Anda di halaman 1dari 7

JBAT 4 (1) (2015) 27-33

Jurnal Bahan Alam Terbarukan


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jbat

Adsorpsi Pb2+ Dalam Limbah Cair Artifisial Menggunakan Sistem Adsorpsi


Kolom Dengan Bahan Isian Abu Layang Batubara Serbuk dan Granular

Widi Astuti1, dan Bayu Kurniawan2

DOI 10.15294/jbat.v4i1.3771

Prodi Teknik Kimia D3, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Article Info Abstrak


Sejarah Artikel: Batubara merupakan salah satu sumber energi alternatif yang murah. Oleh
Diterima April 2015 karena itu, penggunaan batubara di Indonesia meningkat pesat setiap tahunnya.
Disetujui Mei 2015 Penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkun-
Dipublikasikan Juni 2015
gan baik limbah gas seperti CO2, NOX, CO, SO2, hidrokarbon maupun limbah
Keywords: padat yang berupa abu layang dan abu dasar. Abu layang mengandung SiO2,
Pb2+, adsorption, coal Al2O3, dan sisa karbon yang tidak terbakar sehingga potensial digunakan sebagai
fly ash, breakthrough. adsorben. Pada penelitian ini, kemampuan adsorpsi abu layang ditingkatkan mela-
lui aktivasi termal dan diuji untuk menjerap ion Pb2+ dalam limbah cair artifisial.
Adsorpsi dilakukan pada sistem kolom yang berlangsung kontinyu menggunakan
bahan isian abu layang teraktivasi, dalam bentuk serbuk dan granular, pada laju
alir influen yang bervariasi. Hasilnya, laju alir mempengaruhi nilai kapasitas (qo),
konstanta thomas (KtH) dan waktu breakthrough.

Abstract
Coal is one of the inexpensive alternative energy. Therefore, the usage of coal in indonesia has
been increased every year. It produces waste that can pollute the environment including gases
waste such as CO2, NOX, CO, SO2, hydrocarbons and solid waste including fly ash and bot-
tom ash. Coal fly ash is composed of SiO2, Al2O3 and unburned carbon that enables it to
act as a potential adsorbent. In this research, the adsorption capasity has increased by thermal
activation and used to adsorp Pb2+ ion in wastewater. The adsorption was carried out in
packed column contains powder and granular activated fly ash. In the system, flow rate was
varied. The results show that flow rate influences adsorption capacity, Thomas constant and
breakthrough time.

© 2015 Semarang State University



Corresponding author: ISSN 2303-0623
Gedung E1 Lantai 2 Fakultas Teknik
Kampus Unnes Sekaran Gunung Pati, Semarang 50229
E-mail: widi_astuti@mail.unnes.ac.id
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

PENDAHULUAN Adsorpsi merupakan proses akumula-


si adsorbat (zat yang dijerap) pada permukaan
Bertambahnya industri kelistrikan yang adsorben (padatan penjerap), yang disebabkan
menggunakan batubara sebagai sumber energi oleh adanya gaya tarik menarik antara molekul
mengakibatkan penumpukan limbah abu layang padatan dengan material terjerap (fisisorpsi) atau
batubara yang relatif besar. Abu layang yang di- interaksi kimia (kemisorpsi). Metode adsorpsi te-
hasilkan PLTU di seluruh dunia mencapai 500 lah terbukti efektif untuk mengurangi konsentrasi
juta ton per tahun (Ahmaruzzaman, 2010). Di logam dan senyawa organik di perairan, dianta-
Indonesia, PLTU Suralaya menghasilkan abu ranya menggunakan zeolit (Vucinic dkk., 2002),
layang sebanyak 1.200 ton per hari pada tahun karbon aktif (Al-Degs dkk., 2008), abu layang
2002 (Sukandarrumidi, 2006), sementara PLTU (Wang dan Baxter, 2007), sepiolit (Dogan dkk.,
Tanjungjati menghasilkan abu layang 14.000 2007), peat (Ho dan McKay, 1999) serta bento-
ton per bulan pada tahun 2008 (data primer dari nit (Hefne dkk., 2008). Adsorpsi dengan meng-
PLTU Tanjungjati). Saat ini pemanfaatan abu gunakan kayu randu mampu menjerap ion Pb
layang batubara masih sangat terbatas, sehingga (II) dengan efisiensi mencapai 97,53% (Astuti
seringkali menimbulkan masalah pencemaran dan Susilowati, 2014). Namun, adsorpsi tersebut
lingkungan yang cukup serius di banyak negara pada umumnya masih dilakukan secara batch di-
(Sukandarrumidi, 2006). Di dunia, pemanfaatan- mana adsorben dicampurkan pada larutan yang
nya rata-rata hanya 16% dari total abu layang ba- tetap jumlahnya dan diamati perubahan kua-
tubara yang dihasilkan (Ahmaruzzaman, 2010). litasnya pada selang waktu tertentu. Berbeda
Sementara di Amerika Serikat, hanya 30% abu dengan sistem kolom, larutan selalu dikontak-
layang batubara yang digunakan dalam industri kan dengan adsorben sehingga adsorben da-
semen dan konstruksi, sedangkan sisanya di- pat mengadsorp dengan optimal sampai kon-
buang (Apiratikul dan Pavasant, 2008). disi jenuh yaitu pada saat konsentrasi efluen
Di sisi lain, sejalan dengan pertumbuhan (larutan yang keluar) mendekati konsentrasi
dan perkembangan penduduk, kebutuhan air influen (larutan awal). Oleh karena itu, sistem
untuk berbagai keperluan semakin meningkat. kolom ini lebih menguntungkan karena pada
Pemenuhan kebutuhan air bersih saat ini sudah umumnya memiliki kapasitas lebih besar di-
menjadi masalah yang cukup serius karena me- bandingkan dengan sistem batch, sehingga lebih
ningkatnya pencemaran air oleh logam berat, se- sesuai untuk aplikasi dalam skala besar. Pada
perti merkuri (Hg), timbal (Pb), kadmium (Cd), sistem kolom dapat dilakukan dengan dua cara
krom (Cr), tembaga (Cu), perak (Ag) maupun aliran yaitu aliran dari atas kebawah (down flow)
senyawa organik, seperti benzena, fenol, toluena, atau aliran dari bawaha ke atas (up flow). Pada
naftalena dan zat warna, yang dihasilkan oleh in- penelitian ini digunakan sistem down flow dima-
dustri-industri elektroplating, pengolahan logam, na pengaturan laju alirnya lebih mudah.
tekstil, cat, tinta, dan sebagainya. Pencemaran
ini menimbulkan beragam pengaruh terhadap
METODE
manusia dan sangat merugikan karena sebagian
besar zat-zat tersebut bersifat karsinogenik (Ha-
ryoto dan Wibowo, 2004). Peralatan yang digunakan dalam peneli-
Dilandasi oleh sejumlah fakta tentang tian ini meliputi AAS, FTIR, dan surface area
bahaya yang ditimbulkan oleh logam berat dan analyzer untuk analisis dan karakterisasi adsor-
senyawa organik, beberapa metode telah dikem- ben kolom adsorpsi, stopwatch, neraca analitik,
bangkan untuk mengatasi pencemaran logam be- bak penampung efluen dan influen serta bebera-
rat dan senyawa organik di perairan, diantaranya pa alat gelas. Bahan-bahan yang digunakan da-
presipitasi, ekstraksi, separasi dengan membran lam proses adsorpsi yaitu abu layang batubara
(Pak dan Muhammadj, 2006), pertukaran ion sebagai adsorben yang diperoleh dari PT. Tan-
(Trgo dkk., 2006) dan adsorpsi (Garg dkk., 2004). jungdjati Jepara, PbNO3 dan akuades.
Presipitasi merupakan metode yang paling eko-
nomis tetapi kurang efektif untuk larutan encer. Preparasi adsorben abu layang
Sementara, pertukaran ion dan separasi dengan Abu layang diayak menggunakan ayakan
membran pada umumnya efektif tetapi memerlu- 150 mesh, kemudian dicuci dengan akuades. Abu
kan peralatan dan biaya operasional relatif tinggi. layang yang telah dicuci dimasukkan ke dalam
Adsorpsi merupakan salah satu metode alternatif furnace dengan suhu 400oC selama 5 jam. Pada
yang menjanjikan karena prosesnya yang relatif penelitian ini digunakan abu layang serbuk dan
sederhana, murah dan dapat bekerja pada kon- abu layang granular yang dibuat dengan penam-
sentrasi rendah. bahan karagenan 20%.

28
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

Studi adsorpsi larutan ion Pb2+ oleh adsorben kan adanya vibrasi rentangan asimetris eksternal
abu layang (Si-O-Si) dan internal (O-Si-O) (Landman, 2003),
Abu layang sebanyak 10 gram dimasuk- sebagaimana terlihat pada Gambar 1. Sementara,
kan ke dalam kolom adsorber yang berdiameter analisis FTIR abu layang granular menunjukan
2 cm dengan ketinggian 20 cm. Selanjutnya, la- adanya kenaikan persen transmitan dan perpin-
rutan Pb2+ dengan konsentrasi 50 mg/L dialirkan dahan pergeseran serapan dari 1738,89 cm-1 men-
secara down flow ke dalam kolom dengan variasi jadi 1736,07 cm-1 . Hal ini menunjukan adanya
laju alir 2 dan 3 mL/menit. Sementara, kecede- penambahan gugus O-H yang berasal dari ka-
rungan konsentrasi efluen setiap jam dipelajari ragenan. Selain itu juga terlihat adanya puncak
menggunakan kolom dengan diameter 7 cm dan baru pada bilangan gelombang 1370.81 cm-1
ketinggian 70 cm. Abu layang sebanyak 100 gram dan pada bilangan gelombang 1217.27 cm-1 yang
dimasukkan kedalam kolom, selanjutnya larutan menunjukan adanya gugus S=O, dimana hal ini
Pb2+ dengan konsentrasi 100 mg/L dialirkan se- menunjukan adanya gugus sulfonat dari karage-
cara down flow ke dalam kolom dengan variasi nan. Sementara pada granular abu layang setelah
laju alir 2 mL/menit, 4 mL/menit, dan 6 mL/ adsorpsi menunjukan penurunan intensitas pada
menit. Sebagai pembanding, juga dilakukan pro- bilangan gelombang 1735,28 cm-1, 1370,86 cm-1
ses adsorpsi menggunakan abu layang granular. dan 1035 cm-1 yang menandakan sisi aktif seperti
Abu layang granular sebanyak 87 gram dimasuk- O-Si-O dan gugus O-H pada abu layang semakin
kan dalam kolom dengan diameter 7 cm, selan- menurun akibat dari proses adsorpsi. Hal ini me-
jutnya larutan Pb2+ dengan konsentrasi 100 mg/L negaskan jika adsorpsi yang terjadi merupakan
dialirkan secara down flow dengan laju alir masuk kemisorpsi yang terjadi pada situs aktif yang
6 mL/menit. Pada setiap tahap proses adsorpsi mengalami penurunan intensitas tersebut.
dilakukan analisis kadar Pb2+ dalam larutan ef-
luen setiap jam menggunakan AAS. Studi adsorpsi larutan ion Pb2+ oleh adsorben
abu layang pada sistem kolom
HASIL DAN PEMBAHASAN Adsorpsi abu layang dalam penelitian ini
bertujuan untuk menurunkan kadar logam Pb2+
Karakterisasi adsorben yang terkandung dalam limbah artifisial. Sistem
Karakterisasi terhadap adsorben yang di- adsorpsi yang digunakan merupakan sistem ko-
gunakan dalam penelitian ini meliputi analisis lom yang merupakan sistem kontinyu yang ope-
luas permukaan spesifik menggunakan surface rasinya selalu mengontakkan adsorben dengan
area analyzer dan gugus fungsi. Sampel abu la- larutan baru.
yang serbuk sebelum aktivasi memiliki luas per- Rangkaian sistem kolom yang digunakan
mukaan sebesar 7,883 m2/g, sementara pada tersaji pada Gambar 2. Model aliran yang digu-
abu layang sesudah aktivasi menunjukan adanya nakan adalah aliran dari atas ke bawah. Pada
kenaikan luas permukaan menjadi 12,605 m2/g. model ini, limbah akan teradsorpsi secara cepat
Hal ini karena pemanasan 400oC dapat mengu- dan efektif. Lapisan atas adsorben merupakan la-
bah sebagian karbon yang tidak terbakar dalam pisan tempat terjadinya kontak langsung antara
abu layang menjadi gas CO2. Reaksi ini mening- pemukaan adsorben dengan larutan berkonsent-
galkan lubang-lubang yang dapat meningkatkan rasi tinggi (Co), sementara lapisan adsorben diba-
luas permukaan. Pada abu layang granular me- wahnya akan menyerap larutan dengan konsent-
nunjukan penurunan luas permukaan menjadi rasi lebih rendah, dan seterusnya. Namun seiring
2,984 m2/g. Hal ini disebabkan oleh tertutupnya dengan berjalannya waktu, adsorben akan men-
sebagian pori oleh karagenan yang ditambahkan capai kondisi jenuh, yaitu kondisi dimana adsor-
sebagai binder. ben sudah tidak dapat mengadsorpsi kontaminan
Analisis gugus fungsi juga dilakukan un- terlarut atau dengan kata lain berkurangnya efi-
tuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang siensi penyerapannya sehingga konsentrasi kelu-
terjadi pada abu layang serbuk, abu layang gra- ar (Ct) pada efluen mendekati konsentrasi larutan
nular sebelum adsorpsi, dan abu layang granular masuk (influen).
setelah adsorpsi. Analisis ini dilakukan menggu- Pada penelitian ini, laju alir influen dipe-
nakan spektroskopi inframerah pada bilangan lajari pada 2 mL/menit dan 3 mL/menit dengan
gelombang 400-4000 cm-1. Pada spektra IR abu konsentrasi Pb2+ dalam larutan influen 50 mg/L.
layang serbuk teraktivasi terlihat adanya puncak- Adsorben yang digunakan sebanyak 10 gram
puncak pada bilangan gelombang antara lain yang dimasukkan dalam kolom dengan keting-
1738,89 cm-1 yang menandakan adanya vibrasi gian 20 cm dan diameter dalam 2 cm, sehingga
OH tekukan, pada 1367,08 cm-1 yang menanda- menghasilkan ketinggian adsorben abu layang 7

29
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

Gambar 1. Spektra IR
cm. Proses adsorpsi dilakukan selama 1320 me- maka konsentrasi efluen akan semakin mendeka-
nit (22 jam) dan larutan efluen diambil setiap ti konsentrasi influen.
60 menit untuk dianalisis kandungan Pb2+ yang Untuk mengetahui kapasitas adsorpsi sela-
tersisa menggunakan AAS. Hasil adsorpsi pada ma proses adsorpsi dapat dihitung menggunakan
sistem ini tersaji dalam Gambar 3. persamaan Thomas, dengan rumus sebagai beri-
kut :

...(i)

dengan :
Kth : konstanta thomas (L/mg/menit)
qo : kapasitas adsorpsi (gr/gr)
m : massa adsorben (gr)
Q : Laju alir (mL/menit)
Co : Konsentrasi awal (mg/L)
t : waktu (menit)
Ct : Konsentrasi keluar (mg/L)

Gambar 2. Model Sistem Adsorpsi Kolom Nilai konstanta Kth dan qo dapat diketahui
melalui nilai slope dan intersep persamaan (1).
Data pada Gambar 3 menunjukan bahwa Berdasarkan persamaan tersebut diketahui nilai
konsentrasi efluen pada setiap jam mengalami qo pada laju alir 2 dan 3 mL/menit berturut-turut
kenaikan. Pada laju alir influen 2 mL/menit ter- adalah 11,51 mg/g dan 15,907 mg/g sedang-
lihat bahwa konsentrasi Pb2+ pada efluen pada kan nilai Kth pada laju alir 2 dan 3 mL/menit
0-600 menit pertama hampir tidak ada atau den- berturut-turut sebesar 0,000088 L/mg/menit dan
gan kata lain hampir semua ion Pb2+ telah terad- 0,000104 L/mg/menit. Sementara, kurva bre-
sorpsi oleh abu layang. Sementara setelah 600 akthrough yang diperoleh dari hasil plot nilai Ct/
menit, konsentrasi Pb2+ pada efluen mulai men- Co terhadap waktu tersaji pada Gambar 4.
galami kenaikan. Jika dibandingkan dengan laju Kurva breakthrough pada Gambar 4 me-
alir influen 3 mL/menit terlihat bahwa kenaikan nunjukkan bahwa nilai Ct/Co terus mengalami
konsentrasi ion Pb2+ dalam efluen mulai terjadi kenaikan hingga mendekati 1, yang artinya kon-
setelah menit ke-420. Hal ini disebabkan karena sentrasi efluen semakin lama akan semakin sama
pada laju alir yang lebih tinggi maka jumlah ion dengan konsentrasi influennya. Perbedaan laju
Pb2+ yang masuk ke dalam kolom pada menit alir influen akan berpengaruh terhadap waktu
yang sama juga semakin banyak. Kenaikan kon- breakthrough yaitu waktu yang dibutuhkan larutan
sentrasi efluen terjadi akibat sebagian adsorben efluen untuk mengandung ion Pb(II) sebanyak le-
abu layang dalam kolom telah memasuki tahap bih dari 50% dari konsentrasi influennya, yaitu
jenuh sehingga efisiensi adsorpsi abu layang 25 mg/L. Pada laju alir yang lebih tinggi, maka
semakin menurun. Jika proses ini dilanjutkan waktu breakthrough semakin cepat, akibat dari

30
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

Gambar 3. Pengaruh waktu terhadap konsentrasi efluen pada laju alir influen bervariasi

Gambar 4. Kurva Breakthrough

bertambahnya ion Pb2+ yang masuk ke dalam yang teradsorpsi. Pada laju alir yang lebih rendah
kolom per satuan waktu sehingga adsorben pada yaitu 2 mL/menit, terlihat penurunan konsent-
laju alir yang lebih tinggi menjadi lebih cepat je- rasi efluen yang lebih besar bila dibandingkan
nuh. Waktu breakthrough pada laju alir 2 mL/me- dengan pada laju alir 4 dan 6 mL/menit. Hal ini
nit adalah 1300 menit sedangkan pada laju alir 3 karena tekanan pada laju alir yang rendah men-
mL/menit lebih singkat yaitu 1080 menit. jadi lebih kecil jika dibandingkan dengan laju alir
Pengaruh laju alir dan bentuk abu layang yang lebih tinggi sehingga waktu kontak antara
dipelajari menggunakan kolom yang memili- adsorbat dengan adsorben menjadi lebih besar
ki ukuran lebih besar dengan diameter dalam 7 dan jumlah Pb2+ yang dapat teradsorpsi semakin
cm dan diisi dengan adsorben abu layang terak- besar.
tivasi berbentuk serbuk sebanyak 100 gram yang Bentuk abu layang juga mempengaruhi pe-
menghasilkan ketinggian adsorben 7 cm. Proses nurunan konsentrasi Pb2+ pada efluen. Pada ben-
adsorpsi ini dilakukan selama 420 menit (7 jam) tuk serbuk, konsentrasi Pb2+ dalam efluen secara
dengan pengamatan konsentrasi efluen setiap 60 umum lebih rendah daripada bentuk granular,
menit dengan variasi laju alir 2, 4 dan 6 mL/me- sebagaimana terlihat pada Gambar 6. Hal ini di-
nit. Sebagai pembanding, kolom juga diisi den- karenakan pada abu layang berbentuk serbuk me-
gan abu layang granular yang selanjutnya dialiri miliki laju difusi yang lebih kecil sehingga secara
larutan Pb2+ dengan konsentrasi awal 100 mg/L umum waktu adsorpsi yang diperlukan juga lebih
dan laju alir 6 mL/menit. Hasil adsorpsi pada sis- pendek, atau dengan kata lain, pada waktu yang
tem ini tersaji pada Gambar 5. sama, jumlah Pb2+ yang dapat dijerap lebih besar
Gambar 5 menunjukkan bahwa tingginya sehingga konsentrasi Pb2+ pada efluen lebih ren-
laju alir dapat mempengaruhi jumlah ion Pb2+ dah, meskipun perbedaan penurunan konsentrasi

31
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

Gambar 5. Pengaruh waktu terhadap konsentrasi efluen pada laju alir dan bentuk adsorben bervariasi

Gambar 6. Pengaruh waktu terhadap konsentrasi efluen pada abu layang serbuk dan ganular

ini tidak terlalu signifikan, seperti yang terlihat 2. Pembentukan abu layang granular dengan
pada Gambar 6. bahan perekat karagenan akan menurunk-
Gambar 5 juga menunjukkan bahwa total an luas permukaan dan merubah karakter-
penurunan konsentrasi Pb2+ selama 420 jam yang istik pada abu layang akibat dari penam-
lebih tinggi terjadi pada laju alir yang lebih ren- bahan gugus O-H oleh karagenan. Namun
dah yaitu 2 mL/menit, sebesar 87,8434 mg/L, kemampuan adsorpsinya untuk Pb2+ tidak
sementara pada laju alir 4 dan 6 mL/menit pe- mengalami penurunan yang signifikan.
nurunan konsentrasi Pb2+ berturut-turut sebesar
72,8771 dan 57,9108 mg/L. Hal ini karena pada DAFTAR PUSTAKA
laju alir yang tinggi jumlah ion Pb2+ yang masuk
dalam kolom lebih besar sehingga mengakibat- Ahmaruzzaman, M. 2010. A Review on The Utiliza-
kan abu layang menjadi cepat menjadi jenuh. tion of Fly Ash. Progress in energy and Combus-
tion Science. 36 : 327-363.
SIMPULAN Al-Degs, Y.S., El-Barghouthi, M.I., El-Sheikh, A.H.,
Walker, G.M. 2008. Effect of Solution pH,
Berdasarkan hasil dari penelitian yang di- Ionic Strength, and Temperature on Adsorp-
lakukan, dapat disimpulkan bahwa: tion Behaviour of Reactive Dyes on Activated
1. Laju alir mempengaruhi waktu break- Carbon. Dyes and Pigments. 77 : 16-23.
Apiratikul, R., Pavasant, P. 2008. Sorption of Cu2+,
through dan kapasitas adsorpsi pada adsor-
Cd2+ and Pb2+ Using Modified Zeolite from
ben abu layang, dimana laju alir yang lebih Coal Fly Ash. Chemical Engineering Journal. 144
tinggi memberikan waktu breakthrough : 245-258.
yang lebih singkat dengan kapasitas ad- Astuti, W., Susilowati, N. 2014. Sintesis Adsorben
sorpsi yang lebih besar. Berbasis Lignoselulosa dari kayu randu (Ceiba

32
Widi Astuti dan Bayu Kurniawan / JBAT 4 (1) (2015) 27-33

pentandraL.) untuk Menjerap Pb(II) dalam from Aqueous Solution by Peat : Equilibrium
Limbah Cair Artifisial. Jurnal Bahan Alam and Kinetics. Trans IchemE. 77(B).
Terbarukan. 3: 53-59. Landmann, A.A. 2003. Literature Review of Fly Ash in
Dogan, M., Ozdemir, Y., Alkan, M. 2007. Adsorption Aspects of Solid-State Chemistry of Fly Ash and Ul-
Kinetics and Mechanism of Cationic Methyl tramarine Pigments. University of Pretoria etd.
Violet and Methylene Blue Dyes onto Sepiolite. Pak, A., Mohammadj, T. 2006. Zeolite NaA Mem-
Dyes and Pigments. 75 : 701-713. branes Synthesis. Desalination. 200 : 68-70.
Garg, V.K., Kumar, R., Gupta, R. 2004. Removal of Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya.
Malachite Green Dye from Aqueous Solution Gadjah Mada University Press. Yogyakarta,
by Adsorption using Agro Industry Waste : A Indonesia.
Care Study of Prosopis Cineraria. Dyes and Pig- Trgo, M. Peric, J., Medvidovic, N.V. 2006. A Compara-
ments. 62 : 1-10. tive Study of Ion Exchange Kinetics in Zinc/
Haryoto, Wibowo, A. 2004. Kinetika Bioakumula- Lead-Modified Zeolite-Clinoptilolite Systems.
si Logam Berat Kadmium oleh Fitoplankton Journal of Hazardous Materials. B136 : 938-945.
Chlorella sp Lingkungan Perairan Laut. Jurnal Vucinic D, Miljavonic I, RosicA and Lazic P, 2002.
Penelitian Sains & Teknologi. 5(2) : 89 – 103. Effect of Na2O/SiO2 mole Ratio on the Crys-
Hefne, J.A., Mekhemer, W.K., Alandis, N.M., Aldayel, tal Type of Zeolite Synthesized from Coal Fly
O.A., Alajyan, T. 2008. Kinetic and Thermody- Ash. J. Serb. Chem. Soc. 68(6) : 471-478.
namic study of the Adsorption of Pb(II) from Wang, S., Baxter, L. 2007. Comprehensive Study of
Aqueous solution to The Natural and Treated Biomass Fly Ash in Concrete : Strength, Mi-
Bentonite. International Journal of Physical Scien- croscopy, Kinetics and Durability. Fuel Process-
ces. 3(11) : 281-288. ing Technology. 88 : 1165-1170.
Ho, Y.S., McKay, G. 1999. Batch Lead (II) Removal

33

Anda mungkin juga menyukai