FENOMENA
DASAR
MESIN
Arasy Fahruddin, S.T., M.T.
Iswanto, S.T., M.T.
UMSIDA PRESS
Jl. Mojopahit 666 B Sidoarjo ISBN: 978-979-3401-41-6
MODUL PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR MESIN
TIM PENULIS
PENYUNTING
Sidoarjo, 2016
MODUL PRAKTIKUM
FENOMENA DASAR MESIN
TIM PENULIS
PENYUNTING
Septi Budi Sartika, M.Pd.
Diterbitkan oleh
UMSIDA PRESS
Jl. Mojopahit 666 B Sidoarjo
ISBN: 978-979-3401-41-6
Copyright2016.
Arasy Fahruddin dan Iswanto.
All rights reserved.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi rahmat-Nya
sehingga Modul Praktikum Fenomena Dasar Mesin ini dapat terselesaikan. Modul ini
dimaksudkan untuk membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum sehingga
dapat memahami teori yang telah diberikan di kelas.
Modul praktikum ini terdiri dari tiga pokok bahasan, yaitu pengujian teorema
Bernoulli, pengujian deflection curved bar, serta pengujian konduktifitas panas. Masing-
masing pokok bahasan diuraikan dalam bentuk tutorial dan lembar kerja. Dengan
demikian, setelah melaksanakan praktikum diharapkan mahasiswa tidak saja dapat
melaksanakan pengujian-pengujian tersebut, tetapi juga dapat menjelaskan
karakterisasi bahan setelah dilakukan pengujian. Tiap pokok bahasan tersebut
dilaksanakan dalam satu kali praktikum dan 5 kali kegiatan asistensi.
Tentunya Modul Praktikum ini masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu,
penyusun sangat berterimakasih apabila pembaca berkenan memberi kritik maupun
saran agar Modul Praktikum ini semakin sempurna dan berkualitas.
Akhir kata, penulis berharap agar Modul Praktikum ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu mahasiswa dalam
melaksanakan praktikum.
Penyusun
DAFTAR ISI
1. Visi Laboratorium
Menjadi pusat pembelajaran berbasis laboratorium teknik mesin yang
mampu mendukung pembentukan professional mandiri bermutu tahun
2020.
2. Misi Laboratorium
[1] Melaksanakan kegiatan praktikum sebagai penerapan teori yang
didapat selama perkuliahan.
[2] Memfasilitasi riset mahasiswa, dosen, riset bersama dosen dan
mahasiswa serta pihak luar dalam bidang Teknik Mesin.
[3] Membangun link and match dengan dunia industri melalui alumni dan
program mutually beneficial cooperation.
[4] Menjadi motor penggerak dalam pengembangan penerapan ilmu
pengetahuan dan teknologi Teknik Mesin.
3. Sasaran
[1] Memiliki dasar ilmu yang kuat dalam bidang permesinan.
[2] Mampu mengembangkan ilmu-ilmu keahlian di bidang Teknik Mesin
melalui peningkatan kompetensi dilaboratorium.
[3] Memiliki semangat dan motivasi untuk senantiasa menyesuaikan diri
sesuai dengan perkembangan teknologi.
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
Penjelasan:
[1] Laboran menyiapkan laboratorium dan perlengkapannya, peralatan alat-alat
kelengkapan praktikum yang dipimjam praktikan ditulis dalam form
pemimjaman alat yang ditandatangani asisten dan perwakilan praktikan
sebagai penanggung jawab peralatan.
[2] Asisten menyiapkan materi praktikum fenomena dasar mesin berdasarkan
modul praktikum fenomena dasar mesin.
[5] Anemometer.
Digunakan untuk mengukur kecepatan udara secara langsung pada
pengujian teorema Bernoulli.
Setelah mengikuti Praktikum Fenomena Dasar Mesin mahasiswa semester 4 Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo dapat menguasai dan mengembangkan teori dan
rumus dasar pada ilmu Teknik Mesin.
Menjelaskan tentang pengujian teorema Bernoulli, pengujian defleksi curved bar, dan
pengujian konduktivitas panas.
3.2.1 Fan
a. Pengertian Fan
Fan dan blower banyak digunakan di industri kimia. Fan biasanya
digunakan untuk memindahkan sejumlah volume udara atau gas melalui suatu
saluran (duct). Selain itu, fan juga digunakan untuk memasok udara dalam proses
pengeringan, pemindahan bahan tersuspensi di dalam aliran gas, pembuangan
asap, pengondensasian menara, pemasokan udara untuk pembakaran boiler,
pembuangan debu, aerasi sampah, pengeringan, pendinginan proses-proses
industrial, sistem ventilasi ruangan, dan aplikasi sistem beraliran tinggi dan
bertekanan rendah yang lain. Isu-isu yang berkaitan dengan kualitas udara di
dalam ruangan dan pengendalian pencemaran menyebabkan sebuah kebutuhan
yang kontinyu terhadap fan dan blower yang memiliki kualitas baik, efisien, dan
murah.
Pemilihan yang tepat terhadap ukuran dan tipe fan dan blower merupakan
hal yang sangat penting dalam kaitannya dengan sistem energi yang efisien.
Dalam bangunan yang besar, blower sering digunakan karena tekanan antarannya
yang tinggi yang diperlukan untuk mengatasi turun tekan dalam sistem ventilasi.
Sebagian besar blower berbentuk sentrifugal. Blower juga dapat digunakan untuk
memasok udara draft ke boiler dan tungku. Fan biasanya digunakan untuk tekanan
rendah. Tekanan yang dihasilkan biasanya kurang dari 0.5 lb/in2 (3.45 kPa).
Sebaliknya, blower digunakan pada tekanan yang relatif lebih tinggi, namun
biasanya lebih rendah dari 1.5 lb/in2 (10.32 kPa).
Secara umum, fan dan blower dapat dikategorikan dalam dua bentuk, yaitu
aliran sentrifugal dan aliran aksia. Fan adalah piranti yang menyebabkan aliran
suatu fluida gas dengan cara menciptakan sebuah beda tekan melalui pertukaran
c. Macam-macam Fan
1) Fan Aliran Aksial
Fan aliran aksial dirancang untuk menangani laju alir yang sangat
tinggi dan tekanan rendah. Fan jenis disk (piringan) adalah sama dengan
fan-fan rumah tangga. Fan tersebut umumnya untuk sirkulasi atau
pembuangan yang bekerja tanpa saluran.
Fan jenis propeler dengan bilah yang dirancang secara aerodinamik
dapat terdiri dari 2 tahap atau lebih. Pada tipe ini, udara masuk dalam arah
aksial dan meninggalkan juga dalam arah aksial. Fan ini biasanya
mempunyai baling-baling yang mengarahkan aliran masuk (inlet guide
vane), yang diikuti dengan bilah putar, dan bilah statis.
2) Blower Sentrifugal
Blower sentrifugal mengolah udara atau gas yang masuk dalam
arah aksial dan keluar dalam arah radial. Tipe blower ini mempunyai 3
bilah: bilah radial atau lurus, bilah bengkol maju (forward curved blade),
dan bilah bengkol mundur (backward curved blade) Blower bilah radial
biasanya digunakan dalam aplikasi yang mempunyai temperatur tinggi dan
diameter yang besar. Bilah yang dalam arah radial mempunyai tegangan
(stress) yang sangat rendah dibandingkan dengan bilah bengkol maju
ataupun mundur. Rotor mempunyai 4-12 bilah dan biasanya beropeasi
pada kecepatan rendah. Blower ini digunakan dalam kerja buangan
d. Faktor kompresibilitas
Ketika udara mengalir ke dalam fan, udara tersebut dikompresi dan
volume yang keluar akan menjadi lebih kecil daripada volume pada bagian
masukan. Hukum fan tidak memperhitungkan efek tersebut.
Sebuah fan yang dipilih tanpa menggunakan kompresibilitas akan mempunyai
ukuran yang lebih besar daripada yang dibutuhkan, dan daya fan akan dinyatakan.
Efek kompresibilitas adalah sangat kecil ketika kenaikan tekanan fan di bawah
10Wg, dan hal tersebut biasanya diabaikan pada ambang batas (threshold).
dimana:
, adalah densitas fluida,
v1 adalah kecepatan fluida di mana pipa lebih lebar,
v2 adalah kecepatan fluida di mana pipa sempit.
3.2.3 Manometer
Banyak teknik telah dikembangkan untuk pengukuran tekanan dan vakum
. Instrumen yang digunakan untuk mengukur tekanan disebut alat pengukur
tekanan atau alat pengukur vakum. Sebuah manometer adalah instrumen yang
menggunakan kolom cairan untuk mengukur tekanan, meskipun istilah saat ini
sering digunakan untuk setiap alat ukur tekanan.
Sebuah pengukur vakum digunakan untuk mengukur tekanan dalam
vakum-yang dibagi lagi menjadi dua subkategori: tinggi dan rendah vakum (dan
vakum ultra-tinggi). Banyak teknik yang digunakan untuk mengukur vakum
termasuk metode seri. Oleh karena itu, dengan menggabungkan beberapa jenis
alat ukur, adalah mungkin untuk mengukur tekanan sistem terus menerus dari 10
mbar ke 10-11 mbar.
Pengukuran tekanan sehari-hari, seperti untuk tekanan ban, biasanya
dibuat relatif terhadap tekanan udara ambien. Dalam kasus lain pengukuran
dilakukan relatif terhadap vakum atau untuk beberapa referensi spesifik lainnya.
Ketika membedakan antara referensi nol ini, istilah berikut digunakan:
1. Tekanan absolut adalah nol-referensi terhadap kekosongan yang sempurna,
menggunakan skala absolut, sehingga sama dengan mengukur tekanan
ditambah tekanan atmosfer.
2. Pengukur tekanan adalah nol-referensi terhadap tekanan udara ambien,
sehingga sama dengan tekanan absolut dikurangi tekanan atmosfer. tanda-
tanda negatif biasanya dihilangkan. Untuk membedakan tekanan negatif, nilai
dapat ditambahkan dengan kata "vakum" atau alat ukur mungkin label yang
"pengukur vakum."
3. Tekanan diferensial adalah perbedaan tekanan antara dua titik.
a. Satuan tekanan
SI Unit untuk tekanan adalah pascal (Pa), sama dengan satu newton per
meter persegi (N m-2 atau kg m-1s-2). Ketika ditunjukkan, referensi nol
dinyatakan dalam kurung setelah unit, misalnya 101 kPa (abs). The pound per inci
persegi (psi) masih digunakan secara luas di Amerika Serikat dan Kanada, untuk
mengukur, misalnya, tekanan ban. Sebuah surat yang sering ditambahkan ke unit
psi untuk menunjukkan referensi pengukuran ini nol; psia untuk mutlak, psig
untuk mengukur, psid untuk diferensial, meskipun praktik ini tidak disarankan
oleh NIST.
Karena tekanan dulu umum diukur dengan kemampuannya untuk
menggantikan kolom cairan dalam manometer, tekanan sering dinyatakan sebagai
kedalaman cairan tertentu (misalnya, inci air). Pengukuran Manometric adalah
subjek dari kepala tekanan perhitungan. Pilihan yang paling umum untuk cairan
manometer adalah merkuri (Hg) dan air; air tidak beracun dan tersedia, sementara
kepadatan merkuri memungkinkan untuk kolom pendek (dan manometer lebih
kecil) untuk mengukur tekanan yang diberikan. Singkatan "WC" atau kata-kata
"kolom air" sering dicetak pada alat pengukur dan pengukuran yang
menggunakan air untuk manometer.
Densitas fluida dan gravitasi lokal dapat bervariasi dari satu bacaan yang
lain tergantung pada faktor-faktor lokal, sehingga ketinggian kolom cairan tidak
mendefinisikan tekanan tepat. Jadi pengukuran dalam " milimeter air raksa " atau
" inci merkuri " dapat dikonversi ke satuan SI selama perhatian dibayar untuk
faktor lokal densitas fluida dan gravitasi. fluktuasi suhu mengubah nilai densitas
fluida, sementara lokasi dapat mempengaruhi gravitasi.
Meski tak lagi disukai, unit-unit manometric masih ditemui di berbagai
bidang. Tekanan darah diukur dalam milimeter air raksa di sebagian besar dunia,
dan tekanan paru-paru di sentimeter air masih umum, seperti dalam pengaturan
Catatan: Persamaan di atas hanya berlaku untuk cairan yang dapat diperlakukan
sebagai mampat. Cairan diperlakukan sebagai mampat di bawah hampir semua
kondisi. Gas dalam kondisi tertentu dapat diperkirakan sebagai mampat.
Dimana,
u = kecepatan aliran harus diukur dalam (m/s);
PT = stagnasi atau tekanan total (pascal);
Ps = tekanan statis (pascal);
= densitas fluida (kg/m3).
dimana:
h = perbedaan ketinggian kolom (m)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
Karena itu,
v v
P + + gh = P + + gh
2 2
P P v v
=
g 2g 2g
Misalkan, h=
maka, h= (1)
Setiap suku dalam persamaan ini memiliki satuan energi per satuan berat
(LF/F = L) atau panjang (feet, meter) dan menunjukkan suatu jenis head. Suku
ketinggian z, berkaitan dengan energi potensial dari partikel dan disebut sebagai
head ketinggian. Suku tekanan P/ , disebut head tekanan dan
menunjukkanketinggian kolom fluida yang diperlukan untuk menghasilkan
tekanan P. Suku Kecepatan, V2/2g, adalah head kecepatan dan menunjukkan jarak
vertikal yang dibutuhkan oleh fluida untuk jatuh bebas(dengan mengabaikan
gesekan) jika fluida tersebut ingin mencapai kecepatan V dari keadaan diam.
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa jumlah dari head tekanan, head
kecepatan dan head ketinggian adalah konstan sepanjang sebuah garis arus.
a v =a v
a
v = v
a
v = v (2)
v a
= 1
2g a
v a a
=
2g a
a
v = 2gh
a a
v = 2gh (3)
V = a v (4)
volume menjadi,
V = 2gh (5)
a 2g( P P )
V =
g
a
1
a
( )
V =
(6)
Keterangan :
1. Papan Peralatan 6. Baut pengunci
2. Pengukur Tekanan pada tiap titik 7. Probe untuk pengukuran tekanan
3. Pipa Pembuangan 8. Saluran air masuk
4. Katup pembuangan 9. katup
5. Venturi Tube 10. Tabung pengukur
2. .
=
=
Dengan:
= . . .
4
3,14
= 1,06 0,987 0,03
4
= /
Dengan:
= koefisien aliran (1,06)
= koefisien ekspansi (0,987)
d = diameter pipa venturi (0,008 m)
.
=
0,03
=
/
=
Dengan:
v = kinematic viscocity udara pada temperature 25oC (m2/s)
.
( )
= 4.
= 4 . 0,05
/
=
Dengan:
D = diameter ujung pipa bagian masuk (inlet) tabung venturi
(0,015 m)
= .
=1 /( . )
= /
Dengan:
hv = tinggi kecepatan (mm)
2. .
=
2 9,8 /
=
= /
2. .
=
2 9,8 /
=
= /
Dengan:
Pv = tekanan dinamik udara luar (76 kg/m2)
= . .
4
3,14
= 0,03 /
4
= /
Dengan:
d = diameter pipaventuri (0,03 m)
= . .
4
3,14
= . 0,05 /
4
= /
Dengan:
D = diameter ujung pipa bagian masuk (inlet) tabung venturi
(0,05m)
b. Rol
Rol merupakan tumpuan yang hanya dapat menerima gaya reaksi vertikal.
Jenis tumpuan ini mampu melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang
spesifik.Gambar dari tumpuan rol dapat dilihat pada gambar.
c. Jepit
Jepit merupakan tumpuan yang dapat menerima gaya reaksi vertikal, gaya
reaksi horizontaldan momen akibat jepitan dua penampang. Tumpuan jepit ini
mampu melawan gaya dalam setiap arah dan juga mampu melawan suatu kopel
atau momen.Gambar dari tumpuan jepit dapat dilihat pada gambar.
2. Beban merata
Disebut beban merata karena terdistribusi merata di sepanjang batang dan
dinyatakan dalam qm (kg/m atau kN/m).Gambar dari beban merata dapat dilihat
pada gambar.
2. Deformasi Plastis
Deformasi plastis adalah deformasi yang terjadi akibat adanya
pembebanan yang jika beban tersebut ditiadakan maka ukuran dan bentuk
material tidak dapat kembali ke keadaan semula.
Gambar diatas adalah gambar dari diagram uji tarik.Dari gambar di atas
dapat kita lihat batas elastisitas (E)dinyatakan dengan titik A. Bila bahan diberi
beban sampai pada titik A, kemudian bebannya dihilangkan maka bahan tersebut
akan kembali ke kondisi semula yaitu regangan nol pada titik O.Batas
proporsional (p) adalah titik sampai dimana penerapan hukum hooke masih bisa
ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas
proporsional sama dengan batas elastis.Deformasi plastis yaitu perubahan bentuk
yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada gambar yaitu bila bahan ditarik
sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.
Tegangan maksimum (uy) sebelum bahan memasuki fase daerah landing
peralihan deformasi elastis ke plastis.Tegangan Luluh Bawah (ly)
adalahtegangan ratarata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase
deformasi plastis. Bila hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress) maka yang
dimaksud adalah tegangan ini.Regangan Luluh (y) adalah regangan permanen
saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.Regangan Elastis (e) Regangan
yang diakibatkan perubahan elastic bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan
ini akan kembali ke posisi semula.Regangan Plastis (p)regangan yang diakatkan
Dimana:
U = energi regangan
Sebagai contoh, untuk beam kantilever lurus dan tipis dengan beban P di ujung,
dan perpindahan pada ujungnya dapat ditemukan dengan teori kedua Castigliano:
Dimana, E adalah Modulus Young dan I adalah momen inersia penampang dan
M(L) = PL adalah pernyataan untuk momen pada titik berjarak L dari ujung,
maka:
4.2.5 Momen
Momen adalah kecenderungan sebuah gaya untuk memutar sebuah benda
disekitar sumbu tertentu dari benda tersebut. Bila didefinisikan dari persamaannya
adalah hasil perkalian dari besar gaya (F) dengan jarak tegak lururs (d).
M = F.d
Keterangan:
M = Momen (Nm)
F = Gaya (N)
d = jarak tegak lurus (m)
Arah momen gaya tergantung dari perjanjian, misalnya searah jarum jam
(CW/ClockWise) atau berlawanan arah jarum jam (CCW/Counter ClockWise)
begitu pula dengan perjanjian tanda positif dan negative dari CW dan CCW.
2. Momen Kopel
Momen kopel dinotasikan dg M, satuannya Nm. Kopel adalah pasangan
dua buah gaya yang sama besar berlawanan arah dan sejajar. Besarnya kopel
dinyatakan denganmomen kopel (M). Momen kopel seperti yang ditunjukkan
pada gambar di bawah merupakan besaran vektor dengan satuan Nm. Pengaruh
kopel terhadap benda yaitu dapat menyebabkan banda berotasi.
Formula: M = F x d.
Keterangan:
M = Momen Bending (Nm)
I = Momen Inersia (kgm2)
y = jarak dari sumbu netral ke permukaan benda (m)
= tegangan bending (Pa)
Prosedur pengujian dan pengambilan data pada praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Spesimen (2) dipasang pada klem (1).
2. Blok (3) dikendorkan dan ditempatkan ulang jika perlu untuk menempatkan
spesimen. Kunci pada posisi yang tersedia.
3. Beban (4) dipasang pada spesimen. Dial indicator (5) dan (6) ditempatkan
berhubungan dengan beban (4)
4. Indikator di set terlebih dahulu sehingga menunjukkan angka nol. Pembebanan
dilakukan dengan memberikan beban pada beban tergantung (4).
5. Kemudian perubahan yang terjadi dicatat. Beban ditambahkan sambil mencatat
perubahan yang terjadi.
1) Data spesimen 1
Spesimen 1
No. Pembebanan X Y
1 2 X' 1 2 Y'
1 50
2 100
3 150
4 200
5 250
6 300
2) Data spesimen 2
Spesimen 2
No. Pembebanan X Y
1 2 X' 1 2 Y'
1 50
2 100
3 150
4 200
5 250
6 300
3) Data spesimen 3
Spesimen 3
No. Pembebanan X Y
1 2 X' 1 2 Y'
1 50
2 100
3 150
4 200
5 250
6 300
- Defleksi Vertikal
2) Spesimen 2
( = 0 mm, R= 150 mm, b= 0 mm, misal untuk W=50 kg )
- Defleksi Horizontal
= ..
- Defleksi Vertikal
= .
= ..
- Defleksi Vertikal
= ..
4) Spesimen 4
( = 150 mm, R= 0 mm, b= 150 mm, misal untuk W=50 kg )
- Defleksi Horizontal
= .. mm
- Defleksi Vertikal
= ..
dimana:
q = laju perpindahan kalor konduksi, Watt
k = konduktivitas termal, W/m. 0C
A = luas permukaan, m2
= gradien temperatur ke arah normal terhadap luas A
di mana q ialah laju perpindahan kaor dan merupakan gradien suhu ke arah
perpindahan kalor. Kontanta positif k disebut konduktivitas atau kehantaran
termal (thermal conductivity) benda yang dilalui panas tersebut. Tanda minus
yang diselipkan pada persamaan tersebut bertujuan untuk memenuhi hukum kedua
termodinamika yang menyatakan bahwa kalor mengalir ke tempat yang lebih
rendah dalam skala suhu.
5.2.2 Konduktivitas
Konduktivitas atau keterhantaran termal, k, adalah suatu besaran intensif
bahan yang menunjukkan kemampuannya untuk menghantarkan panas. Nilai
konduktivitas termal diberikan dalam tabel berikut.
dimana T adalah perbedaan suhu dan x adalah ketebalan permukaan media yang
memisahkan dua suhu. Nilai konduktivitas panas didapat dari:
Pada zat padat, energi kalor dihantarkan dengan cara getaran kisi bahan.
Selain itu, menurut hukum Wiedemann-Franz, konduktivitas termal zat padat
mengikuti konduktivitas elektrik, dimana pergerakan elektron bebas yang terdapat
pada kisi tidak hanya menghasilkan arus elektrik tapi juga energi panas. Hal ini
adalah salah satu penyebab tingginya nilai konduktivitas termal beberapa jenis zat
padat, terutama logam.
Namun bila konduktivitas termal berubah menurut hubungan linear dengan suhu,
maka persamaannya menjadi:
Jika dalam sistem lebih dari satu macam bahan, seperti dinding lapis rangkap,
analisisnya akan menjadi seperti berikut:
Untuk gradien suhu seperti gambar diatas, laju perpindahan panasnya adalah
sebagai berikut:
Aliran panas pada setiap bagian adalah sama. Jika ketiga persamaan akan
diselesaikan bersamaan maka aliran kalor dapat dituliskan sebagai berikut:
Penyelesaian persamaan:
( )
=
( )
( )
=
Sedangkan untuk sistem tiga lapis, analisanya dan penyelesaiannya adalah sebagai
berikut:
Dengan Tw adalah nilai suhu permukaan, dan R adalah jari-jari dari silinder pejal.
Seperti halnya sistem lain pada kondisi tunak. Kalor yang dibangkitkan akan sama
dengan rugi kalor pada permukaan. Dengan kalor yang dibangkitkan adalah kalor
yang dibangkitkan oleh sumber kalor, dan rugi kalor adalah kalor yang terbuang
pada lingkungan secara konveksi.
Untuk sistem bola dengan sumber kalor, dengan jari-jari R mempunyai sumber
kalor yang terbagi rata dan konduktivitas termalnya tetap, maka:
dimana Ac adalah bidang kontak ,Av adalah bidang kosong, Lg adalah tebal ruang
lowong, kf adalah konduktivitas termal fluida, A adalah luas penampang total
batangan. Dengan 1/hcA adalah tahanan kontak termal dan hc adalah koefisien
konduktansi termal. Dengan menyelesaikan persamaan tersebut, maka diperoleh
hc yaitu koefisien kontak:
Specification:
1. Insulated Chamber : polyurethane
2. Standard disk : Dia. 30 mm Copper
3. Test Disk : Dia. 30 mm stainless steel
4. Head Tank : 200 x 300 x 150 mm
5. Immersion Heater : 200 W
6. Water Flow rate : 30 liter/min
7. Thermo Detector : T-type Probe
8. Multi Scanning Selector Switch: 6 points
9. Digital Thermometer (Panel mounted)
Q = m/.t
Q = k.A.dT/dx