Anda di halaman 1dari 7

1

POTENSI PEMANFAATAN LIMBAH ABU (FLY ASH) PLTU


SEBAGAI BAHAN PUPUK ORGANIK

Riana Sukma Dewi


Departemen Pendidikan Teknik Elektro
Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
Universitas Pendidikan Indonesia
email : rianasukmad@upi.edu

Abstrak. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan salah satu


pembangkit listrik yang digunakan di Indonesia. Selain membangkitkan listrik
penggunaan PLTU juga menghasilkan hasil samping berupa limbah
pembakaran batu bara atau limbah abu (fly ash) yang berpotensi mencemari
lingkungan jika tidak ditangani dengan benar. Pemanfaatan limbah abu sudah
mulai banyak dikembangkan salah satunya yaitu pemanfaatan limbah abu (fly
ash) sebagai bahan pupuk organic. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan
potensi pemanfaatan limbah abu (fly ash) PLTU sebagai bahan pupuk organik
berdasarkan hasil literatur penelitian. Dari hasil analisis penelitian didapatkan
bahwa karakteristik yang dimiliki oleh fly ash cocok dan berpotensi sebagai
bahan pupuk organic.

Kata Kunci : pemanfaatan, limbah abu, pupuk organik

Abstract. Steam Power Plant (PLTU) is one of the power plants used in
Indonesia. In addition to generating electricity, the use of PLTU also produces
side products in the form of coal combustion waste or fly ash which has the
potential to pollute the environment if not handled properly. Utilization of ash
waste has begun to be developed, one of which is the use of fly ash as an
organic fertilizer. This article aims to describe the potential use of PLTU fly
ash waste as an organic fertilizer based on the results of the research
literature. From the results of the research analysis, it was found that the
characteristics possessed by fly ash are suitable and have the potential as an
organic fertilizer.

Keywords : utilization, ash waste, organic fertilizer


2

PENDAHULUAN
Kebutuhan listrik pada zaman sekarang sudah sangat tinggi dan diperkirakan
akan terus bertambah mengingat alat-alat yang membantu pekerjaan manusia
mayoritas menggunakan listrik. Permasalahan yang timbul adalah penggunaan energi
yang digunakan seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) memiliki dampak
negative, salah satunya terus bertambahnya limbah abu yang dihasilkan dari
penggunaan PLTU per tahun nya. Banyaknya jumlah limbah abu (fly ash) dapat
mencemari lingkungan dan akan menambah dampak dari global warming jika tidak
ditangani dengan baik dan benar.
Berdasarkan data komposisi data energi listrik per jenis energi primer
Indonesia diproyeksikan penggunaan batu bara mencapai 56.91% pada tahun 2016
dan mengalami kenaikan sebesar 2.15% pada tahun 2017 yaitu mencapai 59.06%
(Kementerian ESDM, 2016). Departemen Energi Amerika Serikat melaporkan
produk pembakaran batu bara menghasilkan limbah fly ash sebanyak 52% (Brown et
al., 2015). Penyediaan pembangkit listrik tenaga uap yang terus meningkat
berkolerasi dengan jumlah hasil limbah abu yang dihasilkan. Ardha (2003)
menyebutkan bahwa jika limbah fly ash tidak dimanfaatkan secara maksimal maka
akan menjadi masalah pencemaran lingkungan. Dampak dari hal tersebut yaitu
tempat pembuangan akan memerlukan lahan semakin luas dan berpengaruh juga
terhadap efek cemarannya.
Pemanfaatan limbah abu (fly ash) sudah mulai banyak dilakukan, salah
satunya pada bidang keteknikan seperti sebagai bahan pencampur beton. Maryoto
(2008) menyampaikan pemanfaatan fly ash pada konstruksi beton dapat
meningkatkan mutu dan ketahanan beton di daerah agresif. Hai ini disebabkan terjadi
reaksi pozolanik yang akan mengikat kapur bebas oleh silikat fly ash, sehingga
membentuk permukaan yang lebih padat dan kedap air. Menurut Brown et al (2015),
fly ash dapat menyementasi secara mandiri ketika terhidrasi.
Pemanfaatan limbah dalam bidang pertanian sudah banyak dilakukan,
terutama limbah organic. Pemanfaatan limbah sebagai pupuk organik seperti limbah
biogas (Utami dkk., 2014), limbah 109 Karakteristik Kimiawi fly ash
Batubara..(Utami) sampah kota (Yazdanpanah et al., 2016), limbah abu sekam dan
abu serbuk gergaji (Zuraida, 2013) dan berbagai limbah lainnya mampu
meningkatkan status kesuburan tanah dan mendukung produktivitas tanaman.
Namun, untuk pemanfaatan limbah abu (fly ash) masih jarang dan belum banyak
dimanfaatkan walaupun ketersediaannya yang melimpah. Oleh karena itu, dalam
artikel ini penulis berniat untuk mendeskripsikan potensi pemanfaatan limbah abu (fly
ash) sebagai bahan pupuk organic termasuk mendeskripsikan karakteristik kimiawi
penyusun limbah abu (fly ash) yang dicampur dengan bahan organik.
3

TUJUAN
Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui karakteristik kimiawi penyusun
limbah abu (fly ash) yang dicampur dengan bahan organic dan mendeskripsikan
potensi pemanfaatan limbah abu (fly ash) sebagai bahan pupuk organic.

METODE
Metode pengumpulan data dilakukan selama satu minggu, mulai pada tanggal
30 Desember 2020 sampai 07 Januari 2021 dengan jumlah artikel yang direview yaitu
10 artikel ilmiah. Kemudian dilakukan pengkajian terhadap 10 artikel ilmiah tersebut
menggunakan metode studi literature, yaitu data dari setiap artikel diakumulasi,
dianalisis dan disimpulkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik dan Komposisi Utama Limbah Abu
Abu terbang merupakan limbah padat hasil dari proses pembakaran di dalam
furnace pada PLTU yang kemudian terbawa keluar oleh sisa-sisa pembakaran serta di
tangkap dengan mengunakan elektrostatik precipitator. Bahan ini terutama terdiri dari
silikon dioksida (SiO2), aluminium oksida (Al2O3) dan besi oksida (Fe2O3). Faktor-
faktor utama yang mempengaruhi kandungan mineral limbah abu (fly ash) batubara
adalah: (a). Komposisi kimia batubara, (b). Proses pembakaran batubara, (c). Bahan
tambahan yang digunakan termasuk bahan tambahan minyak untuk stabilisasi nyala
api dan bahan tambahan untuk pengendalian korosi. Dari sejumlah abu yang
dihasilkan dalam proses pembakaran batubara, maka sebanyak 55% - 85 % berupa
abu terbang (fly Ash) dan sisanya berupa abu dasar (Bottom Ash). Kedua jenis abu
ini memiliki perbedaan karakteristik serta pemanfaatannya. Abu terbang banyak
dimanfaatkan dalam perusahaan industri karena abu terbang ini 132 Jurnal Fisika
FLUX, Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (129 – 139) mempunyai sifat pozolanik,
sedangkan abu dasar sangat sedikit pemanfaatannya dan biasanya digunakan sebagai
material pengisi (Aziz, 2006). Adapun karakteristik abu terbang:
a. Dari segi gradasinya, jumlah prosentase yang lolos dari saringan No. 200
(0,074 mm) berkisar antara 60% sampai 90%.
b. Warna dari abu terbang dapat bervariasi dari abu-abu sampai hitam tergantung
dari jumlah kandungan karbonnya, semakin terang semakin rendah kandungan
karbonnya.
c. Abu terbang bersifat tahan air (hydrophobic).
d. Komponen utama abu terbang adalah silikon (Si), aluminium (Al), besi (Fe)
dan kalsium (Ca) dengan variasi kandungan karbon.
4

Pada hasil analisa yang dilakukan (Utami, S.W, 2014) di PLTU Karang
Kandri menunjukkan bahwa unsur terbanyak limbah abu yang digunakan adalah besi
yaitu mencapai 71.2 %. Silikat dan alumina jauh lebih sedikit dibandingkan besinya
yaitu sebesar 16.2 % dan 7.67 %. Data tersebut berbeda dengan data hasil analisis
penelitian sebelumnya (Umardani dan Sudrajat, 2007; Widyaningsih et al, 2011) yang
melaporkan bahwa unsur terbanyak penyusun limbah abu (fly ash) berupa silikat. Hal
ini disebabkan adanya perbedaan pada jenis batu bara yang digunakan. Secara umum
limbah abu (fly ash) yang ada di seluruh dunia memiliki karakteristik dan kandungan
senyawa kimia yang relatif sama, yang berbeda terletak pada persentase kandungan
senyawa kimia batu bara tersebut. Adanya perbedaan itu sesuai dengan jenis batu
bara yang digunakan. Jenis-jenis limbah abu (fly ash) diklasifikasikan berdasarkan
perbedaan kandungan beberapa unsurnya. Adapun jenis batu bara yang dijadikan
bahan penelitian oleh (Utami, S.W, 2014) di PLTU Karang Kandri yaitu jenis batu
baru yang masuk ke dalam kelas Batuminous dan Lignit. Pengklasifikasian limbah
abu (fly ash) di kelas Batuminous dan Lignit dasarkan pada perbandingan Fe2O3
dengan jumlah CaO dan MgO. Apabila Fe2O3 lebih besar dari CaO dan MgO maka
digolongkan menjadi kelas Batuminous, sedangkan apabila Fe2O3 lebih kecil dari
CaO dan MgO maka digolongkan menjadi kelas Lignit.
Karakteristik Kimia Pupuk Organik Ditambah Limbah Abu
Berdasarkan hasil penelitian (Utami, S.W, 2014) hasil uji coba pupuk organic
yang ditambahkan limbah abu (fly ash) ditunjukan oleh Tabel.1., nilai pH yang
terindikasi adalah kisaran 8-9, menunjukkan bahwa pupuk organic campuran limbah
abu ini bersifat basa dan tidak berpotensi menurunkan pH tanah dalam
pengaplikasiannya nanti. Selain itu, menurut (Permentan no 70 tahun 2011) nilai pH
antara 8-9 termasuk masih berada pada standar mutu organic. Nilai pH pada kisaran
tersebut mengindikasikan kemampuan buffering yang tinggi pula. Hal ini menjadi
salah satu indikator pengaruh fly ash dalam peningkatan nilai pH, dimana fly ash
memberikan nilai pH antara 8-9 (Garavaglia dan Caramuscio,1994).

Tabel.1 Hasil Uji Coba Pupuk Organik uang ditambahkan limbah abu (fly ash)
5

Pada tabel hasil uji coba pupuk organic yang ditambahkan limbah abu (fly
ash) dapat diketahui bahwa unsur hara atau kandungan hara makro N, P, K kurang
dari 4%. Hal ini bisa dikatakan wajar dan umum terjadi karena pupuk organic
kebanyakan bersifat slow release. Rendahnya nilai kandungan hara N pada hasil uji
coba diduga bukan dikarenkan penambahan limbah abu (fly ash) pada pupuk organic.
Hal ini didasarkan tidak ditemukannya kandungan hara N pada limbah abu (fly ash).
Limbah abu merupakan limbah batubara yang sudah melalui proses pembakaran
dengan suhu tinggi, sehingga wajar jika didalamnya tidak mengandung unsur hara N.
Kandungan unsur hara makro P total pupuk yang rendah yaitu 1.13% diduga
bukan berasal dari penambahan limbah abu (fly ash), yang berkorelasi dengan tidak
masuknya P sebagai penyusun dominan (fly ash). Penggunaan limbah abu (fly ash)
sebagai bahan pencampur bahan pupuk organik juga tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan terhadap besarnya kandungan P total pupuk.
Kandungan K total pupuk juga tidak dipengaruhi oleh penambahan fly ash.
Akan tetapi besarnya kandungan K total pada pupuk lebih besar dibandinganya
jumlah P totalnya. Kandungan K total sebesar 2.23% yaitu 2 kali dibandingkan
jumlah P totalnya.
Penggunaan fly ash sebagai bahan pupuk organik tidak memberikan dampak
yang negatif pada pupuk, walaupun tidak dapat meningkatkan besarnya kandungan
hara makro pupuk. Hal ini dapat dilihat dari besarnya kandungan logam berat pada
pupuk seperti As, Cd, hg dan Pb. Kadar As pada pupuk yaitu 1/3 dari batas maksimal
yang diizinkan pada standar mutu pupuk organik. Hasil pengujian untuk unsur Cd
juga menunjukkan hasil yang positif yaitu hanya ¼ dari batas maksimal yang
diizinkan. Demikian juga untuk unsur Pg, dimana hasil analisa menunjukkan
besarnya unsur tersebut 1/6 dari batas yang diizinkan. Kadar logam berat terendah
ditunjukkan pada unsur Hg yaitu 0.005 ppm dan sangat rendah dibandingkan pada
batas maksimal yang diizinkah. Hasil analisa keempat unsur tersebut menunjukkan
kandungan logam berat pada pupuk tersebut masih di bawah batas aman sesuai
dengan standar kualitas yang digunakan. Selain itu rendahnya kandungan logam berat
mengindikasikan bahwa pupuk tersebut aman untuk digunakan untuk tanah dan
tanaman.
Potensi dari fly ash sebagai bahan pupuk organik lebih kepada kemampuan
dari material tersebut sebagai bahan pencampur pupuk organik. Potensi tersebut dapat
dilihat dari kandungan Sililkat dan Alumina, dimana unsur tersebut merupakan salah
satu agen sementasi yang baik. Harapannya apabila pupuk organik yang diberi bahan
fly ash tersebut dapat menahan kehilangan air dan unsur hara dari tanah apabila
pupuk tersebut di aplikasikan pada tanah dengan porositas yang tinggi seperti tanah
dengan tekstur berpasir.
6

KESIMPULAN
Penggunaan limbah abu (fly ash) pada pupuk organic dapat menghasilkan
pupuk organic yang memiliki pH kisaran 8-9, yang masih berada pada standar mutu
organic. Penggunaan limbah abu (fly ash) sebagai campuran pupuk organic tidak
mempengaruhi kandungan hara makro N, P, K. Nilai positif dari penggunaan limbah
abu (fly ash) sebagai bahan pupuk organik yaitu tidak berpotensi meracuni tanah
karena mempunyai kandungan logam berat yang rendah yaitu jauh dibawah dari
nilai/batas yang diizinkan pada standar mutu pupuk organik. Oleh karena itu, fly ash
berpotensi untuk digunakan dalam bidang pertanian sebagai pupuk organik yang
dapat mengurangi kehilangan air dan unsur hara pada tanah dengan tekstur pasiran

DAFTAR PUSTAKA
[1] Ardha, N. 2003. Pemanfaatan Abu Terbang PLTU-Suralaya Untuk Castable
Refractory (Penelitian Pendahuluan). Litbang Pengolahan Mineral, Jakarta.
[2] Aziz.,M; Ardha.,N. 2006. Karakterisasi abu terbang PLTU Suralaya dan
evaluasinya untuk refraktori cor, Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara,
no.36, Tahun 14, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, ISSN 0854-
7890.
[3] Aziz., Muchtar, Ngurah Ardha. 2006. Percobaan Pendahuluan Pembuatan
Refraktori Cor dari Abu Terbang Suralaya. www.tekmira.esdm.go.id. Di akses
pada tanggal 27 Februari 2011.
[4] Brown, B.L., S. Bradshaw., T.B Edil., C.H Benson. 2015. Leaching from
Roadways Stabilized with Fly ash: Data Assessment and Synthesis. World of
Coal Ash (WOA) Conference in Nasvhille. TN May 5- 7. Kementerian ESDM.
2016. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT. Perusahaan Listrik
Negara (PLN) Tahun 2016 s.d Tahun 2025.
[5] Garavaglia R and Caramuscio P. 1994. Coal Fly ash Leaching Behavior And
Solubility Controlling Solids. In Proceeding Of The International Conference
On Environmental Implications Of Construction Materials And Technology
Developments ; Environmental Aspects of Construction Waste Management.
Netherland
[6] Kementerian ESDM. 2016. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT.
Perusahaan Listrik Negara (PLN) Tahun 2016 s.d Tahun 2025
[7] Maryoto, A. 2008. Pengaruh Penggunaan High Volume Fly ash pada Kuat Tekan
Mortar. Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, Nomor 2 Volume 10 , hal 103-114
[8] Umardani, Y dan E.Sudrajat. 2007. Analisa Penggunaan Fly ash Sebagai Material
Dasar Pengganti Cetakan Pasir Pada Pengecoran Besi Cor Ditinjau Dari
Komposisi Campuran Cetakan.
7

[9] Utami, S.W., B.H Sunarminto, E. Hanudin. 2014. Pengaruh Limbah Biogas Sapi
terhadap Ketersediaan Hara MakroMikro Inceptisol. Jurnal Tanah dan Air
Volume 11 No 1 ISSN 1411- 5719.
[10] Yazdanpanah, M., M. Mahmoodabadi, A. Cerda. 2016. The Impact of Organic
Amandments on Soil Hydrology, Structure and Microbial Respiration in
Semiarid Lands. Geoderma (266) : 58 – 65
[11] Zuraida. 2013. Penggunaan Berbagai Jenis Bahan Amelioran Terhdap Sifat
Kimia Bahan Tanah Gambut Hemik. J.Floratek (8) : 101 – 109

Anda mungkin juga menyukai