Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN PERINGKAT BATUBARA BERDASARKAN ANALISIS


PETROGRAFI DAN ANALISIS PROKSIMAT PADA BATUBARA PT. TAHITI COAL
SAWAHLUNTO

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Studi S-1 Teknik Pertambangan

Oleh:

MUHAMMAD RADIAN
17137060/2017

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
A. Judul

STUDI PENENTUAN PERINGKAT BATUBARA BERDASARKAN ANALISIS

PETROGRAFI DAN ANALISIS PROKSIMAT PADA BATUBARA PT. TAHITI

COAL SAWAHLUNTO

B. Latar Belakang Masalah

Batubara adalah bahan bakar fosil paling melimpah yang ditemukan di bumi yang

dibentuk dari berbagai jenis tumbuhan yang telah mati jutaan tahun. Bahan bakar fosil

merupakan sumber energi yang terbentuk jutaan tahun yang lalu dan dianggap sebagai

sumber daya tak terbarukan. Bahan bakar fosil tersebut juga termasuk fraksi minyak

bumi dan gas alam.

Petrografi batubara adalah studi tentang unsur organik dan anorganik mikroskopis

dalam batubara dan tingkat metamorfosis atau peringkat batubara (Falcon & Snyman,

1986). Analisa petrografi ini digunakan untuk menentukan komposisi maseral batubara

dan nilai reflektansi vitrinite yang nantinya akan merujuk pada peringkat batubara.

Analisis Proksimat merupakan cara mengevaluasi batubara yang paling sederhana. Oleh

karena itu, sangat banyak dilakukan orang. Di dalam literatur, istilah ash dan zat mineral

anorganik digunakan secara bersama yang satu dapat menggantikan lainnya. Ash adalah

residu yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda dengan banyaknya dan

susunan kimia dari zat mineral dalam batubara yang disebabkan pemecahan termis zat

mineral pada pemanasan (Muchjidin, 2006).

Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam pengambilan keputusan oleh

pihak konsumen untuk memilih produk yang dihasilkan oleh produsen. Untuk dapat

mengetahui serta memperoleh data kualitas batubara yang dihasilkan selama proses
produksi perlu dilakukan kegiatan pengukuran kualitas batubara. Penilaian kualitas

batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang terkandung dalam batubara yang

ditentukan dari sejumlah analisis di laboratorium seperti total moisture, ash content,

volatile matter, fixed karbon dan total sulphur. (Mustasim Billah, 2010)

Penentuan peringkat (rank) batubara merupakan hal yang perlu dilakukan dengan

tujuan untuk menentukan harga keekonomian batubara tersebut. Sebagai contoh, batubara

peringkat rendah memiliki harga jual rendah, sebaliknya batubara peringkat tinggi akan

memiliki harga jual yang tinggi pula. Untuk penentuan peringkat (rank) batubara,

dilakukan dengan metode analisa petrografi dan analisa proksimat.

Sesuai pemaparan di atas, maka penulis akan menentukan komposisi maseral

batubara serta peringkat (rank) batubara pada formasi sawahlunto, cekungan ombilin.

Lokasi ini dipilih dikarenakan belum adanya analisa dengan metode yang serupa, dengan

harapan penelitian ini bisa menjadi tolak ukur serta referensi bagi perusahaan tambang

batubara yang berada pada lokasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini

penulis beri judul “Studi Penentuam Peringkat Batubara Berdasarkan Analisis

Petrografi dan Analisis Proksimat pada Batubara di PT. TAHITI COAL

SAWAHLUNTO”

C. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dalam penelitian ini masalah dapat

dikelompokan yaitu:

1. Belum adanya penelitian terkait analisa petrografi pada batubara PT. Tahiti Coal

Sawahlunto.
2. Pemanfaatan batubara dan harga keekonomian batubara didasarkan pada peringkat

batubara.

D. Batasan Masalah

Adapun Batasan masalah untuk menganalisis pengaruh kualitas batubara

menggunakan bahan kimia agar lebih terarah adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini hanya dilakukan untuk menentukan peringkat batubara dengan

menggunakan metode Analisa petrografi dan analisa proksimat

2. Lokasi penelitian hanya dilakukan pada batubara PT. Tahiti Coal Sawahlunto.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan Batasan masalah yang sudah dibahas di

atas, maka penulis merumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa petrografi?

2. Bagaimana peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa proksimat?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa petrografi.

2. Mendapatkan peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa proksimat.
G. Manfaat Penelitian

Berikut beberapa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Sebagai implementasi ilmu dan pengetahuan tentang teknik pertembangan khususnya

pada bidang batubara.

2. Sebagai acuan, referensi, dan bahan pertimbangan bagi perusahaan yang berada di

daerah penelitian.

3. Sebagai acuan atau pedoman untuk penulisan pada masa mendatang.

H. Kajian Teoritis

1. Batubara

Menurut The International Hand Book of Coal Petrography (1963),

batubara adalah benda padat organik yang mudah terbakar, terbentuk dari sisa-

sisa tanaman dalam variasi tingkat pengawetan, diikuti oleh proses kompaksi dan

terkubur dalam cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal

sampai dalam. Selain itu dari beberapa ahli yang mendefiniskan batubara, maka

dapat diambil suatu garis besar mengenai pengertian batubara yaitu benda padat

organik, terbentuk dari akumulasi sisa-sisa macam tumbuhan yang merupakan

material organik dan telah mengalami dekomposisi atau penguraian oleh adanya

proses biokimia dan geokimia sehingga berubah baik sifat fisik maupun sifat

kimianya. Tingkat perubahan yang berbeda akan menyebabkan peringkat yang

berbeda yaitu dari batubara peringkat rendah sampai peringkat tinggi.


2. Pembentukan Batubara

Pembentukan batubara diawali dengan proses penggambutan dari sisa-sisa

tumbuhan yang terakumulasi pada lingkungan reduksi, yang berlanjut pada proses

pembatubaraan secara biologi, fisika maupun kimia yang terjadi karena pengaruh

beban sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu (Anggayana,

2002).

Menurut Krevelen (1993) Didalam mempelajari cara terbentuknya batubara

dikenal 2 teori yaitu:

a. Teori In-situ

Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan

dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk biasanya terjadi di hutan

basah dan berawa, sehingga pohon-pohon dihutan tersebut pada saat mati dan

roboh, langsung tenggelam ke dalam rawa tersebut dan sisa tumbuhan

tersebut tidak mengalami pembusukan secara sempurna dan akhirnya menjadi

fosil tumbuhan yang menbentuk sedimen organic.

b. Teori Drift

Batubara terbentuk dari tumbuhan atau pohon yang berasal dari hutan

yang bukan ditempat dimana batubara tersebut. Batubara yang terbentuk

biasanya terjadi di delta mempunyai ciri-ciri lapisannya yaitu tipis, tidak

menerus (splitting), banyak lapisanya (multiple seam), banyak pengotor

(kandungan abu cenderung tinggi).


3. Jenis Batubara

Batubara adalah batuan sedimenn yang secara kimia dan fisika bersifat

heterogen yang tersusun atas unsur karbon, hidrogen, dan oksigen sebagi unsur

utama dan nitrogen serta sulfur sebagai unsur tambahan. Zat lainnya,

yaitu senyawa anorganik pembentuk ash tersebar sebagai partikel zat mineral

terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara ( Elliot, 1981). Kualitas batubara

ditentukan oleh maseral, mineral matter penyusunnya, serta oleh derajat

coalification. Kualitas dari batubara sangat mempengaruhi pemanfaatan sebagai

bahan bakar. Dalam pemanfaatan batubara perlu diketahui sifat-sifat yang akan

ditunjukkan oleh batubara tersebut, baik secara kimiawi, fisik, maupun mekanis.

Sifat-sifat ini dapat diketahui dari data kualitas batubara hasil pengujiannya.

Dalam pengujian kualitas batubara terdapat beberapa cara dalam melakukan

analisa kualitas batubara. Menurut Laverick (1987) spesifikasi umum yang

diperlukan dalam pengujian parameter kualitas untuk menspesifikasikan batubara

yaitu parameter total moisture, inherent moisture, ash content, volatile matter,

fixed carbon, dan calorific value. Apabila dikaitkan dengan pemanfaatannya

sebagai bahan bakar, parameter kualitas batubara dapat ditambah dengan

penyebaran ukuran batubara.

Hasil analisis dari pengujian parameter kualitas batubara akan digunakan sebagai

dasar dari pengendalian mutu (quality control). Pengendalian mutu adalah teknik

operasional dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi persyaratan kualitas.

Dengan kata lain, pengendalian mutu adalah suatu tahapan dalam prosedur yang
dilakukan untuk mengevaluasi suatu aspek teknis pengujian. (Muchjidin, 2006).

Perusahaan dalam menjalankan pengendalian mutu bertujuan untuk memonitor,

mengelola, dan mengevaluasi kualitas batubara yang diproduksi, dengan tujuan

mencapai spesifikasi batubara yang telah ditentukan

4. Parameter Kualitas Batubara

Penilaian kualitas batubara berdasarkan parameter-parameter yang

didapatkan berdasarkan analisis proksimat dan pengujian calorific value.

a. Analisis Proksimat

Analisis proksimat memberikan gambaran banyaknya senyawa organik

ringan (volatile matter) secara relatif, karbon dalam bentuk padatan (fixed

carbon), kadar moisture, dan zat anorganik (ash), hingga mencakup

keseluruhan komponen batubara, yakni batubara murni ditambah bahan-

bahan pengotornya (impurities) (Muchjidin, 2006).

1) Kandungan Air Total (Total Moisture)

Kandungan air total adalah banyaknya air yang terkandung dalam

batubara sesuai dengan kondisi dari lapangannya. Kandungan air total

sangat dipengaruhi oleh ukuran butir dan faktor iklim. Kandungan air

total terbagi menjadi dua, yaitu :

a) Kandungan Air Bebas (Free Moisture)

Kandungan air bebas merupakan kandungan air yang terdapat

pada permukaan dan retakan-retakan batubara. Jumlah kandungan air

bebas dipengaruhi oleh tingkat kelembaban, transportasi,

penimbunan dan distribusi ukuran butir batubara. Oleh karena


sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan batubara, maka

semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula jumlah

free moisture-nya. Kandungan air bebas dapat dihilangkan dengan

cara diangin- anginkan atau i anaskan engan temperatur tidak lebih

dari 40˚.

b) Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)

Kandungan air bawaan terdapat pada saat proses pembentukan

batubara. Kandungan air bawaan adalah kandungan air yang terikat

secara fisik dalam batubara, pada struktur pori-pori bagian dalam.

Inherent moisture juga disebut moisture yang dianggap terdapat

dalam rongga-rongga kapiler dan pori-pori batubara yang relatif

kecil. Secara teori dinyatakan bahwa inherent moisture terdapat pada

kondisi dengan tingkat kelembaban 100% serta suhu 30º. Moisture

yang terkandung dalam batubara dan tidak menguap atau hilang

dengan pengeringan udara pada suhu lingkungan walaupun batubara

tersebut telah digerus sampai ukuran 200 mikron. Untuk

menghilangkannya dengan cara pemanasan dalam oven dengan suhu

105º -110º. Banyaknya jumlah kandungan air bawaan pada batubara

berhubungan dalam penentuan peringkat batubara. Seiring dengan

naiknya peringkat batubara maka kandungan air bawaan pada

batubara akan semakin kecil.

2) Kandungan Abu (Ash Content)


Kandungan batubara terdiri dari 3 unsur yaitu air, zat organik (coal

matter), dan material anorganik (mineral matter). Mineral matter terdiri

atas 2 macam yaitu material anorganik bawaan (inherent mineral

matter), serta mineral dari luar batubara (extraneous mineral matter).

Inherent mineral matter (IMM) berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan

yang hidup di rawa-rawa dam sulit dipisahkan dari batubara, biasanya

berjumlah 0,5 – 1,0%. Extraneous mineral matter (EMM) terjadi saat

terambil waktu penambangan, terbawa oleh air ke lapisan batubara pada

waktu pembetukannya. EMM dapat dipisahkan dari batubara dengan

proses pencucian.

3) Zat Terbang (Volatile Matter)

Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila

sampel batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan

(setelah proses penghilangan kadar moisture). Zat terbang terdiri dari

combustible gases (gas-gas yang mudah terbakar) seperti Hidrogen,

CO, dan 𝐶𝐻4 serta gas-gas yang dapat dikondensasikan seperti tar

dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak terbakar seperti 𝐶𝑂2 dan air

yang terbentuk karena hasil dehidrasi dan kalsinasi. Moisture

berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga sampel yang

dikeringkan dengan oven akan memberikan hasil yang berbeda dengan

sampel yang dikering- udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi

hasil penentuan VM adalah suhu, waktu, penyebaran butir, dan ukuran

butir.
Volatile Matter sangat erat kaitannya dengan rank batubara, makin

tinggi kandungan VM makin rendah ranknya. Dalam pembakaran

batubara dengan VM tinggi akan mempercepat pembakaran karbon

tetap (Fixed Carbon/FC). Sebaliknya bila VM rendah mempersulit

proses pembakaran. Berdasarkan National Coal Board (NCB) membagi

4 macam batubara berdasarkan parameter VM, yaitu :

a) Volatile dibawah 9,1% dmmmf dengan coal rank 100 yaitu

Antrasit.

b) Volatile diantara 9,1-19,5% dmmmf dengan coal rank 200 yaitu

Low Volatile/ Steam Coal.

c) Volatile diantara 19,5-32% dmmmf dengan coal rank 300 yaitu

Medium Volatile Coal.

d) Volatile diantara 32% dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu

Haig Volatile Coal

4) Fixed Carbon

Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat

dalam material sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC ini

mempresentasikan hasil penguraian dari komponen organic batubara

ditambah senyawa nitrogen, belerang, hidrogen, dan oksigen yang

terserap atau bersatu secara kimiawi. Apabila ash dan zat mineral telah

dikoreksi, maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank

batubara dan parameter untuk mengklasifikasikan batubara.


Sebagai komponen dari analisis proksimat, Fixed Carbon dihitung

dari :

FC = 100 – ( A + VM + IM) %

Keterangan :

FC=FixedCarbon(%)

A = kandungan abu (%)

VM = volatile matter (%)

IM = Inherent moisture (%)

Rasio FC dengan volatile matter (zat terbang) disebut dengan FR

(Fuel Ratio). FR juga dapat digunakan sebagai pegangan untuk

menentukan peringkat batubara dengan rumus :

FR = FC : VM

untuk anthracite = (10-60); semi anthracite = (6 -10); subituminus = (3- 7);

bituminous = (0,5-3). Semakin tinggi nilai fuel ratio, karbon yang tidak

terbakar semakin banyak.

5) Nilai Kalor

Kalor (Calorific Value) atau nilai kalor yaitu jumlah panas yang

dihasilkan apabila sejumlah tertentu batubara dibakar. Panas ini

merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan senyawaan hidrokarbon


dan oksigen. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat

sejumlah tertentu batubara dibakar. Nilai panas batubara dihitung

berdasarkan selisish suhu awal dan akhir pembakaran. Nilai kalori yaitu

besarnya panas yang dihasilkan dari pembakaran batubara yang

dinyatakan dalam Kcal/kg. Nilai kalori dibagi menjadi dua, yaitu :

a) Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai

kalor hasil dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung

dalam keadaan wujud.

b) Net Calorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil

pembakaran batubara dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai

kalor. Harga nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori

kotor batubara diketahui.

I. Kerangka Konspetual

Input Proses Output

1. Data Primer: 1. Melakukan uji 1. Komposisi maseral


- Sampel Uji pertrografi di pada sampel batubara
(Petrografi dan laboratorium 2. Nilai reflektansi
Analisis Proksimat) 2. Melakukan uji vitrinite pada sampel
Batubara proksimat di batubara
2. Data Sekunder laboratorium 3. nilai jumlah air
- Peta Geologi (moisture), zat terbang
- Standar ASTM (volatile matter),
karbon padat (fixed
carbon) dan kadar abu
(ash) pada sampel
batubara
4. Peringkat (rank)
pada sampel batubara
J. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang mengacu

kepada penelitian eksperiman. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu

jenis penelitian yang bersifat sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak

awal pembuatan desain penelitian hingga pada tahapan kesimpulan (Wahidmurn,

2017).

2. Teknik Pengumpula Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Studi literatur merupakan data yang didapat dijadikan sebagai data

sekunder dengan mempelajari teori yang berhubungan dengan materi yang

akan dibahas, disamping itu juga buku dan paper yang berkaitan dengan judul

atau tema penelitian tersebut.

b. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setelah mempelajari literatur dan orientasi

lapangan. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diambil langsung dilapangan, sedangkan data sekunder didapat dari

literatur atau referensi dari sumber lain. Dalam penyelesaian masalah pada

skripsi ini penulis melakukan pengambilan data antara lain :

1) Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Sampel Batubara

2) Data Sekunder

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Peta Geologi

b) Standar ASTM

c. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Hasan (2006) adalah memperkirakan atau dengan

menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian ke suatu

kejadian lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Teknik

analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan

analisis petrografi dan analisis proksimat. Hasil dari analisis tersebut nantinya

akan dikorelasikan dengan peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian

d. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan diperoleh dari hasil pengamatan lapangan, perhitungan,

dan analisis data. Kemudian dihasilkan suatu rekomendasi yang bermanfaat


bagi perusahaan. Serta saran-saran agar apa yang direkomendasikan bisa

dilaksankan oleh perusahaan.

K. Diagram Alir

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

1. Data 2. Data

Primer: Sekunder

- Sampel Uji - Peta Geologi

Batubara - Standar
ASTM

Analisis Petrografi &


Analisis Proksimat

nilai jumlah air (moisture),


Komposisi Maseral dan zat terbang (volatile matter),
Nilai Reflektansi Vitrinite karbon padat (fixed carbon)
dan kadar abu (ash)
Komposisi Maseral dan
Peringkat Batubara

DAFTAR PUSTAKA

L. .

M.

Anda mungkin juga menyukai