METODA KONVENSIONAL
Mineral adalah padatan senyawa kimia homogen, non-organik, yang memiliki bentuk teratur (sistem
kristal) dan terbentuk secara alami. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga
struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang
sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk).
Agar dapat diklasifikasikan sebagai mineral sejati, senyawa tersebut haruslah berupa padatan dan
memiliki struktur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia yang
tertentu. Definisi sebelumnya tidak memasukkan senyawa seperti mineral yang berasal dari turunan senyawa
organik. Bagaimanapun juga, The International Mineralogical Association tahun 1995 telah mengajukan definisi
baru tentang definisi material:
Mineral adalah suatu unsur atau senyawa yang dalam keadaan normalnya memiliki unsur kristal dan
terbentuk dari hasil proses geologi.
A. METODA SAMPLING
a. Sampling di lapangan
Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral, bijih, termasuk batu-batu mulia yang
merupakan endapan. Dalam penggolongan bahan galian berdasarkan pemanfaatan ada 3 jenis yaitu:
· Bahan galian logam/bijih contoh dari bahan galian ini timah, besi, tembaga, emas dan perak.
· Bahan galian energi contoh dari bahan galian ini adalah batubara dan minyak bumi.
· Bahan galian industri contohnya diatome, gipsum, talk, kaolin, dan zeolit.
Suatu tubuh deposit bijih adalah campuran dari mineral-mineral dalam perbandingan yang
bervariasi, sehingga besar kandungan logamnyapun tidak sama setiap bagiannya. Tidak mungkin suatu
contoh tunggal yang diambil akan mewakili keseluruhan masa deposit yang bersangkutan, kecuali hanya
suatu kebetulan. Meskipun demikian kesalahan yang terjadi akan dapat diperkecil kalau contoh yang
diambil makin banyak. Tetapi juga tidak mungkin mengambil contoh yang sangat banyak untuk
memperkecil kesalahan, karena lalu menjadi tidak praktis. Untuk itu diperlukan metode pengambilan
contoh yang sistematis yang dapat mengatasi kesalahan yang mungkin terjadi sekecil mungkin.
Pengambilan contoh yang banyak tetapi tidak sistematis letaknya tidak akan memperkecil kesalahan,
justru akan berdampak sebaliknya. Jadi ketelitian pengambilan contoh itu tergantung dari jumlah contoh
yang diambil dan lokasi pengambilannya yang tersebar secara baik di seluruh tubuh endapan bahan
galian yang bersangkutan.
Hal-hal berikut ini patut diperhatikan dalam pengambilan contoh (sample) :
· Lokasi pengambilan contoh harus dicatat ataupun dimasukkan ke dalam peta secara tepat.
· Kalau memakai metode paritan (channel sampling), maka lebar dan kedalaman parit tersebut
diusahakan uniform.
· Lebar dari setiap contoh (sample width) harus selalu dicatat.
· Permukaan batuan yang akan diambil contohnya harus bersih dan segar.
Ada beberapa metode pengambilan contoh yang saat ini dikenal, teknik mana yang akan dipakai itu
tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi geologi yang membentuk tubuh deposit, kedalaman,
ketebalan lapisan penutup, dan keadaan alami dari deposit itu sendiri seperti berlapis “banded”, dan
sebagainya.
Sebaliknya, dalam pengambilan contoh batuan dengan bor mesin supaya diperhatikan faktor-faktor
di bawah ini :
Keadaan medan,dimana untuk keadaan medan yang berbukit-bukit, sebaiknya digunakan mesin
bor yang ringan atau yang dapat dilepas-lepas untuk memudahkan pembawaan.
Kedalaman endapan, dimana untuk endapan yang cukup dangkal cukup dipakai bor tangan,
sedangkan yang dalam digunakan bor mesin.
Sifat-sifat fisik batuan.
Sumber air.
Keadaan peralatan seperi keadaan pahat, stang bor, pipa casing, dan sebagainya.
Pada pemboran inti, contoh batuan yang terambil dapat berupa inti dan sludge yang masing-masing
diletakkan dalam core box untuk inti dan sludge box untuk sludge. Sludge adalah hasil gesekan
pahat dengan batuan yang kemudian diangkat oleh air pembilas, karena itu sludge akan berupa
lumpur.
B. KALSIUM
Kalsium adalah unsur kimia dengan simbol Ca dan nomor atom 20 serta memiliki massa atom
40,078 Amu. Kalsium adalah logam alkali tanah yang lunak berwarna abu-abu, dan merupakan unsur yang
paling berlimpah kelima massa di kerak bumi. Kalsium dengan kerapatan 1,55 g/cm 3, adalah yang paling
ringan dari logam alkali tanah; magnesium (gravitasi spesifik 1,74) dan berilium (1,84) lebih padat, meskipun
lebih ringan dalam massa atom. Dari seterusnya strontium, logam-logam alkali menjadi lebih padat dengan
massa atom meningkat. Kalsium sangat penting untuk organisme hidup, terutama dalam fisiologi sel, di
mana pergerakan ion kalsium Ca2+ ke dalam dan keluar dari fungsi sitoplasma sebagai sinyal untuk banyak
proses seluler.
Sebagai bahan utama yang digunakan dalam mineralisasi tulang dan kerang, kalsium adalah logam
paling berlimpah di kebanyakan hewan. Garam kalsium tidak berwarna dari setiap kontribusi kalsium dan
solusi ion kalsium (Ca2+) berwarna. Banyak garam kalsium yang tidak larut dalam air. Kalsium adalah unsur
paling berlimpah kelima dalam tubuh manusia, di mana umumnya berupa ionik dengan banyak fungsi, dan
berfungsi juga sebagai elemen struktural dalam tulang. Ini adalah kalsium bernomor atom relatif tinggi dalam
kerangka yang menyebabkan tulang menjadi radio-opak.
Kalsium tidak secara alami ditemukan dalam keadaan unsurnya. Kalsium terdapat pada batuan
sedimen pada kalsit mineral, dolomit dan gipsum. Hal ini juga terjadi pada batuan beku dan metamorf
terutama dalam mineral silikat : plagioklas, amphiboles, pyroxenes dan garnet.
H2O + CO2
Endapan Ca(NO3)2 yang diperoleh dilarutkan dalam aseton ( uji aseton ini bisa digunakan untuk
memisahkan Ca2+ dari kation golongan IV yang lain, karena Ba(NO3)2 dan Sr(NO3)2 tidak larut
dalam aseton)
Ca(NO3)2 → Ca2+ + 2 NO3-
Ion Ca2+ yang diperoleh kemudian diendapkan dengan penambahan (NH4)2C2O4 sehingga
membentuk endapan putih CaC2O4
Ca2+ + C2O42- → CaC2O4
- Uji nyala pada Ca akan memberikan warna merah
b. Analisa Kuantitatif
Analisa kadar kalsium secara kuantitatif dalam suatu mineral metoda konvensional dapat dilakukan dengan
cara titrasi permanganometri, titrasi kompleksometri dan gravimetri. Sebelum dilakukan analisa kuantitatif,
sampel mineral kalsium harus dipreparasi terlebih dahulu dengan melarutkannya dalam HCl. Larutan yang
diperoleh kemudian dipisahkan dari suspensinya. Residu yang tersisa dicuci dengan aquadest sampai
semua ion kalsium terbebas dari residu yang tertinggal.
- Titrasi permanganometri
Permanganometri adalah suatu metoda dalam titrasi redoks dimanana menggunakan larutan KMnO4
sebagai larutan kerja. Larutan KMnO4 sendiri memiliki warna yang kuat sehingga dalam titrasi ini tidak
diperlukan indikator, titik akhir titrasi akan ditandai oleh warna dari kelebihan sekitar satu tetes larutan
KMnO4 (auto indicator).
Dalam metoda ini kalsium diendapkan sebagai kalsium oksalat. Pengendapan kalsium oksalat yang
paling baik dilakukan dengan pengendapan homogen menggunakan metoda hidrolisis urea.
Suatu larutan sampel yang mengandung kalsium ditambahkan suatu asam (HCl) sampai pH ± 1.
Larutan ini kemudian ditambahkan larutan ammonium oksalat dan urea. Pendidihan dilakukan secara
perlahan-lahan sehingga urea akan terhidrolis dan menaikkan pH larutan sampai sekitar 5. pH tersebut
adalah pH efektif terbentuknya endapan kalsium oksalat.
Ca2+ + C2O42- → CaC2O4
Endapan kalsium oksalat yang diperoleh kemudian disaring, dicuci sampai bebas klorida, dilarutkan
kembali dalam asam sulfat dan dititrasi dengan larutan kalium permanganat pada kondisi panas, titik
akhir titrasi ditandai dengan munculnya warna pink muda.
CaC2O4 → Ca2+ + C2O42-
2MnO4– + 5C2O42– + 16H+ → 2Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
- Gravimetri
Kadar Kalsium dalam suatu mineral dianalisa secara gravimetri dengan cara mengendapkannya
sebagai kalsium oksalat. Suatu larutan sampel yang mengandung kalsium dan bersifat asam (HCl)
dipanaskan. Dalam larutan panas tersebut kemudian ditambahkan ammonium okasalat. Endapan
akan terbentuk kuantitatif pada pH 4 atau 5, oleh karena itu pH suspensi dinaikkan dengan
penambahan amonia dengan penunjuk indikator metil merah.
Ca2+ + C2O42- → CaC2O4
Endapan CaC2O4 kemudian disaring dan dicuci sampai bebas klorida. Pemantapan endapan kalsium
dapat dilakukan dengan 3 cara :
1. Sebagai CaC2O4, xH2O dengan memanaskannya pada suhu 100⁰C – 105⁰C selama 1 – 2 jam.
Metoda ini tidak direkomnedasikan untuk pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan ketelitihan yang
tinggi karena sifat higroskopis dari kalsium okasalat dan sulitnya menghilangkan ammonium
oksalat yang terkopresipitasi bersama endapan.
2. Sebagai CaCO3 dengan memanaskannya pada suhu 475⁰C – 525⁰C dalam tanur. Metoda ini
merupakan metoda yang terbaik karena kalsium karbonat tidak higroskopis.
CaC2O4 → CaCO3 + CO
3. Sebagai CaO dengan memanaskannya pada suhu 1200⁰C, metoda ini banyak digunakan tetapi
kalsium oksida yang diberoleh memiliki berat molekul yang lebih rendah dan bersifat higroskoipis
CaCO3 → CaO + CO2
B. BESI
Besi mempunyai simbol Fe dan nomor atom 26. Besi merupakan logam transisi yang berada
pada golongan VIII B dan periode 4. Besi adalah logam paling melimpah nomor dua setelah alumunium. Besi
adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan unsur bebas.
Besi adalah logam yang berasal dari bijih besi (tambang) yang banyak digunakan untuk
Handout Analisis Bahan Anorganik -Tingkat IV Kimia Analsis 6
kehidupan manusia sehari-hari. Besi juga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Besi adalah logam yang
paling banyak dan paling beragam penggunaannya. Hal itu karena beberapa hal, diantaranya:
1. Kelimpahan besi di kulit bumi cukup besar
2. Pengolahannya relatif mudah dan murah, dan
3. Besi mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan dan mudah dimodifikasi.
Besi (Fe) adalah metal berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Di alam kebanyakan ditemukan
sebagai hematite (Fe2O3), pirit (FeS) dan magnetit (Fe3O4) Di dalam air Fe menimbulkan rasa, warna
(kuning), pengendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan
a. Analisa Kualitatif
Kation Fe3+ dan Fe2+ termasuk dalam kation golongan ketiga, dimana kation-kation ini tidak membentuk
endapan pada penambahan asam klorida encer dan hidrogen sulfida dengan adanya asam klorida 0,3
M (pH=0,5) , tetapi membentuk endapan pada penambahan ammonium sulfida dalam suasana
netral/amonikal dengan menambahkan larutan buffer pH 9 yang mengandung campuran NH4OH dan
NH4Cl kemudian dialiri dengan H2S.
Uji spesifik adanya kation Fe2+ atau Fe3+ dapat dilakukan dengan cara :
- Kation Fe3+ akan membentuk endapan pada penambahan NH4OH dan NH4Cl membentuk
endapan Fe(OH)3 yang berwarna merah coklat.
Fe3+ + 3 OH- → Fe(OH)3 ↓ (merah coklat)
Endapan ini tidak larut dalam larutan NaOH berlebihan tetapi larut dalam larutan HCl. Identifikasi
selanjutnya dengan penambahan ion CNS- sehingga membentuk kompleks berwarna merah
Fe(CNS)2+
Fe(OH)3 + 3 HCl → Fe3+ + 3 Cl- + 3 H2O
Fe3+ + CNS- → Fe(CNS)2+ (merah)
- Kation Fe2+ tidak membentuk endapan pada penambahan NH4OH dan NH4Cl tetapi membentuk
endapan hitam FeS setelah dialiri gas H2S.
Fe2+ + S2- → FeS ↓ (hitam)
Identifikasi ion Fe2+ dapat juga dilakukan dengan menambahkan larutan kalium
heksasianoferrat(III) ( K3Fe(CN)6 ) pada suatu larutan yang mengandung Fe2+, penambahan ini
akan menghasilkan endapan biru ferro heksasianoferrat(III), Fe3(Fe(CN)6)2 endapan ini dikenal
dengan nama Turnbull’s blue.
3 Fe2+ + 2 Fe(CN)63- → Fe3(Fe(CN)6)2 ↓ (biru)
b. Analisa Kuantitatif
Analisa kadar besi secara kuantitatif dalam suatu mineral metoda konvensional dapat dilakukan dengan
cara titrasi permanganometri, titrasi dikromatometri dan gravimetri. Sebelum dilakukan analisa
kuantitatif, sampel mineral besi harus dipreparasi terlebih dahulu dengan melarutkannya dalam HCl dan
HNO3. Larutan yang diperoleh kemudian dipisahkan dari suspensinya. Residu yang tersisa dicuci
dengan aquadest sampai semua ion besi terbebas dari residu yang tertinggal.
- Titrasi permanganometri
Dalam metode titrasi permanganometri ion-ion Fe3+ dalam larutan sampel harus direduksi terlebih
dahulu menggunakan suatu reduktor, untuk keperluan tersebut dapat digunakan larutan timah II
klorida (SnCl2)
2 Fe3+ (kuning) + Sn2+ → 2 Fe2+ (hijau) + Sn4+
Penambahan larutan SnCl2 diberikan setetes demi setetes sampai warna kuning dari larutan
hampir hilang. Reduksi dilengkapi dengan menambahkan larutan HCl encer sampai diperoleh
warna hijau yang lemah bebas dari warna kuning. Kelebihan SnCl 2 kemudian dihilangkan dengan
menambahkan larutan HgCl2 sampai diperoleh endapan putih samar-samar.
2 HgCl2 + Sn2+ → Hg2Cl2 ↓ (putih) + 2Cl- + Sn4+
Setelah proses pengenceran dan pendidihan, ion Fe3+ tersebut diendapkan dengan penambahan
amonia murni 1 :1 sedikit berlebihan, yang ditandai dengan bau amonia dari uap air di atas cairan
D. SULFUR
Belerang atau sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik golongan VI A pereode 3 yang memiliki lambang S
dan nomor atom 16. Belerang merupakan unsur non-logam yang tidak berasa. Di alam, belerang dapat
ditemukan sebagai unsur murni atau sebagai mineral-mineral sulfida dan sulfat.
Dalam keadaan bebas sebagai kristal S8 atau amorf berupa zat padat kristalin berwarna kuning. Sumber
belerang terdapat pada kawah gunung berapi. Selain itu, belerang bebas juga terdapat sebagai deposit
belerang di dalam perut bumi. Senyawa belerang tersebar di alam sebagai gas H2S; batuan-batuan sulfat,
misalnya batuan gipsum (CaSO4); dan mineral sulfida, misalnya pirit (FeS2), kalkopirit (CuFeS2), dan galena
(PbS).
a. Analisa kualitatif
- Sulfat (SO42-)
Anion sulfat (SO42-) merupakan anion golongan II (barium nitrat), anion ini akan membentuk endapan
putih BaSO4 pada penambahan larutan barium nitrat (Ba(NO3)2
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓ (putih)
Endapan ini tidak larut dalam air maupun larutan HCl.
Uji spesifik adanya anion SO42- dapat dilakukan dengan :
Tes dengan barium klorida (BaCl2)
Sampel yang mengandung ion sulfat ditambah dengan larutan barium klorida yang mengandung
asam klorida akan membentuk endapan putih BaSO4
Ba2+ + SO42- → BaSO4 ↓ (putih)
Endapan ini tidak larut dalam HCl encer panas, tidak larut dalam HNO3 encer tetapi sedikit larut
dalam HCl pekat mendidih.
Pengujian selanjutnya dengan cara melebur endapan BaSO4 diatas arang dengan menambahkan
natrium karbonat (Na2CO3)
b. Analisa kuantitatif
Analisa kadar sulfur dalam mineral (umumnya sebagai sulfat dan sulfida) secara kuantitatif metoda
konvensional dapat dilakukan dengan cara titrimetri dan gravimetri. Sebelum dilakukan analisa kuantitatif,
sampel mineral sulfur harus dipreparasi terlebih dahulu dengan melarutkannya dalam HCl. Larutan yang
diperoleh kemudian dipisahkan dari suspensinya. Residu yang tersisa dicuci dengan aquadest sampai
semua ion sulfat atau sulfida terbebas dari residu yang tertinggal
- Analisa kuantitatif kadar sulfat (SO42-)
Kadar sulfat dalam suatu larutan sampel dapat ditentukan dengan cara :
Belcher, James E and Williams, Guy Y.1938. A Course in Qualitative Analysis.Cambridge. Houghton Mifflin Company
Day, R.A. dan Underwood, A.L., 2002, Analisis Kimia Kuantitatif, edisi VI, diterjemahkan oleh: Sopyan Iis, Erlangga, Jakarta
Vogel, 1979, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi V, diterjemahkan oleh: Setiono L & P
Hadyana, PT. Kalman Medika Pusaka, Jakarta
Vogel, 1994, Buku Ajar Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi IV, diterjemahkan oleh: Setiono L & P Hadyana, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta