Anda di halaman 1dari 5

Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5, No.

1, Mei 2022 : 45 - 49

Optimalisasi Peningkatan Kualitas Batubara Dengan Menggunakan Metode


Flotasi

Optimization of Coal Quality Improvement Using the Flotation Method

Shima Parameswari Adji 1, Subandrio*1, Fadliah1, Suliestyah1, Riskaviana Kurniawati 1

1
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas
Trisakti, Jalan KyaiTapa No. 1, Tomang, Grogol Petamburan, Jakarta Barat (11440), Indonesia

*E-mail untuk korespondensi (corresponding author): subandrio@trisakti.ac.id

ABSTRAK – Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yaitu batuan sedimen yang mudah
terbakar, proses pembentukan batubara berasal dari endapan organik yang merupakan hasil dari dedaunan,
batang pohon yang prosesnya dimulai dari pembatubaraan. Susunan batubara terdiri dari karbon, hidrogen
dan oksigen.Batubara di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi tetapi kegunaannya masih
belum optimal, salah satu faktor belum optimalnya tingginya kadar sulfur batubara yang menyebabkan
pencemaran lingkungan dan tidak baik untuk kesehatan masyarakat. Sehingga perlu dilakukan peningkatan
kualitas batubara yang dapat ditingkatkan berdasarkan analisis ultimateyang berfokus pada kadar sulfur
batubar Untuk peningkatan kualitas batubara salah satunya dapat dilakukan dengan metode flotasi dan
dilanjutkan dengan uji kadar metode escha. Variabel yang akan akan di analisis yaitu variasi ukuran partikel
40mesh, 70 mesh dan 100 mesh, dan variasi pH 5,5 dan 6,5. Sehingga diperoleh kadar sulfur batubara yang
optimal dengan ukuran partikel 100 mesh pH 6.5 dengan nilai sulfur batubara 0.07%.

Kata kunci: batubara, flotasi, variabel flotasi, uji metode escha

ABSTRACT – Coal is one type of fossil fuel, namely sedimentary rock that is flammable, the process of coal
formation comes from organic deposits which are the result of leaves, tree trunks, the process starts from
coal. The composition of coal consists of carbon, hydrogen and oxygen. Coal in Indonesia is widely used as an
energy source but its use is still not optimal, one of the factors is that the high sulfur content of coal is not
optimal which causes environmental pollution and is not good for public health. So it is necessary to improve
the quality of coal which can be improved based on the ultimate analysis which focuses on coal sulfur content.
The variables that will be analyzed are variations in particle size of 40 mesh, 70 mesh and 100 mesh, and
variations in pH 5.5 and 6.5. So that the optimal coal sulfur content is obtained with a particle size of 100
mesh pH 6.5 with a coal sulfur value of 0.07%.

Keywords: coal, flotation, flotation variable, Escha method test

PENDAHULUAN
Menurut (Anshariah, A. R., 2016), Batubara merupakan salah satu jenis bahan bakar fosil yaitu
batuan sedimen yang mudah terbakar, proses pembentukan batubara berasal dari endapan
organik yang merupakan hasil dari dedaunan, batang pohon yang prosesnya dimulai dari
pembatubaraan. Susunan batubara terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Tingkatan
pembentukan batubara dipengaruhi oleh adanya tekanan, panas dan waktu. Tingkatan batubara
dimulai dari antrasit, bituminus, subbituminus, lignit, gambut. Pada batuan organik terdapat dua
jenis yaitu sifat kimia dan fisika yang dapat ditemukan dalam berbagai jenis bentuk batuan organik.

45
Naskah masuk : 02 / 03 /2022, revisi pertama : 05 / 04 / 2022 , revisi kedua : 24 / 04 / 2022 , revisi terakhir : 25 / 05 / 2022
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5, No. 1, Mei 2022 : 45 - 49

Jenis pada batubara cukup beragam yang dapat dilihat berdasarkan nilai kalori, kadar abu, kadar
zat terbang, kadar air, nilai sulfur, kadar karbon dan hidrogen. Penggolongan jenis batubara dapat
dilihat berdasarkan sifat pembakarannya yang dapat berubah menjadi jenis menjadi antrasit,
bitumen, subbitumin, dan lignit. Berdasarkan jenis kualitas batubara yang dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari yaitu jenis batubara antrasit hal tersebut disebabkan karena proses
pembakarannya bagus tetapi jumlah cadanganya semakin sedikit sedangkan jenis batubara
bitumen pada proses pembakarannya menghasilkan karbonisasi sebagai kokas, bahan kimia
batubara, dan gas pabrik kokas. (Aladin, A., 2011).

Batubara di Indonesia banyak dimanfaatkan sebagai sumber energi tetapi kegunaannya masih
belum optimal, salah satu faktor belum optimalnya terdapat pada kualitas batubara yang masih
rendah. Sehingga perlu dilakukan peningkatan kualitas batubara yang dapat ditingkatkan
berdasarkan analisis ultimate yang berfokus pada kadar sulfur batubara. Untuk peningkatan
kualitas batubara salah satunya dapat dilakukan dengan metode flotasi. (Widodo, S. T., 2012).
Menurut (Rodliyah Isyatun, N. A., 2010), Metode flotasi adalah salah satu metode yang dapat
meningkatkan kualitas batubara dengan proses pemisahan yang memanfaatkan sifat permukaan
mineral terhadap air yang hidrophobik. Pada proses flotasi terdapat dua sifat yaitu fisika dan kimia
pada permukaan mineral. Sehingga berdasarkan sifat permukaannya terbagi menjadi dua yaitu
mineral hidrophobik dan hidrofilik. Pada flotasi terdapat reagen utama yang mempengaruhi proses
flotasi yaitu kolektor, frother, dan depresant. Parameter sifat fisika yaitu terdapat desail sel,
pengadukan, laju air udara, ukuran butir partikel, dan ukuran gelembung dan sifat kimia yaitu pH,
reagen, dan konsentrasi slurry. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tetarik untuk
melakukan penelitian “ Optimalisasi Peningkatan Kualitas Batubara Dengan Menggunakan Metode
Flotasi” dalam skala Laboratorium Pengolahan Bahan Galian.

METODE

Batubara
Menurut (Anshariah, A. R., 2016), Proses terbentuknya batubara membutuhkan waktu yang lama
yaitu puluhan juta tahun sampai dengan ratusan juta tahun, terbentuknya batubara dimulai dari
gambut menjadi lignite, subbituminous, bituminous, sampai dengan antrasit. Terbentuknya
batubara dimulai pada proses penggambutan sampai dengan pembatubaraan yaitu dimana proses
pengeluaran dari zat pembakar (O2) dengan bentuk karbon dioksida (CO2) dan air (H2O) sehingga
menyebabkan konsentrasi karbon tetap (fixed carbon) pada batubara.

Sulfur Batubara
1. Sulfur piritik (FeS2), memiliki nilai 20- 30% pada sulfur total dan terisolasi didalam abu,
terjadinya makrodeposit dan mikrodeposit. Umumnya sulfur piritik bisa dihilangkan dengan
proses pencucian, sehingga sulfur organik dan sulfur sulfat akan sulit dihilangkan.
2. Sulfur organik, memiliki nilai 30-80% pada sulfur total dan secara kimia memiliki ikatan yang
terdapat didalam batubara, yang dimana dapat berasosiasi dengan sulfat pada proses
pembatubaraan.
3. Sulfur sulfat, memiliki kandungan kalsium sulfat, natrium sulfat, dan besi sulfat, dengan
memiliki jumlahnya kecil dibandingkan dengan batubara yang sudah mengalami proses
oksidasi.

Pada proses sulfur terbentuknya keasaman yang bersamaan dengan terbentuknya kadar sulfur
pada batubara berlangsungnya dengan proses pembatubaraan. Dengan terdapatnya nilai asam
pada saat proses pemanasan didalam tanah juga terjadi pada saat proses pembatubaraan. Sulfur
memiliki bentuk ikatan senyawa pada saat mengalami kontak bersamaan dengan air. (Kuntaarsa,
A., dan Subagyo, P., 2019).

46
Naskah masuk : 02 / 03 /2022, revisi pertama : 05 / 04 / 2022 , revisi kedua : 24 / 04 / 2022 , revisi terakhir : 25 / 05 / 2022
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5, No. 1, Mei 2022 : 45 - 49

SO2 + H2O  H2SO4

Keterangan : SO2 adalah senyawa belerang oksida H2O yaitu air H2SO4 adalah senyawa asam sulfat
yang merupakan suatu ikatan senyawa yang berada diatas proses terjadinya pemanasan didalam
tanah. Senyawa asam sulfat yaitu proses pemanasan didalam tanah yang terurai menjadi H2S yaitu
sebagai kandungan keasaman batubara. Pada reaksi dibawah ini (Istomo, F. P., & Tristiasti, A.,
2017):

H2SO4  H2S + 2O2

Flotasi
Menurut (Rodliyah Isyatun, N. A., 2010), Flotasi adalah salah satu metode yang dapat meningkatkan
kualitas batubara dengan proses pemisahan yang memanfaatkan sifat permukaan mineral
terhadap air yang hidrophobik. Pada proses flotasi terdapat dua sifat yaitu fisika dan kimia pada
permukaan mineral. Sehingga berdasarkan sifat permukaannya terbagi menjadi dua yaitu mineral
hidrophobik dan hidrofilik. Pada flotasi terdapat reagen utama yang mempengaruhi proses flotasi
yaitu kolektor, frother, dan depresant. Parameter sifat fisika yaitu terdapat desail sel, pengadukan,
laju air udara, ukuran butir partikel, dan ukuran gelembung dan sifat kimia yaitu pH, reagen, dan
konsentrasi slurry.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan percobaan mengenai optimalisasi peninngkatan kualitas batubara dengan


metode flotasi. Didapatkan berdasarkan variabel yang mempengaruhi nilai kadar sulfur batubara,
variasi yang digunakan yaitu variasi ukuran partikel, dan pH. Percobaan diawali dengan dilakukan
proses preparasi sampel batubara yang selanjutnya dilakukan proses peremukan, penggerusan,
pengayakan yang memiliki tujuan untuk memisahkan partikel berdasarkan ukuran partikelnya
kemudian dilanjutkan dengan proses sampling untuk menganalisis nilai sulfur batubara dengan
menggunakan metode escha.

Hubungan Variasi pH dengan Nilai Sulfur Batubara

Tabel 1. Hubungan Variasi pH Terhadap Nilai Sulfur Batubara


Kadar Sulfur
Ukuran Partikel (Mesh) Variasi pH
(%)
5.5 0.14
40 6.5 0.11
5.5 0.14
70 6.5 0.11
5.5 0.15
100
6.5 0.07

Hasil percobaan yang didapatkan pada desulfurisasi batubara yang dilakukan secara flotasi
dengan ukuran variasi pH 5.5 dan 6.5 dengan minyak CPO (crude palm oil) 40 mL dan 80 mL dapat
dilihat pada Tabel 1. Hasil yang diperoleh pada variasi pH 5.5 pada ukuran partikel 40 mesh dan
70 mesh dengan nilai sulfur batubara sebesar 0.14 % dan 0.11 %. Pada variasi pH 6.5 didapatkan
nilai sulfur sebesar 0.07 % sedangkan pada pH 5,5 didapatkan nilai sulfur batubara sebesar 0.15%.
Variasi pH sangat mempengaruhi nilai sulfur batubara yang optimal karena pada kondisi basa pada
proses flotasi berlangsung mengakibatkan pulp batubara tidak menempel pada surfaktannya.
Sehingga pada proses desulfurisasi. pada flotasi digunakan variasi pH asam untuk mendapatkan
nilai kadar sulfur yang optimal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi pH lebih optimal pada

47
Naskah masuk : 02 / 03 /2022, revisi pertama : 05 / 04 / 2022 , revisi kedua : 24 / 04 / 2022 , revisi terakhir : 25 / 05 / 2022
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5, No. 1, Mei 2022 : 45 - 49

pH 6.5 dengan nilai kadar sulfur yang diperoleh 0.07% dan pH pada 5.5 didapatkan nilai sulfur
yang besar yaitu 0.15%, hal ini disebabkan karena sulfur dalam bentuk pirit lebih mudah
mengalami ionisasi yang membentuk molekul polar dengan terdapat ion asam. Pirit yang
berbentuk ion akan lebih hidrofilik sehingga akan mengikat komponen hidrofilik lainnya (air)
sehingga akan lebih mudah terpisahkan dari campuran batubara (komponen hidrofobik). Tetapi
dalam keadaan basa campuran slurry dengan terdapatnya anion (OH-) sulit untuk mendapatkan
kehidrofilikan pirit, begitu sebaliknya anion OH- (yang bermuat negatif) lebih cenderung tolak
menolak dengan molekul pirit yang muatannya negatif parsial (pada atom Fe pirit lebih memiliki
pasangan elektron bebas dengan kulit terluar dan sifatnya elektronegatif). Sehingga
menyebabkan molekul pirit lebih sulit ditarik pada keadaan batubara dengan pH basa.

Gambar 1. Grafik Hubungan variasi pH Dengan Nilai Sulfur Batubara

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis optimalisasi peningkatan kualitas batubara dengan metode flotasi dapat
ditarik kesimpulan yaitu, sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil proses desulfurisasi batubara dengan metode flotasi didapatkan pH yang
optimal terhadap nilai sulfur batubara yaitu terdapat pada pH 6.5 dengan desulfurisasi
batubara sebesar 0.07% sedangkan pada pH 5.5 didapatkan desulfurisasi batubara sebesar
0.15%.
2. Berdasarkan hasil percobaan desulfurisasi batubara dengan metode flotasi terhadap ukuran
partikel didapatkan desulfurisasi batubara yang optimal sebesar 0.07%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Jurusan Teknik Pertambangan yang sudah
memberikan fasilitas untuk keperluan analis dalam melakukan penelitian, penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ibu Dosen yang sudah mempercayakan saya dalam
pembuatan jurnal ini, dan ucapan terima kasih kepada keluarga, teman yang sudah memberikan
semangat dalam menyelesaikan jurnal ini.

DAFTAR PUSTAKA
Aladin, A. (2011). “Penentuan Rasio Optimum Campuran CPO:Batubara Dalam Desulfurisasi dan
Deashing Secara Flotasi Sistem Kontinyu”. Jurnal Rekayasa, 1-7.

Anshariah, A. R. (2016). Analisis kadar Sulfur Terhadap Kualitas Batubara Di Kecamatan Tanah
Grogot Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Geomine, 1-5.

48
Naskah masuk : 02 / 03 /2022, revisi pertama : 05 / 04 / 2022 , revisi kedua : 24 / 04 / 2022 , revisi terakhir : 25 / 05 / 2022
Indonesian Mining and Energy Journal Vol. 5, No. 1, Mei 2022 : 45 - 49

Istomo, F. P., & Tristiasti, A. (2017). “Penetapan Nilai Kalori Dalam Batubara Dengan Kalorimeter
Parr 6200”. Jurnal Sains Natural Universitas Nusa Bangsa, 83-90.

Kuntaarsa, A., & Subagyo, P. (2019). “Pengaruh Laju Alir Udara Pada Desulfurisasi Batubara Dengan
Menggunakan Gel Lidah Buaya”. Simposium Nasional RAP XVIIII, 1-6.

Martiningtyas Indriyani, N. Q. (2019). Penentuan Lingkungan Pengendapan Batubara Berdasarkan


Karakteristik dan Maseral Batubara di PT X, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Jurnal Geosains
Dan Teknologi , 1-10.

Parameswari, A. S. (2021). Analisis Pengaruh Variavel Flotasi Terhadap Desulfurisasi Batubara


Dengan Menggunakan CPO (crude palm oil) Di Laboratorium Pengolahan Bahan Galian. Jakarta:
2021.

Rodliyah Isyatun, N. A. (2010). Pengaruh Jenis Kolektor Anionik Ditiofosfat Pada Flotasi Ruah
Mineral Sfalerit Dan Kalkopirit. Jurnal Teknologi Mineral Dan Batubara Volume 06, 13-26.

Safitri, H. N. (2017): “Pengembangan Alat Praktikum Kalorimeetr Bom Pada Pokok Bahasan Kalor”.
Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Sepfitrah. (2016). Analisis Ultimate Kualitas Batubara Hasil Tambang Di Riau. Jurnal sainstek STT-
Pekanbaru, 1-9.

Widodo, S. T. (2012). Hubungan Kualitas Batubara Terhadap Kedalaman Pada Lapisan batubara
Seam A20 Daerah Merandai Kotamadya Samarinda Kalimantan Timur. Jurnal Teknologi Terpadu
No.i Vol.2, 1-9.

49
Naskah masuk : 02 / 03 /2022, revisi pertama : 05 / 04 / 2022 , revisi kedua : 24 / 04 / 2022 , revisi terakhir : 25 / 05 / 2022

Anda mungkin juga menyukai