Anda di halaman 1dari 13

Strktur batuan sedimen

Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang


lebih besar, merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen dan
diakibatkan oleh proses pengendapan dan keadaan energi pembentuknya.
Pembentukannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun setelah proses
pengendapan. (Pettijohn & Potter, 1964; Koesoemadinata, 1981)
Pada dasarnya klasifikasi ini adalah struktur yang terbentuk secara organik
(struktur yang terbentuk oleh organisme) dan anorganik. Struktur anorganik
dibedakan lagi menjadi 2, yaitu struktur primer dan struktur sekunder.
1. Struktur Primer
Struktur ini terbentuk karena proses sedimentasi atau juga dapat dikatakan
sebagai struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen,
sehingga struktur ini dijadikan arah penentuan muda atau tidaknya suatu lapisan
(young in direction) karena dapat menggambarkan mekanisme pengendapannya.
Struktur yang terbentuk saat proses pengendapan sedang berlangsung termasuk
lapisan mendatar, lapisan silang, laminasi, dan laminasi silang yang mikro yaitu
adanya kesan riak.

1. Lapisan silang (cross bedding): struktur primer yang membentuk sruktur


penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan yang lainya, atau lapisan
batuan yang lebih muda memotong lapisan batuan yang lebih tua.Struktur
sedimen yang dihasilkan oleh kegiatan arus air atau arus angin dengan arah yang
bervariasi dapat digunakan untuk menunjukkan pola terjadinya arah arus media
sedimentasi (air, angin, gletser, dll) dimana media cross bedded (batuan, tanah)
pada masa lampau. Berikut contohnya:

Gambar 2.1 Struktur lapisan silang (cross bedding)


2. Lapisan bersusun (graded bedding): struktur perlapisan sedimen yang
menunjukkan perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen yang membentuk
suatu lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk karena adanya gaya gravitasi yang
mempengaruhi saat terjadinya pengendapan pada sedimen tersebut. Sedimen yang
memiliki ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu mengendap dibandingkan
dengan sedimen yang memiliki ukuran lebih kecil sehingga struktur graded
bedding akan selalu menunjukan sturktur perlapisan yang semakin ke atas lapisan
tersebut ukuran butir yang dijumpai akan semakin kecil. Berikut contohnya:

Gambar 2.2 Struktur lapisan besusun (graded bedding)

3. Lapisan datar (flat bedding): memiliki perlapisan yang hamper sama dengan
cross bedding tapi hanya saja berbentuk perlapisan secara mendatar. Berikut
contohnya:

Gambar 2.3 Struktur perlapisan datar (flat bedding)


4. Gelembur gelombang (ripple mark): struktur primer perlapisan sedimen yang
menunjukan adanya permukaan seperti ombak atau begelombang yang
disebabkan adanya pengikiran oleh kerja air, dan angin. Pada awalnya lapisan
batuan sedimen tersebut datar dan horizontal karena adanya pengaruh kerja air
dan angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau angin sehingg
menyisahkan cekungan-cekungan yang membentuk seperti gelombang. Berikut
contohnya:

Gambar 2.4 Struktur perlapisan gelombang (ripple mark)


5. Load Cest: struktur primer yang terjadi akibat adanya cacat pada permukaan
batuan yang terjadi karena adanya gaya gravitasi sehingga permukaan batuan
tersebut runtuh oleh batuan di atasnya dan membentuk sebuah lubang. Berikut
contohnya:

Gambar 2.5 Struktur perlapisan load cest


6. Flute Cast: struktur primer yang terjadi akibat adanya penggerusan oleh angin
maupun air sehingga timbul cekungan atau gelombang pada permukaan batuan
tersebut. Berikut contohnya:

Gambar 2.6 Struktur perlapisan flute cast


7. Convolute Bedding: struktur sedimen yang paling tidak berstruktur dikarenakan
pengaruh energi gelombang bolak-balik dan tidak menentu sehingga
menghasilkan alur sedimentasi yang sulit untuk diprediksi. Berikut contohnya:

Gambar 2.7 Struktur perlapisan convolute bedding

8. Flame Structure: struktur yang membentuk load cast, akan tetapi material-
materialnya adalah hasil kontak antara pasir dengan lempung. Kenampakan
struktur ini terlihat dari bergabungan pasir dengan lempung akibat adanya
penekanan. Berikut contohnya:
Gambar 2.8 Flame Structure

9. Pillow Structure: merupakan struktur yang berupa kenampakan seperti bantal-


bantal, material pembentuk struktur ini berupa pasir. Material-material tadi
tertimbun, kemudian mengalami penekanan kebawah.

10. Vesicle: merupakan struktur yang menunjukkan adanya lubang-lubang, bekas


keluarnya gas, akibat adanya tekanan dari sedimen di atasnya. Berikut contohnya:

Gambar 2.9 Strutur Vesicle


2. Struktur Sekunder
Merupakan struktur yang terbentuk setelah proses sedimentasi dan sebelum
atau saat diagenesa. Hal ini juga menggambarkan keadaan lingkungan
pengendapannya atau struktur yang terjadi setelah batuan terbentuk, struktur ini
bisa biasanya dihasilkan oleh interaksi batuan dengan proses tektonik. Interaksi
batuan dengan tektonik (dalam hal ini pergerakan antar lempeng), akan
menyebabkan suatu batuan tersebut terdeformasi.

Deformasi : perubahan dalam tempat dan/atau orientasi dari tubuh batuan.


Deformasi secara definisi dapat dibagi menjadi :
Distortion, yaitu perubahan bentuk.
Dilatation, yaitu perubahan volume.
Rotation, yaitu perubahan orientasi.
Translation, yaitu perubahan posisi.

Struktur sekunder yang dikenal secara umum yaitu kekar, lipatan, dan sesar.
1. Kekar (joint), adalah struktur rekahan pada batuan di mana tidak ada atau
relative sedikit sekali terjadi pergeseran. Kekar merupakan salah satu struktur
yang paling umum pada batuan dan berdasarkan klasifikassinya secara genetic,
kekar terbagi atas:
Kekar gerus (shearjoint) yaitu kekar yang terjadi akibat stress yang menggelincir
bidang satu sama lainnya yang berdekatan.
Kekar tarikan (tensional joint), yaitu kekar tang terbentuk dengan arah tegak lurus
dari gaya yang cenderung untuk memindahkan batun (gaya tension). Hal ini
terjadi akibat dari stress yang cenderung untuk membelah dengan cara menekanya
pada arah yang berlawanan, sehingga dindingnya saling menjauh.
Kekar hibrid (hybrid joint), yaitu kekar yang merupakan gabungan dari kekar
gerus dan tarikan dan umumnya rekahannya terisi oleh mineral sekunder.

2. Sesar/patahan (fault)
Sesar atau patahan adalah rekahan pada batuan yang mengalami pergeseran
yang berarti dan suatu sesar dapat berupa bidang sesar atau rekahan tunggal tetapi
sesar juga sering di jumpai sebagai semacan jalur yang terdiri dari beberapa sesar
minor. Jalur sesar atau jalur pergeseran, mempunnyai dimensi panjang dan lebar
yang beragam dari skala minor sampai puluhan kilometer. Unsur-unsur sesar
adalah sebagai berikut:
Bidang sesar, yaitu bidang tempat terjadinya pergeseran yang kedudukanya
dinyatakan dengan jurus dan kemiringan.
Hanging-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang berada relative diatas bidan
sesar.
Foot-Wall, yaitu blok bagian terpatahkan yang relative berada di bawah bidang
sesar.
Throw, yaitu besarnya pergeseran vertical pada sesar.
Heave, yaitu besarnya pergeseran horizontal pada sesar.

Berdassarkan arah pergeserannya, sesar diklasifikasikan menjadi beberapa


bentuk yaitu:
a. Strike slip fault, yaitu sesar yang arah pergerakannya relative paralel dengan
strike bidang sesar. (pitch 00-100). Sesar ini di sebut juga sebaagai sesar mendatar.
Sesar mendatar ini juga dibedakan atas:
Sesar mendatar sinistral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan kirinya lebih
mendekati pengamat.
Sesar mendatar dextral, yaitu sesar mendatar yang blok batuan kanannya lebih
mendekati pengamat.

Gambar 2.10 Sesar Strike-Slip Fault


b. Dip-Slip Fault, yaitu sesar yang arah pergerakannya relative tegak lurus strike
bidang sesar dan berada pada dip bidang sesar (pitch 800-900). Dip-slip fault
terbagi atas:
Sesar normal, yaitu sesar yang pergerakan Hangging-Wallnya relative turun
terhadapa Foot-Wallnya.
Sesar naik, yaitu sesar yang pergerakan Hangging-Wallnya relative naik naik
terhadap Food-Wallnya.

Gambar 2.11 Dip-Silp Fault


c. Strike-Dip Slip Fault atau (oblique fault), yaitu sesar yang vector pergerakannya
terpengaruh arah strike dan dip bidang sesar (pitch 100-800). Strike-dip slip fault
terbagi lagi atas kombinasi-kombinasi strike slip fault dan dip slip fault yaitu:
Sesar normal sinistral, yaitu sesar yang pergerakan hanging-wallnya relative turun
dan sinistrak terhadap foot-wall.
Sesar normal dextral, yaitu sesar yang pergerakan hanging-wallnya relative turun
dan dextral terhadap foot-wall.
Sesar naik sinistral, yaitu sesar yang pergerakang hanging-wallnya relative naik dan
sinistral terhadap foot-wall.
Sesar naik dextral, yaitu sesar yang pergerakan hanging-wallnya relative naik dan
dextral terhadap foot-wall.

3. Lipatan (Fold)
Lipatan merupakan pencerminan dari suatu lengkungan yang mekanismenya
disebabkan oleh dua proses yaitu bending (melengkung) dan bucking (melipat).
Berdasarkan unsur-unsur pembentuknya lipatan di bedakan atas:
Plunge yaitu sudut yang terbentuk oleh poros dengan horizontal pada bidang
vertical.
Picth atau rake, sudut antara garis poros dan horizontal, diukur pada poros.
Limb (sayap) bagian yang terletak downdip (sayap yang di mulai dari
lengkungan maksimum antiklin sampai hinge singklin) updip (sayap yang di
mulai dari lengkungan maksimum singklin sampai hinge antiklin). Sayap dapat
beerupa bidan datar (planar), melengkung (curve), atau bergelombang (wave).
Hinge point titik yang merupakan kelengkunagan maksimum pada suatu
perlipatan.
Hinge line garis yang menghubungkan hinge point pada suatu perlapisan yang
sama.
Axial line, garis khayal yang menghubungkan titik-titik dari lengkungan
maksimum pada tiap permukaan lapisan dari suatu struktur lapisan.
Axial plane, bidang sumbu lipatan yang membagi sudut sama besar antara
sayap-sayap lipatan.

Gambar 2.12 Struktur unsur lipatan

Berdasarkan bentuknya lipatan (fold) dapat diklasifikasikan berdasarkan unsur


geometrinya sebagai berikut:
a. Upright Fold atau Simetrical Fold, yaitu lipatan tegak atau setengkup.

b. Asimetrical Fold, yaitu lipatan tak setengkup atau tak simetri.

c. Inclined Fold atau Over Fold yaitu lipatan miring atau menggantung.
d. Recumbent Fold yaitu lipatan rebah.

A. KLASIFIKASI BATUAN SEDIMEN


Batuan sedimen yang terbentuk di permukaan bumi sebagai akibata dari
pengendapan mineral yang berasal dari pecahan bongkahan batuan baik batuan
beku, batuan metamorf atau pun batuan sedimen sendiri yang lapuk kemudian
tererosi dan terangkut oleh air, angin ataupun es yang terakumulas pada suatu
tempat (cekungan) yang kemudian termampatkan/terkompaksi menjadi satu
lapisan baatuan baru. Batuan sedimen yang terbentuk ini dapat diklasifikasikan,
pengklasifikasian ini bukan hanya mencakup satu hal (sudut pandang) tetapi lebih
dari dua hal yaitu berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan, tempat
pembentukannya, dan genetis batuannya.

1. Tenaga yang mengangkut hasil pelapukan


Berdasarkan tenaga yang mengangkut hasil pelapukan/erosi batuan sedimen di
bedakan menjadi tiga kelopok yaitu:
1. Sedimen aquatis, yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga air. Bahan-bahan
hasil pelapukan/erosi akan di angkut oleh air yang melewatinya (mengerosinya)
baik oleh air laut maupun sungai. Pengendapan oleh air laut di karenakan adanya
gelombang sedangkan oleh sungai sebagai tempat awal, tertransportasikan oleh
arus sungai yang deras. Batuan yang terpisah / tanah yang tererosi akan dibawa
oleh aliran sungai, mulai dari dasar hingga menuju puncaknya. Selama arus
bergerak membelok dan memasuki area, kecepatannya akan menurun dan
semakin banyaknya muatan yang dibawa akan terendap pada kerucut aluvial atau
kipas alluvial. Sungai mengangkut material hasil erosinya dengan berbagai cara,
yaitu
a. Traksi, yaitu material yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.
b. Rolling, yaitu material akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar
sungai.
c. Saltasi, yaitu material akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.
d.Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur
dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.
e. Solution, yaitu pengangkutan material larut dalam air dan membentuk larutan
kimia

Gambar 3.1 Proses pengendapan pada sungai


Contohnya : gosong pasir, flood plain, natural levee, alluvial fan, delta, dan
sebagainya.
2. Sedimen Aeolis/aeris yaitu sedimen yang diendapkan oleh tenaga angin.Bentang
alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune), sand
dunes, tanah loss. Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun.
Gumuk pasir terjadi bila terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan
angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengedapkan pasir di suatu tempat
secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
3. Sedimen glasial, yaitu sedimen yang diangkut oleh tenaga gletser.
Contohnya : morena, drumline.Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser
adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi
tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau
tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah.
Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
2. Tempat pengendapan (lingkungan pengendapan)
Secara umum dikenal 3 lingkungan pengendapan, lingkungan darat transisi,
dan laut. Beberapa contoh lingkungan darat misalnya endapan sungai dan endapan
danau, ditransport oleh air, juga dikenal dengan endapan gurun dan glestsyer yang
diendapkan oleh angin yang dinamakan eolian. Endapan transisi merupakan
endapan yang terdapat di daerah antara darat dan laut seperti delta,lagoon, dan
litorial. Sedangkan yang termasuk endapan laut adalah endapan-endapan neritik,
batial, dan abisal.Contoh Lingkungan Pengendapan Pantai : Proses Fisik : ombak
dan akifitas gelombang laut, Proses Kimia : pelarutan dan pengendapan dan
Proses Biologi : Burrowing. Ketiga proses tersebut berasosiasi dan membentuk
karakteristik pasir pantai, sebagai material sedimen yang meliputi geometri,

3. Genetis batuan sedimen


Secara genetis batuan sedimen di bagi atas tiga kelompok yaitu sebagai
berikut:
a) SedimenKlastis. Kata clastik berasal dari bahas Yunani yaitu klatos yang artinya
pecahan.Jadi, sedimen klastik adalah adalah akumulasi partikel-partikel yang
berasal daripecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati.
b) Sedimen Kimia. Batuan sedimen kimiawi yaitu yang terangkut dalam bentuk
larutankemudian diendapkan secara kimia di tempat lain. Endapan kimia juga
berasaldari sumber air panas dan secara tiba-tiba mengalami pendinginan
akanmenghasilkan endapan oval (kalsit).Contoh : Evaporasi dari air laut dan air
danau, batuan sedimen kimiawi.
c) Sedimen Organik. Batuan sedimen organik /orgasen, yaitu batuan sediemn yang
dibentukatau diendapkan oleh organisme.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Batuan sedimen yang terbentuk diatas permukaan bumi, di bagi atas dua
kelompok yaitu struktur sedimen primer yang terbentuk bersamaan dengan
dengan terbentuknya bataun sediemen dan struktur sekunder yaitu struktur yang
terjadi setelah batuan sedimen terbentuk.
2. Batuan sedimen dapat di klasifikasikan bardasarkan tenaga yang mengangkut
hasil pelapukan, tempat pengendapaan (lingkungan pengendapaan), dan genetis
batuan sedimen.

Anda mungkin juga menyukai