Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Online Teknologi Industri (UMI FTI - Fakultas Teknologi Industri, Universitas Muslim...

Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

ANALISIS PROKSIMAT, SULFUR, DAN NILAI KALOR DALAM


PENENTUAN KUALITAS BATUBARA DI DESA PATTAPPA KECAMATAN
PUJANANTING KABUPATEN BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN
Erwin Malaidji1*, Anshariah1, Agus Ardianto Budiman1
1
Jurusan Teknik Pertambangan, Universitas Muslim Indonesia
*Email : erwin.malaidji@gmail.com

SARI

Salah satu parameter utama yang menentukan suatu kegiatan pengolahan dan pemanfaatan
bahan galian batubara adalah kualitas batubara. Di Daerah penelitian terdapat singkapan
batubara yang perlu dilakukan analisis proksimat, sulfur dan nilai kalor untuk menentukan
kualitas batubara menurut Classification of in Seam Coal (UN-ECE 1998) dan Polish Geological
Institute (PGI). Sampling dilakukan pada Lapisan batubara dengan kedudukan N 255°E/5°
(tebal 83 cm) menggunakan metode channel sampling. Hasil analisis di laboratorium yaitu
analisis proksimat dengan nilai rata-rata untuk moisture in air dried 7,98 %, ash content 16,95
%, volatile matter 45,63 % dan fixed carbon 29,49 % dalam basis air dried basis (adb). Selain
itu, untuk hasil rata-rata kandungan sulfur dan nilai kalor adalah masing-masing 0,56% dan
4460,89 kkal/gram dalam basis air dried basis (adb). Basis adb pada ash content dikonversi ke
dalam basis db, yaitu 18,42 % (db). Nilai kalor dikonversi ke dalam basis daf, yaitu 24,8 Mj/kg
(daf). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa batubara yang tersingkap di daerah
penelitian termasuk dalam medium grade coal berdasarkan ash content (% db) dan rank
batubara tersebut termasuk dalam subbituminous rank (low rank) berdasarkan nilai kalor
menurut Classification of In Seam Coal (UN-ECE 1998). Selain itu, berdasarkan kandungan
sulfur yang rendah (< 1%) menunjukkan bahwa batubara termasuk dalam steam coal menurut
Polish Geological Institute (PGI).

Kata kunci: batubara, kalor, kualitas, proksimat, sulfur.

ABSTRACT

One of the main parameters determining an activity in the processing and utilization of coal
mining materials is the coal quality. In research area, it was found the coal outcrops which need
to run analysis of proximate, sulfur and calorific value to determine the coal quality in
accordance with Classification of in Seam Coal (UN-ECE 1998) and Polish Geological Institute
(PGI). Samples were taken on the coal outcrops situated in N 255"E/5° (thickness of 83 cm)
using channel sampling method. The result of proximate analysis with average value of
moisture in air dried 7.98%, ash content 16.95%, volatile matter 45.63% and fixed carbon
29.49%. In addition, the average of sulfur content and calorific value were 0.56% and 4460.89
kcal/gram respectively.

Published By:
Article History:
Fakultas Teknologi Industri
Submite 14 Oktober 2018
Universitas Muslim Indonesia
Received in from 17 Oktober 2018
Address: Accepted 03 Desember 2018
Jl. Urip Sumoharjo Km. 05 Available online 31 Desember 2018
Makassar, Sulawesi Selatan Lisensec By:
Email: Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
geomine@umi.ac.id
Phone:
+6285299961257
+6281241908133

131
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

Adb basis of ash content was converted into db basis, so the value was 18.42% (db). Adb basis
of calorific value was converted also into daf basis. Its value was 24.8 Mj/kg. These results showed
that the coal laid in the research area was included in the Medium Grade Coal based on ash
content (% db) whereas the coal rank was included in Subbituminous Rank (low rank) based on
the calorific value of Classification of in Seam Coal (UN-ECE 1998). In addition, based on the
low sulfur content (<1%) indicated that coal was included in Steam Coal according to Polish
Geological Institute (PGI).

Keywords: coal, calor, proximate, quality, sulphur.

PENDAHULUAN mencanangkan peningkatan pemakaian


batubara untuk kepentingan dalam negeri
Batubara adalah salah satu bahan dan mengurangi ekspor batubara.
galian yang memiliki peran cukup penting Batubara Indonesia akan dijadikan sekitar
dalam industri pertambangan di Indonesia. 33% dari total energi Indonesia pada tahun
Sejak sekian lama batubara tidak hanya 2025 (Arif, 2014).
digunakan sebagai pembangkit listrik Tujuan dari sistem klasifikasi
semata. Namun, digunakan pula sebagai batubara adalah untuk membedakan
bahan bakar utama dalam kegiatan semen, batubara sesuai dengan sifat fisik dan
produksi baja dan berbagai kegiatan kimianya yang kemudian dapat digunakan
industri lainnya. Batubara digunakan untuk mengevaluasi kualitas dan nilai
sebagai pembangkit listrik hampir 40% di (ekonomi) dari batubara individu untuk
seluruh dunia. Hal ini menunjukkan bahwa tujuan pemanfaatan yang berbeda.
batubara kedepannya perlu usaha-usaha Klasifikasi batubara juga memberikan
pemanfaatan yang lebih baik lagi. informasi tentang sifat batubara tertentu
Batubara sebagai sumber energi yang dapat digunakan sebagai nilai cut-off
yang mengalami pertumbuhan yang paling untuk estimasi sumber daya dan cadangan
cepat di dunia selama bertahun-tahun batubara (misalnya hasil abu, nilai kalor
belakangan ini. Pertumbuhannya lebih dan kadar sulfur total). Batubara dapat
cepat daripada gas, minyak, nuklir, air dan diklasifikasikan menurut sifat ilmiah yang
sumber daya pengganti lainnya. Endapan berbeda, misalnya komposisi unsur dan
batubara yang bersifat heterogen memiliki sifat fisik dan kimia atau menurut properti
karakteristik yang berbeda-beda. Sifat komersial yang mengendalikan nilai pasar
heterogen inilah menjadi pemicu batubara untuk tujuan pemanfaatan
dibutuhkannya teknologi yang tepat dan batubara seperti pembakaran atau
kualitas data yang akurat guna karbonisasi misalnya coking atau caking
memanfaatkan batubara semaksimal properties, nilai kalor, daya tahan,
mungkin. grindability, kandungan air dan lain-lain.
Total produksi batubara Indonesia, Analisis Proksimat merupakan cara
sekitar 25% digunakan untuk kepentingan mengevaluasi batubara yang paling
dalam negeri dan 75% diekspor ke luar sederhana. Oleh karena itu, sangat banyak
negeri. Pada tahun 2012, Indonesia menjadi dilakukan orang. Di dalam literatur, istilah
eksportir terbesar batubara dunia dan ash dan zat mineral anorganik digunakan
menjadi produsen kedua terbesar batubara secara bersama yang satu dapat
di dunia (World Coal Institute, 2013 dalam menggantikan lainnya. Ash adalah residu
Arif 2014). yang tertinggal setelah batubara dibakar.
Saat ini hampir 70% produksi Ash berbeda dengan banyaknya dan
batubara Indonesia untuk dalam negeri susunan kimia dari zat mineral dalam
dimanfaatkan oleh Perusahaan Listrik batubara yang disebabkan pemecahan
Negara sebagai bahan bakar pembangkit termis zat mineral pada pemanasan
Iistrik. Sekitar 10% digunakan untuk (Muchjidin, 2006).
pembuatan semen. Sisanya digunakan Batubara di Kabupaten Barru,
untuk bahan bakar industri atau proses tepatnya di Desa Pattapa, Kecamatan
metalurgi. Melalui kebijakan energi Pujananting memiliki beberapa singkapan
nasional, pemerintah Indonesia yang perlu untuk dilakukan studi mengenai

132
Jurnal Geomine, Vol. 6, No. 3: Desember 2018

kualitas batubaranya guna memanfaatkan crushing dan grinding. Crushing dilakukan


potensi batubara di Indonesia. Oleh karena dengan menggunakan alat crusher (jaw
itu, analisis dan pengujian batubara perlu crusher dan roll crusher) dan grinding
dilakukan untuk memberikan gambaran dilakukan dengan alat ball mill hingga
kualitas dari batubara di daerah penelitian diperoleh ukuran conto hingga kurang dari
tersebut. 200 mesh. Setelah itu, dilakukan pula
proses mechanical sampling di
METODOLOGI PENELITIAN laboratorium dengan menggunakan riffle
sampler untuk mencampur dan membagi
Metode penelitian yang diterapkan conto hingga diperoleh conto yang
dalam penelitian ini terdiri dari studi reprsentatif.
literatur, pengumpulan data, pengolahan Tahap analisis data dilakukan
conto dan analisis data. Studi literatur setelah proses preparasi. Sampel diambil
dilakukan dengan mengumpulkan dengan berat sampel yang dibutuhkan
referensi, baik berupa jurnal, peta, buku untuk dilakukan analisis proksimat,
maupun thesis terkait dengan penelitian. kandungan sulfur (sulphur content), dan
Pengumpulan data dilakukan nilai kalor (calorific value). Analisis
dalam rangka mengumpulkan data proksimat dilakukan untuk mengetahui
singkapan yaitu data lokasi singkapan, kandungan inherent moisture, ash content,
kedudukan lapisan batubara yang volatile matter dan fixed carbon.
tersingkap, ketebalan batubara, dan Kandungan sulfur dianalisis dengan
kenampakan makroskopis batubara. menggunakan metode Eschka dan nilai
Observasi lapangan juga dilakukan untuk kalor dianalisis dengan menggunakan alat
pengumpulan data struktur geologi yang bomb calorimeter. Dari hasil analisis
terdapat di sekitar singkapan batubara tersebut, kemudian kualitas batubara
pada daerah penelitian. Batubara diklasifikasikan menurut Classification of
tersingkap di Desa Pattapa, Kecamatan in-Seam Coal (ECE-UN 1998) dan Polish
Pujananting, Kabupaten Barru Provinsi Geological Institute (PGI).
Sulawesi Selatan pada kordinat 119°42’8”
Bujur Timur (BT) dan 4°35’20’’ Lintang
Selatan (LS). Lapisan batubara yang HASIL PENELITIAN
tersingkap di daerah tersebut memiliki
kedudukan N 255° E/5° dan memiliki Data yang diperoleh dari hasil
ketebalan 83 cm. Conto diambil dengan analisis proksimat adalah moisture in air
metode channel sampling menggunakan dried, ash content, volatile matter, dan
alat mekanis manual, yaitu linggis dan palu fixed carbon. Sampel batubara dibagi
geologi. Conto dipisah menjadi 2 sampel, menjadi 2 sampel, yaitu sampel Pattapa A
yaitu sampel Pattapa A (Top dan Bottom) (campuran bagian Top dan Bottom) dan
dan sampel Pattapa B (Middle). Pattapa B (bagian Middle). Adapun hasil
Tahap pengolahan conto dilakukan analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel
proses reduksi ukuran (kominusi) terhadap 1, sedangkan hasil analisis sulfur dan nilai
conto yang diperoleh di lapangan. Proses kalor dapat dilihat pada Tabel 2.
kominusi terdiri dari dua tahap, yaitu

Tabel 1. Data Hasil Analisis Proksimat

Kode Sampel Satuan


Parameter Analisis Metode Spesifikasi
(Basis)
Pattapa A Pattapa B
Moisture In Air
7,22 8,63 % (adb) Gravimetrik
Dried
Ash Content 18,32 15,58 % (adb) Gravimetrik

Volatile Matter 45,74 45,53 % (adb) Gravimetrik

Fixed Carbon 28,72 30,26 % (adb) Kalkulasi

133
Jurnal Geomine, Vol. XX, No. XX: Bulan Tahun

Tabel 2. Data Hasil Analisis Tambahan

Kode Sampel
Parameter Satuan
Metode Spesifikasi
Analisis Pattapa (Basis)
Pattapa A
B
Kandungan Sulfur 7,22 8,63 % (adb) Spektrofotometrik UV-Vis

Nilai Kalor (GCV) 18,32 15,58 % (adb) Kalorimetrik

Analisis Proksimat Gambar 2 disajikan data hasil


50 45,74 45,53 kandungan sulfur (sulphur content) pada
sampel Pattapa A dan Pattapa B, yaitu
40 masing-masing berturut-turut 0,52% dan
Persentase (%)

28,72 30,26
30 0,61%. Dengan demikian diperoleh nilai
18,32
15,58
rata-rata kandungan sulfur di Desa
20
8,63 Pattapa adalah 0,56%. Gambar 3 disajikan
7,22
10 data hasil nilai kalor untuk sampel Pattapa
0
A dan Pattapa B menggunakan bomb
Pattapa
1 A Pattapa
2 B
calorimeter, yaitu 4429,86 Cal/gram dan
4491,93 Cal/gram. Selisih nilai kalori
Moisture In Air Dried adalah 62,07 Cal/gram dan nilai rata-rata
Ash Content nilai kalornya adalah 4460,89 Cal/gram.
Volatile Matter
Fixed Carbon Nilai Kalor (GCV)

Gbr 1. Grafik Hasil Analisis Proksimat


Sampel Pattapa A dan B
4491,93
Analisis proksimat pada Gambar 1
tentang grafik hasil analisis sampel 4429,86
Pattapa A dan Pattapa B diperoleh nilai
rata-rata untuk moisture in air dried 7,98
%, ash content 16,95 %, volatile matter
45,63 %, dan fixed carbon 29,49 %. 4380 4400 4420 4440 4460 4480 4500
cal/gram

Pattapa B
Series2 Pattapa A
Series1
Kandungan Sulfur

Gbr 3. Grafik Hasil Nilai Kalor


Persentase (%)

0,61 %
1 0,52 % Berdasarkan tabel dan grafik hasil
analisis proksimat, sulfur dan nilai kalor
0,5 yang diteliti terlihat nilai dari parameter
Pattapa
Series2B
yang diuji antara sampel Pattapa A dan
Pattapa
Series1A Pattapa B menunjukkan perbedaan yang
0 relatif tidak signifikan apabila ditinjau dari
singkapan batubara yang sama. Kecuali
untuk nilai kandungan abu ( ash content)
Gbr 2. Grafik Hasil Kandungan Sulfur
antara kedua sampel memiliki selisih yang

134
Jurnal Geomine, Vol. XX, No. XX: Bulan Tahun

relatif cukup signifikan yaitu nilai selisih (adb). Untuk mengklasifikasikan


dari ash content adalah 2,47%. kandungan ash dalam Classification of in
Sampel Pattapa A dan Pattapa B Seam Coal (UN-ECE 1998), maka harus
terdapat kandungan abu (ash content) mengonversi ash dari basis (adb) ke basis
masing-masing berturut-turut 18,32% dan (db). Berikut cara mengkonversi ash basis
15.85% sedangkan nilai kalor ialah 4429, 86 (adb) ke ash basis (db). Diketahui; ash rata-
Cal/gram dan 4491,93 Cal/gram. Sampel rata = 16,95 % (adb), moisture air dried
Pattapa A memiliki kandungan abu yang (Mad) rata-rata = 7,89%, maka secara
lebih besar sehingga nilai kalornya pun matematis dapat ditentukan ash rata-rata
lebih kecil dari sampel Pattapa B. dalam basis dry basis (db) sebagai berikut:
Kandungan abu pada sampel Pattapa A 100
(campuran bagian Top dan Bottom ash rata-rata (db) = % ash (adb) x 100−Mad
singkapan batubara) memiliki nilai lebih
100
besar disebabkan oleh kandungan zat = 16,95 x
100−7,89
organik pada bagian Top dan Bottom yang
jumlahnya lebih banyak yang ditandai
= 16,95 x 1,086
dengan warna hitam coklat kemerahan.
= 18,42 % (db)
Sampel Pattapa B (bagian tengah atau
Middle) memiliki warna hitam kecoklatan.
Berdasarkan kandungan ash rata-
Kandungan mineral matter (MM) rata-rata
rata (% db) dari kedua sampel Pattapa A
dari kedua sampel tersebut dapat dihitung
dan B, jika diklasifikasikan ke dalam
dengan persamaan rumus Parr.
Classification of in Seam Coal (UN-ECE
1998) maka sampel batubara termasuk
MM rata rata = 1,05 ash + 0,55 sulphur
dalam Medium Grade Coal.
= 18,61%
Nilai Kalor (Gross Calorific Value)
rata-rata kedua sampel (Pattapa A dan B)
Kandungan abu rata-rata ( average
adalah 4460,89 cal/gram (adb). Untuk
ash content) berdasarkan Tabel 4.1 data
mengklasifikasikan batubara tersebut
hasil analisis proksimat adalah 16.95 %
menurut Classification of in Seam Coal

Gbr 4. Hasil ploting nilai Ash dan GCV menurut UN-ECE, 1998 (Modifikasi Keijers, 2012)

135
Jurnal Geomine, Vol. XX, No. XX: Bulan Tahun

(UN-ECE 1998), maka basis nilai kalornya bahan bakar (steam coal) menurut Polish
harus dikonversi ke dalam basis moist, ash Geological Institute (PGI).
free (maf). Oleh sebab itu, Moisture
Equilibrium (EQM) atau Moisture Holding KESIMPULAN
Capacity (MHC) harus diketahui
sedangkan pada penelitian ini tidak Berdasarkan pengamatan di
menentukan EQM/MHC. Lapangan dan hasil analis proksimat,
Pengklasifikasian batubara pada sulfur, dan nilai kalor di laboratorium
penelitian ini menurut Classification of in dapat ditarik suatu kesimpulkan bahwa:
Seam Coal (United Nations Economic 1. Parameter analisis proksimat dari
Commision for Europe, 1998) yang dapat kedua sampel, yaitu moisture,
dilihat pada Gambar 4 berdasarkan volatile matter, dan fixed carbon
kandungan ash dan gross calorific value. relatif tidak memiliki perbedaan
Penelitian menggunakan nilai kalor dalam yang signifikan, kecuali ash content.
basis dry, ash free (daf) dalam Perbedaan warna pada bagian top
mengklasifikasikan peringkat batubara dan bottom (sampel Pattapa A) yang
menurut Classification of in Seam Coal lebih coklat kemerahan
(UN-ECE 1998) dengan asumsi nilai kalor dibandingkan dengan bagian middle
basis dry, ash free (daf) mendekati dan (sampel Pattapa B) mengindikasikan
tidak akan lebih besar dari nilai kalor pada bahwa mineral pengotor lebih
kondisi moist, ash free (maf). Asumsi terakumulasi di bagian top dan
tersebut, didasarkan atas teori bahwa bottom lapisan batubara sehingga
kondisi moist (kandungan air) mengurangi mempengaruhi kualitas batubara.
nilai kalor (maf < daf). Berikut ini cara 2. Kandungan sulfur rata-rata dari
mengkonversi nilai kalor rata-rata (GCV) hasil pengujian adalah 0.56%
basis (adb) ke dalam basis (daf). Diketahui menunjukkan kualitas cukup baik
nilai kalor rata-rata = 4460,89 kcal/kg jika diperuntukkan sebagai batubara
(adb), moisture air dried (Mad) rata-rata = bahan bakar (steam coal) menurut
7,89%, maka secara matematis dapat Polish Geological Institute (PGI).
ditentukan nilai kalor rata-rata dalam 3. Nilai kalori (calorific value)
basis (daf) sebagai berikut: dipengaruhi oleh kandungan ash dan
100 moisture. Semakin tinggi jumlah
GCV = GCV (adb) x kandungan ash dan moisture maka
100−Mad−Aad
akan semakin rendah nilai kalori
= 4460,89 kcal/kg x
100 (panas) yang dihasilkan.
100−7,89−16,95 4. Kualitas batubara di Desa Pattapa,
Kecamatan Pujananting, Kabupaten
= 4460,89 kcal/kg x 1,33 Barru, Provinsi Sulawesi Selatan
apabila diklasifikasikan menurut
= 5942 kcal/kg atau 24,8 Mj/kg Classification of in Seam Coal (UN-
(daf) ECE 1998) termasuk dalam Medium
Dengan asumsi bahwa nilai kalor Grade Coal (berdasarkan kandungan
(maf) < nilai kalor (daf) dan serta nilai kalor ash). Sedangkan rank dapat
(maf) mendekati nilai kalor (daf) karena diklasifikasikan Subbituminous
memiliki kesamaan ash free, maka Rank (low rank).
batubara Pattapa dapat diklasifikasikan ke
dalam Subbituminous Rank (low rank) UCAPAN TERIMA KASIH
menurut Classification of in Seam Coal
(UN-ECE 1998). Nilai sulfur rata-rata Peneliti mengucapkan banyak
berdasarkan Tabel 2 adalah 0,56% (< 1%). terima kasih kepada orang tua yang telah
Oleh karena itu, Berdasarkan mendukung dan membantu baik secara
parameter nilai kalor rata-rata (24,8 Mj/kg moril, finansial, maupun sarana dan
dalam basis daf), sulfur rata-rata (<1 %), prasarana terhadap penelitian ini.
moisture rata-rata (< 8%) batubara Pattapa
dapat digolongkan dalam kualitas cukup DAFTAR PUSTAKA
baik jika diperuntukan sebagai batubara

136
Jurnal Geomine, Vol. XX, No. XX: Bulan Tahun

Anshariah. 2012. Karakterisasi dan Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu


Rekonstruksi Fasies Pengendapan Dalam Industri Batubara. Penerbit
Batubara Formasi Mallawa ITB. Bandung.
Berdasarkan Analisis Petrografi dan Razak, Abdul kadir dan Widodo, Sri. 2017.
Proksimat Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis Proksimat Terhadap
Tesis. Universitas Hasanuddin. Kualitas Batubara Di Kecamatan
Anshariah dan Widodo, Sri. 2015. Tanah Grogot Kabupaten Paser
Perhitungan Cadangan Batubara Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal
Dengan Metode Circular Usgs 1983 Geomine, 5(2), 63-67.
Di PT. Pacific Prima Coal Site Lamin Sukamto, R. 1982. Peta Geologi Lembar
Kab. Berau Provinsi Kalimatan Pangkajene dan Watampone Bagian
Timur. Jurnal Gemine, 1(1), 1-5. Barat. Sulawesi: Pusat Penelitian
Budiman, Agus Ardianto dan Anshariah. dan Pengembangan Geologi.
2017. Penentuan Kualitas Batubara Bandung.
pada Kabupaten Enrekang Sutisna, J.R., Rohayati, T., Mahfud, A.,
Berdasarkan Analisis Proksimat dan Tipaweyel, T.K., Sobur, U.,
Ultimat. Jurnal Geomine, 5(2), 53-58. Yulkarina, Darajat, H., 1999. Analisa
Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Penerbit Dan Pengujian Batubara Di Daerah
PT. Gramedia Pustaka Utama, Bojongmanik. Pusat Pengembangan
Jakarta. Tenaga Pertambangan. Direktorat
Keijers, S. 2012. A geographical database Jenderal Pertambangan Umum,
and map of EU coal basins including Bandung.
potential sources of coal bed methane Talayansa, Lathief dan Widodo, Sri. 2017.
based on a harmonised typology. Analisis Emisi SO2 Hasil
Handbook of European Commission. Pembakaran Batubara Pada PLTU
Brussels: KU Leuven R & D Division Jeneponto. Jurnal Geomine, 6(2), 80-
SADL. 83.

137

Anda mungkin juga menyukai