Anda di halaman 1dari 8

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by eJournals System Universitas Mulawarman

Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

HUBUNGAN KANDUNGAN TOTAL SULPHUR TERHADAP


GROSS CALORIFIC VALUE PADA BATUBARA
PT. CARSURIN SAMARINDA
(Relation of Total Sulphur Content to Gross Calorific Value on Coal at PT.
Carsurin Samarinda)
Nur Muhammad Agung N, Windhu Nugroho, Harjuni Hasan
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman
E-mail: nurmuhammadagungn@gmail.com
Abstrak
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Umumnya
untuk menentukan kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada batubara yang diantaranya berupa analisis proksimat
dan analisis ultimat. Analisis total Sulphur menggunakan standar acuan ASTM D4239-14e2 dengan menggunakan alat IRS
Leco S-144DR. Selanjutnya untuk menganalisis nilai kalori menggunakan standar acuan ASTM D5865-13 dengan
menggunakan alat PARR 6200. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien bernilai positif, besarnya kandungan
sulfur pada batubara sangat mempengaruhi nilai kalori batubara. Semakin tinggi nilai total sulfur maka semakin menaikkan
GCV final atau nilai kalori pada batubara. Setelah dilakukan koreksi terhadap nilai total sulfur dan keasaman didapatkan
nilai kalori kotor atau GCV final batubara mengalami penurunan, antara 8 hingga 54 kalori.
Kata kunci: Batubara, Nilai total sulfur, GCV final dan Nilai Keasaman
Abstract
Coal quality is the physical and chemical properties of coal which affect its potential usefulness. Generally, to
determine the quality of coal a chemical analysis was carried out on the coal which included proximate analysis and
ultimate analysis. Total analysis of suphur used the ASTM D4239-14e2 reference standard using the IRS Leco S-144DR
tool. Furthermore, to analyze the calorific value used ASTM D5865-13 reference standard using the PARR 6200 tool. The
result of study indicate that the coefficient is possitive, the amount of sulphur content in coal greatly affect the calorific
value of coal. The higher the total sulphur value, the upper the final GCV or the calorific value in coal. After correction of
the total value of sulphur and acidity obatianed the gross calorific value or final GCV of coal decreased, between 8 to 54
calories.
Keyword: Coal, Total sulphur Value, Final GCV and Acidity Value

PENDAHULUAN batubara yang diantaranya berupa analisis


proksimat dan analisis ultimat. Analisis proksimat
Latar Belakang dilakukan untuk menentukan jumlah air (moisture),
Kalimantan Timur memiliki banyak sumber zat terbang (volatile matter), karbon padat (fixed
daya alam seperti batubara. Dengan adanya potensi carbon), kadar abu (ash), Total sulfur, sedangkan
sumber energi ini, sehingga wilayah Kalimantan analisis ultimat dilakukan untuk menentukan
Timur yang memiliki potensi batubara dalam kandungan unsur kimia pada batubara seperti
jumlah yang cukup besar terdapat industri karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, unsur
pertambangan batubara. Semakin besarnya sumber tambahan, dan unsur jarang.
energi yang dibutuhkan saat ini maka aktifitas Kandungan total sulfur merupakan salah satu
pertambangan batubara semakin meningkat. parameter penting dalam penggunaan batubara
Dengan demikian lahan yang dieksplorasi sebagai sebagai bahan bakar. Sulfur yang terkandung dalam
lokasi pertambangan batubara juga semakin besar. batubara yaitu sulfur organik, mineral sulfida,
Batubara merupakan hal yang tidak akan mineral sulfat.
berhenti diperbincangkan selama masih menjadi
salah satu sumber energi sejak dahulu kala sampai TINJAUAN PUSTAKA
saat ini karena harganya yang relatif murah
Pengertian Batubara
dibandingkan minyak dan gas bumi. Selain itu,
Batubara adalah salah satu sumber energi di
permintaan batubara Indonesia di pasar dunia
dunia. Batubara adalah campuran yang sangat
sangat tinggi, yang ditunjukkan dengan
kompleks dari zat kimia organik yang mengandung
peningkatan produksi batubara yang sangat tajam.
karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai
Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia
karbon. Dalam pengerian lain, batubara adalah
dari batubara yang mempengaruhi potensi
batuan sedimen (padatan) yang dapat terbakar,
kegunaannya. Umumnya untuk menentukan
berasal dari tumbuhan, serta berawarna cokelat
kualitas batubara dilakukan analisis kimia pada
sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena

1
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

proses fisika dan kimia yang menjadikan Reaksi Pembentukan Batubara


kandungan karbonnya kaya. Batubara terbentuk oleh sisa-sisa tumbuhan
Elliot dalam buku Batubara Indonesia (2014), yang sudah mati, dengan komposisi utama terdiri
berpendapat bahwa batubara merupakan batuan dari cellulosa. Proses pembentukan batubara,
sedimen yang secara kimia fisika adalah heterogen dikenal sebagai proses pembatubaraan atau
yang mengandung unsur karbon, hidrogen, serta coalification faktor fisika dan kimia yang ada di
oksigen sebagai komponen unsur utama dan alam akan mengubah cellulose menjadi lignit,
belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi
pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai
Cara Terbentuknya Batubara
berikut:
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat
komplek dan memerlukan waktu yang lama 5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O
(puluhan sampai ratusan juta tahun) di bawah + 6CO2 + CO
pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. (cellulose) (lignit) (gas metan)
Untuk memahami bagaimana batubara terbentuk
Gas metana yang terbentuk selama proses
dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di mana
coalification akan masuk ke dalam celah-celah vein
batubara terbentuk dan faktor-faktor yang akan
batulempung, dan ini sangat berbahaya. Apabila
mempengaruhinya, serta bentuk lapisan batubara
lapisan lignitnya tersingkap dipermukaan tanah, gas
(Sukandarrumidi, 2004).
akan keluar apabila temperature udara luar
Tempat Terbentuknya Batubara meningkat, akan terjadi kebakaran. Apabila lignit
Untuk menjelaskan tempat terbentuknya masih berada didalam tanah di antara lapisan
batubara dikenal 2 macam teori : batubara, dan padanya terjadi peningkatan
temperature, gas akan keluar secara mendadak dan
a. Teori Insitu
terjadilah ledakan. Oleh sebab itu mengetahui
Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan
bentuk endapan batubara, dapat membantu
pembentuk lapisan batubara, terbentuknya ditempat
menentukan cara penambangan yan tepat. Selain itu
di mana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan
dapat mencegah terjadinya ledakan, yang berarti
demikian maka setelah tumbuhan tersebut mati,
mampu meningkatkan keselamatan kerja
belum mengalami proses transportasi segera
(Sukandarrumidi, 2009).
tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami
proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk Sampling
dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan Menurut Swanson dan Huffman (1976), pada
merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya buku Handbook of Coal Analysis oleh James G.
relatif kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Speight bahwa sampel diajukan untuk analisis
Indonesia didapatkan di lapangan batubara Muara kimia dan fisika yang dikumpulkan untuk berbagai
Enim (Sumatera Selatan). alasan, tetapi pengumpulan masing-masing sampel
harus selalu sesuai dengan pedoman tertentu.
b. Teori Drift
Penerapan teknik yang tepat dalam pengumpulan
Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan
sampel membantu untuk memastikan data dari
pembentuk lapisan batubara terjadinya ditempat
setiap analisis yang akan dilakukan dan dapat
yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula
berguna dalam penanganan sampel. Untuk
hidup dan berkembang . dengan demikian
interpretasi dan perbandingan tidak pernah
tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air
berdasarkan data yang berasal dari jenis sampel
dan berakumulasi disuatu tempat, tertutup oleh
yang berbeda.
batuan sedimen dan mengalami proses
Tujuan utama dari pengambilan sampel ialah
coalification. Jenis batubara yang gterbentuk
untuk mengambil sebagian kecil material yang akan
dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas,
mewakili sifat-sifat keseluruhan material tersebut.
tetapi dijumpai dibeberapa tempat, kualitas kurang
Syarat utama adalah sampel itu harus mewakili
baik karena banyak mengandung mineral pengotor
(respresentatif) bahan yang di-sampling.
yang terangkut bersama selama proses
Pengambilan sampel batubara harus dilakukan
pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat
menurut standar yang telah ditentukan. Karena
sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di
banyaknya standar batubara yang ada, pemilihan
Indonesia didapatkan dilapangan batubara delta
akan bergantung pada persetujuan antara pembeli
Mahakam purba, Kalimantan Timur
dan penjual (Muchjidin, 2005).
(Sukandarrumidi, 2004).
Semakin lamanya waktu, banyaknya tekanan Preparasi Sampel
dan tingginya suhu disertai perpindahan gambut Sample preparation atau preparasi sampel
ketempat lainnya membuat pembentukan batubara bertujuan untuk menyediakan suatu sampel yang
tidak pada tempat tumbuh dan berkembangnya jumlahnya sedikit yang mewakili sampel asal
tumbuhan. sampel ini dapat dikirim ke laboratorium untuk

2
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

dianalisis yang umumnya disebut sebagai analytical karbon, dan hidrogen yang ada dalam batubara.
sample atau sampel analitik. Sampel analitik ini Analisis lain yang bersifat lebih subyektif dan
terdiri atas batubara yang sudah dilumatkan atau empirik, dilakukan untuk mengetahui pengaruh
digerus halus sampai top size (yakni ukuran partikel yang terjadi pada saat batubara dipanaskan dengan
yang 95% lolos ayakan) tdak lebih dari 0,2 mm atau kondisi yang berbeda-beda (Arief Sudarsono,
-0,2 mm (-200 µm). Berat sampel analitik akan 2003).
bergantung padaparameter apa yang akan
Basis Pelaporan Hasil Analisis
ditentukan dalam sampel tersebut (Muchjidin,
Cara melaporkan hasil analisis kadang-kadang
2005).
bisa menimbulkan kebingungan dan kesalahan
Kualitas Batubara fatal, karena data hasil analisis yang sama bisa
Batubara yang diperoleh dari hasil dihitung dan dilaporkan dengan tetap
penambangan pasti mengandung bahan pengotor memperhitungkan adanya kadar lengas, mineral
(impurities). Pada saat terbentuknya, batubara atau kadar abu, ataupun dengan tanpa
selalu bercampur dengan mineral penyusun batuan memperhitungkan adanya kadar lengas, mineral
yang selalu terdapat bersamaan selama proses atau kadar abu.
sedimentasi, baik sebagai mineral anorganik Basis (dasar) pelaporan yang umumnya
ataupun sebagai bahan organik. Di samping itu, dipakai adalah sebagai berikut :
selama berlangsung proses coalifiaion terbentuk
1. As Received (AR) adalah batubara hasil dari
unsur S yang tidak dapat dihindarkan. Keberadaan
proses penambangan, sehingga masih
pengotor dalam batubara hasil penambangan
diperhitungkan total moisture dan abu yang
diperparah lagi, dengan adanya kenyataan bahwa
ada pada batubara. Pada keadaan ini total
tidak mungkin membersihkan/memilih/mengambil
moisture + volatile matter + fixed carbon +
batubara yang bebas dari mineral. Ada dua jenis
ash content = 100%.
impurities yaitu :
2. Air Dried Base (ADB) adalah batubara yang
1. Inherent impurities merupakan pengotor telah mengalami proses pemanasan lanjutan,
bawaan yang terdapat dalam batubara. sehingga kandungan air bebasnya hilang pada
Batubara yang sudah dicuci (washing) dan kondisi temperatur dan kelembaban standar
dikecilkan ukuran butirnya/diremuk (crushing) sehingga tidak diperhitungkan lagi. Pada
sehingga dihasilkan ukuran tertentu, ketika kondisi ini batubara dikatakan dalam dasar
dibakar habis masih memberikan sisa abu. udara kering yang masih mengandung abu dan
Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama inherent moisture. Pada keadaan ini inherent
pada waktu proses pembentukan batubara moisture + volatile matter + fixed carbon +
(ketika masih berupa gelly), pengotor tersebut ash content = 100%.
dapat berupa gipsum(CaSO42H2O), anhidrit 3. Dried Basic (DB) adalah keadaan batubara
(CaSO4), pirit (FeS2), Silika (SiO2), dapat juga kondisi dasar udara kering yang dipanaskan
berbentuk tulang-tulang binatang (diketahui pada suhu standar, sehingga batubara dalam
adanya senyawa fosfor dari hasil analisis abu) kondisi dasar kering dan bebas dari kandungan
selain mineral lainnya. Pengotor bawaan ini air total tapi masih mengandung abu. Pada
tidak mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi keadaan ini volatile matter + fixed carbon +
dapat dikurangi dengan melakukan ash content = 100%.
pembersihan. Proses ini dikenal sebagai 4. Dried Ash Free (DAF) adalah batubara bersih
teknologi batubara bersih. dan bebas dari abu maupun total moisture.
2. External impurities merupakan pengtor yang 5. Dried Mineral Matter Free (DMMF) adalah
berasal dari luar, timbul pada saat proses batubara bersih kering yang telah bebas dari
penambangan antara lain terbawanya tanah mineral-mineral pengotor yang berasal dari
yang berasal dari lapisan penutup zat bukan organik pada batubara saat proses
(overburden). Kejadian ini sangat umum dan pembentukannya.
tidak dapat dihindari, khususnya pada
Total Sulfur
penambangan batubara dengan metode
Kandungan sulfur dalam batubara sangat
tambang terbuka (open pit).
bervariasi dan pada umumnya bersifat heterogen
Analisis Kualitas Batubara sekalipun dalam satu seam batubara yang sama.
Pada umumnya sistem dan analisis batubara Baik heterogen secara vertikal maupun secara
dikembangkan dan digunakan secara luas untuk lateral. Namun demikian ditemukan juga beberapa
kepentingan perdagangan. Beberapa diantaranya seam yang sama memiliki kandungan sulfur yang
bersifat mendasar dan hanya dilakukan untuk relatif homogen.
mengetahui hal-hal pokok unsur pembentukan Sulfur dalam batubara thermal maupun
batubara, misalnya untuk mengetahui kadar sulfur, metalurgi tidak diingankan,karena sulfur dapat
mempengaruhi sifat-sifat pembakaran yang dapat

3
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

mempengaruhi slagging maupun mempengaruhi Perubahan suhu sebelum dan setelah proses
kualitas produk dari besi baja. Selain itu dapat pembakaran diamati serta diukur dengan metode
mempengaruhi lingkungan karena emisi sulfur adiabatik.
dapat menyebbkan hujan asam. Nilai kalori menunjukkan jumlah panas (heat)
Batubara tidak akan terhindar dari kandungan yang dihasilkan apabila sejumlah tertentu batubara
sulfur, baik sulfur anorganik (yang berasal dari dibakar. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu
senyawa anorganik dalam bentuk mineral pirit dan pada saat sejumlah tertentu batubara biasanya
markasit), maupun sulfur organik (yang terbentuk dalam kondisi (adb), dibakar di dalam alat yang
sebagai hasil kegiatan bakteri). Apabila batubara disebut calorimeter dengan udara berlebih. Nilai
masih ada di daerah penambangan, keberadaan yang diperoleh adalah gross calorific value (GCV),
sulfur akan mengakibatkan terjadinya air asam pada volume konstan. Hasil perhitungan ini
tambang. dinyatakan dalam megajoule per kilogram (MJ/kg)
Unsur sulfur umumnya dapat dijumpai di atau kilokalori per kilogram (kkal/kg). Data nilai
dalam batubara dan jumlahnya dapat bervariasi kalori sangat diperlukan terutama bila batubara
mulai sangat kecil sampai 4%, kadang lebih tinggi. dipakai sebagai bahan bakar misalnya pada boiler
Sulfur di dalam batubara terdapat tiga bentuk pembangkit tenaga listrik tenaga uap (PLTU).
utama, yaitu : Nilai GCV (pada volume tetap) menyatakan
1. Sulfur piritik (FeS2), jumlahnya sekitar 20- panas total yang diperoleh dari suatu batubara
30% dari sulfur toal dan terisolasi dalam abu, melalui pengukuran standar dan semua produk
terjadi baik sebagai makrodeposit (lensa veins, pembakaran dikembalikan ke suhu ruangan. Nilai
joints, balls, dsb) dan mikrodeposit (partikel- NCV (pada tekanan tetap) menyatakan panas yang
partikel halus yang terdisseminasi). Sulfur dapat dimanfaatkan dari suatu batubara, nilai NCV
piritik umumnya dapat dihilingkan dengan ini dapat dihitung dari panas yang hilang misalnya
operasi pencucian, sementara sulfur organik panas sensible dan panas laten produk pembakaran.
dan sulfur sulfat sulit dihilangkan. Penurunan nilai GCV menjadi NCV biasanya hanya
2. Sulfur organic, jumlahnya sekitar 30-80% dari didasarkan pada panas yang hilang karena adanya
sulfur total dan secara kimia terikat di dalam lengas pada produk pembakaran, yang terdapat
batubara, biasanya berasosiasi dengan sulfat sebagai uap dan panas laten lengas.
selama proses pembatubaraan. Apabila batubara akan digunakan sebagai
3. Sulfur sulfat, kebanyakan sebagai kalsium bahan bakar, maka nilai kalori merupakan
sulfat, natrium sulfat, dan besi sulfat, parameter utama yang paling penting. Harga suatu
jumlahnya sangat kecil kecuali pada batubara batubara, umumnya ditentukan dari harga per unit
yang telah terekspos dan telah teroksidasi bahang yang dihasilkan, kemudian dihitung harga
(Arief Sudarsono, 2003). per ton batubara. Sementara parameter-parameter
lain seperti kadar lengas, kadar abu, nilai HGI, dan
Pirit dapat dihilangkan selama proses
sebagainya dihitung untuk dikenakan penalti atau
pencucian karena pirit yang melekat secara fisik
bonus (Arief Sudarsono, 2003).
pada batubara sering kali dapat dilepaskan dengan
cara penggrusan dan kemudian dipisahkan. Rumus menghitung Gross Calorific Value adalah:
Batubara dengan kadar sulfur tinggi mempunyai
GCV = [( tEe) - e1 - e2 - e3 - e4]/m
nilai jual yang rendah. Jika batubara dipakai sebagai
bahan bakar, selain karena dapat menimbulkan
Di mana :
terjadinya gas SO2 atau SO3 yang akhirnya dapat
GCV = gross calorivic value
menimbukan hujan asam, juga dapat merusak
pemanasan lengas dalam boiler pada pembangkit
t = koreksi kenaikan temperature sampai
listrik. Apabila dipakai sebagai kokas metalurgi
10,7o
(sebagai reduktor) pada pembuatan baja maka
Ee = kapasitas panas calorimeter,
batubara dengan sulfur tinggi akan menimbulkan
j/oC (kal/g)
masalah dengan kadar sulfur di dalam baja.
e1 = koreksi asam
Nilai Kalori (Calorific Value) e2 = koreksi fuse
Calorific value atau CV merupakan indikasi e3 = koreksi penentuan sulfur
kandungan nilai energi yang terdapat pada batubara e4 = koreksi pembakaran
dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari m = massa sampel (g)
karbon, hidrogen, nitrogen, serta sulfur. Ada dua
jenis calorific value, yaitu gross calorific value Alat yang digunakan untuk menghitung gross
(GCV) dan net calorific value (NCV). Nilai kalori calorific value (GCV) adalah calorimeter set.
batubara dapat ditentukan dengan cara membakar
contoh batubara pada alat bomb calorimeter yang
diisi dengan gas oksigen betekanan 30 bar.

4
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

bila nilai variabel independen dinaikkan atau


diturunkan. Analisis didasarkan pada hubungan
satu variabel dependen dengan satu atau lebih
variabel independen. Jika hanya menggunakan satu
variabel independen maka disebut analisis regresi
linier sederhana.
Adapun persamaan regresi linier dengan satu
variabel independen yang dapat digunakan ialah :

Y’= b0+b1X

Dengan :
Gambar 1. Kalorimeter
Y’ = variabel dependen yang diramalkan
Keasaman b0 = konstanta
Keasaman merupakan senyawa kimia yang b1 = koefisien regresi
terdapat pada batubara, dimana proses X = variabel independen (Priyatno, 2013).
pembentukannya terjadi bersamaan dengan Variabel merupakan konsep yang nilainya
terjadinya pembentukan sulfur pada batubara bervariasi atau berubah-ubah. Ada beberapa macam
melalui proses coalification, dimana selama proses variabel yang digunakan pada regresi linier
pembentukan gambut yang merupakan tahap awal sederhana sebagai berikut :
dalam proses pembentukan batubara atau 1. Variabel dependen (variabel terikat)
(coalification), dihasilkan oleh reaksi bahan-bahan adalah variabel yang nilainya dipengaruhi
sisa pembentukan batubara baik yang organik oleh variabel independen.
maupun yang anorganik yang mengandung pirit 2. Variabel independen (variabel bebas)
dengan air dan oksigen, semua mengalami adalah variabel yang mempengaruhi
perubahan baik secara fisik maupun kimia, yang variabel dependen (Priyatno, 2013).
mana sisa tumbuhan yang mati di dalam tanah Hubungan dua variabel ada yang positif dan
mengalami proses degradasi biokimia, dimana negatif. Hubungan X dan Y dikatakan positif
proses pembusukan (decay) akan terjadi sebagai apabila kenaikan (penurunan) X pada umumnya
akibat kinerja dari mikrobiologi dalam bakteri diikuti oleh kenaikan (penurunan) Y. Sebaliknya
anaerobic. dikatakan negatif bila kenaikan (penurunan) X pada
Awal pembentukan keasaman, bersamaan umumnya diikuti oleh penurunan (kenaikan) Y.
dengan pembentukan kadar sulfur pada batubara,
melalui proses pembatubaraan. Dimana nilai asam METODOLOGI
terjadi karena karena adanya pemanasan di dalam Dalam pengujian batubara di PT. Carsurin
tanah pada saat proses pembatubaraan tersebut. Cabang Samarinda menggunakan metode yang
Sulfur dalam bentuk senyawa atau gas bersama telah dipatenkan secara Internasional dan
dengan air atau gas tersebut mengalami kontak digunakan diseluruh dunia. Metode tersebut antara
dengan air menjadi asam sulfat seperti reaksi di lain International Standard Organization (ISO) dan
bawah ini : American Society for Testing and Material
SO2 + H2O H2SO4 (ASTM). Hal ini dimungkinkan berdasarkan
permintaan klien yang menggunakan jasa PT.
Keterangan : Carsurin Cabang Samarinda. Dari kegiatan yang
SO2 merupakan senyawa belerang oksida telah dilaksanakan, penulis hanya menggunakan
H2O merupakan air metode American Society for Testing and Material
H2SO4 merupakan senyawa asam sulfat (ASTM).
Yang mana dari senyawa di atas mengalami Metode Pengumpulan Data
proses pemanasan atau terjadi peningkatan suhu Pada umumnya, terdapat beberapa metode
temperature di dalam tanah. Senyawa asam sulfat atau cara pengumpulan data dalam kegiatan
yang mengalami proses pemanasan dalam tanah penelitian. Terdapat dua acara pengumpulan data
akan terurai menjadi H2S (asam sulfida) yang yang digunakan pada penelitian ini, yaitu
merupakan kandungan keasaman batubara. Seperti pengumpulan data melalui studi kepustakaan dan
reaksi dibawah ini : melalui studi lapangan.
H2SO4 H2S + 2O2 Studi kepustakaan dilakukan dengan cara
mempelajari dan menelaah berbagai bahan bacaan
dan sumber tertulis lain seperti buku, jurnal maupun
Analisis Regresi Linier Sederhana
Analisis regresi linear digunakan untuk artikel yang berkaitan dengan teori dasar
menaksir atau meramalkan nilai variabel dependen hidrogeologi.

5
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

Studi lapangan yang dilakukan adalah GCV Temp


GCV
pengamatan terhadap preparasi dan analisa kualitas No
Sampl Pre- TS Aci . Massa
Final
batubara yang berada di laboratorium PT. Carsurin e ID eliminar (%) d Rise(o (g)
(kal/g)
y(kal/g) C)
Samarinda.
P 05 18 2,376 1,000 5.579,1
Metode Pengolahan Data 23 1826 5.595,96 0,27 14 5 1 5
Pengolahan data yang dilakukan yaitu P 05 18 2,427 1,000 5.697,8
24 1827 5.711,08 0,15 13 7 8 7
menganalisis kualitas batubara dari sampel tersebut P 05 18 2,344 1,000 5.500,5
menggunakan parameter total sulfur dan calorific 25 1828 5.519,87 0,31 14 1 4 3
value. Setelah diketahui kualitas batubaranya, P 05 18 2,397 1,000 5.624,1
selanjutnya dilakukan analisa regresi pada sampel 26 1829 5.641,79 0,25 14 1 8 5
dengan menggunakan software Microsoft Excel dan P 05 18 2,237 1,000 5.245,7
27 1831 5.270,08 0,60 16 1 1 9
SPSS 23 . P 05 18 2,115 1,000 4.956,9
28 1833 4.980,21 0,61 16 9 3 8
HASIL DAN PEMBAHASAN P 05 18 2,422 1,000 5.680,6
29 1834 5.697,54 0,94 18 9 8 9
Hasil Uji P 05 18 2,513 1,000 5.893,3
30 1835 5.944,40 1,54 23 4 2 9
Tabel 1. Hasil Analisis Total Sulphur & Gross P 05 18 2,401 1,000 5.625,3
Calorific Value 31 1836 5.678,09 1,64 24 7 5 8
P 05 18 2,421 1,000 5.670,8
GCV Temp
GCV 32 1837 5.724,59 1,80 25 1 4 3
Sampl Pre- TS Aci . Massa
No o Final P 05 18 2,434 1,000 5.712,3
e ID eliminar (%) d Rise( (g)
(kal/g) 33 1838 5.732,53 0,47 15 3 6 5
y(kal/g) C)
M
P 05 18 2,440 1,000 5.720,0 ea 5.541,8 2,3 1,000 5.517,
1 1649 5.768,82 1,51 23 4 2 8 n 2 0,60 16 523 5 17
P 05 18 2,286 1,000 5.362,3
2 1723 5.375,64 0,08 12 1 9 8 Dari tabel di atas didapatkan bahwa nilai Total
P 05 18 2,362 1,000 5.548,5 Sulphur tertinggi pada Sample ID P 05 18 1837
3 1724 5.563,42 0,08 12 7 1 7
P 05 18 2,396 1,000 5.624,5
adalah sebesar 1,80%, sedangkan nilai Total
4 1725 5.636,68 0,07 12 6 9 8 Sulphur terendah pada Sample ID P 05 18 1747
P 05 18 2,413 1,000 5.664,7 adalah sebesar 0,06% .
5 1726 5.691,23 0,54 16 5 1 4 Selanjutnya Gross Calorific Value Final
P 05 18 2,420 1,000 5.677,7 tertinggi pada Sample ID P 05 18 1739 adalah
6 1727 5.702,41 0,47 15 2 8 5
P 05 18 2,418 1,000 5.676,1 sebesar 5.940,61 kal/g. Sedangkan Gross Calorific
7 1728 5.702,35 0,55 16 3 1 3 Value Final terendah pada Sample ID P 05 18 1825
P 05 18 2,308 1,000 5.417,5 adalah sebesar 4.814,42 kal/g.
8 1629 5.436,84 0,37 14 7 2 0 Dari tabel 1 dapat dihitung nilai Gross
P 05 18 2,209 1,000 5.176,8
Calorific Value Final dengan menggunakan rumus
9 1734 5.204,65 0,60 16 6 8 7
P 05 18 2,209 1,000 5.180,2 sebagai berikut :
10 1735 5.203,35 0,54 16 7 2 7
P 05 18 2,528 1,000 5.940,6
GCV = [( tEe) - e1 - e2 - e3 - e4]/m
11 1739 5.957,11 0,17 13 5 2 1 Kolom No. 1
P 05 18 2,498 1,000 5.864,7
12 1740 5.882,31 0,25 14 5 8 8 GCVFinal = [(2.374,9120(kal/g)  2,4404(oC)) – 23
P 05 18 2,352 1,000 5.512,2
13 1741 5.561,52 1,58 23 9 2 5
– 50(kal) – 1,51(%) – 0]/ 1,0002(g)
P 05 18 2,450 1,000 5.750,1 = 5.720,08 kal/g
14 1742 5.782,37 1,00 19 9 1 0
P 05 18 2,468 1,000 5.786,5 Tabel 2. Penurunan Nilai Kalori
15 1743 5.816,37 0,97 19 2 9 8
P 05 18 2,333 1,000 5.469,9
16 1744 5.498,18 0,72 17 8 9 3
P 05 18 2,322 1,000 5.449,7
17 1745 5.469,38 0,46 15 5 1 3
P 05 18 2,337 1,000 5.481,6
18 1746 5.503,45 0,55 16 8 7 9
P 05 18 2,257 1,000 5.294,1
19 1747 5.302,10 0,06 12 1 8 2
P 05 18 2,302 1,000 5.406,0
20 1748 5.414,32 0,07 12 9 2 4
P 05 18 2,159 1,000 5.060,3
21 1819 5.078,59 0,28 14 5 8 0
P 05 18 2,055 1,000 4.814,4
22 1825 4.832,96 0,34 14 1 4 2

6
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

GCV Pre-
Penuruna Gambar 2. Grafik Regresi Antara Total Sulphur
GCV Final n Nilai Dan Calorific Value Batubara.
No Sample ID eliminary
(kal/g) Kalori
(kal/g)
(kal/g) Dilihat dari model regresi (penyebaran titik
1 P 05 18 1649 5.768,82 5.720,08 49 plot) dapat diterangkan bahwa menunjukkan
2 P 05 18 1723 5.375,64 5.362,38 13 korelasi yang rendah dan positif yaitu R= 0.2645
3 P 05 18 1724 5.563,42 5.548,57 15
Koefisien bernilai positif yang berarti semakin naik
4 P 05 18 1725 5.636,68 5.624,58 12
nilai total sulphur batubara, maka semakin
5 P 05 18 1726 5.691,23 5.664,74 26
6 P 05 18 1727 5.702,41 5.677,75 25 menaikan nilai gross calorivic value batubara.
7 P 05 18 1728 5.702,35 5.676,13 26
Model dugaan analisis persamaan regresi
8 P 05 18 1629 5.436,84 5.417,50 19
9 P 05 18 1734 5.204,65 5.176,87 28
berdasarkan Gambar 2 menggunakan rumus
10 P 05 18 1735 5.203,35 5.180,27 23 hubungan regresi linear (y = a +bx), dengan hasil
11 P 05 18 1739 5.957,11 5.940,61 16 perhitungan sebagai berikut:
12 P 05 18 1740 5.882,31 5.864,78 18
13 P 05 18 1741 5.561,52 5.512,25 49 Calorific Value (y) = 5433,39 + 139,59x
14 P 05 18 1742 5.782,37 5.750,10 32 Contoh perhitungan :
15 P 05 18 1743 5.816,37 5.786,58 30
16 P 05 18 1744 5.498,18 5.469,93 28 Total Sulphur(x) pada Gross Calorific Value(y)
17 P 05 18 1745 5.469,38 5.449,73 20 batubara yaitu 1 %
18 P 05 18 1746 5.503,45 5.481,69 22
19 P 05 18 1747 5.302,10 5.294,12 8 Calorivic Value (y) = 5433,39 + 139,59 (x)
20 P 05 18 1748 5.414,32 5.406,04 8
21 P 05 18 1819 5.078,59 5.060,30 18 = 5433,39 + 139,59 (1)
22 P 05 18 1825 4.832,96 4.814,42 19
23 P 05 18 1826 5.595,96 5.579,15 17
= 5572,98 kal/g
24 P 05 18 1827 5.711,08 5.697,87 13 Total Sulphur(x) pada Gross Calorific Value(y)
25 P 05 18 1828 5.519,87 5.500,53 19 batubara yaitu 0,5 %
26 P 05 18 1829 5.641.79 5.624,15 18
Calorific Value (y) =5433,39 + 139,59 (x)
27 P 05 18 1831 5.270.08 5.245,79 24
28 P 05 18 1833 4.980,21 4.956,98 23 = 5433,39 + 139,59 (0,5)
29 P 05 18 1834 5.697,54 5.680,69 17
= 5503,19 kal/g
30 P 05 18 1835 5.944,40 5.893,39 51
31 P 05 18 1836 5.678,09 5.625,38 53 Jadi, 1 % ̶ 0,5 % = 5572,98 kal/g – 5503,19 kal/g
32 P 05 18 1837 5.724,59 5.670,83 54
33 P 05 18 1838 5.732,53 5.712,35 20
0,5 % = 69,79 kal/g
MEAN 5.541,82 5.517,17 25 Dari persamaan garis regresi linear antara nilai
Gross Calorific Value dan Total Sulphur dapat
Dari data diatas dengan jumlah 33 sampel diartikan bahwa jika kandungan Total Sulphur
didapat bahwa terjadi penurunan nilai kalori dari 8 mengalami kenaikan atau penurunan sebesar 0,5 %
hingga 54 kalori dan rata-rata penurunan nilai kalori maka kandungan Gross Calorific Value batubara
adalah sebesar 25 kalori. akan mengalami kenaikan atau penurunan sebesar
Penurunan Nilai Kalori = GCV Pre-eliminary – 69,79 kal/g.
GCV Final
Kolom 1 KORELASI NILAI TS TERHADAP ACID
Penurunan nilai kalori = 5.768,82 kal/g – 30
5.720,08 kal/g
ACID (ml)

= 49 kalori 20
y = 7.3624x + 11.702
Pengaruh Nilai Total Sulphur Terhadap Gross 10 R² = 0.9949
Calorific Value 0
6500 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00
GCV FInal (kal/g)

6000 TOTAL SULPHUR (%)


5500
5000 Gambar 3. Grafik Regresi Antara Total Sulphur
y = 139.59x + 5433.4 dan Acid
4500
R² = 0.07
4000 Dilihat dari model regresi (penyebaran titik
0.00 1.00 2.00
plot) Gambar 3 dapat diterangkan bahwa
Total Sulphur (%) menunjukkan korelasi yang sangat kuat dan positif
yaitu R= 0,9975 Koefisien bernilai positif yang

7
Jurnal Teknologi Mineral FT UNMUL, Vol. 7, No. 1, Juni 2019: 1-8

berarti semakin naik nilai total sulphur batubara, ASTM 2002. D4239 Standard Test Method For
maka semakin menaikan nilai keasaman batubara. Sulphur In The Analysis Sample of Coal and
Coke Using High-Temperature Tube Furnace
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Menggunakan
Combustion Methods.
Metode Kolgomorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ASTM. 2002. D 5865 Standard Test Method For
Unstandardized Gross Calorific Value of Coal and Coke.
Residual Muchjidin. 2006. Pengendalian Mutu Dalam
33 Industri Batubara. Bandung: Institut
Normal Std. Teknologi Bandung.
256.67305965
Parametersa,b Deviation
Most Absolute 0.133 Priyatno, Duwi. 2013. Analisis Korelasi, Regresi,
Extreme Positive 0.109 dan Multivariate dengan SPSS. Yogyakarta:
Differences Negative -0.133 Gava Media.
Test Statistic 0.133 Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistika. Bandung:
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.148c PT. Alfabeta.
Jika dilihat dari Tabel 2, nilai distribusinya Sudarsono, Arief. 2003. Pengantar Preparasi dan
dapat dilihat pada kolom sig (significance) yaitu Pemanfaatannya. Bandung: Institut
sebesar 0,148. Karena nilai distribusinya lebih dari Teknologi Bandung.
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
datanya adalah normal. Sukandarrumidi. 2004. Batubara dan Gambut.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
KESIMPULAN DAN SARAN Sukandarrumidi. 2009. Batubara dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta: Gadjah Mada
Kesimpulan
University Press.
Dari penelitian yang dilakukan di PT. Carsurin
Samarinda didapatkan kesimpulan sebagai Supardi. 2013. Aplikasi Statistika Dalam
berikut : Penelitian. Jakarta: PT. Prima Ufuk Semesta.
1. Nilai total sulphur tertinggi pada Sample ID P Thomas, Larry. 2002. Coal Geology. England: Jhon
05-18-1837 adalah sebesar 1.80% , sedangkan Wiley.
nilai total sulphur terendah pada Sample ID P
05-18-1747 adalah sebesar 0.063%.
Nilai gross calorivic value final tertinggi pada
Sample ID P 05-18-1739 adalah sebesar
5940,61 kal/g, sedangkan nilai gross calorivic
value final terendah pada Sample ID P 05-18-
1825 adalah sebesar 4814,42 kal/g.
2. Setelah dikoreksi nilai acid dan total sulphur
didapatkan bahwa batubara mengalami
penurunan kalori antara, 8 hingga 54 kalori.
3. Besarnya kandungan total sulphur sangat
mempegaruhi nilai kalori pada batubara,
semakin tinggi kandungan total sulphur dengan
kenaikan 0,5% maka akan menaikan nilai gross
calorific value sebesar 69,79 kal/g.
Saran
1. Sebaiknya pada saat pemasangan benang
pembakar harus teliti agar pada saat sampel
dibakar tidak terjadi miss fire
2. Hasil perhitungan berupa persamaan dan
lainnya hanya berlaku pada sampel yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Irwandy. 2014. Batubara Indonesia. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai