. Produk peremukan akan berukuran 85 % minus ukuran bukaan
maksimum, sedangkan ukuran umpan masuk adalah 85 % x gape.

Kapasitas mesin peremuk jaw crusher dibedakan menjadi kapasitas


desain dan kapasitas nyata. Kapasitas desain merupakan kemampuan
produksi yang seharusnya dicapai oleh mesin peremuk tersebut, sedang
kapasitas

nyata

merupakan

kemampuan

produksi

mesin

peremuk

sesungguhnya yang didasarkan pada sistem produksi yang diterapkan.


Kapasitas desain diketahui dari spesifikasi yang dibuat oleh pabrik pembuat
mesin peremuk dan kapasitas nyata didapatkan dengan cara pengambilan
conto produk yang dihasilkan.

d. Ayakan Getar
Adalah alat yang digunakan untuk memisahkan ukuran material
hasil proses peremukan berdasarkan besarnya bukaan pada ayakan tersebut
yang dinyatakan dengan mesh. Pengertian mesh adalah jumlah lubang
bukaan yang terdapat dalam 1 inchi panjang. Kapasitas dari ayakan dihitung
dengan menggunakan rumus seperti pada vibrating grizzly. Proses
pengayakan dipengaruhi oleh faktor-faktor :

lamanya waktu pengayakan

banyaknya material halus dalam umpan

kandungan air dalam material

bentuk dari lubang ayakan


Untuk

menghitung

efisiensi

dari

ayakan

diperoleh

dari

perbandingan antara berat material yang benar-benar lolos ayakan dengan


berat material yang seharusnya lolos ayakan. Efisiensi dinyatakan dalam
persen.
e. Ban Berjalan( Belt Conveyor)
Ban berjalan merupakan alat angkut pada unit peremukan yang
berfungsi untuk mengembalikan material hasil peremukan yang tidak lolos
ayakan untuk dilakukan proses peremukan lagi. Ban berjalan digerakkan oleh
motor penggerak yang dipasang pada head pulley. Ban berjalan akan kembali

10

ke tempat semula karena di belokkan oleh pulley awal dan pulley akhir.
Material yang didistribusikan melalui pengumpan akan dibawa oleh ban
berjalan dan berakhir pada head pulley. Pada saat proses kerja di unit
peremuk dimulai, ban berjalan harus bergerak lebih dulu sebelum alat
peremuk bekerja. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kelebihan
muatan (over load) pada ban berjalan.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada pemakaian ban berjalan adalah :

f.

Sifat fisik dan keadaan material

Keadaan topografi

Jarak pengangkutan

Produksi

Reduction Ratio
Reduction ratio sangat menentukan keberhasilan suatu peremukan, karena
besar kecilnya nilai reduction ratio ditentukan oleh kemampuan alat peremuk
untuk mengecilkan ukuran material yang akan diremuk. Untuk itu harus dilakukan
pengamatan terhadap tebal material umpan maupun tebal material produk.
Reduction ratio adalah perbandingan ukuran terbesar umpan dengan ukuran
terbesar produk. Pada primary crushing besarnya reduction ratio adalah 4 7 dan
pada secondary crushing besarnya reduction ratio adalah 7 20. Besarnya
reduction ratio merupakan batasan agar kerja alat efektif.

RL =
dimana :

tF wF
=
tP

RL = limiting reduction ratio


tF = tebal umpan (cm)
tP = tebal produk (cm)

11

wF = lebar umpan (cm)


wP = lebar produk (cm)
g. Kesediaan Alat Peremuk
Adalah pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis tersebut,
misalnya kesediaan fisik dan efektivitas penggunaannya yang menyatakan apakah
jam kerja alat tercapai sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.

a. Physical Availability (PA)


Adalah berguna untuk menunjukkan ketersediaan keadaan fisik alat
yang sedang digunakan.

PA =

W +S
W + R+S

x 100%

dimana :
S

= jumlah jam alat tidak dapat digunakan tapi tidak mengalami


kerusakan

W + R + S = seluruh jam kerja dimana alat dijadwalkan untuk


dioperasikan

b. Use of Availability (UA)


Menunjukkan persen waktu yang digunakan alat untuk beroperasi
pada saat alat dapat digunakan.

UA =

W
W +S

dimana :

12

x 100%

UA =

memperlihatkan efektivitas alat yang tidak sedang rusak dan


dapat dimanfaatkan.

c. Effektive Utilization (Eut)


Cara menunjukkan berapa persen seluruh waktu kerja yang dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif.
Eut =

W
W + R+S

x 100%

d. Efektifitas Penggunaan
Untuk mengetahui tingkat penggunaan alat peremuk dan kemampuan
yang bisa dicapai.

Ep =

Kapasitas nyata
Kapasitas desain

x 100%

e. Waktu Produksi Efektif


Perbandingan antara waktu produksi sesungguhnya dengan waktu
produksi seharusnya.
h. Produktivity
Produktivity merupakan seberapa besar hasil produksi yang diperoleh
didalam proses produksi. Produktivity dapat diartikan juga sebagai suatu ukuran
atas penggunaan sumber daya alam suatu organisasi yang biasanya dinyatakan
sebagai rasio dari keluaran yang dicapai dengan sumberdaya yang digunakan.
Dengan kata lain produktivity dapat dikatakan bahwa pengertian produktivity
memiliki dua dimensi, yakni efektivitas dan efisiensi. Dimensi pertama berkaitan
dengan pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.

13

Sedangkan dimensi kedua berkaitan dengan upaya membandingkan masukan


dengan realisasi penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Biasanya untuk mencari nilai produktivity adalah menggunakan rumus sebagai
berikut :
Produktivity=

W
Produksi

Dimana :
W = Working hour, adalah waktu atau jam kerja yang tersedia

II.7.3 Perhitungan Jumlah Produksi


suatu perencanaan produksi tambang atau disebut juga sebagai produktivitas
dinyatakan dalam periode waktu (harian, mingguan, bulanan, tahunan), cadangan
tonase bijih, kadar, dan pemindahan material total yang akan dihasilkan oleh
tambang tersebut.
Rumus yang di gunakan untuk menghitung jumlah produksi adalah sebagai berikut
:

N x PA x UA x Produktivity x schedule hours

Dimana :

14

N
PA =

banyaknya jumlah unit yang dipergunakan


Physical Availability (PA), Merupakan faktor availability yang
menunjukkan berapa persen kesiapan suatu alat dipakai selama jam total
kerjanya (scheduled hours). Jam total kerja meliputi working hours +
repair hour + standby hours. Atau dapat juga diartikan sebagai catatan
mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan.

UA =

Use of Availability (UA), Menyatakan berapa persen waktu yang


dipergunakan oleh suatu alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
dipergunakan. Nilai parameter ini biasanya dapat memperlihatkan
seberapa efektif suatu alat yang sedang tidak rusak dapat dimanfaatkan.

Productivity = suatu nilai yang didapatkan dari perbandingan jam kerja dengan
total produksi
Schedule Hours = jumlah jam kerja atau waktu, baik dalam hitungan hari dan
bulanan

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 METODA PENELITIAN
3.1.1

Teknik Pengumpulan Data

15

Teknik pengambilan data dilapangan adalah dengan mengadakan pengamatan


langsung dilapangan dan pengambilan data diperpustakaan dengan mengadakan
studi pustaka yaitu : mengadakan/mengkaji beberapa teks book yang relevan
dengan topik pembahasan sebagai dukungan teori dan juga sebagai data
pendukung dalam kegiatan penelitian ini. Dimana data yang diperoleh berasal dari
dua sumber yaitu:
a. Data primer, adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian.
b. Data sekunder, adalah data yang pengumpulan dan pengolahannya dilakukan
oleh orang lain dan dipakai sebagai sumber data tambahan, data ini meliputi
data geologi, data daerah penyelidikan berupa iklim dan curah hujan.
3.1.2

Teknik Pengolahan Data

Setelah data lapangan diperoleh maka data tersebut diolah dengan menggunakan
beberapa cara yaitu :
1. Pengelompokan Data proses memeriksa data yang sudah terkumpul agar data
dapat dikelompokkan secara baik.
2. Pengolahan data dengan cara

Statistik

deskriptif

digunakan

untuk

mendeskripsikan penelitian melalui perhitungan target produksi terhadap


kapasitas belt conveyor (crusher).

3.1.3

Teknik Analisis Data


Untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal, dilakukan studi

komperatif terhadap data yang diperoleh selama penelitian dengan hasil


perhitungan berdasarkan teori-teori dan persamaan yang ada.

3.2 WAKTU DAN TEMPAT

16

Tugas Akhir ini rencananya akan dilaksanakan selama kurang lebih 3 bulan
yaitu pada bulan April 2016 Juni 2016 (lampiran 1) bertempat di PT. Pesona
Khatulistiwa Nusantara Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

3.3 LINGKUP MATERI


Selama melakukan Penelitian Tugas Akhir di PT. Khatulistiwa Nusantara
,diharapkan dapat meneliti dan mengambil data sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Spesifikasi crusher dan perhitungan alat crusher


Kapasitas teoritis dan efisiensi belt
Target produksi perusahaan
Target produksi stockpile batubara yang keluar (out)
Layout lokasi stockpile
Data curah hujan dan hari hujan
Data berkaitan pada stockpile
Disesuaikan dilapangan.

3.4 PENUTUP
Demikian proposal usulan tugas akhir ini kami buat, yang direncanakan
akan dilakukan di PT. Pesona Khatulistiwa Nusantara. Dengan harapan dapat
memberikan gambaran singkat dan jelas maksud dan tujuan diadakannya penelitian
Besar harapan kami kiranya kegiatan ini dapat terlaksana. Atas perhatian
dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.

M. Daftar Pustaka

17

1.

Bukin Daulay, Dr.,MSc., Geologi dan Eksplorasi Batubara, Puslitbang

Teknologi Mineral dan Batubara, Bandung, 2001.


2.

Chairul Nas, Estimasi Cadangan Mineral, Pusat Pengembangan Tenaga

Pertambangan, Bandung, 1994.


3.

Eko Budiyanto, M.Si., Pemetaan Kontur dan Pemodelan Spasial 3 Dimensi

Menggunakan Surfer, Penerbit Andi Yogyakarta, Yogyakarta, 2005.


4.

Eugene P.Pfleider, Surface Mining, First Edition, The American Institute of

Mining, Metallurgical and Petroleum Engineers, Inc., New York, 1968.


5.

Hustrullid William, Kuchta Mark, Open Pit Mine Planning and Design,

VolumeI Fundamentals, A.A.BALKEMA, ROTTERDAM, 1955.


6.

Rudy Asaf Ayub Pesiwarissa, Ir.,Tambang Permukaan, Batas Ekonomiknya

dan Kesinambungan Ke Tambang Bawah Tanah, Persatuan Ahli Pertambangan


Indonesia, Jakarta, 2006.

18

Anda mungkin juga menyukai