Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROSES PRODUKSI I

PROSES PEMBUATAN ALUMINIUM

Disusun Oleh:
FREDI IRAWAN

2015030223

GILANG PURNAMA

2015030232

IKHDA PRIHASTOMO

2015030338

IKHTIARI FAHMI PUTRI

2015030390

MOCHAMAD SHOCHEH 2015030185

UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2016
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mata
kuliah Proses Produksi I tentang Proses Pembuatan Aluminium.
Tugas makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan

bantuan

dari

memperlancar

pembuatan

berbagi

makalah

ini.

pihak,
Untuk

sehingga
itu

kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang


telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan, baik dari segi susunan kalimat maupun
tatanan bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini tentang
Proses Pembuatan Aluminium ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi bagi pembaca.
Wasallamualaikum Wr. Wb.
Tangerang,

09

Desember

2016
Penyusun

DAFTAR ISI
Kata pengantar......................................................................... ii
Daftar isi.....................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang................................................................................... 1
2

B. Makasud dan Tujuan...........................................................................1


C. Permasalahan...............................................................2
D. Metode Penulisan.........................................................2

BAB II Pembahasan
A. Penambangan dan Pengolahan Bijih Bauksit................3
B. Pencucian Bijih Bauksit.................................................3
C. Pengolahan Bijih Bauksit..............................................4
1. Proses Bayer.............................................................4
2. Proses Hall-Heroult...................................................5
BAB III Penutup
A.Kesimpulan...................................................................9
B.Kritik dan Saran............................................................9
Daftar Pustaka.........................................................................10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada abad ke-19, sebelum ditemukannya proses elektrolisis, aluminium
hanya bisa didapatkan dari bauksit dengan proses kimia Whler.
Dibandingkan dengan elektrolisis, proses ini sangat tidak ekonomis dan harga
aluminium dulunya jauh melebihi harga emas. Karena dulu dianggap sebagai
logam berharga, Napoleon III dari Perancis (1808-1873) pernah melayani
tamunya yang pertama dengan piring aluminium dan tamunya yang kedua
dengan piring emas dan perak. Pada tahun 1886, Charles Martin Hall dari
Amerika Serikat (1863-1914) dan Paul L.T. Hroult dari Perancis (18631914) menemukan proses elektrolisis yang sampai sekarang membuat
produksi aluminium ekonomis.
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang berjumlah
sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah ketiga. Aluminium
terdapat dalam penggunaan aditif makanan, antasida, buffered aspirin,
astringents, semprotan hidung, antiperspirant, air minum, knalpot mobil, asap
tembakau, penggunaan aluminium foil, peralatan masak, kaleng, keramik dan
kembang api.
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik, ringan, kuat tahan
korosi. Aluminium merupakan konduktor yang baik juga buat panas. Dapat
ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat dan diekstrusi menjadi
batangan dengan bermacam-macam penampang.
B. Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui
dan memahami proses-proses ekstraksi metalurgi (proses peleburan dan
pemurnian) bijih aluminium.
C. Permasalahan

Dalam makalah ini masalah yang akan dibahas yaitu mengenai proses
pengolahan bijih bauksit hingga ekstraksi metalurgi untuk mendapatkan bijih
aluminium.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode literatur,
dimana bahan-bahan penulisan berasal dari buku-buku pedoman, materi
kuliah, maupun sumber lain yang masih berkaitan dengan permasalahan yang
akan dibahas.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Penambangan dan Pengolahan Bijih Buksit
Aluminium didapatkan dari bijih bauksit yang ditambang terlebih
dahulu. Bauksit merupakan tanah laterit yang banyak ditemukan di daerah
tropis. Bauksit ditambang dari beberapa meter di atas permukaan hingga di
bawah tanah. Pada tahap awal penambangan dilakukan pembersihan lokal
(land clearing) dari tumbuh-tumbuhan yang terdapat di atas endapan bijih
bauksit. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam operasi selanjutnya
yaitu

kegiatan

pengupasan

lapisan

penutup

(overburden).

Metode

penambangan bijih aluminium dapat dilakukan secara tambang terbuka


seperti metode penambangan bijih aluminium yang dilakukan di PT. Inalum
Sumatra Utara.
Untuk melaksanakan kegiatan pengupasan lapisan penutup digunakan
bulldozer, sedangkan untuk penggalian endapan bauksit digunakan alat gali
muat excavator yang selanjutnya dimuatkan ke alat angkut dump truck. Untuk
mengoptimalkan perolehan, bauksit kadar rendah dicampur (mixing) dengan
bijih bauksit kadar tinggi, hal ini dapat berfungsi juga untuk memperpanjang
umur tambang. Untuk menghindari pengotoran dari batuan dasar yang ikut
tergali pada saat penambangan bauksit, maka penggalian dilakukan dengan
menyisakan bauksit setebal 40-50 cm di atas batuan dasarnya. Kemajuan
penambangan setiap blok disesuaikan dengan rencana penambangan pada
peta tambang.
B. Pencucian Bijih Bauksit
Peralatan pencucian yang dapat digunakan adalah ayakan putar (tromol
rail atau rotary grizzly) dan ayakan getar (vibrating screen). Ayakan putar
mempunyai fungsi untuk mencuci bijih bauksit yang masuk melalui hopper
(stationary grizzly), sedangkan ayakan getar berfungsi untuk mencuci bijih
bauksit yang keluar dari ayakan putar. Ayakan getar mempunyai dua tingkat
ayakan, dimana ayakan tingkat pertama (bagian atas) mempunyai lebar
lubang bukaan 12,5 mm dan ayakan tingkat kedua (bagian bawah)
mempunyai lebar bukaan 2 mm sehingga alat ini sering juga disebut dengan
system ayakan getar bertingkat (vibration horizontal double deck screen).
3

Dengan demikian selama proses pencucian, bijih mengalami tiga tahap


proses pencucian antara lain:
1. Proses penghancuran untuk memperkecil ukuran bijih bauksit yang
berasal dari front penambangan.
2. Proses pembebasan (liberasi) yaitu proses pembebasan bijih bauksit dari
unsur-unsur pengotor.
3. Proses pemisahan (sorting) terhadap bijih bauksit yang berdasarkan pada
perbedaan ukuran dan pemisahan terhadap fraksi yang tidak diinginkan
yaitu yang berukuran -2 mm.
C. Pengolahan Bijih Bauksit
Setelah dilakukan pencucian bijih bauksit, selanjutnya memasuki tahap
proses pengolahan, pembuatan aluminium terjadi dalam dua tahap, yaitu:
1. Proses Bayer
Merupakan proses pemurnian bijih bauksit untuk memperoleh
aluminium oksida (alumina). Bijih bauksit mengandung 50-60 % Al 2O3
yang bercampur dengan zat-zat pengotor terutama Fe2O3, TiO2 dan SiO2.
Untuk memisahkan Al2O3 dari zat-zat yang tidak dikehendaki, kita
memanfaatkan sifat amfoter dari Al2O3. Caranya adalah dengan
melarutkan bauksit dalam larutan natrium hidroksida (NaOH),
Al2O3 (s) + 2NaOH (aq) + 3H2O (l) ---> 2NaAl(OH)4 (aq)
Aluminium oksida larut dalam NaOH sedangkan pengotornya tidak
larut. Pengotor-pengotor dapat dipisahkan melalui proses penyaringan.
Selanjutnya

aluminium

diendapkan

dari

filtratnya

dengan

cara

mengalirkan gas CO2 dan pengenceran.


2NaAl(OH)4 (aq) + CO2 (g) ---> 2Al(OH)3 (s) + Na2CO3(aq) +
H2O(l)
Endapan

aluminium

hidroksida

disaring,

dikeringkan

dipanaskan, sehingga diperoleh aluminium oksida murni (Al2O3).


2Al(OH)3 (s) ---> Al2O3 (s) + 3H2O (g)

lalu

Gambar 1.2 Proses Bayer


2. Proses Hall-Heroult
Setelah mendapatkan alumina dari proses Bayer maka proses
selanjutntya untuk mendapatkan aluminium adalah peleburan alumina.
Namun, sebelum masuk ke proses Hall-Heroult, adapun syarat alumina
yang akan dilebur menjadi logam aluminium adalah sebagai berikut:
a. kadar Al2O3 98,50 % - 99,40 %
b. kadar SiO2 0,015 % - 0,03 %
c. kadar Fe2O3 0,015 % - 0,03 %
d. kadar TiO2 0,001 % - 0,003 %
Beberapa perlengkapan yang digunakan dalam proses Hall-Heroult
(Berdasarkan PT. Inalum) antara lain:
a. Anoda karbon yang digunakan di pabrik reduksi merupakan anoda
karbon hasil produksi dari pabrik karbon yang ada di PT. Inalum.
Anoda ini terbuat dari kokas residu hasil penyulingan minyak bumi
atau kokas batubara. Anoda ini dilengkapi dengan tangkai (rodding)
untuk menghubungkan arus dari busbar anoda ke blok anoda karbon.
Anoda yang dipakai pada proses Hall-Heroult adalah karbon.
Pemilihan material karbon sebagai anoda ini perlu dipertimbangkan
berdasarkan acuan literatur sebagai berikut:
1) Konduktivitas listrik tinggi (0,0036-0,0091 cm) agar aliran
listrik dapat mengalir efektif.
2) Daya tahan panas tinggi, titik sublimasi 4.200oC dan titik leleh
3.700oC pada tekanan 1 atm berguna untuk bekerja pada suhu
operasi yang tinggi (965oC).
5

3) Konduktivitas panasnya tinggi berguna pada saat proses backing


sehingga pot reduksi cepat mencapai suhu yang tinggi.
4) Ekspansi panas yang rendah ( 0,5 kali tembaga) berguna pada
saat konstruksi perangkaian anoda agar anoda tidak terlepas dari
tangkainya karena pemuaian.
5) Densitas rendah (1,4-1,7 gr/ m3) agar partikel karbon yang
terlepas (debu) tidak terendapkan pada katoda sehingga tidak
mengotori produk ingot.
b. Katoda
Katoda merupakan elektroda berkutub negatif. Katoda yang
sering digunakan pada proses Hall-Heroult adalah katoda karbon.
Kategori dalam pemilihan karbon berdasarkanbahan baku dan proses
pembuatannya harus memiliki spesifikasi sebagai berikut:
1) Katoda amorphus bahan baku antrasit, suhu pemanggangan
1.200oC.
2) Katoda semigrafit bahan baku grafit, suhu pemanggangan
1.200oC.
3) Katoda semigrafit bahan baku semigrafit, suhu pemanggangan
2.300oC.
4) Katoda semigrafit bahan baku kokas, terintegrasi hingga suhu
3.000oC.
c. Elektrolit
Elektrolit yang dipakai dibagian reduksi PT. Inalum pada proses
Hall-Heroult adalah lelehan kryolite (Na3AlF6). Lelehan ini dipilih
karena kemampuannya melautkan berbagai jenis oksida dengan baik.
Kelarutan alumina dalam kryolite (bath) dipengaruhi oleh suhu
lelehan kryolite. Pada suhu 960oC alumina melarut dalam lelehan
kryolite murni sebanyak 11% dari beratnya. Kelarutan alumina juga
dapat dipengaruhi oleh zat tambahan (aditif) dalam kryolite.
d. Bath
Bath adalah cairan yang mengandung 70-90% kryolite
(Na3AlF6) dan komponen lainnya seperti alumina dan alumunium
fluorida. Dalam satu pot reduksi alumunium dibutuhkan 12 ton bath.
Karena hanya berfungsi sebagai elektrolit, kehilangan kryolite di pot
reduksi selama produksi relatif kecil yaitu sekitar 0,2 kg/ ton
alumunium yang umumnya terjadi karena penguapan.
6

Bath ini memiliki sifat yang menguntungkan untuk operasi


peleburan. Sifat-sifat tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Mampu melarutkan alumina dengan baik
2) Konduktivitas tinggi
3) Tegangan dekomposisi lebih tinggi dai alumina
4) Titik lelehnya relatif rendah
5) Tidak bereaksi dengan alumina dan karbon
6) Cukup encer sebagai pelarut
7) Tekanan uap rendah
Proses Hall-Heroult didasarkan pada prinsip elektrolisa lelehan
garam alumina pada temperatur tinggi (2.050oC). Lelehan garam alumina
merupakan campuran alumina (Al2O3) dengan kryolite (Na3AlF6) dengan
titik leleh 1.010oC. Bejana yang diperlukan dalam proses peleburan
alumunium dengan proses Hall-Heroult disebut bejana sel elektrolisa
rectangular yang mempunyai dua elektroda, yaitu anoda (elektroda
positif) dan katoda (elektroda negatif).
Karena proses ini didasarkan pada proses elektrolisa maka dalam
bejana ini diperlukan suatu media yang dapat menyalurkan arus listrik
untuk keperluan tersebut. Oleh karena itu dipasanglah batang-batang baja
yang dipasang pada dasar bejana tersebut. Arus listrik yang dialirkan
akan menyebabkan kedua elektroda saling berinteraksi. Interaksi ini
disebabkan karena adanya beda potensial yang dimiliki kedua elektroda
tersebut akibat aliran arus listrik yang dialirkan.
Reaksi dasar yang terjadi pada sel elektrolisa adalah sebagai
berikut:
Katoda : 4Al2O3
Anoda : 7C + 6O2

8Al + 6O2
5CO2 + 2CO

4Al2O3 + 7C
8Al + 5CO2 + 2CO
Pada reaksi diatas dapat kita lihat bahwa produk setelah reaksi
adalah logam aluminium, gas CO dan gas CO2. logam aluminium yang
didapat dari proses ini akan terendapkan pada dasar bejana elektrolisa,
hal ini disebabkan karena beret jenis logam aluminium lebih besar dari
pada berat jenis larutan campuran alumina dan kryolit. Logam aluminium
produk dari reaksi ini akan memiliki presentase (kadar) aluminium
sekitar 99,7 % dan siap untuk dipasarkan. Pemasaran logam ini biasanya

dalam bentuk balok-balok aluminium atau lebih dikenal dengan nama


aluminium ingot.
Untuk keperluan yang sifatnya langsung, logam aluminium yang
didapat dari pross elektrolisa tidak perlu lagi dimurnikan, misalnya untuk
keperluan dunia rekayasa dan elektronika. Sedangkan untuk keperluan
yang sifatnya khusus, misalnya untuk keperluan industri, pengepakan,
makanan atau industri obat-obatan, maka aluminium ini harus diproses
lagi. Proses ulang ini disebut refinery, dari proses ini akan didapatkan
suatu produk logam aluminium dengan kadar 99,9 %.

Gambar 2.2 Proses Hall-Heroult

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aluminium sebagai produk yang bernilai komersial didapatkan dari
pengolahan bijih bauksit. Bijih bauksit dari lokasi tambang terlebih dahulu
dilakukan pengecilan ukuran (reduksi) untuk memudahkan pada proses
selanjutnya. Pengolahan bijih bauksit ini dibedakan dalam dua proses yaitu
proses Bayer, yaitu proses pengolahan bijih bauksit untuk mendapatkan
alumina (Al2O3) dan proses Hall Heroult yaitu proses peleburan alumina
untuk mendapatkan aluminium. Adapun syarat alumina yang akan dilebur
menjadi logam aluminium adalah sebagai berikut:
1. Kadar Al2O3 98,50 % - 99,40 %
2. Kadar SiO2 0,015 % - 0,03 %
3. Kadar Fe2O3 0,015 % - 0,03 %
4. Kadar TiO2 0,001 % - 0,003 %

Aluminium yang didapat dari proses peleburan ini memiliki kadar


sekitar 99,70 %.
B. Kritik dan Saran
Demikian makalah ini kami buat dengan merujuk ke berbagai sumber,
semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, sehingga para
pembaca dapat menambah ilmu pengetahuannya. Mungkin makalah ini masih
banyak kekurangannya baik di pemilihan kata dan penyusunannya, maka dari
itu kami minta maaf dan untuk kesempurnaan di pembuatan makalah
selanjutnya, tidak sungkan kami meminta masukan dari para pembaca,
sehingga makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.geologinesia.com/2016/05/proses-pengolahan-bauksit-menjadialumina-dan-aluminium.html
2. http://hendrapenelitikimia.blogspot.co.id/2012/10/pembuatanlogam-aluminium.html

3. http://www.madehow.com/Volume-5/Aluminum.html#b
4. http://chem-guide.blogspot.com/2010/04/sodium-occurrenceextraction-from-downs.html

10

Anda mungkin juga menyukai