Anda di halaman 1dari 14

Metode Pengambilan Sample Bahan

Galian

Bahan galian adalah unsur-unsur kimia, mineral, bijih, termasuk batu-batu

mulia yang merupakan endapan. Dalam penggolongan bahan galian

berdasarkan pemanfaatan ada 3 jenis yaitu:

 Bahan galian logam/bijih contoh dari bahan galian ini timah, besi,

tembaga, emas dan perak.

 Bahan galian energi contoh dari bahan galian ini adalah batubara dan

minyak bumi.

 Bahan galian industri contohnya diatome, gipsum, talk, kaolin, dan zeolit.

Suatu tubuh deposit bijih adalah campuran dari mineral-mineral dalam

perbandingan yang bervariasi, sehingga besar kandungan logamnyapun tidak

sama setiap bagiannya. Tidak mungkin suatu contoh tunggal yang diambil akan

mewakili keseluruhan masa deposit yang bersangkutan, kecuali hanya suatu

kebetulan. Meskipun demikian kesalahan yang terjadi akan dapat diperkecil

kalau contoh yang diambil makin banyak. Tetapi juga tidak mungkin mengambil

contoh yang sangat banyak untuk memperkecil kesalahan, karena lalu menjadi

tidak praktis. Untuk itu diperlukan metode pengambilan contoh yang sistematis

yang dapat mengatasi kesalahan yang mungkin terjadi sekecil mungkin.

Pengambilan contoh yang banyak tetapi tidak sistematis letaknya tidak akan

memperkecil kesalahan, justru akan berdampak sebaliknya. Jadi ketelitian

pengambilan contoh itu tergantung dari jumlah contoh yang diambil dan lokasi

pengambilannya yang tersebar secara baik di seluruh tubuh endapan bahan


galian yang bersangkutan. Hal-hal berikut ini patut diperhatikan dalam

pengambilan contoh (sample) :

 Lokasi pengambilan contoh harus dicatat ataupun dimasukkan ke dalam

peta secara tepat.

 Kalau memakai metode paritan (channel sampling), maka lebar dan

kedalaman parit tersebut diusahakan uniform.

 Lebar dari setiap contoh (sample width) harus selalu dicatat.

 Permukaan batuan yang akan diambil contohnya harus bersih dan segar.

Ada beberapa metode pengambilan contoh yang saat ini dikenal, teknik

mana yang akan dipakai itu tergantung dari beberapa faktor seperti kondisi

geologi yang membentuk tubuh deposit, kedalaman, ketebalan lapisan penutup,

dan keadaan alami dari deposit itu sendiri seperti berlapis “banded”, dan

sebagainya. Metode pengambilan contoh tersebut di atas adalah :

 Metode Paritan (Channel Sampling)

 Metode Selokan Uji (Trenching)

 Metode Chipping

 Metode Sumur Uji (Test Pitting)

 Metode Pemboran (Borehole Sampling)

Persoalan yang dihadapi yang kita hadapi dalam hal ini ialah bagaimana

supaya dapat dicapai suatu hasil yang dapat merefresentasikan keadaan yang

sebenarnya seefisien mungkin. Dengan demikian selama ada tiga langkah yang

penting dalam hal ini yaitu sebagai berikut :

1. Sample Design

2. Sample Method
3. Estimation

Dalam sebuah sampling atau pemercontoan biasanya terdapat beberapa

kesalahan dalam penanganan pada sampel yang dibutuhkan maupun lokasi

tempat pengambilan sampel, diantaranya yaitu sebagai berikut :

 Jumlah sample yang tidak mencukupi. (Misalnya suatu pengambilan contoh

dengan bor 1 – 2 – 3. Dalam hal ini frekuensi n = 3 tak memenuhi syarat,

maka n = 5 / penambahan frekuensi).

 Pemberian lokasi yang salah pada sample yang diambil

 Salting atau peninggian kadar daripada keadaan yang sebenarnya. Misalnya

dalam kantong dimasukkan sample yang hight grade dan kemudian pada

kantong tersebut dimasukkan lagi sample yang low grade, kemudian sample

yang low grde tersebut akan menjadi hight grade. Peninggian kadar karena

suatu ketidaksengajaan.

 Kesalahan – kesalahn pada saat analisa kimia.

Contoh :

Kadar x Panjang

Kadar x Lebar

 Cara weighting ( cara menghitung cadangan ) yang salah pada sample.

Untuk mengoreksi kesakahan – kesalahan di atas maka perlu dilakukan

Chek Samples dan Umpire Assaying atau Assay yang dilakukan oleh pihak

ketiga untuk mengecek kebenaran kebenaran dari assay sebelumnya.

Terdapat beberapa prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang

melakukan kegiatan sampling atau pemercontoan agar kita tidak melakukan

kesalahan lagi, prosedur yang harus diketahui diantaranya yaitu:

1. Penentuan metode – metode pengambilan sampel.


2. Penentuan jumlah sample yang akan diambil, tergantung faktor ekonomis

dan waktu. Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

a). Regularity ( teratur atau tidak teraturnya ) distribusi bijih.

b). Besar atau size daripada ore body

c). Keadaan keuangan dan waktu yang tersedia

d). Degree of Reficement yang dibutuhkan

3. Interval dan ukuran.

4. Adakan sketsa daripada operasi pengambilan.

5. Permukaan yang diambil adalah permukaan yang bersih.

6. Kantong – kantong sampling harus dan diberi nomor

Di sini ada lima cara atau lima metode umum dan biasa digunakan dalam

kegiatan eksplorasi yang sesuai dengan keadaan dilapangan atau dilokasi

diantaranya yaitu:

1. Metode Paritan (Channel Sampling)

Metode ini adalah metode yang paling banyak dipakai, dan sangat cocok

untuk deposit mineral yang berbentuk perlapisan, “banded”, dan deposit jenis

urat (vein), dimana terdapat variasi yang jelas dalam ukuran butir dan warna,

yang kemungkinan juga berbeda dalam komposisi dan kadar dari bahan-bahan

berharga yang dikandungnya. Dengan metode ini pula dapat dilakukan pada

cadangan mineral yang ada di permukaan maupun yang berada di bawah tanah

pada dinding cross-cut, raise, shaft, sisi-sisi stope, ataupun dinding samurai uji. ti

mdak dianjurkan untuk melakukan metode channel ini pada lantai terowongan,

karena bagian tersebut biasanya kotor oleh bahan jatuhan yang sering dapat

mengisi rekahan-rekahan yang ada.


Gambar 1.
Metode Paritan (Channel Sampling)

Contoh paritan diambil dengan lebar sekitar 4 sampai 6 cm dan dalamnya

sekitar 3 sampai 4 cm, dengan arah biasanya tegak lurus jurus lapisan. Jarak

antara satu parit dengan parit lainnya tergantung dari keseragaman dari bahan

galiannya. Untuk kebanyakan deposit, jarak antar parit kira-kira satu setengah

meter, akan tetapi untuk deposit bijih yang kaya dan tersebar setempat-setempat

jarak tersebut hanya dapat sekitar sepertiga meter saja. Umumnya satu contoh

sudah cukup untuk mewakili sepanjang 2 meter dari parit yang dibuat.

2. Metode Selokan Uji (Trenching)

Metode ini berguna untuk menemukan bahan galian dan untuk

memperoleh data-data mengenai keadaan tubuh batuan (orebody) yang

bersangkutan, seperti ketebalan, sifat-sifat fisik, keadaan batuan di sekitarnya,

dan kedudukannya.

Cara pengambilan contoh dengan metode ini paling cocok dilakukan pada

tubuh bahan galian yang terletak dangkal di bawah permukaan tanah, yaitu
dimana lapisan penutup (over burden) kurang dari setengah meter. Trench yang

dibuat sebaiknya diusahakan dengan cara-cara berikut :

 Kedalaman selokan (trench) diusahakan sedemikian rupa sehingga para

pekerja masih sanggup mengeluarkan bahan galian cukup dengan

lemparan.

 Dasar selokan dibuat miring, sehingga jika ada air dapat mengalir dan

mengeringkan sendiri (shelf drained) dengan demikian tidak diperlukan

adanya pompa.

 Untuk menemukan urat bijih yang tersembunyi di bawah material penutup

sebaiknya digali dua atau lebih parit uji yang saling tegak lurus arahnya

agar kemungkinan untuk menemukan urat bijih itu lebih besar. Bila

kebetulan kedua parit uji itu dapat menemukan singkapan urat bijihnya,

maka jurusnya (strike) dapat segera ditentukan. Selanjutnya untuk

menentukan bentuk dan ukuran urat bijih yang lebih tepat dibuat parit-

parit uji yang saling sejajar dan tegak lurus terhadap jurus urat bijihnya

Gambar 2.
Arah Penggalian Trenching (Selokan Uji)
Gambar 3.
Bentuk Penampang Trenching

3. Metode Chipping

Metode ini digunakan untuk pengambilan contoh pada endapan bijih yang

keras dan seragam, dimana pembuatan paritan sangat sukar karena kerasnya

batuan. Contoh diambil dengan cara dipecah dengan plu geologi dalam ukuran-

ukuran yang seragam dan tempat pengambilan tersebut dibuat secara teratur di

permukaan batuan. Jarak dari setiap titik pengambilan baik secara horisontal dan

vertikal dibuat sama (seragam) dan besarnya tergantung dari endapannya

sendiri.

4. Metode Sumur Uji (Test Pitting)

Metode ini digunakan jika lapisan penutup (over burden) agak tebal (lebih

dari setengah meter), sehingga metode trenching menjadi tidak praktis karena

pembuatan selokannya harus agak dalam sehingga menimbulkan masalah pada

pembuangan tanah hasil galian dan masalah pembuangan air yang mungkin

menggenang pada selokan, disamping akan memakan waktu yang lebih lama.
Dalam keadaan tersebut maka dipakai metode dengan pembuatan sumur uji

(test pitting) untuk mengambil contoh bahan galian. Pada umumnya ukuran

lubang test pit ini adalah dan kedalamannya dapat mencapai 35 meter, akan

tetapi untuk jenis over burden yang lepas-lepas seperti pasir, ukuran lubang pit

harus dibuat lebih besar untuk menghindari longsornya dinding, misalnya .

Demikian pula ketika kedalaman test pit besar, maka ukuran lubang juga harus

dibuat lebih besar, kemudian setelah kedalaman sampai setengahnya, ukuran

lubang diperkecil. Jika lapisan penutup sangat lepas-lepas, maka dinding test pit-

nya dibuat miring, sedangkan untuk material yang kompak dinding dibuat tegak

dengan ukuran .

Untuk penghematan biaya dan keberhasilan pembuatan test pit, maka

hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu :

 Test pit harus bebas dari bongkah karena jika terhalang oleh bongkah

maka pembuatan test pit tersebut akan memakan waktu yang lama

sehingga memakan biaya yang mahal.

 Penggunaan penyangga yang seadanya, untuk batuan yang kompak

penyanggaan tidak perlu dilakukan.

 Penyanggaan dapat dihindari dengan cara dinding lubang dibuat miring

dan kemiringan tergantung material dari over bunden.

Gambar 4.
Macam Bentuk Penampang Test Pit
5. Metode Pemboran (Borehole Sampling)

Perkerjaan pengambilan contoh batuan dengan pemboran ini dapat

dibagi menjadi dua berdasarkan tenaga penggerak dari bornya, yaitu metode

pemboran tangan (hand auger) dan metode pemboran mesin (core drilling). Cara

pemboran tangan sangat cocok untuk endapan bahan galian yang tidak terlalu

kompak dan terletak dangkal, misalnya endapan alluvial pasir di Cilacap. Jarak

antara satu pemboran dengan pemboran lainnya tergantung keadaan,

sedangkan harga rata-ratanya makin baik jika pemboran makin rapat. Kadar

dihitung dengan rumus :

K= (Berat Mineral)/(Berat Contoh) x 100%

Sebaliknya, dalam pengambilan contoh batuan dengan bor mesin supaya

diperhatikan faktor-faktor di bawah ini :

 Keadaan medan,dimana untuk keadaan medan yang berbukit-bukit,

sebaiknya digunakan mesin bor yang ringan atau yang dapat dilepas-

lepas untuk memudahkan pembawaan.

 Kedalaman endapan, dimana untuk endapan yang cukup dangkal cukup

dipakai bor tangan, sedangkan yang dalam digunakan bor mesin.

 Sifat-sifat fisik batuan.

 Sumber air.

 Keadaan peralatan seperi keadaan pahat, stang bor, pipa casing, dan

sebagainya.

Pada pemboran inti, contoh batuan yang terambil dapat berupa inti dan

sludge yang masing-masing diletakkan dalam core box untuk inti dan sludge box
untuk sludge. Sludge adalah hasil gesekan pahat dengan batuan yang kemudian

diangkat oleh air pembilas, karena itu sludge akan berupa lumpur.

6. Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara

mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan

pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase

sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui

kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum

dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)

suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu

penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan

sumur uji

7. Grab Sampling

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling

dengan cara mengambil bagian dari suatu material baik di alam maupun dari

suatu tumpukan yang mengandung mineralisasi secara acak tanpa terlebih

dahulu dilakukan seleksi pada bahan galian tersebut. Untuk tingkat ketelitian

sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang cukup besar. beberapa

kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara lain :

 Biasanya metode grab sampling ini dilakukan pada tumpukan material hasil

pembongkaran tujuannya yaitu untuk mendapatkan gambaran umum kadar.

 Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi

material, dengan tujuan pengecekan kualitas.


 Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk

memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.

.
DAFTAR PUSTAKA

Kristosalu, Evan. 2013. “ Metode Pengambilan Sampel Bahan Galian

“.blogspot.co.id

Teknik Eksplorasi (Ign Sudarno, Iman Wahyono Sumarinda, 1981)

Ahmad, Andiashari. 2012. “ Eksplorasi Batubara “. Blogspot.com

afdhal. 2010. “ Beberapa Metode Sampling “ . blogspot.co.id


TUGAS TEKNIK PEMERCONTOAN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Pemercontoan


Semester V Pada Program Studi Pertambangan Fakultas Teknik
Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2015/2016

Disusun oleh :

Arip Saepul Rahman (10070111139)

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
1436 H / 2015 M

Anda mungkin juga menyukai