PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
1
2.1. Pengertian Sampling
Sampling merupakan suatu proses untuk mendapatkan sampel dari suatu kawasan yang
cukup representatif atau satu bagian dari keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai
karakteristik untuk tujuan inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan
sebagian dari populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan
informasi keseluruhan.
Secara spesifik, contoh dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif dan
kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari batuan, formasi,
atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan contoh tersebut disebut sampling
(pemercontoan).
Sampling dapat dilakukan karena beberapa tujuan maupun tahapan pekerjaan baik itu
tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi. Antara lain sebagai berikut :
1. Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable thickness)
dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga pada zona-zona low
grade maupun material barren, dengan tujuan untuk mendapatkan batas yang jelas
antara masing-masing zona tersebut.
2. Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan, tapi juga
pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan memperoleh informasi lain
yang berhubungan dengan kestabilan lereng dan pemilihan metode penambangan.
3. selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan tujuan kontrol kadar
(quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada front kerja yang aktif, kadar
pada bench open pit, atau kadar pada umpan material).
.
2.3. Metode Sampling
2
Pemilihan metode sampling dan jumlah contoh yang akan diambil tergantung pada
beberapa faktor, antara lain :
1. Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
2. Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi.
3. Lokasi pengambilan contoh (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren).
4. Kedalaman pengambilan contoh, yang berhubungan dengan letak dan kondisi batuan
induk.
5. Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.
3
7. Kebanyakan urat relatif keras dan bersifat brittle, sehingga cukup sulit untuk
mencegah terjadinya bias akibat variabel kuantitas per unit panjang sulit
dikontrol.
8. Sampling lanjutan kadang-kadang terbatas terhadap jarak (interval), karena pada
umumnya harus dilanjutkan melalui pemboran inti.
2. Pada Endapan Statiform
Endapan stratiform disini termasuk endapan-endapan logam dasar yang
terendapkan selaras/sejajar dengan bidang perlapisan satuan litologi (litofasies),
dimana mineral bijih secara lateral dikontrol oleh bidang perlapisan atau bentuk-
bentuk sedimen yang lain (sedimentary hosted). Karakteristik umum tipe endapan
ini yang berhubungan dengan metode sampling antara lain :
1. Mempuyai ketebalan yang cukup besar.
2. Mempunyai penyebaran lateral yang cukup luas.
3. Kadang-kadang diganggu oleh struktur geologi atau tektonik yang kuat, sehingga
dapat menimbulkan masalah dalam sampling.
4. Arah kecenderungan kadar relatif seragam dan dapat diprediksi, namun kadang-
kadang dapat terganggu oleh adanya remobilisasi, metamorfisme, atau berbentuk
urat.
5. Perubahan-perubahan gradual atau sistematis dalam kadar harus diikuti oleh
perubahan dalam interval sampling.
6. Dalam beberapa kondisi mungkin terdapat mineralisasi yang berbutir halus dan
kemudian berpengaruh pada besar volume material yang dilakukan sampling.
7. Pada tipe hosted by meta-sediment, perlu diperhatikan variabel ukuran conto
akibat perubahan ukuran, kekerasan batuan, atau nugget effect.
8. Setempat dapat terjadi perubahan kadar yang moderat dan dapat menyebabkan
kesalahan pada sampling yang signifikan.
9. Cut off kadar dapat gradasional (tidak konstan).
4
Pada tipe endapan ini, termasuk endapan batubara, ironstones, potash,
gipsum, dan garam, yang mempunyai karakteristik :
5
6. Zonasi-zonasi internal (alterasi batuan samping) harus selalu diperhatikan dan
direkam sepanjang proses sampling.
7. Variasi dari kerapatan pola kekar akan mempengaruhi kekuatan batuan,
sehingga interval (kerapatan) sampling akan sangat membantu dalam
informasi fragmentasi batuan nantinya.
2.3.2 Grab Sampling
Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan
cara mengambil bagian (fragmen) yang berukuran besar dari suatu material (baik
di alam maupun dari suatu tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak
(tanpa seleksi yang khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif
mempunyai bias yang cukup besar. Beberapa kondisi pengambilan contoh dengan
teknik grab sampling ini antara lain :
1. Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan gambaran
umum kadar.
2. Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
3. Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.
6
Gambar 2.1
Gamabr 2.1
2.3.3 Bulk Sampling
Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar, dan umum dilakukan
pada semua fase kegiatan (eksplorasi sampai dengan pengolahan). Pada fase
sebelum operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui
kadar pada suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum
dilakukan untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan)
suatu proses pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu
penerapan metode bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan
sumur uji.
2.3.4. Chip Sampling
Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan
cara mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu
jalur (dengan lebar 15 cm) yang memotong zona mineralisasi dengan
menggunakan palu atau pahat. Jalur sampling tersebut biasanya bidang horizontal
dan pecahan-pecahan batuan tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto.
Kadang-kadang pengambilan ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir,
jumlah, maupun interval) cukup sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan
brittle (seperti urat kuarsa), sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti
oversampling (salting) jika ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih
banyak daripada fragmen yang low grade
7
Gambar 2.1
2.3.5. Channel Sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm,
kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan lapisan
(Gambar).
Gambar2.1 Sketsa pembuatan channel sampling pada urat (Chaussier et al., 1987)
Gambar 2.2 Sketsa pembuatan channel sampling pada endapan yang berlapis (Chaussier et al.,
1987)
Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam
mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
8
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :
1. Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya
pada pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau
residual.
4. Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per
tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
9
Setelah lapisan Piercefield telah tercapai, Bengalla menggunakan dragline (P & H
9020) untuk mengungkap batubara yang tersisa. Proses dragline urutan di Bengalla cukup
rumit dan membutuhkan 5 lolos ke mengungkap lapisan batubara terendah. Pass pertama,
yang merupakan Pass Vaux, dilakukan dari dinding-tinggi dari tambang mana dragline
yang menggali dan pembuangan limbah langsung ke strip sebelumnya. Setelah melewati
ini telah menyelesaikan langkah-langkah dragline keluar ke Vaux limbah dan membuat
untuk memulai lulus kedua yang merupakan Broonie / Bayswater Pass. dragline ini
menggunakan Vaux dan Broonie / limbah Bayswater untuk membangun sebuah pad dari
mana ia dapat mengungkap Broonie / Bayswater, batubara Wynn dan Edderton semua
dalam melewati individu.
10
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
http://goodminingpractice.blogspot.co.id/2011/07/reklamasi-pada-lahan-tambang.html.
http://pertambangan-1994.blogspot.co.id/2011/12/strip-mining.html.
https://www.google.com/search?q=tambang+terbuka+strip+mine.
https://tambangbatubara01.wordpress.com/pt-mifa-bersaudara/
https://zettapro.wordpress.com/2015/03/01/berbagai-alat-berat-yang-digunakan-pada-tambang-
batubara/
12