Anda di halaman 1dari 4

Limbah industri merupakan sumber pencemaran air yang sangat potensial.

Limbah dari
industri bervariasi sesuai dengan jenis industrinya. Limbah berbahaya yang dihasilkan oleh
industri dapat berupa limbah logam berat (Said, 2018). Limbah logam berat dihasilkan dari
beberapa indutri seperti : indutri pelapis logam, industri cat, dan indutri khlor serta industri
batubara. Salah satu kegiatan industri yang menghasilkan limbah logam berat yaitu industri
batubara baik dalam segi proses ekstraksi, penambangan, dan pembakaran batubara. Limbah
industri batubara menghasilkan berbagai macam zat dan senyawa yang berbahaya salah satunya
pencemaran lingkungan. Logam berat dapat menimbulkan efek berbahaya bagi makhluk hidup,
kerusakan sistem saraf, karsinogenisitas, dan gangguan fungsi kekebalan tubuh. Karena efek
tersebut, dapat dikatakan bahwa jika semua logam berat terakumulasi dalam tubuh dalam waktu
lama, mereka akan menjadi racun dan meracuni tubuh organisme (Sekarwati et al., 2015).

Salah satu logam berat yang di hasilkan dari limbah industri ialah logam timbal (Pb).
Logam timbal (Pb) merupakan salah satu unsur yang berbahaya dan dapat mengakibatkan
keracunan pada tubuh manusia (beracun). Timbal jarang ditemukan di alam dalam keadaan
bebas, melainkan dalam bentuk senyawa dengan molekul lain, misalnya dalam bentuk PbBr 2 dan
PbCl2 (Gusnita, 2012). Tanpa disadari, kontaminasi timbal juga terjadi dalam rumah kita sendiri,
dari pipa air yang berkarat. Lebih mengkhawatirkan karena timbal dapat terakumulasi dalam
setiap makluk hidup dan keseluruhan rantai makanan. Manusia dapat terkontiminasi logam
berbahaya ini melalui makanan (65%), air (20%), maupun udara (15%). Sementara itu diketahui
bahwa timbal tidak memiliki fungsi apapun bagi tubuh manusia. Jadi penyerapan timbal melalui
makanan, air, dan udara hanyalah menimbulkan kerugian saja (Nissan Reishi,2008). Menurut
peraturan Kep-51/KMNLH/2004 mejelaskan bahwa, nilai ambang batas logam berat pada
perairan sebesar ; Raksa (Hg) 0,002 mg/L , Kromium heksavalen (Cr(VI)) 0,002 mg/L, Arsen
(As) 0,025 mg/L, Cadmium (Cd) 0,002 mg/L, Tembaga (Cu) 0,050mg/L, Seng (Zn) 0,095mg/l,
Nikel (Ni) 0,075mg/l dan Timbal (Pb) 0,005 mg/L.

Ion Pb2+ adalah salah satu ion logam paling umum yang ditemukan dalam air limbah
industri, ion ini dilepaskan ke lingkungan khususnya perairan. Perairan yang akan menjadi
ekosistem bagi makhluk hidup akan banyak dimanfaatkan sebagai kebutuhan (Alguacil et al.,
2018). Mengingat bahaya yang ditimbulkan dari keberadaan ion logam Pb 2+, telah banyak
metode-metode yang dikembangkan agar dapat mengatasi keberadaan ion logam berat tersebut
dari air limbah industri, seperti pengendapan, penukar ion, penguapan, oksidasi, dan filtrasi
membran (Kurniawati et al., 2016). Meskipun keefektifitasannya telah terbukti, tetapi
penggunaan beberapa metode tersebut memerlukan biaya operasional yang besar. Sehingga
dibutuhkan metode pengolahan yang murah, aman, dan pastinya efektif.

Metode adsorpsi merupakan proses yang relatif murah dalam biaya operasional
pengaplikasian sebagai metode dalam penanggulangan limbah logam berat. Adsorpsi merupakan
proses yang terjadi pada saat fluida (cair atau gas) bergabung dengan padatan dan pada akhirnya
membentuk lapisan tipis pada permukaan padatan tersebut. Dibandingkan pada absorpsi, cairan
diserap oleh cairan lain dengan menyiapkan larutan. Dalam Adsorpsi, konsep adsorbat dan
adsorben digunakan, di mana adsorbat merupakan zat yang akan diadsorpsi atau dipisahkan dari
pelarut, dan adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu
fase fluida. Adsorpsi terutama dibatasi oleh proses difusi pori, yang terkait pada ukuran
turbulensi dalam komponen. Jika agitasi yang terjadi kecil, maka lapisan pori di sekitar objek
akan semakin tebal dan adsorpsi akan terjadi secara perlahan. Adsorpsi merupakan reaksi
eksotermik. Oleh karena itu, laju adsorpsi umumnya meningkat dengan penurunan suhu. Waktu
kontak dari adsorben dengan fluida merupakan faktor penentu dalam proses adsorpsi. (Syauqiah
et al., 2011).
Adsorben adalah zat padat yang dapat menyerap partikel fluida dalam suatu proses
adsorpsi. Adsorben bersifat spesifik dan terbuat dari bahan-bahan yang berpori. Ukuran pori
adsorben biasanya sangat kecil. Pemilihan jenis adsorben dalam proses adsorpsi harus
disesuaikan dengan sifat dan keadaan zat yang akan diadsorpsi dan nilai komersilnya. Prinsip
pemisahan pada adsorben berdasarkan perbedaan berat molekulnya atau perbedaan polaritas
yang mengakibatkan sebagian molekul melekat pada permukaan adsorben lebih erat
dibandingkan molekul lain. Jenis adsorben yang biasa digunakan ialah karbon aktif, alumina
aktif, zeolite dan xerogel silika (Mc.Cabe et al.1999).
Xerogel merupakan salah satu material adsorben yang dapat digunakan dalam proses
adsorpsi. Xerogel termasuk gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
dibentuk dari penguapan pelarut yang menyisakan kerangka gel. Memiliki porositas yang tinggi
15-50 dan luas pemukaan yang tinggi 150-900 m 2 /g, dan ukuran pori yang kecil 1-10 nm
(Oyedoh et al., 2013). Pemanfaatan dari xerogel ini sebagai media adsorben untuk penyerapan
logam berat dilaporkan dalam penelitian Desy Kurniawati melaporkan bahwa Adsorbat yang
digunakan untuk adsorpsi ion Zn2+ dan Pb2+ secara statis. Peniliti menggunakan metode kolom
dan menggunakan variasi konsentrasi dan waktu kontak untuk mendapatkan hasil yang
optimum . Didapatkan kondisi penyerapan optimum dari ion logam Zn2+ dan Pb2+ dengan
konsentrasi 40 ppmn. Sehingga diperoleh efesiensi penyerapan abu terbang terhadap Zn 2+ dan
Pb2+ sebesar 85,6 % dan 95,5%. Sedangkan kondisi penyerapan optimum dari ion logam Zn 2+ dan
Pb2+ pada waktu kontak 60 menit dengan efesiensi penyerapan 79,05 % dan 99,02 %
(Kurniawati, 2014) . Dilain penelitian pemanfaatan xerogel untuk penyerapan zat warna metilien
biru. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nida Andriana melaporkan bahwa abu terbang (Fly
Ash) menjadi alternatif bahan baku pembuatan adsorben karena memiliki kandungan silika yang
melimpah. Pada penelitian ini penulis juga melaporkan analisis FT-IR menunjukkan munculnya
gugus fungsi –OH, Si-O-Si, SiOH, Si-O-C, -NH, dan NH2. Metode yang digunakan penulis
yaitu sol-gel dan di karakterisasikan dengan menggunakan instrument FT-IR dan XRD
(Pendapatan & Dan, 2017).
Abu terbang (Fly Ash) merupakan hasil dari pembakaran batubara yang menghasilkan
dua jenis limbah salah satunya yaitu Abu terbang (Fly Ash). Abu terbang (Fly Ash) merupakan
limbah yang dihasilkan dari PLTU atau industri yang menjadikan batubara menjadi sumber
energi yang mengkontribusi pencemaran lingkungan (Andarini et al., 2018). Abu batubara atau
abu terbang (Fly Ash) merupakan bahan padat yang tidak mudah larut dan tidak mudah menguap
sehingga diperlukan tindakan dalam penanganannya. Menurut Kementrian Energi Sumber Daya
Mineral pada tahun 2021, limbah abu terbang (Fly Ash). yang dihasilkan pada tahun 2021
sebesar 9,7 juta/tahun. Abu terbang (Fly Ash) merupakan limbah industri yang memiliki ukuran
yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Komposisi
utama pada abu terbang (Fly Ash) sendiri mengandung silika (SiO2), alumina (Al2O3), fero
oksida (Fe2O3), dan kalium oksida (CaO). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yunita
(2017). Melaporkan bahwasannya hasil karakterisasi pada abu terbang (Fly Ash) menghasilkan
SiO2 yaitu dengan rata-rata persentase sebesar 40 % , Pada penelitian lain bahwasannya hasil
karakterisasi pada abu terbang (Fly Ash) menghasilkan SiO2 sebesar 41,96 %. Oleh karena itu,
perlu dilakukan penelitian ini untuk bisa memanfaatkan abu terbang sekaligus mengurangi
limbah dari abu terbang (Fly Ash) (Andarini et al., 2018).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyerap (adsorben)
dan juga sebagai alternatif pengganti material sintesis yang relatif mahal untuk menghilangkan
logam-logam berat berbahaya terutama pada limbah indsutri karena di dalam abu terbang (Fly
Ash) terdapat sebagian besar oksida silika. Disisi lain penelitian ini juga bertujuan untuk
mempelajari kemampuan abu terbang (Fly Ash) untuk menyerap ion logam dan mengetahui
kondisi optimum penyerapan abu terbang (Fly Ash) terhadap ion logam berat.
Berdasarkan uraian diatas maka penelitian tentang “Adsorpsi Ion Timbal (II) dengan
Menggunakan Adsorben Xerogel dari Abu Terbang (Fly Ash) ” sangatlah penting untuk
dilakukan, sehingga dapat mengatasi masalah limbah logam berat dari indutri. Pada penelitian ini
diharapkan dengan menggunakan metode adsorpsi dapat mengetahui efektifitas dari xerogel dalam
meadsorpsi logam Pb2+.

Anda mungkin juga menyukai