Gas alam yang berasal dari batubara telah diketahui pada penambangan batubara dan merupakan
ancaman keselamatan bagi pekerja tambang karena beracun dan mematikan. Telah diketahui pula pada proses
pemboran sumur-sumur migas yang melewati lapisan batubara seringkali terjadi kick yang mengindikasikan
adanya intrusi gas ke lubang sumur atau loss circulation yang mengindikasikan adanya rekahan. Hal ini
merupakan indikasi bahwa lapisan batubara merupakan suatu reservoir. Tetapi bagaimanakah konsep sumber
gas alam ini dapat disebut sebagai reservoir coal bed methane dan potensial untuk dikembangkan pada
industri perminyakan, serta bagaimana pula evaluasi reservoir untuk memperkirakan cadangannya dengan
pendekatan metode volumetris?.
Metodologi yang digunakan sebagai solusi permasalahan ini adalah dengan menguraikan definisi dari
batubara serta gas yang terbentuk dan tersimpan dalam batubara akibat proses sedimentasinya yang disebut
coalifikasi, sehingga terbentuk pengertian mengenai coal bed methane (CBM). Dari pengertian CBM kemudian
diuraikan menurut konsep petroleum system serta komponen reservoirnya, dimana reservoir CBM selain
bertindak sebagai reservoir, sekaligus bertindak sebagai source rock. Analisis parameter sifat fisik fundamental
batuan reservoir yang digunakan dalam perhitungan cadangan dengan pendekatan metode volumetrik juga
diuraikan, karena sifat fisik fundamental batuan reservoir CBM tidak sama, namun memiliki analogi dengan
sifat fisik fundamental batuan reservoir migas konvensional.
Hasil dari kajian ini akan mendefinisikan reservoir CBM itu sendiri, sebagai gas yang dihasilkan dan
tersimpan pada lapisan batubara dengan kondisi dan syarat tertentu dilihat dari sudut pandang dunia
perminyakan. Perhitungan menggunakan data hipotetik juga diuraikan disini, sebagai gambaran sederhana
dalam perkiraan cadangan gas reservoir CBM yang dihitung dengan metode volumetris.
1.
Pendahuluan
Batuan
penutup
(seal)
reservoir yang impermeabel
untuk mencegah hidrokarbon
lolos kepermukaan.
Kondisi
reservoir
yang
direpresentasikan
sebagai
tekanan dan suhu reservoir
yang bersangkutan.
Komponen reservoir CBM
terdiri atas batuan reservoir, isi
dari reservoir yang terdiri atas
komponen utama yaitu gas alam
sedangkan air sebagai komponen
ikutan, batuan penutup (seal)
reservoir dan kondisi reservoir.
Reservoir CBM mempunyai
porositas ganda. Gas tersimpan
dalam
dua
kondisi,
yaitu
mayoritas tersimpan pada kondisi
terserap di pori mikro dan kondisi
bebas pada pori makro yang
merupakan rekahan dan disebut
sebagai cleat. Cleat terdiri atas
face cleat yang merupakan jalur
rekahan
bersifat
menerus
sepanjang pelapisan dan butt
cleat
yang
merupakan
jalur
rekahan bersifat tidak menerus.
Uniknya,
face cleat dan butt
cleat saling tegak lurus.
3. Adsorption isotherm
Adsorption
isotherm
didefinisikan sebagai kemampuan
batubara untuk menyerap gas
metana dalam kondisi tekanan
tertentu pada suhu konstan.
Adsorption isotherm dirumuskan
oleh Langmuir yang dikenal
sebagai
isotherm
Langmuir1)
dengan
persamaan
untuk
menghitung
kemampuan
menyerap (sorption capacity):
VL
p
p pL
.............(3-1)
Dimana:
V
=
sorption
capacity,
scf/cuft
=
volume
Langmuir,
VL
scf/cuft
pL
= tekanan Langmuir, psi
p
= tekanan reservoir, psi
Jumlah
gas
yang
teradsorbsi
tergantung
dari
massa
batubara
bukan
volumenya,
oleh
karena
itu
bentuk persamaan yang lebih
sering
digunakan
untuk
mengekspresikan
volume
gas
yang teradsorbsi tiap satuan
massa batubara adalah1):
VL
bp
1 bp
............(3-2)
Dimana:
= konstanta isotherm Langmuir,
Vm
scf/ton
b
= konstanta tekanan Langmuir,
1/psi
Percobaan
sorption
capacity
mengukur jumlah gas yang terserap dan
tekanan, yang divisualisasikan dalam
bentuk grafis seperti pada Gambar 3.1.
Dari
grafik
ini
dapat
ditentukan
parameter Vm dan b. Prosedur percobaan
dan penentuan parameter Vm dan b lebih
detailnya dapat dibaca pada referensi 1
dan referensi 8.
4. Kondisi Kejenuhan Reservoir CBM
Kondisi
kejenuhan
reservoir
CBM
didapatkan
dengan
mengkombinasikan data kandungan gas
(gas
content)
dari
desorption
analysis1,4,8,11) dengan grafik adsorption
isotherm. Ilustrasi plot grafik kondisi
kejenuhan reservoir CBM ini dapat dilihat
pada Gambar 3.1. Bila kandungan gas
terletak tepat di grafik sorption capacity
pada tekanan reservoir (1900 psia),
maka
kondisi
reservoir
tersebut
dikatakan jenuh (saturated) seperti
dicontohkan oleh batubara A pada
Gambar 3.1. Pada kondisi jenuh ini,
cleat terisi mayoritas oleh gas dengan
saturasi air tertentu. Bila kandungan gas
yang diukur dari contoh batubara yang
diambil langsung (undisturb sample) dari
sumur yang menembus reservoir CBM
menunjukkan hasil yang lebih rendah
dari sorption capacitynya pada tekanan
reservoirnya (1900 psia), maka reservoir
CBM berada pada keadaan dibawah titik
jenuh
(undersaturated).
Kondisi
unsaturated
ini
terjadi
akibat
cleat/rekahan
pada
reservoir
CBM
dijenuhi air 100%, seperti dicontohkan
pada Batubara B pada Gambar 3.1.
Kondisi
saturated
dan
undersaturated pada reservoir CBM ini
juga merupakan salah satu parameter
yang membedakan perilaku reservoir
CBM
dengan
reservoir
gas
alam
konvensional yaitu reservoir CBM selalu
memproduksi air terlebih dahulu dalam
jumlah
besar
sebelum
gas
mulai
terdesorpsi, terutama
pada kondisi
undersaturated, yang dinamakan proses
pengurasan air (dewatering process).
Seperti terlihat pada Gambar 3.1 untuk
batubara B, gas akan mulai terproduksi
pada tekanan desorpsi di 900 psia. Air
disini merupakan hasil dari coalifikasi
yang tersimpan pada cleat, bukan dari
akuifer.
(5-2)
Gf=43560A.h.c(1-Sw)/Bgi.. . (5-3)
Dimana:
= gas yang tersimpan
Ga
dalam matriks batubara
dalam kondisi teradsorbsi,
SCF
= gas yang tersimpan
Gf
dalam cleat batubara dalam
kondisi gas bebas, SCF
A
= luasan reservoir, acre
h
= ketebalan bersih lapisan,
ft
= densitas batubara bebas
c
abu, gr/cc
GC
= kandungan gas, SCF/ton
= porositas cleat, fraksi
cleat
Swcleat
= saturasi air pada cleat,
fraksi
= faktor volume formasi
Bgi
gas (FVF) pada tekanan
reservoir awal, cuft/SCF
43560 = faktor konversi acre-ft ke
cuft
1359,7 = perkalian antara faktor
konversi (acre-ft) ke (cuft)
dan (gr/cc) ke (ton/SCF)
Fraksi gas bebas pada cleat
batubara kadang-kadang sangat
kecil kapasitas penyimpanannya dan
dapat diasumsikan sebagai gas yang
tidak dapat diproduksikan lagi. Oleh
karena itu, volume gas yang
tersimpan pada kondisi bebas di
cleat (Gf) pada persamaan (5-3)
dapat diabaikan (bernilai nol).
Penurunan
persamaan
perhitungan
OGIP
metode
volumetris untuk volume gas yang
tersimpan dalam kondisi terserap
pada reservoir CBM diturunkan dari
persamaan
perhitungan
OGIP
metode volumetris untuk reservoir
gas konvensional.
G = A h (1 - Sw ) ............ (5-4)
Dengan menguraikan berdasarkan
komponen-komponennya
yaitu
volume bulk batuan, Vb, sebagai luas
area
reservoir,
A,
dikalikan
ketebalan reservoir, h, porositas, ,
sebagai volume pori total batuan
(Vp) dibagi dengan volume bulk
batuan dan saturasi gas, Sg,
(direpresentasikan sebagai (1-Sw)
didefinisikan sebagai volume gas
yang mengisi pori batuan, Vg dibagi
dengan volume pori total batuan.
Sehingga persamaan (5-1) dapat
diuraikan menjadi:
G = Vb
V p V gas
Vb Vp
..............(5-5)
m
.................... (5-6)
V
G = Vb
V gas m
................(5-7)
Vb m
GC =
V gas
.............................. (5-8)
m
G = Vb
V gas m
m Vb
= Vb GC
....(5-9)
Vt
........................
=c V +
V
a
(5-10)
Fv c
Vc
=
Vt
........................... (5-12)
Fv a
Va
=
Vt
........................... (5-13)
Fm c
mc
=
mt
........................... (5-14)
Fm a
ma
=
mt
........................... (5-15)
=)
(m+a)F...............
( F
mc
(5-16)
=m c
(c ) F
mc
)(..........
....(5-17)
Maka
dengan
mengatur
ulang
persaman (5-16) didapatkan densitas
batubara bebas abu (c) :
b
=
ms
Fm c
F)
............ (5-18)
Fraksi
massa
penyusun
batubara
diperoleh
dari
hasil
proximate analysis. Densitas abu
(a) diperkirakan pada harga 2,75
g/cc9) atau diambil harga densitas
abu dari interpretasi density log. Abu
diidentikkan
dengan
mineral
lempung sehingga respon density
log pada interval lempung didekat
lapisan batubara dapat digunakan
sebagai acuan kisaran.
5.2.1.2.
Koreksi
Densitas
Batubara Bebas Abu Secara
Pintas Dari Interpretasi Density
Log
Batubara mempunyai densitas yang
jauh lebih rendah dibandingkan
dengan
shale
atau
batupasir.
Sebagai hasilnya, ketebalan kotor
dari
interval
yang
didominasi
batubara
dapat
langsung
dikuantitaskan pada grafik density
log. Dalam prakteknya, ketebalan
reservoir
CBM
yang
dianalisis
menggunakan density log digunakan
harga 1,75 g/cc sebagai harga
maksimum dari densitas bulk untuk
lapisan batubara yang dianggap
mempunyai kandungan gas yang
signifikan1). Tetapi pada kasus di
cekungan
San
Juan
densitas
batubara yang menyimpan gas
dengan jumlah yang signifikan
tipikal densitasnya berkisar antara
2,4 hingga 2,5 g/cc, maka dapat
dibuat suatu kisaran bahwa densitas
batubara yang menyimpan gas yang
signifikan berkisar antara 1,7 hingga
2,5 g/cc1). Namun densitas ini belum
dikoreksi terhadap abu. Respon dari
density log untuk densitas batubara
bebas abu dapat diketahui pada
pembacaan
densitas
terendah9)
melewati interval lapisan batubara.
5.2.2. Kandungan Gas
Saturasi fluida terdiri atas saturasi
air, saturasi minyak dan saturasi
gas. Pengukuran saturasi fluida pada
analisa inti batuan rutin reservoir
migas biasanya ditentukan dengan
penentuan saturasi air terlebih
dahulu, begitu pula pada interpretasi
wireline log. Selanjutnya saturasi
minyak dan saturasi gas dapat
diketahui2).
Kandungan
gas
merupakan sifat fisik fundamental
reservoir CBM yang analogi dengan
saturasi fluida.
Pengukuran kandungan gas
pada reservoir CBM dinamakan
RF
1-
Bgi
Bga
..............(5-19)
= 0,7
o
Swcleat
o
Bgi = 0.004 cuft/SCF
o
Bga = 0,015 cuft/SCF
Pertanyaan:
Hitung cadangan reservoir CBM
Jawab:
a. Mengkoreksi densitas batubara
bebas abu:
c
Dimana
RF
= faktor perolehan, fraksi
Bga
= faktor volume formasi gas
pada tekanan reservoir abandon,
cuft/SCF
Pada volume gas reservoir CBM dalam
kondisi bebas, persamaan (5-19) dapat
diaplikasikan. Namun pada volume gas
dalam kondisi terserap, Ga, pengukuran
kandungan gas reservoir CBM diukur
pada kondisi permukaan, sehingga
tidak ada konversi FVF. Pengurangan
kandungan gas total dengan gas residu
dari
hasil
pengukuran
desorption
analysis,
merupakan
representasi
faktor perolehan. Gas residu adalah gas
yang tidak dapat bergerak lagi dan
tetap menempati pori batubara pada
kondisi abandon.
5.4. Contoh Perhitungan Perkiraan
Cadangan Gas Reservoir CBM
Diketahui data-data
Vb = 6711,6 acre-ft
b = 2,22 gr/cc
a = 2,75 gr/cc
Dari percobaan proximate analysis
diketahui:
o
Massa batubara total
= 100 gr
o
Massa abu
= 10 gr
Dari hasil percobaan desorption
analysis untuk 100 gr sampel
batubara diketahui:
o
Perkiraan gas hilang
= 50 cc
o
Gas terukur pada canister
= 260 cc
o
Gas residu
= 20 cc
Dari
hasil
analisa
gas
chromatography,
diketahui
gas
reservoir CBM merupakan 100%
metana.
Dari hasil analisa grafik adsorption
isotherm diketahui reservoir CBM
dalam kondisi undersaturated dan
diketahui parameter:
= 0,14
o
cleat
Fma
Fmc
10
2,75
100
c
100 90
100
c = 2,16 gr/cc
2,22
b.
7. Daftar Pustaka
c.
1.
= (1359,7)(6711,59)
(2,16)(5563,28)
d.
e.
Gp
= 109661,12 MMSCF
Menghitung
volume
gas
bebas:
Gf = [43560 A h c
(1-Sw)/Bgi] (1- (Bgi/Bga)
=(43560)(6711,59)
(0,14)(1-0,7)/(0.004)]
[1- (0,004/0,015]
= 2251,15 MMSCF
Menghitung cadangan gas :
= (Ga + Gf)
= 109661,12 + 2251,15
= 111912,27 MMSCF
= 111,91 Bscf
2.
3.
4.
5.
6. Kesimpulan
6.
7.
8.
Annual
Convention
Exhibition, October 2001.
Gambar 2.1.
Hubungan volume gas yang terbentuk sebagai fungsi rank batubara3)
Gambar 3.1.
Deskripsi grafik kombinasi adsorption isotherm dan data kandungan gas yang menerangkan kondisi
kejenuhan reservoir CBM(8)
and