Dosen Pengampu :
Nama Kelompok :
1. Pini Septiani (2007010155)
2. Anggun Riana Sari (2007010106)
3. Syamsir Islami (2007010372)
4. Taufik Ramadhan (2007010422)
A. Latar Belakang
Pencemaran logam berat merupakan salah satu isu sentral dari riset bidang
lingkungan dikalangan ilmuwan dunia saat ini. Apalagi sebagai salah satu negara
berkembang, Indonesia memiliki potensi besar akan terkena dampak pencemaran Timbal
(Pb), khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (karena kurangnya
informasi/pengetahuan) dan juga bagi masyarakat perkotaan (karena tingginya tingkat
emisi gas buang kendaraan bermotor, limbah dan gas buang industri baterai, cat dan
keramik).
Timbal merupakan zat yang sangat beracun jika terserap tubuh. Keracunan timbal
terjadi apabila kandungan timbal dalam darah lebih besar dari 10 ug/dl. Keracunan timbal
pada orang dewasa berhubungan dengan tekanan darah tinggi, keguguran, lelaki yang
kurang subur, gagal ginjal, kehilangan keseimbangan, gangguan pendengaran, anemia,
ketulian, dan rusaknya syaraf seperti lambat dalam bereaksi. Pengaruh timbal pada
kesehatan anak sangat banyak sekali
Timbal (Pb) terhadap komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara
memungkinkan berkembangnya transmisi pencemaran menjadi lebih luas kepada
makhluk hidup, termasuk manusia sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Timbal (Pb) logam berat yang menyebabkan keracunan dan terakumulasi di dalam
tubuh manusia. Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui dari
sistem pernafasan, oral, maupun langsung melalui permukaan kulit (Yulinah, 2016).
Penambangan banyak yang menggunakan bahan kimia salah satunya adalah
timbal. Timbal terjadi akibat pembuangan tailing pada usaha penambangan logam, karena
dapat mencemari lingkungan dan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit berbahaya
dan bahkan kematian. Penambangan emas merupakan salah satu aktivitas manusia yang
beresiko besar terhadap pencemaran logam berat melalui tailing yang dihasilkan. Tailing
adalah residu limbah aktivitas pertambangan yang didominasi oleh tekstur pasir, bersifat
marjinal, dan sering kali mengandung unsur logam berat (Bayu dkk, 2019).
Tailing merupakan suatu kegiatan pertambangan emas yang dibuang di dataran
atau badan air yang merupakan unsur limbah pencemaran yang tersebar pada wilayah
sekitar yang dapat menyebabkan pencemaran sekitar. Tailing merupakan sisa proses
pengolahan bijih, jadi pada tailing banyak yang mengandung timbal dan juga
mengandung konsentrasi mineral yang berharga yang tidak memenuhi syarat untuk
diambil pada saat di tambang, jadi tailing pembuangannya di lakukan dipenampungan
buatan seperti sungai.
Logam berat termasuk Timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh ikan melalui air,
sedimen dan makanan yang dikonsumsi ikan. Logam berat yang masuk ke perairan
umumnya mengendap di dasar perairan karena Pb memiliki densitas yang lebih besar dari
air. Pb tersebut akan terakumulasi pada sedimen dan detritus. Apabila ikan termasuk ke
dalam kelompok pemakan sedumen dan detritus maka peluang Pb untuk memasuki
tubuhnya akan semakin besar dan pada akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar
( Simbolon dkk., 2010)
Selain itu logam Timbal (Pb) merupakan salah satu bahan yang dapat mencemari
udara. Logam timbal yang ditimbulkan berasal dari bahan bakar kendaraan motor yaitu
bensin Dengan adanya hal tersebut pemerintah mencantumkan peraturan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara, baku mutu timbale di udara adalah sebesar 2 µg/m 3 untuk 24 jam
pengukuran (Depkes RI, 1991). Sedangkan standar yang ditetapkan oleh WHO untuk
konsentrasi timbal di udara adalah 0,5 µg/m3, dan standar konsentrasi timbal di air adalah
0,05 µg/m3, sedangkan standar konsentrasi timbal pada tanah adalah sebesar 70 ppm.
Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh apa
yang dimakasud dengan Logam berat timbal (Pb) serta pengaruh atau dampak yang
ditimbulkan.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
identifikasi, dampak, dan solusi pemecahan masalah pencemaran Timbal (Pb)
2. Tujuan khusus :
Tujuan khusus dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melihat identifikasi pencemaran Timbal (Pb)
b. Untuk mengetahui keluhan dampak pencemaran Timbal (Pb)
c. Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalahnya untuk menanggulangi masalah
pembuangan timbal (Pb)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Timbal (Pb)
Timbal (Pb) Timbal adalah salah satu jenis logam berat yang juga disebut dengan
istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki
sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak mudah
timbulnya perkaratan. Timbal juga merupakan logam yang lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat dan memiliki oksidasi +2 (Sunarya, 2007).
Timbal adalah salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup
karena bersifat karsinogenik, juga dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisitasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981).
Timbal juga mencemari air, udara, hewan, tumbuhan, dan juga manusia. Timbal
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dari tumbuh-tumbuhan yang biasa
dikonsumsi manusia seperti padi, teh, dan sayur-sayuran. Logam timbal terdapat di
perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini
masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air
hujan. Proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya
timbal (Pb) ke perairan (Palar, 1994).
B. Sifat timbal
Sifat Timbal (Pb). Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut:
1. Timbal merupakan logam yang lunak, sehingga timbal dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Timbal merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
timbal (Pb) sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, hanya 327,5oC (Palar, 2004).
C. Sumber timbal.
Logam timbal juga mempunyai sumber-sumber, antara lain :
1. Sumber Alami Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan
sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan
terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.
Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah
tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga
ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah
sebesar 1-10μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air
tawar. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10
μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara
0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara
0,1 -1,0 μg/kg berat kering.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah
semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan
penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan
logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama
lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead
banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal
(Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat
ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih
digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga
membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali
dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate
(Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi Timbal, atau Tetra Ethyl Lead (TEL)
Banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang
merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal
(Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar
tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Ethyl Lead (TEL), selain
meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil
(produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet,
dan tahan lama.
D. Kegunaan Timbal
Kegunaan timbal dalam kehidupan. Adapun beragam contoh kegunaan timbal (Pb)
dalam kehidupan, sebagai berikut:
1. Timbal dioksida (PbO2) pada produksi baterai penyimpanan untuk mobil.
2. Produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia,
pewarna (cat), dan lain-lainnya.
3. Produk-produk yang tahan akan karat, timbal digunakan dalam bentuk yang bukan
alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang
korosif.
4. Digunakan sebagai dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut dengan glaze,
dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik. 5. Sebagai
bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL), Pb
(C2H2)4, untuk mengurangi letupan (anti-knocking) pada proses pembakaran oleh
mesin kendaraan.
E. Dampak Timbal
1. Pencemaran Udara
Setiap makhluk hidup membutuhkan udara. Oleh karena itu, udara adalah hal
yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78%
nitrogen (N2),20% oksigen (O2), 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida (CO2) dan
sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Udara
dikatakan "normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya
seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang
menimbulkan gangguan sertaperubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara
sudah tercemar atau terpolusi. Istilah polusi atau pencemaran berasal dari negara
Yunani yang berarti mengotorkan,merusakkan atau mencemarkan. Menurut UU RI
No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 3,polusi / pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi,dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan dari kegiatan proses alam,
sehingga kualitas turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi secara optimal.Sedangkan polusi udara
adalah penyusutan kualitas udara sampai pada yang mengganggu kehidupan karena
masuknya polutan ke udara (Fardiaz,1992).
Ada empat tingkatan pencemaran yang diklasifikasikan oleh WHO.
Pencemaran tingkat pertama, yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian
bagi manusia.Pencemaran tingkat kedua, yaitu pencemaran yang mulai
menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
Pencemaran tingkat ketiga, yaitupencemaran yang sudah dapat bereaksi pada daya
tahan tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis. Dan yang terakhir
adalah pencemaran tingkat keempat, yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan
(Fardiaz,1992).
Polusi udara terjadi karena masuknya polutan ke dalam udara. Zat-zat yang
dapat menyebakan polusi udara diantaranya adalah karbon monoksida (CO),
nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), CFC, karbon dioksida (CO2), Ozon
(O3), benda partikulat(PM), timbal (Pb), dan hidro karbon (HC). Polusi udara dapat
timbul baik secara alami, maupun karena ulah manusia. Secara alami, polusi udara
timbul karena letusan gunung berapi, kebakaran hutan dengan sebab alamiah,
pembusukan, dan nitrifikasi serta denitrifikasi makhluk hidup. Akan tetapi, sumber
utama dari polusi udara ditimbulkan oleh manusia (Putra, 2007).
Negara-negara yang sedang berkembang memiliki angka pertambahan
penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk yang terus-menerus bertambah secara
tidak langsung menimbulkan polusi udara. Pertambahan penduduk menyebabkan
arus mobilitas meningkat. Jika arus mobilitas meningkat, hal ini menuntut
bertambahnya jumlah kendaraan, khususnya kendaraan bermotor sehingga
kendaraan bermotor menjadi penyebab utama polusi udara karena kendaraan
bermotor mengeluarkan emisi gas karbon monoksida (CO). Fardiaz (1992)
mengungkapkan bahwa 60% dari pencemar udara terdiri dari karbon monoksida dan
15 % dari hidrokarbon. Walhi (2004) menjelaskan bahwa, kendaraan bermotor
menyumbang hampir 100% timbal, 13%-44% SPM, 71%-89% hidrokarbon, 34%-
73% oksida nitrogen, dan hampir seluruh karbon monoksida ke udara Jakarta. Hasil
pembakaran tersebut berupa polutan yaitu CO, HC, SO2, NO2, dan partikulat.
Selain kendaraan bermotor, polusi udara juga disebabkan oleh kegiatan
perindustrian dan rumah tangga. Pada umumnya, asap-asap yang dihasilkan dari
kegiatan perindustrian mengandung sulfur dioksida. Sementara itu, kegiatan rumah
tangga, seperti pembakaran sampah rumah tangga merupakan sumber utama debu
yang tercampur di udara (Kastiyowati, 2014)
Polusi udara menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan di bumi. Polusi
udara mmberikan pengaruh baik bagi kesehatan manusia maupun pada lingkungan.
Dampakpolusi udara terhadap kesehatan manusia diantaranya adalah:
Menyebabkan penyakit pernapasan, misalnya paru-paru, asma, dan bronchitis.
Zat-zat asing yang terdapat pada udara akan terhirup, terbawa ke paru-paru, dan
mengendap di paru-paru. Keberadaan zat asing tersebut akan menyebabkan
infeksi dan gangguan kerja paru-paru.
Penurunan kesehatan dan kemampuan mental anak-anak
Unsur timbal (Pb) yang terhirup anak akan menyerang sel syaraf, dapat
meracuni atau merusak fungsi mental dan perilaku, serta menganggu
pertumbuhan anak.
Penurunan kecerdasan (IQ) anak-anak
Pb (timbal) dapat terakumulasi dalam tubuh manusia, mengurangi intelegensia,
dan dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel syaraf dan sistem otak.
Sementara itu, dampak polusi udara terhadap lingkungan diantaranya adalah:
Terjadinya pemanasan global (global warming) dan efek rumah kaca
Pemanasan global disebabkan oleh emisi dari zat-zat pencemar seperti
karbondioksida (CO2), metan, dan oksida nitrat. Zat-zat pencemar tersebut
berkumpul di atmosfer membentuk lapisan tebal yang menghalangi matahari
dan menyebabkan pemanasan planet dan efek rumah kaca.
Terjadinya kerusakan lapisan ozon
Semakin menipisnya lapisan ozon disebabkan oleh zat CFC yang bersumber
dari AC, lemari es dan semprotan aerosol.
Terjadinya hujan asam
Hujan asam diebabkan oleh SO2 dan NO2 yang berasal dari asap knalpot dan
pupuk yang digunakan dalam pertanian.
Membuat pertumbuhan tanaman terhambat
Beberapa studi menunjukkan bahwa tumbuhan yang ditanam di sepanjang jalur
jalan utama di perkotaan tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan
dengan tumbuhan yang ditanam di desa.
Mempercepat pengikisan bangunan
Kepadatan daerah perkotaan, asap, dan partikel udara yang berasal dari
kendaran bermesin diesel menyebabkan kotornya permukaan bangunan.
Berdasarkan hasil percobaan, campuran pencemar-pencemar seperti nitrogen
dioksida dan sulfur dapat merusak batu lebih cepat (Apriyandi,2009)
2. Pencemaran Air
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar.(Darmono, 1995)
Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun
di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan
bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-
bahan terlarut, seperti karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen (N2),
serta bahan-b ahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang
terbawa air hujan dari atmosfir. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan
air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal
disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat
bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.
Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan
langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan sebagai air minum. (Kristanto, 2002)
Pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain:
a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air
Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam
lainnyaseperti timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dalam kadar yang
tinggi dapat menyebabkan air tidak enak diminum. Disamping dapat
menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya,
pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan
dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena korosif) (Darmono,
2015).
d. Pencemar Bahan Kimia Organik
F. Pengaruh Timbal
1. Pada Lingkungan Perairan
Perkembangan Industri menimbulkan efek negatif berupa limbah industri
baik yang berbentuk padat maupun cair dapat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya. Apabila limbah tersebut dilepaskan ke perairan bebas, akan terjadi
perubahan nilai dari perairan itu baik kualitas maupun kuantitas sehingga perairan
dapat dianggap tercemar. Air sering tercemar oleh komponen- komponen
anorganik antara lain berbagai mcam logam berat yang berbahaya. Beberapa logam
berat tersebut banyak digunakan dalam keperluan sehari-hari dan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan apabila
konsentrasinya melebihi ambang batas. Logam Pb (timbal) merupakan salah satu
logam berat dengan kandungan yang telah melebihi ambang batas di beberapa
perairan di Indonesia. Pb merupakan logam yang dapat terakumulasi dalam
jaringan organisme. Kandungannya dalam jaringan terus meningkat sesuai dengan
kenaikan konsentrasi Pb dalam air dan lamanya organisme tersebut berada dalam
perairan yang tercemar Pb. Hal ini disebabkan karena organisme air tidak mampu
meregulasi logam berat Pb yang masuk kedalam tubuh organisme. Kadar
maksimum Pb dalam air yang dapat digunakan untuk kegiatan perikanan adalah
sebesar 0,03 mg/L (Alaerts dan Santika, 1987).
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan indikator tingkat
pencemaran yang terjadi didalam perairan. Jika didalam tubuh ikan telah
terkandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi dan melebihi ambang
batas maka dapat disimpulkan sudah terjadi pencemaran dalam suatu lingkungan.
Menurut Adnan 1994, kandungan logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan
pembuangan limbah industri disekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai,
danau,dan laut.Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan
bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan,aktivitas
mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup
dilingkungan tersebut. Sedangkan untuk mengukur Akumulasi Logam Berat
Timbal (Pb) dan Gambaran Histologi pada Jaringan Avicennia marina (forsk.)
Vierh di Perairan Pantai Jawa Timur sampel yang digunakan adalah air, sedimen
dan vegetasi mangrove yang terdiri dari akar, batang, daun dan buah, serta
gambaran histologinya pada jaringan akar, batang, daun dan buah A.marina
(Arisandy dkk, 2012).
Logam Timbal (Pb) di lingkungan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh
makhluik hidup yang berada di lingkungan tersebut. Ikan yang hidup pada perairan
yang mengandung logam berat akan mengabsorpsi logam berat secara pasif
(Tangahu et al., 2011). Akumulasi logam berat pada ikan dapat terjadi karena
adanya kontak antara medium perairan yang mengandung senyawa toksik dengan
ikan. Kontak berlangsung dengan adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air
ke dalam atau permukaan tubuh ikan. Ikan akan mempertahankan dirinya setelah
mendapat paparan Pb dari air. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tubuh
dalam kondisi homeostasis yang dapat meningkatkan metabolism tubuh. Pengaruh
bahan toksik tersebut ditentukan oleh sifat toksik logam berat Pb dan keberhasilan
tubuh untuk melakukan proses detoksifikasi dan ekskresi. Oleh karena itu pengaruh
sifat toksik masih dapat ditoleransi oleh tubuh ikan. Peningkatan kadar Pb pada
jaringan tubuh ikan akan menurunkan fungsi organ dan jika melewati ambang
batas maka organ organ dalam tubuh ikan akan terjadi kerusakan (Sahetapy, 2011).
Logam berat di air mengakibatkan terjadinya proses akumulasi pada daging
ikan. Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorpsi langsung terhadap logam
berat yang ada dalam air. Akumulasi juga terjadi karena kecenderungan logam
berat untuk membentuk senyawa kompleks dengan zat-zat organic yang terdapat
dalam tubuh organism. Akumulasi logam berat pada bagian tubuh tertentu
dimungkinkan dengan keberadaan gugus metalloyion (sulfidril-SH) dan amina
(nitrogen-NH) yang dapat mengikat logam berat seperti Pb secara kovalen. Logam
berat masuk ke dala m sel dan ikut didistribusikan oleh darah ke seluruh
tubuh. Sirkulasi darah menyebabkan logam berat terakumulasi di dalam dinding
pembuluh darah dan jaringan ikat yang terdapat di sekitar otot ikan ( Yulaipi dan
Aunurohin, 2013)
Logam berat termasuk Timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh ikan melalui air,
sedimen dan makanan yang dikonsumsi ikan. Logam berat yang masuk ke perairan
umumnya mengendap di dasar perairan karena Pb memiliki densitas yang lebih
besar dari air. Pb tersebut akan terakumulasi pada sedimen dan detritus. Apabila
ikan termasuk ke dalam kelompok pemakan sedumen dan detritus maka peluang
Pb untuk memasuki tubuhnya akan semakin besar dan pada akhirnya akan
terakumulasi dalam jumlah besar ( Simbolon dkk., 2010)
Pembuangan limbah industry ke sungai akan menyebabkan perubahan pada
perairan. Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan tersebut akan diikuti
oleh meningkatnya kadar zat tersebut dalam organism air seperti ikan (Candra,
2007). Logam berat yang terkandung dalam air sungai sangat berbahaya bagi
kehidupan, baik bagi organism akuatik maupun bagi manusia. Ob dapat masuk
melalui saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit, kemudian masuk ke dalam
tubuh kemudian tertinggal di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi
organ (Indrawati dkk., 2007).
Kasus pencemaran logam berat Timbal (Pb) yang pernah terjadi di
indonesia salah satunya adalah pencemaran logam berat timbal yang terjadi
diteluk jakarta. Konsentrasi Pb air pada muara sungai di Teluk Jakarta sudah
melebihi ambang batas yangditentukan Kepmen LH no 51 tahun 2004 (Menteri
Lingkungan Hidup, 2004), sehingga perlu penanganan secara saksama. Muara
Sungai Ciliwung merupakan kontributor pencemar Pb tertinggi bagi perairan teluk
Jakarta (Rumata,2005).
b. Pendekatan Planatologi
Administrasi dan hukum Pemerintah mempunyai posisi yang paling
strategis dalam upaya mengendalikan pencemaran Pb ini. Dengan wewenang
yang dimiliki, pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas
yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, mengontrol polutan Pb
secara berkala saat pajak kendaraan dan mengenakan sangsi bagi yang
melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di
jakarta selama enam hari, diperoleh kesimpulan sementara, sebanyak 61 %
kendaraan bermotor dinyatakan telah melampaui baku mutu emisi. Hukum
sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menaggulangi
akibat yang ditimbulkan emisi gas kendaraan bermotor, karena melalui
peraturan perundang-undangan telah ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipatuhi oleh setiap warga masyarakat. Beberapa peraturan yang berhubungan
dengan masalah tersebut adalah : A. UU No. 14 Tahun 1992 tentang angkutan
jalan pada pasal 50. Untuk mencegah pencemaran udara yang dapat
mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib
memenuhi persyaratan angkatan batas emisi gas buang. Setiap pemilik,
pengusaha angkutan umum dan atau pengemudi kendaraan bermotor, wajib
mencegah terjadinya pencemaran udara. B. Kep. Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. KEP 35/ MENLH/ 10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor. Dalam pasal 1 dinyatakan bahwa ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat dalam bahan
pencemaran yang telah dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan
bermotor. Pasal 4 menetapkan bahwa batas emisi gas buang kendaraan
bermotor ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 tahun sekali.
Persyaratan yang ditetapkan pemerintah melalui ketentuan di atas dimaksud
sebagai upaya untuk pencegahan pencemaran udara yang bersifat preventif.
Namun jika persyaratan itu tidak dipatuhi atau dilanggar akan menimbulkan
sangsi pidana, seperti ditetapkan dalam pasal 67 UU No.14 tahun 192 yang
berbunyi sebagai berikut: ”Barang siapa yang mengemudikan kendaraan
bermotor yang tidak Ó 2001 digitized by USU digital library 5 memenuhi
syarat ambang batas emisi gas buang, dipidana dengan pidana paling lama 2
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000. Selanjutnya pasal 64
menetapkan, jika seseorang melakukan lagi pelanggaran pertama, maka pidana
yang dijatuhkan terhadap pelanggaran yang kedua ditambah dengan sepertiga
dari pidana kurungan pokoknya atau bila dikenakan denda dapat ditambah
dengan setengah dari denda yang diancam untuk pelanggaran pertama (Santi,
2001).
c. Pendekatan Edukatif
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja,
melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat. Untuk itu dapat dilakukan
dengan cara : Memberikan informasi secara intensif tentang dampak Pb pada
kesehatan dan lingkungan serta cara bagaimana mengatasinya. Dengan
mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk
melakukan upaya mengatasinya. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-
orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb seperti
pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan
perawatan kendaraan. Cara mengemudi kendaraan mempengaruhi efisiensi
kerja mesin dan pemakaian bahan bakar. Cara mengemudi yang menyebabkan
pemakaian bahan bakar menjadi boros sehingga polusi tinggi antara lain :
pengemudi memainkan pedal gas saat kendaraan berhenti di lampu pengatur
lalu lintas, kaki selalu menempel pada pedal kopling sehingga kopling menjadi
sedikit slip, pemilihan tingkat transmisi yang tidak tepat. Untuk megurangi
penyebab pencemaran Pb dari cara mengemudi yang salah yaitu dengan cara :
Produsen harus memberi petunjuk bagaimana cara mengemudi kendaraan
dengan baik dan benar pada setiap kendaraan yang diproduksinya, sehingga
pengemudi dapat mempelajarinya sebelum mengemudinya. Melalui media
secara intensif, pemerintah (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) memberi
himbauan kepada pengemudi pentingnya cara mengemudi yang benar.
Menyelenggarakan pendidikan singkat tentang pengetahuan dan ketrampilan
dasar merawat dan mengemudikan kendaraan dengan baik dan benar pada
pengemudi. Kedisiplinan pemilik kendaraan merawat secara berkala masih
rendah, terutama pada kendaraan umum. Untuk meningkatkan kesadaran dan
kedisiplinan pemilik kendaraan melakukan perawatan dapat dilakukan dengan
cara memberikan informasi yang tepat tentang keuntungan bila pemilik
melakukan perawatan kendaraan dengan benar, serta kerugian bila tidak
melakukan perawatan dengan benar. Kemampuan mekanik dalam melakukan
perawatan dan perbaikan kendaraan mempengaruhi hasil kerjanya. Hasil
penyetelan yang kurang baik menyebabkan kerja mesin kurang sempurna
sehingga bahan bakar boros dan polusi gas buangnya tinggi. Untuk
meningkatkan kemampuan mekanik dapat dilakukan melalui pendidikan
lanjut, pelatihan, studi banding, diskusi kasus yang muncul dalam kelompok
kerja dan lain sebagainya (Santi, 2001).
Permasalahan polusi udara harus sesegera mungkin ditanggulangi secara
maksimal. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi polusi
udara di bumi ini. Cara-cara tersebut diantaranya adalah:
Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar bernilai
oktan tinggi. Bahan bakar yang mempunyai nilai oktan yang tinggi
melakukan pembakaran yang lebih efisien sehingga hanya menghasilkan
sedikit gas karbon monoksida (CO).
Melakukan penghijauan dan reboisasi
Penghijauan dan reboisasi sangat penting untuk dilakukan agar jumlah
tumbuhan menjadi semakin banyak sehingga CO2 yang berada di udara
dapat diubah menjadi O2 melalui proses fotosintesis.
Menghentikan pembakaran hutan
Pembakaran hutan menyebabkan luas hutan yang bertindak sebagai paru-
paru dunia berkurang secara signifikan. Selain itu, asap yang timbul dari
kebakaran hutan menghasilkan emisi gas CO dalam jumlah yang sangat
besar.
Menggunakan sepeda sebagai alat transportasi
Sepeda tidak menghasilkan emisi gas apapun sehingga sangat ramah
lingkungan.
Memanfaatkan kendaraan umum
Dengan menggunakan kendaraan umum yang dipakai bersama, berarti
kita mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi dan pencemaran
udara pun berkurang.
Memakai kendaraan yang usianya maksimal 10 tahun
Kendaraan yang usia mesinnya sudah tua melakukan pembakaran yang
tidak efisien sehingga menghasilkan banyak gas CO dan tidak ramah
lingkungan. Semua elemen masyarakat harus sadar akan dampak buruk
polusi udara dan berpartisipasi aktif dalam usaha meminimalisasi polusi
di bumi ini agar tingkat polusi dapat benar-benar berkurang sehingga kita
dapat menyelamatkan bumi dari kerusakan yang lebih parah dan manusia
dapat hidup di lingkungan yang sehat (Kastiyowati,2014).
2. Solusi Pencemaran Air Akibat Timbal
A. Kesimpulan
Timbal/plumbum (Pb) merupakan logam yang dapat menyebabkan keracunan baik
akut maupun kronik terhadap manusia (Widowati et al. 2008). Di Indonesia, pencemaran
logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Salah
satu logam berat tersebut adalah timbal. Timbal dapat menyebabkan efek negatif terhadap
kesehatan manusia terutama terhadap sistem haemapoitik.
Di dalam tubuh manusia, timbal diketahui mempengaruhi sistem hematologi dengan
cara mengganggu sintesis heme dan menyebabkan anemia. Toksisitas timbal dapat
mengakibatkan dekstruksi eritrosit sehingga memperpendek usia eritrosit atau dikenal
dengan anemia hemolitik. Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat
melalui beberapa jalur yaitu melalui makanan, minuman, udara dan perembesan atau
penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/download/link/kajian-logam-berat-timbal-pb-serta-
pengaruh-terhadap-udara-dan-perairan