Oleh :
Wigo Kiranjas NPM 2004040
1. Identitas Peneliti :
Nama : Wigo Kiranjas
NPM : 2004040
Program Studi : Teknik Pertambangan Batubara
Jurusan : Teknik Pertambangan
Perguruan Tinggi : Politeknik Akamigas Palembang
Alamat E-mail : wigokiranjas1901@gmail.com
2 Tempat Penelitian : PT
3. Waktu Penelitian :
Menyetujui,
Wakil Direktur Ketua Program Studi
Bidang Akademik Teknik Pertambangan Batubara
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.4 Manfaat
Manfaat dalam tugas akhir ini adalah :
a) Memahami pengaruh suhu stockpile untuk mencegah swabakar.
b) Memahami pengaruh sudut stockpile untuk langkah pencegahan swabakar.
d) Memahami upaya pencegahan dan penanganan suhu stockpile untuk
langkah pencegahan swabakar.
BAB II
DASAR TEORI
4
5
dengan sangat tua. Varietas yang berwarna cokelat disebut "batubara cokelat".
batubara ini sangat lunak yang mengandung air 35- 75% dari beratnya.
b. Sub-bituminous
Sub-bituminous merupakan batubara lunak yang berwarna hitam dan tidak
menunjukkan sedikitpun zat kayu jika dilihat dengan mata biasa. Kata "bitumen"
menunjukkan beberapa zat mineral yang mudah terbakar seperti aspal, tetapi tidak
dipakai untuk menunjukkan kepada batubara lagi. Sub-bituminous mempunyai
misal 40% karbon terikat.
c. Bituminous
Bituminous merupakan batubara muda, kekerasannya hampir menyerupai
antrasit. Batubara bituminous berisi karbon terikat lebih dari 70%. Zat ini mudah
tersudut api yang berwarna kuning. Menghasilkan asap dan bau, tergantung
jumlah abu dan sulfur yang dikandungnya.
d. Antrachite
Antrachite merupakan batubara yang ditemukan pada lapisan batubara
metamorf yaitu pada strata batuan yang sudah terlipat selama pembentukan
gunung-gunung zaman dahulu. Batubara ini sedikit lembab dan mungkin berisi
lebih dari 90% karbon terikat, keras dan berwarna hitam mengkilap dengan kadar
air kurang dari 8%. Jika dibakar menghasilkan api biru dan tidak mengeluarkan
asap serta hanya sedikit berbau karena pada dasarnya kadar abu dan sulfurnya
rendah.
Tabel 2.1 Titik Nyala (Glow Point) Batubara sesuai dengan kelasnya
Pada tabel 2.1 terlihat bahwa terdapat variasi pada titik nyala batubara untuk
tiap kelasnya. Temperatur terendah dimiliki oleh batubara semi antrachite. dan
temperatur tertinggi pada batubara antrasit. Hal ini disebabkan pada batubara.
antrasit kandungan moisture-nya sedikit sedangkan kandungan volatile matter
nya besar, sehingga menyebabkan lebih mudah terbakar, sedangkan batubara
antrachite walau memiliki kandungan moisture dan volatile matter yang rendah
namun ikatan karbon pada batubara anthracite lebih sulit terurai sehingga lebih
sulit terbakar. Batubara bituminous lebih cepat terbakar dibandingkan batubara
semi-bituminous dikarenakan batubara bitumimuos memiliki kandungan air dan
volatile matter yang lebih sedikit dibandingkan dengan batubara sub-bituminous.
Swabakar stockpile batubara merupakan hal yang sering terjadi dan perlu
mendapatkan perhatian khususnya pada stockpile batubara dalam jumlah besar
Batubara akan teroksidasi saat tersingkap dipermukaan sewaktu penambangan,
demikian pada saat batubara ditimbun oksidasi ini terus berlangsung. Akibat dari
reaksi oksidasi antara oksigen dengan gas gas yang mudah terbakar dari
komponen zat terbang akan menghasilkan panas.
Bila reaksi oksidasi berlangsung terus menerus, maka panas yang
dihasilkan juga akan meningkat, sehingga dalam stockpile batubara juga akan
mengalami peningkatan. Peningkatan suhu juga disebabkan oleh sirkulasi udara
dan panas dalam stockpile tidak lancar, sehingga suhu dalam stockpile akan
terakumulasi dan naik sampai mencapai titik pembakaran, yang akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya proses swabakar.
Faktor-faktor penyebab terjadinya proses swabakar, antara lain (Demo,
2005):
1. Lamanya penimbunan
Semakin lama batubara tertimbun akan semakin banyak panas yang
tersimpan di dalam stockpile, karena volume udara yang terkandung di
dalam stockpile batubara semakin besar, sehingga menjadi semakin tinggi.
2. Metode penimbunan
Dalam penimbunan batubara perlu pemadatan, dengan adanya pemadatan
ini akan dapat menghambat proses terjadinya swabakar batubara karena
ruang antar butir batubara berkurang.
3. Kondisi penimbunan
Pengaruh kondisi stockpile terhadap swabakar batubara, yaitu:
a. Tinggi stockpile
Kondisi stockpile yang terlalu tinggi akan menyebabkan semakin
banyak panas yang terserap, hal ini dikarenakan sisi miring yang
terbentuk akan semakin panjang, sehingga daerah yang tak dipadatkan
akan semakin luas dan akan mengakibatkan permukaan yang
teroksidasi semakin besar. Untuk batubara yang kualitas rendah lebih
dari 30 hari sebaiknya jangan terlalu tinggi untuk timbunannya.
1
b. Sudut stockpile
Sudut yang terbentuk dari suatu tumpukan pada stockpile
sebaiknya lebih kecil dari angle of repose stockpile. Pada umumnya
material berukuran kasar memiliki angle of repose lebih besar
dibandingkan material berukuran halus, ketika material ditumpahkan di
bidang horizontal, maka akan terbentuk tumpukan berbentuk dengan
Sudut kemiringannya berhubungan dengan massa jenis luas
permukaan, bentuk partikel, dan koefesien bentuk bahan.
Selain itu, mempercepat gravitasi juga terkait material dengan
sudut angle of repose yang lebih rendah akan memiliki tumpukan yang
lebih landai dibandingkan dengan bahan yang memiliki sudut yang
lebih tinggi, untuk sudut angle of repose dapat dilihat pada tabel 2.2
sebagai berikut.
c. Ukuran butir
Pada dasarnya semakin besar permukaan yang berhubungan
langsung dengan udara luar, semakin cepat proses pembakaran dengan
sendirinya berlangsung, sebaliknya semakin besar ukuran bongkah
batubara maka semakin lambat proses swabakar, ukuran butir batubara
juga mempengaruhi kecepatan dari proses oksidasi semakin seragam
besar ukuran butir suatu stockpile, semakin besar pula porositas yang
1
waktu yang lebih pendek dan suhu yang lebih rendah bila dibandingkan
dengan batubara yang mempunyai rank tinggi. Perkembangan panas
batubara kelas bituminous yang disebabkan oleh proses oksidasi antara
O2 dan gas gas yang mudah terbakar seperti, methan, hidrogen, karbon
monoksida dan terjadinya swabakar disebabkan karena adanya aktivitas
penyerapan oksigen, reaksi kimia dapat digambarkan sebagai berikut:
1) Oksigen diserap oleh karbon yang ada dalam batubara yang kemudian
menghasilkan CO2 dan panas dengan persamaan reaksi :
C + O2 CO2 + Panas
2) Reaksi selanjutnya menghasilkan CO dan suhu yang tinggi, dengan
persamaan reaksi sebagai berikut :
CO2 + C CO + Panas
Tahapan terjadinya proses swabakar dapat diringkas sebagai berikut.
(Sukandarrumidi, 2010):
a. Suhu 37°C, batubara dalam stockpile mulai teroksidasi secara
perlahan-lahan sampai suhu timbunan 50°C.
b. Suhu 50°C, proses oksidasi akan meningkat sesuai kecepatan
kenaikan suhu batubara hingga suhu 100°C-140°C.
c. Suhu 140°C, karbon dioksida dan uap air akan terurai dengan
cepat sampai dicapai suhu 230°C.
d. Suhu 230°C, dimana hal ini untuk tahap swabakar terjadi.
e. Suhu di atas 350°C, batubara akan menyala dan terjadi proses
swabakar batubara.
Monitoring temperatur secara regular harus dilakukan setiap
temperatur batubara pada stockpile cepat terdeteksi dan pada temperatur
tinggi khususnya dapat dilakukan preventif action untuk mencegah
terjadinya swabakar, alat yang digunakan dalam pengecekan suhu di area
stockpile yaitu thermogun.
6. Kandungan zat terbang (volatile matter)
Kandungan zat terbang yang terdapat dalam batubara erat kaitannya
dengan kelas batubara. Batubara mempunyai kelas rendah ditandai dengan
1
kandungan zat terbang yang banyak. Zat terbang dalam batubara terdiri
dari gas- gas yang mudah terbakar (seperti: methan, hidrogen,
hidrokarbon, dan karbon monoksida) dan gas-gas yang tidak terbakar
(seperti: uap air karbon dioksida).
Zat terbang memegang peranan penting dalam memprakarsai
terjadinya swabakar karena zat terbang terdiri dari gas-gas yang mudah
terbakar, sehingga reaksi oksidasi terjadi antara gas-gas yang mudah
terbakar dengan oksigen dan menyebabkan terjadinya swabakar. Batubara
dapat sangat bervariasi dalam kemampuan untuk bereaksi dengan oksigen
Kemampuan batubara untuk teroksidasi akan berkurang dengan
meningkatnya kualitas batubara, hal ini disebabkan karena dengan
meningkatnya kualitas batubara, kandungan karbon yang terkandung
semakin tinggi dan kandungan oksigen serta zat terbang yang terkandung
turun sehingga batubara akan sulit teroksidasi.
7. Parameter Batubara
Kualitas batubara terdiri dari beberapa parameter, yaitu total moisture
(TM), inherent moisture (IM), fixed carbon (FC), ash, volatile matter
(VM), total sulfur (TS) dan calorie value (CV). Pada umumnya, terdapat 2
metode analisa yang digunakan untuk mengetahui kualitas batubara, yaitu
air-dried based (adb) dan as received (ar).
1) Basis Analisis
Basis dalam analisis untuk batubara terdiri dari 5 macam dengan
penggunaan yang bisa saling dikonversi. Basis data dalam analisis uji
parameter batubara terdiri dari:
a. dmmf (dried mineral matter free basis),
b. daf (dried ash free basis).
c. db (dried basis).
d. adb (air dried basis), dan
e. ar (as received basis).
2) Standar Analisis
1
kelas lebih rendah lebih mudah dan cepat untuk terbakar dengan sendirinya,
sehingga panas yang dihasilkan oleh batubara kelas rendah terakumulasi dan
mempengaruhi batubara kelas lebih tinggi untuk terbakar.
b. Keadaan tempat penimbunan
Keadaan tempat penimbunan yang berpengaruh terhadap syarat teknis
penimbunan batubara sebagai berikut:
1. Persiapan lantai stockpile
Lantai tempat penimbunan batubara harus dipersiapkan dengan baik yang
terbentuk dari clay atau tanah yang dipadatkan.
2. Area penimbunan yang bersih
Area penimbunan batubara harus bebas dari segala material yang mudah
terbakar seperti kayu dan sampah selain itu juga harus bebas dari
potongan- potongan logam.
3. Sumber air bertekanan tinggi
Sumber air bertekanan tinggi sangat dibutuhkan apabila terjadi kebakaran
pada daerah sekeliling stockpile, karena apabila terbakar tidak segera
dipadamkan akan mempengaruhi naiknya suhu stockpile dan
mempercepat terjadinya swabakar pada stockpile. Sumber air bertekanan
tinggi ini jugatidak dianjurkan untuk menyiram langsung kepada
stockpile barubara apabila terjadi swabakar, karena hal ini dapat
meningkatkan oksidasi pada penimbunan batubara dan sangat beresiko
terjadinya ledakan pada stockpile.
4. Pola penimbunan
Sistem penimbunan memiliki dua metode yaitu metode terbuka (open
stockpile) dan metode penimbunan tertutup (converage stronge).
Penimbunan yang umum dilakukan didalam kegiatan pertambangan
adalah dengan metode penimbunan terbuka (open stockpile). Open
stockpile atau stockpile adalah penumpukan material di atas permukaan
tanah secara terbuka dengan ukuran sesuai tujuan dan proses yang
digunakan. Beberapa macam pola penimbunan antar lain cone play,
chevron, chevcon, dan windrow.
1
3. Windrow (gambar 2.6) merupakan pola dengan tumpukan dalam baris sejajar
sepanjang lebar stockpile dan diteruskan sampai ketinggian yang dikehendaki
tercapai.
22
2
Penutup berisikan kesimpulan dan saran atas hasil dari penelitian yang telah
dilakukan dilapangan.
gaimana kondisi suhu stockpile, bagaimana pengaruh sudut stockpile terhadap terjadinya swabakar, dan bagaimana cara pena
Studi Literatur
Observasi lapangan
Pengumpulan Data
Selesai
27
BAB
PENUTUP
5.1. Penutup
Demikianlah proposal ini penulis sampaikan agar pada proses selanjutnya
dapat berguna sebagai kerangka acuan penelitian Tugas Akhir yang dilakukan
oleh mahasiswa Teknik Pertambangan Batubara Politeknik Akamigas Palembang.
Kesempatan yang diberikan kepada saya untuk melaksanakan penelitian
Tugas Akhir di PT ………….., Sumatera Selatan akan saya laksanakan dengan
maksimal dan penuh tanggung jawab.
Demikian proposal tugas akhir ini saya ajukan, Besar harapan saya PT
………….dapat menyetujui dan menerima proposal tugas akhir ini. Atas
perhatiannya saya ucapkan terima kasih.
28
DAFTAR
Annual Book of ASTM. 2005. American Standard for Testing and Material.
Finicare Factory,China.
29
CURICULUM
Data Pribadi
Nama : Wigo Kiranjas
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat, Tanggal Lahir :Kayuara kuning, 19 April
2001 Kewarganegaraan : Indonesia
Status Sipil : Belum Menikah
Status : Mahasiswa Aktif
Agama : Islam
Alamat: JL.jakfar ahmad Kec. Banyuasin III Kab.
BanyuasinIII Sumatra selatan 30911
Telepon/HP : 0887-7737-217
Email : wigokiranjas1901@gmail.com
Pendidikan
Nama Institusi dan tahun :
No Tingkat Pendidikan NamaInstitusi Tahun
1 SD SD Negeri 3 Kayuara kuning 2008 s.d 2014
2 SMP SMP Negeri 2 Kayuara kuning 2014 s.d 2017
3 SMA SMA Negeri 3 Pangkalan panji 2017 s.d 2020
4 PerguruanTinggi Politeknik Akamigas Palembang 2020 s.d sekarang
Riwayat Organisasi
Anggota HMPS MATARATU Tahun 2020/2021
Anggota Infokom Tahun 2021/ 2022
30
Peserta Studi Ekskusi Pelatihan Teknologi Keselamatan Tambang Bawah
Tanah dan Preparasi Batubara dari Team Mitsui Matsusima Recources, 11
Oktober 2021.
Peserta Diklat Pertambangan Batubara (Open Pit Coal Mining) oleh
PPSDM Geominerba Bandung,22 Maret 2021
Peserta Studi Geologi Lapangan, 2021.
Wigo Kiranjas
NPM 2004040
31