PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
minyak dan gas bumi. Batubara menjadi sumber energi alternatif yang
signifikan.
hidrokarbon dan limbah padat. Limbah padat tersebut berupa abu, yaitu
abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash). Partikel fly ash
lahan kosong. Hal ini berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat
1
limbah abu ini dikategorikan sebagai limbah B3 (Bahan Beracun dan
diketahui sifat fisik dan kimianya. Karena fly ash dihasilkan dari
produk yang bermanfaat, misalnya beton paving block, batako, dan tiang
leaching procedure (TCLP). Hasil uji TCLP kadarnya tidak boleh melewati
penelitian ini ialah mereduksi limbah fly ash dalam pembuatan beton.
2
Namun masih perlu dikaji hubungan penggunanan variasi persentase fly
ash untuk mendapatkan produk S/S yang bermanfaat dan aman terhadap
lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
ash sebagai bahan substitusi dan bahan filler yang mempunyai sifat
C. TUJUAN PENELITIAN
pada limbah fly ash dan Menghasilkan produk S/S berbahan baku fly ash
mekanik yang memenuhi standar SNI serta bebas logam berbahaya yang
D. MANFAAT PENELITIAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Batubara
serta temperatur tertentu pada waktu yang cukup lama. Di masa yang
semakin menipis.
S, kadang- kadang Al, Si), unsur kedua (Fe,Ca, Mg, Fe, K, Na, P, Ti), dan
rendah yang dinyatakan dalam ppm (bagian per sejuta) serta jumlahnya
4
dipertimbangkan hanya 10 unsur logam berat yaitu seperti As, Ba, Cd, Cr,
6CO2 + CO
Cellulosa lignit
metana air
34,5% disusul gas bumi sebesar 30,4%. Batubara sebagai bahan bakar
dihasilkan dapat berupa SOx, NOx, COx, VHC (Volatine Hydrocarbon) dan
5
1. SOx adalah sumber gangguan paru-paru dan berbagai penyakit
pernapasan.
dan pertanian.
jika terhisap masuk ke paru-paru. Fly ash dan bottom ash merupakan
yang terbawa gas buang disebut fly ash, sedangkan abu yang tertinggal
terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun tetap (fixed bed system
atau grate system). Disamping itu terdapat sistem ke-3 yakni spouted bed
system atau yang dikenal dengan unggun pancar. Fluidized bed system
6
dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai
Sistem ini menghasilkan fly ash dan bottom ash yang turun di bawah alat.
limbah padat berupa fly ash 80%-90% dan bottom ash 10%-20%.
A. Fly Ash
yang berbentuk halus, bundar dan bersifat pozolanik. Fly ash sangat mirip
sekitar 2.300 tahun yang lalu. Semen tersebut dibuat dekat kota kecil di
Italia yang bernama Pozzuoli yang kemudian memberi nama untuk istilah
yang bila dicampur dengan kapur dan air akan membentuk senyawa
semen. Partikel fly ash umumnya padat atau berongga dan berbentuk
7
dan logam berat. Logam-logam tersebut antara lain Zn, Ni, Zr, Cu, Sr, As,
Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu
fly ash kelas F dan kelas C. Perbedaan utama dari kedua fly ash
mengandung CaO lebih dari 20% dan fly ash kelas F mengandung
ini fly ash banyak diteliti baik sifat fisik maupun kimiawi untuk
8
langsung dengan bahan tersebut.Salah satu karakteristik
bangunan.
embankment.
B. Solidifikasi/Stabilisasi (S/S)
9
konstruksi atau penimbunan tanah. Proses S/S telah digunakan dalam
S/S.
solidifikasi.
a. Kuat Tekan
beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur
10
cara membagi beban maksimum pada saat benda uji hancur
b. Penyerapan Air
11
C. BETON
dibuat dari campuran agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan
semen portland atau bahan pengikat hidrolis yang lain yang sejenis
lain.
12
mencampurkan semen, agregat, air, dan bahan-bahan tambahan lain bila
akibat reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka
waktu atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras
sejalan dengan umurnya. Kualitas atau mutu dari suatu beton sangat
terbentuknya.
13
Gambar 2.2. Proses pembuatan beton (SNI 1847:2013)
yaitu :
MPa – 40 MPa
(MPa) (kg/cm2)
14
dan sejenisnya.
Mutu 20- K250- Umumnya digunakan untuk beton
bertulang seperti pelat lantai
Sedang <35 <K400 jembatan, gelagar beton
bertulang, diafragma, kerb beton
pracetak, gorong-gorong beton
bertulang, bangunan bawah
jembatan
Mutu 15- K175- Umumnya digunakan untuk struktur
beton tanpa tulangan seperti beton
Rendah <20 <K250 siklop, trotoar dan pasangan batu
kosong yang diisi adukan, pasangan
batu.
D. BAHAN FILLER
lolos saringan no. 200 (0,075 mm), dapat terdiri dari debu batu, kapur
padam, semen portland, atau bahan non-plastis lainnya bahan pengisi ini
15
a. MATERIAL PENYUSUN BETON
1. Semen Portland
kapur, silika, alumina, dan besi oksida. Kapur adalah hasil dari
batu berkapur dan limbah industri alkali. Alumina, silica dan besi
oksida diperoleh dari clays dan shales atau fly ash dari
pembakaran batubara.
Tabel 2.3 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Bahan Baku Semen (SNI
03-6433-2000.)
16
Magnesia, MgO 2,97
jenis, yaitu :
sedang.
pengikatan terjadi.
17
Yang paling sering digunakan sebagai perekat pada
2. Air
mengandung minyak, asam alkali, bahan padat sulfat, klorida dan bahan
lainnya yang dapat merusak beton. Dengan kata lain air harus memiliki
3. Agregat
beton biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 70-75% dari volume beton,
a. Agregat Kasar
18
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batu atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri
b. Agregat Halus
19
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami
dari batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5,0 mm. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat
halus menurut spesifikasi bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F) adalah
1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan ± 2,2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya
tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari
dan hujan.
2. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai
berikut:
kehalusan antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang
20
Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua
E. Kerangka Berpikir
tekanan serta temperatur tertentu pada waktu yang cukup lama. Di masa
yang akan datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif
Matter).
Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan
dari pembakaran batubara. Partikel abu yang terbawa gas buang disebut
fly ash, sedangkan abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku
berbentuk halus, bundar dan bersifat pozolanik. Fly ash sangat mirip
21
dengan abu vulkanik yang digunakan dalam produksi semen hidrolik
sekitar 2.300 tahun yang lalu. Fly ash dikenal mempunyai efek buruk pada
semen. Proses terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi
antara air dan semen. Selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus
Batu bara
fly ash
metode
Stabilisasi/Solidifikasi
(S/S)
beton
22
BAB III
METODE PENELITIAN
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Pengujian bahan baku dan produk
Makassar.
23
1. Alat
c. Timbangan analitis
d. Oven
e. Mesin molen
2. Bahan
a. Semen Portland
e. Air
C. Jenis Penelitian
24
langsung dan tidak langsung. Metode langsung yakni dengan mengambil
sampel dari limbah yang diperoleh dari PT SOCI MAS. Adapun metode
tidak langsung yaitu dengan berdasar kepada penelitian dan jurnal yang
1. Variasi Penelitian
a. Variabel tetap
b. Variabel bebas
filler : 10%,20%, 30%, 40% dan 50% dari berat kebutuhan semen
25
Komposisi penggunaan fly ash sebagai bahan filler terlihat pada
2.Prosedur Percobaan
ditimbang.
3. Sempel fly ash dan binder dimasukkan ke dalam penggerus (ball mill)
26
4. Hasil penggerusan dikeluarkan/dituangkan ke dalam nampan alumunium
beton ini:
1. Menyiapkan limbah padat fly ash yang telah dianalisa dan dikeringkan.
2. Dicampurkan limbah fly ash, pasir, semen, kerikil dan air hingga rata.
Dengan variasi komposisi campuran disajikan pada tabel 3.1 dan tabel
3.2.
27
c. Prosedur Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan :
setiap variasi beton. Sehari sebelum pengujian benda uji dikeluarkan dari
1. Benda uji yang telah siap, ditentukan kuat tekannya dengan mesin tekan
hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 (satu) menit dan tidak lebih dari 2
(dua) menit.
3. Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum pada
dalamkg/cm2.
1. Benda uji dalam keadaan utuh direndam dalam air hingga jenuh (24
2. Kemudian benda uji dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 24 jam,
pada suhu kurang lebih 105°C sampai beratnya pada dua kali
28
penimbangan berselisih tidak lebih dari 0,2% penimbangan yang
terdahulu.
(HNO3) pekat.
5. Dibuka kaca arloji penutup, evaporasi larutan hingga kering diatas water
bath.
7. Ditambahkan ± 25 ml HCl.
10. Tepatkan hingga tanda batas dengan aquades dan bila perlu disaring.
2. Analisis Data
P
Kuat Tekan=
A
Keterangan:
29
P = beban maksimum, kg
(B−Bo)
Penyerapan Air= x 100 %
Bo
Keterangan :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
9900
30
2. Analisa Konsentrasi Logam Berat Dengan metode AAS
dan 474 ppm yang didapat dari hasil analisa karekterisasi fly ash dengan
metode XRF. Ketiga logam tersebut telah melebihi baku mutu yang telah
hari.
31
Air hasil perendaman kemudian diuji konsentrasi logam beratnya
Baku Konsentrasi(ppm)
Pengujian
Logam Mutu(ppm
XRF (ppm) hari ke-7 hari ke-14 hari ke-28
)
Zn 95 50 <0.003 <0.003 <0.003
cu 35 10 <0.006 <0.006 <0.006
Ba 474 100 <0.14 <0.14 <0.14
3. Pembahasan
9900
Dari tabel 4.1 hasil analisa karakterisasi fly ash dengan metode
XRF didapat bahwa besar kandungan oksida yang terkandung dalam fly
32
c. Kadar Al2O3 sebesar 24,11%
semen, namun silika oksida (SiO2) yang terkandung didalam fly ash
mengikat. Reaksinya :
logam berat yang melebihi baku mutu (Keputusan Kepala Bapedal No.3
Tahun 1995) yaitu Zink (Zn) = 95 ppm, Cooper (Cu) = 35 ppm dan Barium
batubara menjadi limbah B3. Salah satu metode yang digunakan untuk
salah satu bahan pengikat yang paling banyak digunakan dalam metode
tersebut.
33
2.Uji Beban maksimum
Maksimum Beton
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
dilihat pada gambar 4.1 pengaruh persentase fly ash sebagai bahan
pada penggunaan fly ash sebagai substitusi 10% dengan hasil 671,667
34
substitusi fly ash. Sementara substitusi fly ash diatas 10% beban
pada substitusi fly ash 50% yaitu sekitar 424,667 kN atau turun sekitar
24,34% jika dibandingkan dengan tidak ada substitusi fly ash. Semakin
dalam penilitiannya jumlah Si pada sempel kandungan 15% fly ash lebih
besar bila dibandingkan dengan hasil sampel kandungan 40% fly ash,
kandungan fly ash 15% memiliki unsur Ca pada beton lebih sedikit dari
kandungan 40% fly ash yang unsur Ca-nya lebih besar dari pada unsur
memperlemah beton.
Maksimum Beton
35
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
0,42%.
36
Hal ini disebabkan karena dengan menambahkan fly ash
Tekan Beton
37
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-28, karena pada
benda uji. Kemudian dari 3 kali pengujian benda uji diambil nilai kuat
persentase fly ash sebagai bahan substitusi terhadap kuat tekan beton.
fly ash sebanyak 0% (tanpa substitusi fly ash) menunjukkan kuat tekan
26,892MPa. Nilai kuat tekan tertinggi didapat pada penggunaan fly ash
sebagai substitusi 10% dengan hasil 32,178 MPa atau naik sekitar 19,65%
substitusi fly ash diatas 10% kuat tekan cenderung menurun. Kuat tekan
terendah yaitu pada substitusi fly ash 50% yaitu sekitar 20,345 Mpa atau
38
turun sekitar 24,34% jika dibandingkan dengan tidak ada substitusi fly
ash.
kekuatan beton, hal ini dikarenakan adanya SiO 2 reaktif yang ada dalam
fly ash yang bereaksi dengan kapur sisa yang dibebaskan pada reaksi
senyawa kalsium silikat hidrat (C-S-H) yang memiliki sifat keras dan
tanpa penambahan fly ash. Namun demikian, substitusi fly ash pada
tekan beton itu sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin besar jumlah
akan menurunkan dan daya ikatan (setting) atau proses pengikatan antar
berkurang. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Mardiono (2012) dan
39
Dari hasil percobaan, diperoleh kondisi mulai adanya penurunan
beton tersebut, bila dilihat dari aspek mutunya ternyata sampai pada
substitusi 50% kekuatan tekan yang dihasilkan masih sama dengan tanpa
penambahan fly ash yaitu mutu sedang (kuat tekan 20 MPa - < 35 MPa)
b. Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap Kuat Tekan
Beton
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
persentase fly ash sebagai bahan filler terhadap kuat tekan beton.
40
kuat tekan 26,892 Mpa dan terus meningkat seiring dengan
terjadi peningkatan kuat tekan yang sedikit dari persentase 40% yaitu
dari 37,719 Mpa menjadi 37,879MPa atau naik 0,42%. Hasil yang sama
juga didapatkan oleh Suarnita (2012), Lubis (2016) dan Detwiler (2016)
pengikatan kapur bebas yang dihasilkan dalam proses hidrasi semen oleh
silica yang terkandung dalam fly ash. Selain itu, butiran fly ash yang jauh
lebih kecil membuat beton lebih padat karena rongga antara butiran
agregat diisi oleh fly ash sehingga dapat memperkecil pori-pori yang ada
dan memanfaatkan sifat pozzolan dari fly ash untuk memperbaiki mutu
beton. Fly ash merupakan bahan tambah yang bersifat aktif bila dicampur
dengan kapur atau semen, dan beton dengan campuran fly ash memiliki
kuat tekan lebih tinggi dari pada beton tanpa penambahan fly ash.
Lebih lanjut Lea (1970); Mehta (1986) dalam I Made Alit (2015)
mengatakan dengan adanya sifat pozzolan pada fly ash yang mengandung silica
reaktif dapat berfungsi untuk mereduksi kapur bebas (Ca(OH) 2) hasil hidrasi
41
trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) dan sekaligus menghasilkan
“perekat” ini akan mengisi rongga-rongga kapiler besar yang terbentuk pada
proses hidrasi semen portland pada umumnya. Hal ini mengakibatkan porositas
dari pasta semen hidrat maupun daerah transisi antara pasta semen hidrat dan
2005) beton dengan bahan filler 10%, dan 20% termasuk dalam beton dengan
mutu sedang, sedangkan untuk beton dengan bahan filler 30%, 40% dan 50%.
termasuk dalam beton dengan mutu tinggi yang cocok digunakan untuk beton
42
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash Sebagai Bahan Substitusi
besar penyerapan air oleh beton. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Gambar 4.5 grafik pengaruh persentase fly ash sebagai bahan substitusi
variasi fly ash dalam campuran komponen yang semakin banyak akan
Nilai penyerapan air benda uji berkisar antara 0,768 % hingga 1,991
%.Daya serap air terbaik sebesar 0,768 % terjadi pada penggunaan fly ash
semakin besar variasi limbah fly ash, maka penyerapan air semakin kecil..
43
Dengan demikian beton yang dihasilkan lebih padat dan solid. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfred dkk (2014) bahwa
Air Beton
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash Sebagai Bahan Filler terhadap
besar penyerapan air oleh beton. Berdasarkan hasil uji penyerapan air
4.5 grafik pengaruh persentase fly ash sebagai bahan substitusi terhadap
44
Berdasarkan grafik gambar 4.5 dapat dilihat bahwa persentase
variasi fly ash dalam campuran komponen yang semakin banyak akan
kecil. Nilai penyerapan air benda uji berkisar antara 0,768 % hingga 1,991
%.Daya serap air terbaik sebesar 0,768 % terjadi pada penggunaan fly ash
semakin besar variasi limbah fly ash, maka penyerapan air semakin kecil.
Hal ini memungkinkan fly ash mampu mengisi pori yang lebih kecil.
Dengan demikian beton yang dihasilkan lebih padat dan solid. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Alfred dkk (2014) bahwa
Berdasarkan grafik gambar 4.7, 4.8 dan 4.9 konsentrasi logam Zn,
<0,003 ppm; <0,006 ppm dan <0.14 ppm untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
45
Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan
ppm, 35 ppm dan 100 ppm. Dengan demikian konsentrasi logam berat
yang lepas dari perendaman beton sampai 28 hari : Zn = < 0,003 ppm, Cu
= <0.006 ppm dan Ba = <0.14 ppm masih jauh dibawah baku mutu.
46
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
kesimpulan. Bahwa hasil analisa karekteristik fly ash dengan metode XRF
thermos ARL 9900 jumlah oksida (SiO 2, Al2O3, Fe2O3) yang terkandung
47
didalam fly ash sebesar 83,13%, menurut ASTM C618 masuk kedalam
kategori fly ash kelas F dan terdapat tiga logam yang melebihi baku mutu
kN dan kuat tekan tertinggi sebesar 32,178 MPa pada substitusi 10% fly
sebesar 790,667 kN dan kuat tekan tertinggi sebesar 37,879 MPa pada
filler 50% fly ash. Semakin besar persentase penggunaan fly ash sebagai
hari : Zn = 0,003 ppm, Cu = 0.006 ppm dan Ba = 0.14 ppm masih jauh
B. Saran
logam berat yang lepas masih memenuhi baku mutu. Jika melihat dari
segi ekonomi dan lingkungan penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi
48
lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan fly ash
DAFTAR PUSTAKA
49
Agus Maryoto (2009). ”Penurunan Nilai Absorbsi dan Abrasi Beton dengan
Penambahan Calcium Stearate dan Fly Ash”. Media Teknik Sipil. Volume
IX. ISSN 1412-0976.
Anonim. (1989). Standar Nasional Indonesia “Spesifikasi Bahan Bangunan A
(Bukan Logam). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional . SK.SNI S-04-1989 F.
Anonim. (1990). Standar Nasional Indonesia “Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-1974-1990.
Anonim. (1995). Badan Pengendalian Dampak Lingkungan “Persyaratan Teknis
Pengolahan Limbah Berbahaya dan Beracun” Nomor Kep
03/BAPEDAL/09/1995. Diakses tanggal 11 November 2016.
http://palembang.bpk.go.id/wpcontent/uploads/2012/10/kepbapedal_3
_1995.pdf
Anonim. (2000). Standar Nasional Indonesia “Metode Pengujian Kerapatan dan
Rongga dalam Beton yang Telah Mengeras”. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional. SNI 03-6433-2000.
Anonim. (2000). Standar Nasional Indonesia “Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-
2834-2000.
Anonim.(2002). Standar Nasional Indonesia “Pengertian dan Manfaat Fly Ash”.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6414-2002.
Anonim.(2004). Standar Nasional Indonesia “Semen Portland”. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional. SNI 15-2049-2004.
Anonim.(2005). Standar Nasional Indonesia “Pupuk Tripel Super Fosfat”.Jakarta:
Badan Standarisasi Nasional. SNI 02-0086-2005.
Anonim. 2006. Kajian Batubara Nasional “Batubara Indonesia”. Pusat Litbang
Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA). Diakses Tangal 14 Oktober
2016.www.pusdiklat-minerba.esdm.go.id/
Anonim. (2011). Standar Nasional Indonesia “Tata Cara Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium”. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional. SNI 2493:2011.
Anonim. (2013). Standar Nasional Indonesia “Persyaratan Beton Strruktural
untuk Bangunan Gedung”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI
2847-2013.
Anonim. (2014). Badan Pusat Statistik “Publikasi Statistik Pertambangan Non
Minyak dan Gas Bumi”.Diakses 14 Oktober 2016.
https://bps.go.id/publikasi/view/id/1172
Arif Hamidi,dkk. (2014). “Pemanfaatan Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Sebagai
Bahan Batako Yang Ramah Lingkungan”. ISSN:2355-6870. Vol.1 No.1.
Aswin Budhi Saputro. (2008). “Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Dengan Fly Ash
Sebagai Pengganti Semen dengan f’c 45 MPa”, Skripsi. Universitas
IslamIndonesia : Yogyakarta.
Ayu Lasryza, dan Dyah Sawitri. (2012). “Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai
50
Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor”. Jurnal Teknik Pomits.
Vol.1. No. 1. Hal : 1-6.
Firman Ganda Saputra. (2016). “Pemanfaatan Abu Terbang Limbah Batu Bara
Terhadap Kuat Tekan dan Tingkat Porositas Paving Stone Berpori”. Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 03 Nomor 03. Hal: 9-12.
I Wayan Suarnita. (2011). “Kuat Tekan Beton dengan Aditif Fly Ash ex. PLTU
Mpanau Tavaeli”. Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 1. Pebruari 2011: 1 – 10.
Juniawan Setiaka. (2011). “Adsorpsi Ion Logam Cu (II) dalam Larutan pada Abu
Dasar Batubara Menggunakan Metode Kolom”. Skripsi. Institut Teknologi
Sepuluh November : Surabaya.
Iswan. (2010). “Penanggulangan Limbah Batubara”. Dinamika Jurnal Teknik
Mesin. Vol. 1. No. 2. ISSN : 2085-8817.
Muchtar Aziz ; Ngurah Ardha dan Lili Tahli. (2006). ”Karakterisasi Abu Terbang
PLTU Suralaya dan Evaluasinya untuk Refraktori COR”. Jurnal Teknologi
Mineraldan Batubara. ISSN 0854-7890.
Melisa. (2014). ”Karekterisasi Limbah Abu Batubara (Fly Ash dan Bottom Ash)
untuk Pemanfaatan dalam Bidang Pertanian”. Skripsi. Institut Pertanian
Bogor :Bogor.
Michaux Michel, Erik Nelson dan Benqit Vidick.2012 “Cement Chemistry and”.
Well Completion. Vol. 1. No.1
M. Pranjoto Utomo dan Endang Widjajanti Laksono. (2012). “Kajian Tentang
Proses Solidifikasi/Stabilisasi Logam Berat dalam Limbah dengan Semen
Portland”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan
Penerapan MIPA. ISBN: 978-979-99314-2-9.
Misbachul Munir. (2008). ”Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) untuk Hollow
Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan” Tesis. Universitas
Diponegoro :Semarang.
Mardiono. (2011). “Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam Beton
Mutu Tinggi”. Skripsi. Universitas Gunadarma : Jakarta.
Ninis Hadi Haryanti. 2014. Uji Abu Terbang Pltu Asam Asam Sebagai Bahan
Pembuatan Bata Ringan. Jurnal Fisika FLUX. Vol. 11 No. 2, Agustus 2014
(129 –139).
Oscar Ortiz, Francesc Castells dan Guido Sonnemann. (2009). “Sustainability in
the Contruction Industry: A Review of Recent Development Basen on
LCA”. Journal Contruction and Building Materials. Volume 23, No. 1, Hal
28-39.
Patil ; Kale dan Suman. (2012). “Fly Ash Concrete : A Technical Analysis for
Compressive Strength”. International Journal of Advanced Engineering
Research and Studies. ISSN 2249–8974.
Rachel J Detwiler. (2016). “Substitution of Fly Ash for Cement or Aggregate in
Concrete: Strength Development and Suppression of ASR”. Research and
Development Bulletin RD127. ISBN 0-89312-216-5.
51
Rianza Rizqi. (2012). ”Pengaruh Nilai Kalori Batubara terhadap Nilai Steam Boiler
yang Dihasilkan oleh Boiler Jenis Pipa Air”. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara : Medan.
Ritesh Mall, Sharda Sharma dan Prof.R.D. Patel. (2014). “Studies of the
Properties of Paver Block using Fly Ash”. International Journal for
Scientific Research & Development. Vol. 2, Issue 10, 2014. ISSN : 2321-
0613.
Rizky B.O Rumahorbo. (2016). “Solidifikasi/Stabilisasi Limbah Slag yang
Mengandung Chrom (Cr) dan Timbal (Pb) dari Industri Baja Sebagai
Campuran Dalam Pembuatan Concrete (Beton)”. Skripsi.Universitas
Sumatera Utara: Medan
Roy Adi Chandra. (2013). “Kajian Kuat Desak dan Modulus Elastisitas Beton
dengan Penambahan Abu Bonggol Jagung sebagai Zat Additive” Skripsi.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta.
Sri Muliyasih. (2010). “Pembuatan Paving Block dengan Menggunakan Limbah
Las Karbit sebagai Bahan Aditif dengan Perekat Limbah Padat Abu
Terbang Batubara (Fly Ash) PLTU Labuhan Angin Sibolga”. Tesis.
Universitas SumateraUtara : Medan.
Sivakumar Naganathan ; Shojaeddin Jamali ; Sonny Silvadanan : Tang Yew
Chung ; dan Mark Francis Nicolasselvam. (2016). “Use of Bottom Ash and
Fly Ash in Masonry Mortar”. Journal of Construction and Building
Material. Volume 01 Issue 01. Hal: 52–57.
Widodo Kushartomo dan Kelvin Tandio. (2016). “Pengaruh Penggunaan Abu
Terbang terhadap Sifat Mekanis Reactive Powder Concrete”. Konverensi
Nasional Teknik Sipil 10. Universitas Atmajaya. ISBN : 978-602-60286-0-0.
Hal 119-126.
LAMPIRAN IV
DATA PENELITIAN
52
B. Data hasil Penyerapan Air
Tabel IV.A.1 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan
53
Tabel IV.A.2 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan
Tabel IV.A.3 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
54
Tabel IV.A.4 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
55
E. Perhitungan
1. kuat tekan
28342000)
P
kuat tekan =
A
Keterangan:
P = beban maksimum, kg
benda :
= 22/7 x (7,5)2
= 176,79 cm2
56
p
kuat tekan =
A
562.000
=
176 ,79
= 324,387 kg/cm2
= 32,439 MPa
= 26,924 MPa
57