Abstrak
Abu terbang batu bara merupakan sisa pembakaran batu bara pada PLTU. Berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 101 Tahun 2014, abu terbang dikategorikan sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3). Di sisi lain, abu terbang dapat digunakan sebagai sumber mineral karena komposisi kimianya
didominasi oleh SiO2, Al2O3, Fe2O3, dan CaO. Kajian pustaka dilakukan berdasarkan studi kasus pada abu
terbang batu bara PT PJB UBJ O&M PLTU Paiton Unit 9. Abu terbang di recovery dengan metode
pengasaman secara langsung dengan HCl 20%, rasio L/S (10:1), dan suhu 100oC. Kemudian abu terbang
sebanyak 100 kg/jam di recovery dengan sistem pilot plant. Hasil recovery berupa koagulan aluminium dan
besi sebanyak 21,8 kg/jam. Koagulan hasil recovery aluminium dan besi digunakan untuk proses koagulasi
dan flokulasi air limbah sisa pencucian batu bara. Hasilnya koagulan mampu menyisihkan TSS sebanyak
1.033,2 kg/hari (awal =1.275,6 kg/hari).
Abstract
Coal fly ash is a by product of coal-fired power plants. According to the Government Regulation Number
101/ 2014, fly ash is identified as hazardous waste (Limbah B3). In consequence, the unmanaged fly ash
leads to serious environmental and health concerns. On the other hand, coal fly ash can be considered as low
cost mineral sources containing predominant oxides such as SiO2, Al2O3, Fe2O3, and CaO. This study
included a case study on coal fly ash of PT PJB UBJ O&M PLTU Paiton Unit 9. Recovery of fly ash by
using direct acid leaching method with HCl 20%, L/S ratio (10:1), and then heated until 100oC. Then, the
pilot plant recovery system was designed for 100 kg/h of fly ash capacity. The estimated recovery of
aluminum and iron was about 21,8 kg/h. The fly ash-based coagulant could be applied in the coagulation
flocculation process for coal washing wastewater. The coagulant could remove TSS approximately 1.033,2
kg/day (from the initial TSS of 1.275,6 kg/day).
Hendricks, 2011).
AlCl3 dan Al2(SO4)3 optimum direntang pH 3,1 mV (terjadi koagulasi). Kemudian apabila
6-7. Sedangkan PAC (polyaluminum pH dinaikkan dapat menurunkan nilai zeta
chloride) menunjukkan hasil penyisihan potensial dari 12,6 mV menjadi -25,1 mV.
kekeruhan yang stabil pada rentang pH yang Sedangkan kenaikan suhu cenderung tidak
lebih luas yakni 5-8. Nilai pH akan memberikan pengaruh signifikan pada nilai
berpengaruh pada hidrolisis koagulan (Lihat zeta potensial (Chen et al., 2015).
subbab 2.2). Apabila nilai pH di bawah 5,
koagulan menghasilkan ion kompleks positif Koagulan
dan pada pH 6-8 cenderung membentuk Koagulan adalah bahan kimia yang
hidropolimer bermuatan positif (Yang et al., ditambahkan ke dalam koloid untuk
2010b). Koagulan besi memiliki rentang pH memberikan efek destabilisasi sehingga
antara 4,5-10. Secara empiris metode jartes terbentuk mikroflok. Sedangkan flokulan
akan digunakan untuk menentukan pH adalah bahan kimia yang digunakan untuk
optimum proses koagulasi dan flokulasi meningkatkan pembentukan mikroflok
(Bratby, 2016; Cheremisinoff, 2002; Howe et menjadi makroflok. Dosis koagulan adalah
al., 2012; Saritha et al., 2017; Spellman, salah satu faktor terpenting untuk menentukan
2009). Koagulan besi memiliki rentang pH kondisi optimal dalam koagulasi dan flokulasi
operasi yang lebih lebar sehingga lebih (Patel dan Vashi, 2013; Stephenson dan
menguntungkan untuk pH air limbah yang Stuetz, 2009; WEF, 2008). Koagulan yang
bervariasi (Wardani dkk., 2009). sering digunakan berasal dari logam besi dan
aluminium. Contoh koagulan dari aluminium
Secara empiris apabila nilai zeta potensial seperti aluminum sulfate, aluminum chloride,
dapat mengalami penurunan hingga <20 mV aluminum chlorohydrate, polyaluminum
maka akan terjadi flokulasi (Crittenden et al., chloride, polyaluminum sulfate chloride, dan
2012). Secara umum koloid cenderung polyaluminum silicate chloride. Sedangkan
bermuatan negatif, akan tetapi zeta potensial contoh koagulan dari besi adalah ferric
jenis limbah tertentu dapat bernilai positif. sulfate, ferrous sulfate, ferric chloride, ferric
Contohnya pada limbah electroplating nilai chloride sulfate, dan polyferric sulfate
zeta potensialnya sebesar 45 mV dengan pH (Bratby, 2016; Cheremisinoff, 2002; Ghafari
0,8. Hal ini dapat mengindikasikan adanya et al., 2009). Kemudian pada
partikel bermuatan positif yang kemungkinan perkembangannya polyelectrolytes muncul
karena keberadaan ion logam di dalam air sebagai hasil dari sintesis organik polimer
limbah. Langkah pertama proses koagulasi (Bratby, 2016).
dan flokulasi adalah menaikkan nilai pH air
limbah hingga mencapai titik isoelektrik (0 Aluminium sulfat adalah jenis koagulan yang
mV). Selanjutnya koagulan anionic paling umum digunakan untuk pengolahan air
polyelectrolytes ditambahkan ke dalam air limbah maupun air minum. Koagulan ini
limbah. Hasilnya dengan dosis koagulan cukup mudah ditemukan dipasaran dengan
optimum 40,2 mg/L didapatkan penurunan nama dagang alum atau tawas. Rumus kimia
TSS sebesar 99% (awal = 4.510 mg/L, akhir = koagulan dinyatakan sebagai
20 mg/L). Nilai zeta potensial limbah Al2(SO4)3⋅14H2O dengan kadar aluminium di
electroplating juga mengalami penurunan antara rentang 7,4% hingga 9,5% dari
hingga -1,56 mV (Maldonado et al., 2014). Di massanya. Di sisi lain, tingkat kestabilan flok
sisi lain, pada limbah sintesis kaolin dengan berkisar 1,2 x 104 µm/G2 (Hendricks, 2011).
koagulan polyferric sulfate (PFS) Secara umum, aluminium sulfat bereaksi pada
menunjukkan perubahan zeta potensial yang kondisi basa untuk membentuk senyawa
berbeda-beda. Melalui penambahan berupa Al(OH)3 (Bratby, 2016; Crittenden et
konsentrasi dosis koagulan dapat menaikkan al., 2012).
nilai zeta potensial dari -22,4 mV menjadi -
32 Jurnal Purifikasi, Vol. 20, No. 1, Desember 2020: 28-39
pada Tabel 1. Perbedaan utama dari keduanya asam sulfat ditambahkan untuk menghasilkan
adalah jumlah kandungan kalsium, silika, Fe3+ dan Al3+. Kemudian penambahan
aluminium dan kadar besi. Tipe F mempunyai NaClO3 akan bereaksi dengan gas SO2.
sifat pozzolan sehingga untuk mendapatkan Reaksi pembentukan polymeric ferric sulfate
sifat semen harus diberi penambahan kapur, (PFS) dan polymeric aluminum sulfate (PAS)
hydrated lime, atau semen (Gaol, 2019; ditunjukkan oleh Persamaan 1-5 (Butler et al.,
Wardani, 2008). Dalam perkembangannya, 2004; Fan et al., 2002; Li et al., 2009).
US ASTM C 618 membuat tambahan
kategori yakni kelas N dengan campuran Fe2O3 + 6H+ → 3H2O + 2Fe3+ (1)
mineral. Kelas N berasal dari pozzolan alami
seperti: (1) tanah diatom, (2) serpihan opaline, Al2O3 + 6H+ → 3H2O + 2Al3+ (2)
zeolite (NaAlSi3O8). Material kristal tersebut Pada studi kasus ini abu terbang dimanfaatkan
lebih mudah larut di dalam asam kuat. sebagai koagulan. Abu terbang yang
digunakan berasal dari PT PJB UBJ O&M
Metode Pencucian Asam Sulfat PLTU Paiton Unit 9. Karakterisasi abu
Metode ini diawali dengan pengolahan terbang batu bara PT PJB UBJ O&M PLTU
pendahuluan abu terbang melalui pencucian Paiton menggunakan uji XRF (X-ray
menggunakan air panas. Hal ini bertujuan
Tabel 2. Hasil uji XRF abu terbang PLTU
untuk menghilangkan kandungan alkali dan
Paiton
alkali tanah. Kemudian dilanjutkan dengan
Oksida % Oksida %
penambahan asam sulfat untuk mengambil Fe2O3 41,10% BaO 0,44%
logam aluminium dan besi (Fan et al., 2003; SiO2 30,30% MgO 0,40%
CaO 11,30% Re2O7 0,10%
Fan et al., 2005).
Al2O3 10,50% ZnO 0,08%
MoO3 2,89% V2O5 0,06%
Metode Pencucian Asam – Basa
TiO2 1,33% CuO 0,05%
Metode ini cukup kompleks karena
K2O 0,93% Cr2O3 0,03%
melibatkan tiga tahap utama. Tahap pertama
MnO 0,48%
adalah pencucian dengan asam sulfat untuk
mengambil logam aluminium dan besi. fluorescence). Uji XRF dapat menentukan
Kemudian tahap kedua adalah pencucian persentase oksida maupun unsur yang ada
dengan basa (NaOH) melalui pemanasan. Hal pada sampel abu terbang. Karakteristik abu
ini bertujuan untuk mengambil material silika terbang akan menentukan jenis metode
pada abu terbang. Pencucian pada tahap recovery yang akan dilakukan. Hasil uji XRF
pertama maupun kedua dilakukan berulang abu terbang ditunjukkan oleh Tabel 2.
untuk memastikan material dapat di recovery
secara optimal. Polimerisasi adalah tahap Kandungan oksida Fe2O3 mendominasi
terakhir untuk metode pencucian asam - basa hingga 41,1% diikuti oleh SiO2, CaO, Al2O3
ini. Tahap ini dilakukan dengan berturut-turut sebesar 30,3%,11,3%, dan
mencampurkan supernatan dari tahap pertama 10,5%. Apabila dijumlahkan maka
dan kedua. Hasil dari metode ini merupakan Fe2O3+SiO2+Al2O3 sebesar 81,9%. Sehingga
koagulan poly-ferric-aluminum-silicate- menurut ASTM C 618, jenis abu terbang
sulfate (Sun et al., 2011). termasuk kategori kelas F dengan kandungan
oksida Fe2O3+SiO2+Al2O3 lebih dari 70%.
Metode Pengasaman secara Langsung Abu terbang kelas F memiliki tiga kategori
Pada metode pengasaman secara langsung karakteristik komposisi kimia yang berbeda
pencampuran asam kuat dengan abu terbang (Gambar 5). Kategori 1 adalah abu terbang
dilakukan tanpa pretreatment. Asam kuat yang secara berurutan didominasi oleh SiO2,
yang digunakan dapat berupa asam sulfat Fe2O3, dan Al2O3. Kemudian kategori 2
maupun asam klorida. Koagulan hasil adalah abu terbang yang secara berurutan
recovery aluminium dan besi dengan asam didominasi oleh SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.
sulfat berupa Fe2(SO4)3, Al2(SO4)3 maupun Sedangkan kategori 3 adalah abu terbang
polimer (Hu et al., 2015; Hu et al., 2017; yang secara berurutan didominasi oleh Fe2O3,
Valeev et al., 2018). Sedangkan koagulan SiO2, dan Al2O3. Berdasarkan kategori ini
hasil recovery aluminium dan besi dengan karakteristik abu terbang dari PT PJB UBJ
asam klorida berupa FeCl3, AlCl3 maupun O&M PLTU Paiton dalam studi kasus
polimer (Yan et al., 2012; Yan et al., 2015; termasuk kategori 3. Oleh karena itu,
Hu et al., 2017). pembahasan studi kasus ini lebih efektif
apabila dapat diterapkan untuk abu terbang
4. STUDI KASUS kelas F dengan kategori yang sama.
Rouf, Kajian Pemanfaatan Koagulan Recovery Aluminium dan Besi dari Abu Terbang 35
dalam kategori 2 limbah B3 dari sumber terbawa bersama koagulan saat proses
spesifik khusus (kode B409). Oleh karena itu, recovery. Pada Tabel 3 ditunjukkan perkiraan
residu dari recovery abu terbang masih nilai konsentrasi logam berat (Mo, Zn, Cu, Cr,
memiliki sifat B3 karena kandungan logam dan Ba) di dalam koagulan. Berdasarkan
berat yang masih tertinggal. Kemudian reaksi Permen LHK RI No.
dengan asam klorida pada reaktor leaching P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020 untuk
membuat residu bersifat korosif (pH 1-2). logam Zn, Cu, Cr, dan Ba di dalam koagulan
Sehingga perlu ditambahkan basa dari logam memiliki kandungan di bawah nilai TK-B
alkali atau alkali tanah (NaOH atau Ca(OH)2) sehingga termasuk kategori non B3.
untuk menaikkan pH hingga 6-8. Sedangkan prediksi kandungan logam
molibdenum di dalam koagulan lebih besar
Penerapan koagulan hasil recovery abu dari TK-A sehingga masuk kategori 1 B3.
terbang digunakan untuk mengolah air limbah Molibdenum memiliki densitas 10,2 g/cm3
sisa pencucian batu bara yang dihasilkan oleh dengan sifat tidak terlarut dalam air (WHO,
PLTU. Air limbah ini berwarna cokelat- 2011). Oleh karena itu, meskipun senyawa
kehitaman dengan kandungan TSS cukup molibdenum terbawa di dalam koagulan
tinggi yakni 6.000-12.455 mg/L (Ardiansyah ketika proses recovery tidak akan larut dalam
dan Margana, 2013; Yan et al., 2015; Yan et air limbah. Hal ini mengakibatkan
al., 2012). Sedangkan baku mutu TSS air molibdenum ikut terendapkan bersama
limbah PLTU berdasarkan Keputusan Menteri lumpur IPAL. Pada awalnya lumpur IPAL
Lingkungan Hidup No. 400 Tahun 2013 dari PLTU telah masuk dalam kategori 2
sebesar 100 mg/L. Oleh karena itu, perlu limbah B3. Keberadaan molibdenum dalam
adanya pengolahan air limbah sebelum di lumpur dapat meningkatkan kategori limbah
buang ke lingkungan. Pengolahan air limbah B3. Akan tetapi, hal ini dapat dipastikan
pada instalasi pengolahan air limbah PT PJB dengan uji karakteristik dan penetapan status
UBJ O&M PLTU Paiton menggunakan limbah B3 sesuai Permen LHK RI No.
proses koagulasi dan flokulasi. P.10/MENLHK/SETJEN/PLB.3/4/2020.
Kesetimbangan massa pada instalasi
pengolahan air limbah direncanakan dengan Tabel 3. Nilai konsentrasi logam berat di
input air limbah sebesar 102,5 m3 (Gambar 7). koagulan dari abu terbang
Koagulan hasil recovery abu terbang Pada abu Pada
%
menghasilkan % removal TSS sebesar 81% Logam berat terbang koagulan Kategori
recovery
(mg/kg) (mg/kg)
(Yan et al., 2015). Molibdenum
29.500 56%a 16.520 1
(Mo)
Seng (Zn) 2.000 80%b 1.600 Non B3
Tembaga (Cu) 900 9%c 81 Non B3
Kromium (Cr) 400 37%d 148 Non B3
e
Barium (Ba) 6.500 2% 130 Non B3
Sumber: aStas, 2007; bHailu et al., 2019; cKukier et al., 2003; dGong
et al., 2010; eKim et al., 2003
Abu terbang sebanyak 100 kg/jam diprediksi stream with conversion to polymeric
dapat menghasilkan koagulan aluminium dan ferric sulfate for use in water treatment.
besi sebesar 21,8 kg/jam. Koagulan hasil Chemical Engineering Journal 98, 265–
recovery aluminium dan besi ini mampu 273.
menyisihkan TSS sebesar 1.033,2 kg/hari Chen, W., Zheng, H., Teng, H., Wang, Y.,
dengan kadar awal 1.275,6 kg/hari. Potensi Zhang, Y., Zhao, C., & Liao, Y. (2015).
penerapannya pada sistem pilot plant recovery Enhanced Coagulation-Flocculation
masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Performance of Iron-Based Coagulants:
Effects of PO43- and SiO32- Modifiers.
DAFTAR PUSTAKA PLOS ONE, 1-20.
Cheremisinoff, N. P. (2002). Handbook of
Ardiansyah, F., & Margana. (2013). Water and Wastewater Treatment
Pengolahan Air Limpasan Batu bara Technologies. Woburn: Butterworth-
Pada PLTU Tanjung Jati B Unit 3 dan 4. Heinemann.
EKSERGI Jurnal Teknik Energi 9, 3:93- Crittenden, J. C., Trussell, R. R., Hand, D.
96. W., Howe, K. J., & Tchobanoglous, G.
Arinaldo, D. (2019). Dinamika Batu Bara (2012). Water Treatment Principles and
Indonesia: Menuju Transisi Energi yang Design, 3rd Edition. New Jersey: John
Adil Edisi Pertama. Jakarta: Institute for Wiley and Sons.
Essential Services Reform (IESR). Fan, M., Browny, R. C., Sung, W. S., &
Arroyo, F., Pereira, C. F., & Bermejo, P. Zhuang, Y. (2002). A process for
(2015). Demonstration Plant Equipment synthesizing polymeric ferric sulphate
Design and Scale-Up from Pilot Plant of using sulphur dioxide from coal
a Leaching and Solvent Extraction combustion. International Journal of
Process. Minerals, (5):298-313. Environment and Pollution (IJEP) 17.
Benjamin, M. M., & Lawler, D. F. (2013). Fan, M., Brown, R. C., Wheelock, T. D.,
Water Quality Engineering: Cooper, A. T., Nomura, M., & Zhuang,
Physical/Chemical Treatment Processes. Y. (2005). Production of a complex
New Jersey: John Wiley & Sons. coagulant from fly ash. Chemical
Bhatt, A., Priyadarshini, S., Mohanakrishnan, Engineering Journal 106, 269–277.
A. A., Abri, A., Sattler, M., & Fan, M., Brown, R. C., Leeuwen, V. J.,
Techapaphawit, S. (2019). Physical, Nomura, M., & Zhuang, Y. (2003). The
chemical, and geotechnical properties of kinetics of producing sulfate-based
coal fly ash: A global review. Case complex coagulant from fly ash.
Studies in Construction Materials 11, Chemical Engineering and Processing
e00263. 42, 1019–1025.
Bourgeois, F. S., & Haque, M. (2000). Faust, S. D., & Aly, O. (1998). Chemistry of
Investigation of the effect of mechanical water treatment 2nd ed. Boca Raton:
mixing on dewatering of fine coal Taylor & Francis Group.
vacuum filter cakes. International Gaol, B. L. (2019). Pemanfaatan abu
Journal of Coal Preparation and terbang pada subgrade lapisan
Utilization, 21:177-195. perkerasan jalan dengan tambahan
Bratby, J. (2016). Coagulation and semen. Universitas Sumatera Utara:
Flocculation in Water and Wastewater Tugas Akhir.
Treatment, 3rd Edition. London: IWA Ghafari, S., Aziz, H. A., Isa, M. H., &
Publishing. Zinatizadeh, A. A. (2009). Application
Butler, A. D., Fan, M., Brown, R. C., of response surface methodology (RSM)
Cooper, A. T., Leeuwen, J. H., & Sung, to optimize coagulation–flocculation
A. (2004). Absorption of dilute SO2 gas treatment of leachate using poly-
38 Jurnal Purifikasi, Vol. 20, No. 1, Desember 2020: 28-39
Puput, R., Poppy, P., & Ekaputri, J. J. (2017). Temuujin, J., & Riessen, A. V. (2009). Effect
Chemical and Physical Characterization of fly ash preliminary calcination on the
of Fly Ash as Geopolymer Material. properties of geopolymer. Journal of
MATEC Web of Conferences 97. Hazardous Materials 164, 634–639.
Safutra, Y., Amin, B., & S., A. (2017). Valeev, D., Mikhailova, A., & Atmadzhidi, A.
Potensi Limbah Abu Layang (Coal Fly (2018). Kinetics of Iron Extraction from
Ash) Sebagai Koagulan Cair Dalam Coal Fly Ash by Hydrochloric Acid
Pengolahan Air Gambut. Dinamika Leaching. Metals 8, 533:1-9.
Lingkungan Indonesia 4, 2: 99-108. Wardani, S. P. (2008). Pemanfaatan limbah
Saritha, V., Srinivas, N., & Vuppala, N. V. batu bara (Abu terbang) untuk
(2017). Analysis and optimization of stabilisasi tanah maupun keperluan
coagulation and flocculation process. teknik sipil lainnya dalam mengurangi
Applied Water Science 7, 451–460. pencemaran lingkungan. Universitas
Shaheen, S. M., Hooda, P. S., & Tsadilas, C. Diponegoro: Disertasi.
D. (2014). Opportunities and challenges Wardani, R. S., Iswanto, B., & Winarni.
in the use of coal fly ash for (2009). Pengaruh pH pada Proses
soilimprovements review. Journal of Koagulasi dengan Koagulan Alumunium
Environmental Management, 249-267. Sulfat dan Ferri Klorida. Jurnal Teknik
Sincero, A. P., & Sincero, G. A. (2003). Lingkungan 5, 2:40-45.
Physical–Chemical Treatment Of Water WEF. (2008). Industrial Wastewater
And Wastewater. London: IWA Management, Treatment, and Disposal
Publishing. Task Force. Virginia: WEF Press.
Spellman, F. R. (2009). Water and WHO. (2011). Molybdenum in Drinking-
Wastewater Treatment Plant Operations. water.
Boca Raton: CRC Press, Taylor & Yan, L., Wang, Y., Ma, H., Han, Z., Zhang,
Francis Group. C., Qua, T., & Chen, W. (2012).
Stas, J., Dahdouh, A., & Al-chayah, O. Feasibility of fly ash-based composite
(2007). Recovery of vanadium, nickel coagulant for coal washing wastewater
and molybdenum from fly ash of heavy treatment. Journal of Hazardous
oil-fired electrical power station. Materials 203-204, 221-228.
Periodica Polytechnica, 67-70. Yan, L., Wang, Y., Lia, J., Shena, H., Zhang,
Stephenson, T., & Stuetz, R. (2009). C., & Qua, T. (2015). Preparation of
Principles of Water and Wastewater polymeric aluminum ferric chloride
Treatment Processes. London: IWA (PAFC) coagulant from fly ash for the
Publishing . treatment of coal-washing wastewater.
Sun, T., Sun, C., Zhu, G., Miao, X., Wu, C., Desalination and Water Treatment, 1–15.
Lv, S., & Li, W. (2011). Preparation and Yang, Z. L., Gao, B. Y., Yue, Q. Y., & Wang,
coagulation performance of poly-ferric- Y. (2010). Effect of pH on the
aluminum-silicate-sulfate from fly ash. coagulation performance of Al-based
Desalination 268, 270-275. coagulants and residual aluminum
Tanikella, P., & Olek, J. (2017). Updating speciation during the treatment of humic
physical and chemical characteristics of acid–kaolin synthetic water. Journal of
fly ash for use in concrete. West Hazardous Materials 178, 596–603.
Lafayette: Purdue University.