Anda di halaman 1dari 26

PENCEMARAN TIMBAL (pb)

Makalah ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok


pada mata kuliah
“Manajemen Risiko Pencemaran Lingkungan ”

Dosen Pengampu :

Edy Ariyanto, SKM., M.Kes

KELAS ALIH JENJANG D3 NON REG BJM 2020

Nama Kelompok :
1. Pini Septiani (2007010155)
2. Anggun Riana Sari (2007010106)
3. Syamsir Islami (2007010372)
4. Taufik Ramadhan (2007010422)

UNIVERSITAS ISLAM MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
2021
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencemaran logam berat merupakan salah satu isu sentral dari riset bidang
lingkungan dikalangan ilmuwan dunia saat ini. Apalagi sebagai salah satu negara
berkembang, Indonesia memiliki potensi besar akan terkena dampak pencemaran Timbal
(Pb), khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan (karena kurangnya
informasi/pengetahuan) dan juga bagi masyarakat perkotaan (karena tingginya tingkat
emisi gas buang kendaraan bermotor, limbah dan gas buang industri baterai, cat dan
keramik).
Timbal merupakan zat yang sangat beracun jika terserap tubuh. Keracunan timbal
terjadi apabila kandungan timbal dalam darah lebih besar dari 10 ug/dl. Keracunan timbal
pada orang dewasa berhubungan dengan tekanan darah tinggi, keguguran, lelaki yang
kurang subur, gagal ginjal, kehilangan keseimbangan, gangguan pendengaran, anemia,
ketulian, dan rusaknya syaraf seperti lambat dalam bereaksi. Pengaruh timbal pada
kesehatan anak sangat banyak sekali
Timbal (Pb) terhadap komponen lingkungan yaitu air, tanah, dan udara
memungkinkan berkembangnya transmisi pencemaran menjadi lebih luas kepada
makhluk hidup, termasuk manusia sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan.
Timbal (Pb) logam berat yang menyebabkan keracunan dan terakumulasi di dalam
tubuh manusia. Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui dari
sistem pernafasan, oral, maupun langsung melalui permukaan kulit (Yulinah, 2016).
Penambangan banyak yang menggunakan bahan kimia salah satunya adalah
timbal. Timbal terjadi akibat pembuangan tailing pada usaha penambangan logam, karena
dapat mencemari lingkungan dan mengakibatkan timbulnya berbagai penyakit berbahaya
dan bahkan kematian. Penambangan emas merupakan salah satu aktivitas manusia yang
beresiko besar terhadap pencemaran logam berat melalui tailing yang dihasilkan. Tailing
adalah residu limbah aktivitas pertambangan yang didominasi oleh tekstur pasir, bersifat
marjinal, dan sering kali mengandung unsur logam berat (Bayu dkk, 2019).
Tailing merupakan suatu kegiatan pertambangan emas yang dibuang di dataran
atau badan air yang merupakan unsur limbah pencemaran yang tersebar pada wilayah
sekitar yang dapat menyebabkan pencemaran sekitar. Tailing merupakan sisa proses
pengolahan bijih, jadi pada tailing banyak yang mengandung timbal dan juga
mengandung konsentrasi mineral yang berharga yang tidak memenuhi syarat untuk
diambil pada saat di tambang, jadi tailing pembuangannya di lakukan dipenampungan
buatan seperti sungai.
Logam berat termasuk Timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh ikan melalui air,
sedimen dan makanan yang dikonsumsi ikan. Logam berat yang masuk ke perairan
umumnya mengendap di dasar perairan karena Pb memiliki densitas yang lebih besar dari
air. Pb tersebut akan terakumulasi pada sedimen dan detritus. Apabila ikan termasuk ke
dalam kelompok pemakan sedumen dan detritus maka peluang Pb untuk memasuki
tubuhnya akan semakin besar dan pada akhirnya akan terakumulasi dalam jumlah besar
( Simbolon dkk., 2010)
Selain itu logam Timbal (Pb) merupakan salah satu bahan yang dapat mencemari
udara. Logam timbal yang ditimbulkan berasal dari bahan bakar kendaraan motor yaitu
bensin Dengan adanya hal tersebut pemerintah mencantumkan peraturan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang pengendalian
pencemaran udara, baku mutu timbale di udara adalah sebesar 2 µg/m 3 untuk 24 jam
pengukuran (Depkes RI, 1991). Sedangkan standar yang ditetapkan oleh WHO untuk
konsentrasi timbal di udara adalah 0,5 µg/m3, dan standar konsentrasi timbal di air adalah
0,05 µg/m3, sedangkan standar konsentrasi timbal pada tanah adalah sebesar 70 ppm.
Oleh karena itu makalah ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui lebih jauh apa
yang dimakasud dengan Logam berat timbal (Pb) serta pengaruh atau dampak yang
ditimbulkan.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum :
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
identifikasi, dampak, dan solusi pemecahan masalah pencemaran Timbal (Pb)

2. Tujuan khusus :
Tujuan khusus dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk melihat identifikasi pencemaran Timbal (Pb)
b. Untuk mengetahui keluhan dampak pencemaran Timbal (Pb)
c. Untuk mengetahui bagaimana pemecahan masalahnya untuk menanggulangi masalah
pembuangan timbal (Pb)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Timbal (Pb)
Timbal (Pb) Timbal adalah salah satu jenis logam berat yang juga disebut dengan
istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki
sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak mudah
timbulnya perkaratan. Timbal juga merupakan logam yang lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat dan memiliki oksidasi +2 (Sunarya, 2007).
Timbal adalah salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup
karena bersifat karsinogenik, juga dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisitasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981).
Timbal juga mencemari air, udara, hewan, tumbuhan, dan juga manusia. Timbal
masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dari tumbuh-tumbuhan yang biasa
dikonsumsi manusia seperti padi, teh, dan sayur-sayuran. Logam timbal terdapat di
perairan baik secara alamiah maupun sebagai dampak dari aktivitas manusia. Logam ini
masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan timbal di udara dengan bantuan air
hujan. Proses korofikasi dari batuan mineral juga merupakan salah satu jalur masuknya
timbal (Pb) ke perairan (Palar, 1994).

B. Sifat timbal
Sifat Timbal (Pb). Logam timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus sebagai berikut:
1. Timbal merupakan logam yang lunak, sehingga timbal dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Timbal merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
timbal (Pb) sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, hanya 327,5oC (Palar, 2004).

C. Sumber timbal.
Logam timbal juga mempunyai sumber-sumber, antara lain :
1. Sumber Alami Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan
sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan
terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.
Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah
tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga
ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah
sebesar 1-10μg/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air
tawar. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10
μg/liter. Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara
0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian
dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara
0,1 -1,0 μg/kg berat kering.
2. Sumber dari Industri
Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah
semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan
penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan
logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama
lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead
banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal
(Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat
ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih
digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga
membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali
dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate
(Sudarmaji, dkk, 2006).
3. Sumber dari Transportasi Timbal, atau Tetra Ethyl Lead (TEL)
Banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang
merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan timbal
(Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar
tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Ethyl Lead (TEL), selain
meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil
(produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet,
dan tahan lama.
D. Kegunaan Timbal
Kegunaan timbal dalam kehidupan. Adapun beragam contoh kegunaan timbal (Pb)
dalam kehidupan, sebagai berikut:
1. Timbal dioksida (PbO2) pada produksi baterai penyimpanan untuk mobil.
2. Produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia,
pewarna (cat), dan lain-lainnya.
3. Produk-produk yang tahan akan karat, timbal digunakan dalam bentuk yang bukan
alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang
korosif.
4. Digunakan sebagai dalam pembuatan pelapis keramik yang disebut dengan glaze,
dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik. 5. Sebagai
bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra Ethyl Lead (TEL), Pb
(C2H2)4, untuk mengurangi letupan (anti-knocking) pada proses pembakaran oleh
mesin kendaraan.

E. Dampak Timbal
1. Pencemaran Udara
Setiap makhluk hidup membutuhkan udara. Oleh karena itu, udara adalah hal
yang sangat penting dan mendasar bagi kehidupan, baik manusia maupun makhluk
hidup lainnya. Udara merupakan campuran dari gas, yang terdiri dari sekitar 78%
nitrogen (N2),20% oksigen (O2), 0,93% argon, 0,03% karbon dioksida (CO2) dan
sisanya terdiri dari neon (Ne), helium (He), metan (CH4) dan hidrogen (H2). Udara
dikatakan "normal" dan dapat mendukung kehidupan manusia apabila komposisinya
seperti tersebut diatas. Sedangkan apabila terjadi penambahan gas-gas lain yang
menimbulkan gangguan sertaperubahan komposisi tersebut, maka dikatakan udara
sudah tercemar atau terpolusi. Istilah polusi atau pencemaran berasal dari negara
Yunani yang berarti mengotorkan,merusakkan atau mencemarkan. Menurut UU RI
No. 23 Tahun 1997 Pasal 1 Ayat 3,polusi / pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat energi,dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan dari kegiatan proses alam,
sehingga kualitas turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi secara optimal.Sedangkan polusi udara
adalah penyusutan kualitas udara sampai pada yang mengganggu kehidupan karena
masuknya polutan ke udara (Fardiaz,1992).
Ada empat tingkatan pencemaran yang diklasifikasikan oleh WHO.
Pencemaran tingkat pertama, yaitu pencemaran yang tidak menimbulkan kerugian
bagi manusia.Pencemaran tingkat kedua, yaitu pencemaran yang mulai
menimbulkan kerugian bagi manusia seperti terjadinya iritasi pada indra kita.
Pencemaran tingkat ketiga, yaitupencemaran yang sudah dapat bereaksi pada daya
tahan tubuh dan menyebabkan terjadinya penyakit yang kronis. Dan yang terakhir
adalah pencemaran tingkat keempat, yaitu pencemaran yang telah menimbulkan
sakit akut dan kematian bagi manusia maupun hewan dan tumbuh-tumbuhan
(Fardiaz,1992).
Polusi udara terjadi karena masuknya polutan ke dalam udara. Zat-zat yang
dapat menyebakan polusi udara diantaranya adalah karbon monoksida (CO),
nitrogen dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), CFC, karbon dioksida (CO2), Ozon
(O3), benda partikulat(PM), timbal (Pb), dan hidro karbon (HC). Polusi udara dapat
timbul baik secara alami, maupun karena ulah manusia. Secara alami, polusi udara
timbul karena letusan gunung berapi, kebakaran hutan dengan sebab alamiah,
pembusukan, dan nitrifikasi serta denitrifikasi makhluk hidup. Akan tetapi, sumber
utama dari polusi udara ditimbulkan oleh manusia (Putra, 2007).
Negara-negara yang sedang berkembang memiliki angka pertambahan
penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk yang terus-menerus bertambah secara
tidak langsung menimbulkan polusi udara. Pertambahan penduduk menyebabkan
arus mobilitas meningkat. Jika arus mobilitas meningkat, hal ini menuntut
bertambahnya jumlah kendaraan, khususnya kendaraan bermotor sehingga
kendaraan bermotor menjadi penyebab utama polusi udara karena kendaraan
bermotor mengeluarkan emisi gas karbon monoksida (CO). Fardiaz (1992)
mengungkapkan bahwa 60% dari pencemar udara terdiri dari karbon monoksida dan
15 % dari hidrokarbon. Walhi (2004) menjelaskan bahwa, kendaraan bermotor
menyumbang hampir 100% timbal, 13%-44% SPM, 71%-89% hidrokarbon, 34%-
73% oksida nitrogen, dan hampir seluruh karbon monoksida ke udara Jakarta. Hasil
pembakaran tersebut berupa polutan yaitu CO, HC, SO2, NO2, dan partikulat.
Selain kendaraan bermotor, polusi udara juga disebabkan oleh kegiatan
perindustrian dan rumah tangga. Pada umumnya, asap-asap yang dihasilkan dari
kegiatan perindustrian mengandung sulfur dioksida. Sementara itu, kegiatan rumah
tangga, seperti pembakaran sampah rumah tangga merupakan sumber utama debu
yang tercampur di udara (Kastiyowati, 2014)
Polusi udara menimbulkan dampak buruk bagi kehidupan di bumi. Polusi
udara mmberikan pengaruh baik bagi kesehatan manusia maupun pada lingkungan.
Dampakpolusi udara terhadap kesehatan manusia diantaranya adalah:
 Menyebabkan penyakit pernapasan, misalnya paru-paru, asma, dan bronchitis.
Zat-zat asing yang terdapat pada udara akan terhirup, terbawa ke paru-paru, dan
mengendap di paru-paru. Keberadaan zat asing tersebut akan menyebabkan
infeksi dan gangguan kerja paru-paru.
 Penurunan kesehatan dan kemampuan mental anak-anak
Unsur timbal (Pb) yang terhirup anak akan menyerang sel syaraf, dapat
meracuni atau merusak fungsi mental dan perilaku, serta menganggu
pertumbuhan anak.
 Penurunan kecerdasan (IQ) anak-anak
Pb (timbal) dapat terakumulasi dalam tubuh manusia, mengurangi intelegensia,
dan dapat menyebabkan kerusakan-kerusakan sel syaraf dan sistem otak.
Sementara itu, dampak polusi udara terhadap lingkungan diantaranya adalah:
 Terjadinya pemanasan global (global warming) dan efek rumah kaca
Pemanasan global disebabkan oleh emisi dari zat-zat pencemar seperti
karbondioksida (CO2), metan, dan oksida nitrat. Zat-zat pencemar tersebut
berkumpul di atmosfer membentuk lapisan tebal yang menghalangi matahari
dan menyebabkan pemanasan planet dan efek rumah kaca.
 Terjadinya kerusakan lapisan ozon
Semakin menipisnya lapisan ozon disebabkan oleh zat CFC yang bersumber
dari AC, lemari es dan semprotan aerosol.
 Terjadinya hujan asam
Hujan asam diebabkan oleh SO2 dan NO2 yang berasal dari asap knalpot dan
pupuk yang digunakan dalam pertanian.
 Membuat pertumbuhan tanaman terhambat
Beberapa studi menunjukkan bahwa tumbuhan yang ditanam di sepanjang jalur
jalan utama di perkotaan tingkat pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan
dengan tumbuhan yang ditanam di desa.
 Mempercepat pengikisan bangunan
Kepadatan daerah perkotaan, asap, dan partikel udara yang berasal dari
kendaran bermesin diesel menyebabkan kotornya permukaan bangunan.
Berdasarkan hasil percobaan, campuran pencemar-pencemar seperti nitrogen
dioksida dan sulfur dapat merusak batu lebih cepat (Apriyandi,2009)

2. Pencemaran Air
Pencemaran air dapat merupakan masalah, regional maupun lingkungan
global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan
tanah atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas
manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat
tercemar.(Darmono, 1995)
Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun
di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan
bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahan-
bahan terlarut, seperti karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen (N2),
serta bahan-b ahan tersuspensi misalnya debu dan partikel-partikel lainnya yang
terbawa air hujan dari atmosfir. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan
air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal
disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat
bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda.
Sebagai contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan
langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk
dikategorikan sebagai air minum. (Kristanto, 2002)
Pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain:
a. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air

Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti


bakteri, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk
ke dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun
buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain
sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab utama
terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran air ini disebut water-borne disease dan sering ditemukan pada
penyakit tifus, kolera, dan disentri (Darmono, 2015)
b. Pencemaran Air oleh Bahan Anorganik Nutrisi Tanaman

Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah


dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan
produksi tanaman yang tinggi sehingga menguntungkan petani. Tetapi dilain
pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya
sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja,
karena di atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen . Pada waktu hujan dan
terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk amoniak dan nitrogen terbawa air
hujan menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen
yang kompleks lainnya (Darmono, 2015).
c. Pencemar Bahan Kimia Anorganik

Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam
lainnyaseperti timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dalam kadar yang
tinggi dapat menyebabkan air tidak enak diminum. Disamping dapat
menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya,
pencemaran bahan tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan
dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena korosif) (Darmono,
2015).
d. Pencemar Bahan Kimia Organik

Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan


pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang
digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun
organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organik sintetis ditemukan
dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah untuk diminum di
Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan kelahiran,
dan beberapa bentuk kanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi
sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang
mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis
(Darmono, 2015).
Komponen pencemaran air akan menentukan terjadinyaindikator
pencemaran air. Pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, dan
kegiatan masyarakat lainnya yang tidak mengindahkan kelestarian dan daya
dukung lingkungan akan sangat berpotensi terjadinya pencemaran air.
Menurut Sunu (2001), adapun komponen pencemaran air dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Limbah Zat Kimia
Apabila limbah zat kimia yang belum terolah dibuang langsung ke air
lingkungan seperti sungai, danau, laut akan membahayakan bagi
kehidupan organisme di dalam air. Limbah zat kimia sebagai bahan
pencemar air dikelompokkan sebagi berikut:
1) Insektisida, sebagai bahan pemberantas hama masih banyak
digunakan masyarakat khususnya di sektor pertanian. Apabila
pemakaian insektisida berlebihan, maka akan mempunyai dampak
lingkungan.
2) Pembersih, Zat kimia yang berfungsi sebagai pembersih banyak
sekali macamnya seperti shampo, detergen, dan bahan pembersih
lainnya. Indikasi adanya limbah zat pembersih yang berlebihan
ditandai dengan timbulnya buih-buih pada permukaan air.
3) Larutan penyamak kulit, Senyawa krom (Cr) merupakan bahan
penyamak kulit yang banyak digunakan pada industri penyamakan
kulit. Sisa larutan panyamak kulit akan dapat menambah jumlah ion
logam pada air. Untuk itu maka industri penyamakan kulit
seharusnya mempunyai instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk
mengolah sisa larutan penyamak kulit agar tidak merusak lingkungan
khususnya pencemaran air.
4) Zat warna kimia, Penggunaan zat warna cenderung meningkat
sejalan dengan perkembangan industri menggunakan zat warna agar
produknya mempunyai dayatarik yang lebih baik dibandingkan
dengan warna aslinya.Pada dasarnya semua zat warna adalah racun
bagi kesehatan tubuh manusia.
b) Limbah Padat
Lingkup limbah padat yang dimaksudkan ini merupakan limbah hasil
proses IPAL berupa endapan (slude) yang biasanya hasil dari proses filter
press. Slude dapat dikategorikan tidak berbahaya dan dapat juga
dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah
padat yang terbentuk lebih halus, bila dibuang ke air lingkungan tidak
dapat larut dalam air dan tidak dapat mengendap, melainkan membentuk
koloid yang melayang-layang di dalam air. Koloid tersebut akan
menjadikan air menjadi keruh sehingga akan menghalangi penetrasi sinar
matahari ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses
fotosintesis tanaman di dalam air. Kandungan oksigen terlarut di dalam
air juga menurun sehingga akan mempengaruhi kehidupan di dalam air.
c) Limbah Bahan Makanan
Limbah bahan makanan pada dasarnya bersifat organik yang sering
menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung dan dapat didegradasi
oleh mikroorganisme. Apabila limbah bahan makanan mengandung
protein, maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai
menjadi senyawa yang mudah menguap dan menimbulkan bau busuk.
d) Limbah Organik
Limbah organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena itu, bila limbah industri terbuang langsung
ke air lingkungan akan menambah populasi mikroorganisme di dalam air.
Bila air lingkungan sudah tercemar limbah organik berarti sudah terdapat
cukup banyak mikroorganisme di dalam air, maka tidak tertutup
kemungkinan berkembangnya bakteri patogen.
e) Limbah Anorganik
Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya
berasal dari industri yang menggunakan unsur-unsur logam seperti Arsen
(As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Krom (Cr), Kalsium (Ca), Nikel (Ni),
Magnesium (Mg), Air Raksa (Hg), dan lain-lain. Industri yang
mengeluarkan limbah anorganik seperti industri electroplating, industri
kimia, dan lain-lain. Bila limbah anorganik langsung dibuang di air
lingkungan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam
air. Ion logam yang berasal dari logam berat, bila terbuang ke air
lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan khususnya manusia.
Pencemaran air dapat ditandai oleh turunnya mutu, baik air daratan
(sungai, danau, rawa, dan air tanah) maupun air laut sebagai suatu akibat
dari berbagai aktivitas manusia modern saat ini sangat beragam.adapun
sumber pencemaran air yaitu:
1) Pencemaran Air oleh Pertanian
Air limbah pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak
negatif pada lingkungan, namun dengan digunakannya fertilizer
sebagai pestisida yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan,
sering menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem
air. Sektor pertanian juga dapat berakibat terjadinya pencemaran air,
terutama akibat dari penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian
tertentu seperti insektisida dan herbisida (Anugrah, 2011).
2) Pencemaran Air oleh Peternakan dan Perikanan
Penanganan yang tidak tepat terhadap kotoran dan sisa
makanan ternak dapat berpotensi sebagai sumber pencemaran.
Karakteristik terhadap pencemaran air yang diakibatkan oleh kegiatan
peternakan antara lain:
 Komposisi dan jumlah kotoran ternak bervariasi tergantung
pada tipe, jumlah dan metode pemberian makan dan
penyiramannya.
 Tingkat pencemaran sangat bervariasi tergantung pada lokasi
lahan yang digunakan untuk peternakan, sistem dan skala
operasi serta tingkat teknik pengembangbiakan.
3) Pencemaran Air oleh Industri
Air limbah industri cenderung mengandung zat berbahaya, oleh
karena itu harus dicegah agar tidak dibuang ke saluran umum.
Karakteristik pencemaran air dari industri manufaktur antara lain:
 Limbah cair
 Industri makanan
 Industri tekstil Industri pulp dan kertas
 Industri kimia Industri kulit
 Industri electroplating
e. Pencemaran Air oleh Aktivitas Perkotaan
Aktivitas manusia di perkotaan memberikan andil dalam menimbulkan
pencemaran lingkungan yang tinggi. Ledakan jumlah penduduk yang tidak
terkendali mengakibatkan laju pencemaran lingkungan melampaui laju
kemampuan alam. Penyebab pencemaran air karena limbah perkotaan seperti
air limbah, kotoran manusia, limbah rumah tangga, limbah gas, dan limbah
panas (Djuwansyah, 2009).
f. Dampak timbal pada kesehatan manusia.
Timbal di dalam tubuh dapat mempengaruhi dan mengakibatkan
gangguan fungsi jaringan dan metabolisme, gangguan mulai dari sintesis
hemoglobin darah, gangguan pada ginjal, sistem reproduksi, penyakit akut atau
kronik sistem syaraf serta gangguan fungsi paru-paru. Pengaruh lain yang
dikhawatirkan, yaitu bahwa anak kecil akan menurun tingkat kecerdasannya
dua point apabila terdapat 10-20µg/dl timbal di dalam darahnya.
Timbal yang di absorsi akan diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh
sebanyak 95% timbal di dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal
plasma dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam
keseimbangan dengan timbal tubuh lainnya yang dibagi menjadi dua yaitu
jaringan lunak (sumsum tulang, sistem saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras
(tulang, kuku, rambut, gigi). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal yang
lebih banyak dibandingkan tulang lainnya.
Di dalam tubuh, timbal dapat menyebabkan keracunan akut maupun
keracunan kronik. Gejala-gejala yang timbul berupa mual, muntah, sakit perut
hebat, kelainan fungsi otak, anemia berat, kerusakan ginjal bahkan kematian
dapat terjadi dalam 1-2 hari. Kelainan fungsi otak terjadi karena timbal ini
secara kompetitif menggantikan mineral-mineral seperti seng, tembaga, dan
besi dalam mengatur fungsi mental. Keracunan timbal kronik menimbulkan
gejala seperti depresi, sakit kepala, sulit berkonsentrasi, gelisah, daya ingat
berkurang, sulit tidur, halusinasi dan kelemahan otot.

F. Pengaruh Timbal
1. Pada Lingkungan Perairan
Perkembangan Industri menimbulkan efek negatif berupa limbah industri
baik yang berbentuk padat maupun cair dapat berpengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya. Apabila limbah tersebut dilepaskan ke perairan bebas, akan terjadi
perubahan nilai dari perairan itu baik kualitas maupun kuantitas sehingga perairan
dapat dianggap tercemar. Air sering tercemar oleh komponen- komponen
anorganik antara lain berbagai mcam logam berat yang berbahaya. Beberapa logam
berat tersebut banyak digunakan dalam keperluan sehari-hari dan baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat mencemari lingkungan apabila
konsentrasinya melebihi ambang batas. Logam Pb (timbal) merupakan salah satu
logam berat dengan kandungan yang telah melebihi ambang batas di beberapa
perairan di Indonesia. Pb merupakan logam yang dapat terakumulasi dalam
jaringan organisme. Kandungannya dalam jaringan terus meningkat sesuai dengan
kenaikan konsentrasi Pb dalam air dan lamanya organisme tersebut berada dalam
perairan yang tercemar Pb. Hal ini disebabkan karena organisme air tidak mampu
meregulasi logam berat Pb yang masuk kedalam tubuh organisme. Kadar
maksimum Pb dalam air yang dapat digunakan untuk kegiatan perikanan adalah
sebesar 0,03 mg/L (Alaerts dan Santika, 1987).
Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan indikator tingkat
pencemaran yang terjadi didalam perairan. Jika didalam tubuh ikan telah
terkandung logam berat dengan konsentrasi yang tinggi dan melebihi ambang
batas maka dapat disimpulkan sudah terjadi pencemaran dalam suatu lingkungan.
Menurut Adnan 1994, kandungan logam berat dalam ikan erat kaitannya dengan
pembuangan limbah industri disekitar tempat hidup ikan tersebut, seperti sungai,
danau,dan laut.Banyaknya logam berat yang terserap dan terdistribusi pada ikan
bergantung pada bentuk senyawa dan konsentrasi polutan,aktivitas
mikroorganisme, tekstur sedimen, serta jenis dan unsur ikan yang hidup
dilingkungan tersebut. Sedangkan untuk mengukur Akumulasi Logam Berat
Timbal (Pb) dan Gambaran Histologi pada Jaringan Avicennia marina (forsk.)
Vierh di Perairan Pantai Jawa Timur sampel yang digunakan adalah air, sedimen
dan vegetasi mangrove yang terdiri dari akar, batang, daun dan buah, serta
gambaran histologinya pada jaringan akar, batang, daun dan buah A.marina
(Arisandy dkk, 2012).
Logam Timbal (Pb) di lingkungan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh
makhluik hidup yang berada di lingkungan tersebut. Ikan yang hidup pada perairan
yang mengandung logam berat akan mengabsorpsi logam berat secara pasif
(Tangahu et al., 2011). Akumulasi logam berat pada ikan dapat terjadi karena
adanya kontak antara medium perairan yang mengandung senyawa toksik dengan
ikan. Kontak berlangsung dengan adanya pemindahan zat kimia dari lingkungan air
ke dalam atau permukaan tubuh ikan. Ikan akan mempertahankan dirinya setelah
mendapat paparan Pb dari air. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan tubuh
dalam kondisi homeostasis yang dapat meningkatkan metabolism tubuh. Pengaruh
bahan toksik tersebut ditentukan oleh sifat toksik logam berat Pb dan keberhasilan
tubuh untuk melakukan proses detoksifikasi dan ekskresi. Oleh karena itu pengaruh
sifat toksik masih dapat ditoleransi oleh tubuh ikan. Peningkatan kadar Pb pada
jaringan tubuh ikan akan menurunkan fungsi organ dan jika melewati ambang
batas maka organ organ dalam tubuh ikan akan terjadi kerusakan (Sahetapy, 2011).
Logam berat di air mengakibatkan terjadinya proses akumulasi pada daging
ikan. Akumulasi biologis dapat terjadi melalui absorpsi langsung terhadap logam
berat yang ada dalam air. Akumulasi juga terjadi karena kecenderungan logam
berat untuk membentuk senyawa kompleks dengan zat-zat organic yang terdapat
dalam tubuh organism. Akumulasi logam berat pada bagian tubuh tertentu
dimungkinkan dengan keberadaan gugus metalloyion (sulfidril-SH) dan amina
(nitrogen-NH) yang dapat mengikat logam berat seperti Pb secara kovalen. Logam
berat masuk ke dala m sel dan ikut didistribusikan oleh darah ke seluruh
tubuh. Sirkulasi darah menyebabkan logam berat terakumulasi di dalam dinding
pembuluh darah dan jaringan ikat yang terdapat di sekitar otot ikan ( Yulaipi dan
Aunurohin, 2013)
Logam berat termasuk Timbal (Pb) masuk ke dalam tubuh ikan melalui air,
sedimen dan makanan yang dikonsumsi ikan. Logam berat yang masuk ke perairan
umumnya mengendap di dasar perairan karena Pb memiliki densitas yang lebih
besar dari air. Pb tersebut akan terakumulasi pada sedimen dan detritus. Apabila
ikan termasuk ke dalam kelompok pemakan sedumen dan detritus maka peluang
Pb untuk memasuki tubuhnya akan semakin besar dan pada akhirnya akan
terakumulasi dalam jumlah besar ( Simbolon dkk., 2010)
Pembuangan limbah industry ke sungai akan menyebabkan perubahan pada
perairan. Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan tersebut akan diikuti
oleh meningkatnya kadar zat tersebut dalam organism air seperti ikan (Candra,
2007). Logam berat yang terkandung dalam air sungai sangat berbahaya bagi
kehidupan, baik bagi organism akuatik maupun bagi manusia. Ob dapat masuk
melalui saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit, kemudian masuk ke dalam
tubuh kemudian tertinggal di dalam tubuh sehingga dapat mempengaruhi fungsi
organ (Indrawati dkk., 2007).
Kasus pencemaran logam berat Timbal (Pb) yang pernah terjadi di
indonesia salah satunya adalah pencemaran logam berat timbal yang terjadi
diteluk jakarta. Konsentrasi Pb air pada muara sungai di Teluk Jakarta sudah
melebihi ambang batas yangditentukan Kepmen LH no 51 tahun 2004 (Menteri
Lingkungan Hidup, 2004), sehingga perlu penanganan secara saksama. Muara
Sungai Ciliwung merupakan kontributor pencemar Pb tertinggi bagi perairan teluk
Jakarta (Rumata,2005).

2. Pengaruh Timbal Pada Kualitas Udara


Derasnya arus urbanisasi dan imigrasi membuat jumlah penduduk kota besar
semakin menigkat dari pada penduduk pedesaaan. Hal ini tentu saja berpengaruh
kepada jumlah kendaraan bermotor di kota-kota besar. Karena setiap orang pasti
ingin beraktifitas dengan lebih cepat dan lebih nyaman. Ditambah dengan
mudahnya proses jual beli kendaraan bermotor sekarang ini. Emisi Pb ke udara
dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping pembakaran yang kurang
sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin kurang sempurna proses
pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin banyak jumlah Pb
yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang terdapat dalam kendaraan bermotor
yaitu PbBrCl, PbBrCl. 2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO,
diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi
kesehatan. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan
pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu mangan
pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada bensin selain TEL
yang menghasilkan zat berbahaya bagi tubuh) (Anonim, 2010).
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat Timbal (Pb)
tetap berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap
knalpot. Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara
dimanapun kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak
10% akan mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari
lokasi dalam radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang
cukup jauh (Surani, 2002). Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat
membahayakan kesehatan dan merusak lingkungan. Logam Pb yang terhirup oleh
manusia setiap hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah.
Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di
dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi
oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Logam Pb organik diabsorbsi
terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb
utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh
akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10% dari jumlah yang tertelan akan
diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kirakira 30% dari jumlah yang terisap
melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam
tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya (BPLHD, 2009).
Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat
rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai
pigmen/zat warna dalam industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang
sebagian diantaranya digunakan dalam peralatan rumah tangga. Dalam bentuk
aerosol anorganik dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang dihirup atau
makanan seperti sayuran dan buah-buahan. Logam Pb tersebut dalam jangka waktu
panjang dapat terakumulasi dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat.
Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb
Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika
dikonversi akan mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005).
Logam Pb yang mencemari udara terdapat dalam dua bentuk, yaitu dalam
bentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama berasal dari pembakaran
bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari tetraetil Pb dan
tetrametil Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari sumber-sumber lain seperti
pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb-oksida, pembakaran arang dan sebagai-nya. Polusi
Pb yang terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO (Fardiaz, 1992).
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Tetraethyl
lead (TEL), yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan
ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb
organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan
merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu mangan pada MMT dan
karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada bensin selain TEL yang menghasilkan
zat berbahaya bagi tubuh) (Anonim, 2010).
Asap knalpot dari kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin sangat
berpengaruh terhadap kualitas udara. Salah satu zat yang terkandung oleh asap
knalpot adalah Timbal (Pb). Wujud timbal dalam pencemaran udara ada dua yaitu
dalam bentuk gas atau partikel-partikel. Timbal berwujud gas terkandung dalam
dalam bahan aditif bensin yang mengalami proses pembakaran dalam kendaraan
bermotor, gas yang dihasilkan terdiri dari tetraetil Pb dan tetrametil Pb. Sedangkan
Timbal yang berwujud partikel dihasilkan dari pabrik-pabrik alkil Pb dan Pb
oksida, pembakaran arang dan sebagainya. Penyumbang pencemaran udara
terbesar oleh Timbal berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Logam Pb yang terkandung
dalam bensin ini sangatlah berbahaya, sebab pembakaran bensin akan
mengemisikan 0,09 gram timbal tiap 1 km. Bila di Jakarta, setiap harinya 1 juta
unit kendaraan bermotor yang bergerak sejauh 15 km akan mengemisikan 1,35 ton
Pb/hari. Efek yang ditimbulkan tidak main-main. Salah satunya yaitu kemunduran
IQ dan kerusakan otak yang ditimbulkan dari emisi timbal ini. Pada orang dewasa
umumnya ciri -ciri keracunan timbal adalah pusing, kehilangan selera, sakit kepala,
anemia, sukar tidur, lemah, dan keguguran kandungan. Selain itu timbal berbahaya
karena dapat mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran sel darah merah yang
mengakibatkan tekanan darah tinggi (Gusnita,2012)
Pencemaran Timbal baik berupa gas atau partikel-partikel pada dasarnya
terjadi akibat pembakaran yang tidak sempurna. Semakin sedikit pembakaran yang
dilakukan dalam mesin kendaraan maka semakin banyak Timbal yang diemisiskan
keudara dan menyebabkan pencemaran uadara. Senyawa yang terdapat dalam
kendaraan bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan
PbCO3.2PbO, diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO semua senyawa tersebut
merupakan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.

Dalam beberapa kasus pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan


bermotor yang mengandung Timbal menyatakan bahwa timbal mempunyai
kemampuan untuk menurunkan IQ manusia, meningkatkan angka kematian dini,
meningkatkan jumlah penderita jantung koroner dan hipertensi. Kasus pencemaran
udara akibat gas buangan kendaraan bermotor yang mengandung timbal ini pernag
terjadi di kabupaten Bantul.
Menurut Saptutyningsih dalam jurnalnya (Pencemaran Logam Berat Timbal
(Pb) Di Udara Dan Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal) menyatakan bahwa
polusi timbal pada tahun 2007 mengakibatkan dampak 97.628 kasus penurunana
IQ pada anak; kasus hipertensi 12.462 kasus; 14 kasus jantung koroner; dan 107
kasus kematian dini yang diakibatkan polusi timbal. Hal ini membuktikan bahwa
pencemaran timbal akibat gas buangan kendaraan bermotor sangat membahayakan
bagi kesehatan manusia yang terpapar.

G. Upaya Penanggulangan/ Solusi

1. Solusi Pencemaran udara akibat Timbal (Pb)

Upaya penanggulangan pencemaran udara akibat gas buangan kendaraan


bermotor yang mengandung timbal sebenarnya cukup sulit dikarenakan banyak
variable yang harus diperhatikan di antaranya cara mengemudi, ketaatan
perawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, kendaraan dapat berpindah-
pindah, dan terkonsentrasi pada suatu wilayah. Oleh karena itu perlu dilakukan
beberapa pendekatan antara lain Pendekatan Teknis, Pendekatan Planatologi,
administrasi dan hukum dan Pendekatan Edukatif.
a. Pendekatan Teknis
Timah hitam yang keluar dari knalpot dalam bentuk partikel yang sangat
halus, adanya polutan Pb karena pada bensin diberikan bahan tambah berupa
Pb (C2H5)4 yaitu Tetra Ethil Lead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan
angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman pangan, dan bila hasil
tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.
Untuk menghilangkan polutan Pb maka dapat dilakukan secara teknis yaitu
dengan mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan
bermotor. Hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti
knocing yang lain yang tidak mengandung Pb. Dr Jurg grutter, peneliti pada
Swisscontact, Swiss, menyatakan hal itu (Santi,2001)
Menurut pengamatannya, Pemerintah Honduras telah berhasil
menghilangkan partikulat timah hitam dari kawasan udara hingga mendekati
nol dalam waktu enam bulan. Itu terjadi sejak bensin tak bertimah hitam (Pb)
dipakai pada seluruh kendaraan bermotor di negara itu. Dari situ Grutter
mengambil kesimpulan bahwa pengalihan penggunaan bensin bertimah hitam
ke bensin tidak bertimah hitam perlu terus didorong. Hal itu perlu
dikembangkan di berbagai negara dengan suatu argumentasi, polusi udara oleh
timah hitam jelas sangat mengganggu kesehatan dan merusak lingkungan. Ó
2001 digitized by USU digital library 4 Ditargetkan, tahun 1999 Indonesia
terbebas dari bensin dengan timah hitam. Kerugian ini didukung pula oleh
kalangan produsen mobil, karena mobil-mobil generasi baru yang kini
dirancang tak terpengaruh oleh pemakaian bahan bakar tanpa ditif timbal.
Bahkan, orang bisa memasang alat katalik kon verter yang berguna
mengurangi emisi gas lain. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi
yang banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas
(BBG). Di jakarta maupun di Surabaya cukup banyak kendaraan (taksi) yang
menggunakan bahan bakar gas, karena selain polutannya yang rendah juga
lebih ekonomis. Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang
paling tepat karena tidak menggunakan motor bakar sebagi tenaga penggerak
melainkan motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik
bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual
pada pasar mobil. Batterey yang digunakan sebagai sumber energi listrik
sesuai dengan standard EPA (Enviromental Protection Agency), kemampuan
batterey mobil General EVI akan turun 85 % setelah melaju (Santi, 2001).

b. Pendekatan Planatologi
Administrasi dan hukum Pemerintah mempunyai posisi yang paling
strategis dalam upaya mengendalikan pencemaran Pb ini. Dengan wewenang
yang dimiliki, pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas
yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, mengontrol polutan Pb
secara berkala saat pajak kendaraan dan mengenakan sangsi bagi yang
melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni 1996 di
jakarta selama enam hari, diperoleh kesimpulan sementara, sebanyak 61 %
kendaraan bermotor dinyatakan telah melampaui baku mutu emisi. Hukum
sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menaggulangi
akibat yang ditimbulkan emisi gas kendaraan bermotor, karena melalui
peraturan perundang-undangan telah ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipatuhi oleh setiap warga masyarakat. Beberapa peraturan yang berhubungan
dengan masalah tersebut adalah : A. UU No. 14 Tahun 1992 tentang angkutan
jalan pada pasal 50. Untuk mencegah pencemaran udara yang dapat
mengganggu kelestarian lingkungan hidup, setiap kendaraan bermotor wajib
memenuhi persyaratan angkatan batas emisi gas buang. Setiap pemilik,
pengusaha angkutan umum dan atau pengemudi kendaraan bermotor, wajib
mencegah terjadinya pencemaran udara. B. Kep. Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. KEP 35/ MENLH/ 10/1993 tentang ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor. Dalam pasal 1 dinyatakan bahwa ambang batas emisi gas
buang kendaraan bermotor adalah batas maksimum zat dalam bahan
pencemaran yang telah dikeluarkan langsung dari pipa gas buang kendaraan
bermotor. Pasal 4 menetapkan bahwa batas emisi gas buang kendaraan
bermotor ditinjau kembali sekurang-kurangnya dalam 5 tahun sekali.
Persyaratan yang ditetapkan pemerintah melalui ketentuan di atas dimaksud
sebagai upaya untuk pencegahan pencemaran udara yang bersifat preventif.
Namun jika persyaratan itu tidak dipatuhi atau dilanggar akan menimbulkan
sangsi pidana, seperti ditetapkan dalam pasal 67 UU No.14 tahun 192 yang
berbunyi sebagai berikut: ”Barang siapa yang mengemudikan kendaraan
bermotor yang tidak Ó 2001 digitized by USU digital library 5 memenuhi
syarat ambang batas emisi gas buang, dipidana dengan pidana paling lama 2
bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 2.000.000. Selanjutnya pasal 64
menetapkan, jika seseorang melakukan lagi pelanggaran pertama, maka pidana
yang dijatuhkan terhadap pelanggaran yang kedua ditambah dengan sepertiga
dari pidana kurungan pokoknya atau bila dikenakan denda dapat ditambah
dengan setengah dari denda yang diancam untuk pelanggaran pertama (Santi,
2001).

c. Pendekatan Edukatif
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja,
melainkan tanggung jawab seluruh masyarakat. Untuk itu dapat dilakukan
dengan cara : Memberikan informasi secara intensif tentang dampak Pb pada
kesehatan dan lingkungan serta cara bagaimana mengatasinya. Dengan
mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk
melakukan upaya mengatasinya. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-
orang yang potensial menjadi penyebab meningkatnya pencemaran Pb seperti
pengemudi, pemilik kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan
perawatan kendaraan. Cara mengemudi kendaraan mempengaruhi efisiensi
kerja mesin dan pemakaian bahan bakar. Cara mengemudi yang menyebabkan
pemakaian bahan bakar menjadi boros sehingga polusi tinggi antara lain :
pengemudi memainkan pedal gas saat kendaraan berhenti di lampu pengatur
lalu lintas, kaki selalu menempel pada pedal kopling sehingga kopling menjadi
sedikit slip, pemilihan tingkat transmisi yang tidak tepat. Untuk megurangi
penyebab pencemaran Pb dari cara mengemudi yang salah yaitu dengan cara :
Produsen harus memberi petunjuk bagaimana cara mengemudi kendaraan
dengan baik dan benar pada setiap kendaraan yang diproduksinya, sehingga
pengemudi dapat mempelajarinya sebelum mengemudinya. Melalui media
secara intensif, pemerintah (Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya) memberi
himbauan kepada pengemudi pentingnya cara mengemudi yang benar.
Menyelenggarakan pendidikan singkat tentang pengetahuan dan ketrampilan
dasar merawat dan mengemudikan kendaraan dengan baik dan benar pada
pengemudi. Kedisiplinan pemilik kendaraan merawat secara berkala masih
rendah, terutama pada kendaraan umum. Untuk meningkatkan kesadaran dan
kedisiplinan pemilik kendaraan melakukan perawatan dapat dilakukan dengan
cara memberikan informasi yang tepat tentang keuntungan bila pemilik
melakukan perawatan kendaraan dengan benar, serta kerugian bila tidak
melakukan perawatan dengan benar. Kemampuan mekanik dalam melakukan
perawatan dan perbaikan kendaraan mempengaruhi hasil kerjanya. Hasil
penyetelan yang kurang baik menyebabkan kerja mesin kurang sempurna
sehingga bahan bakar boros dan polusi gas buangnya tinggi. Untuk
meningkatkan kemampuan mekanik dapat dilakukan melalui pendidikan
lanjut, pelatihan, studi banding, diskusi kasus yang muncul dalam kelompok
kerja dan lain sebagainya (Santi, 2001).
Permasalahan polusi udara harus sesegera mungkin ditanggulangi secara
maksimal. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi polusi
udara di bumi ini. Cara-cara tersebut diantaranya adalah:
 Mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar bernilai
oktan tinggi. Bahan bakar yang mempunyai nilai oktan yang tinggi
melakukan pembakaran yang lebih efisien sehingga hanya menghasilkan
sedikit gas karbon monoksida (CO).
 Melakukan penghijauan dan reboisasi
Penghijauan dan reboisasi sangat penting untuk dilakukan agar jumlah
tumbuhan menjadi semakin banyak sehingga CO2 yang berada di udara
dapat diubah menjadi O2 melalui proses fotosintesis.
 Menghentikan pembakaran hutan
Pembakaran hutan menyebabkan luas hutan yang bertindak sebagai paru-
paru dunia berkurang secara signifikan. Selain itu, asap yang timbul dari
kebakaran hutan menghasilkan emisi gas CO dalam jumlah yang sangat
besar.
 Menggunakan sepeda sebagai alat transportasi
Sepeda tidak menghasilkan emisi gas apapun sehingga sangat ramah
lingkungan.
 Memanfaatkan kendaraan umum
Dengan menggunakan kendaraan umum yang dipakai bersama, berarti
kita mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi dan pencemaran
udara pun berkurang.
 Memakai kendaraan yang usianya maksimal 10 tahun
Kendaraan yang usia mesinnya sudah tua melakukan pembakaran yang
tidak efisien sehingga menghasilkan banyak gas CO dan tidak ramah
lingkungan. Semua elemen masyarakat harus sadar akan dampak buruk
polusi udara dan berpartisipasi aktif dalam usaha meminimalisasi polusi
di bumi ini agar tingkat polusi dapat benar-benar berkurang sehingga kita
dapat menyelamatkan bumi dari kerusakan yang lebih parah dan manusia
dapat hidup di lingkungan yang sehat (Kastiyowati,2014).
2. Solusi Pencemaran Air Akibat Timbal

3. Solusi Dampak Terhadap Kesehatan Manusia


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Timbal/plumbum (Pb) merupakan logam yang dapat menyebabkan keracunan baik
akut maupun kronik terhadap manusia (Widowati et al. 2008). Di Indonesia, pencemaran
logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi.
Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Salah
satu logam berat tersebut adalah timbal. Timbal dapat menyebabkan efek negatif terhadap
kesehatan manusia terutama terhadap sistem haemapoitik.
Di dalam tubuh manusia, timbal diketahui mempengaruhi sistem hematologi dengan
cara mengganggu sintesis heme dan menyebabkan anemia. Toksisitas timbal dapat
mengakibatkan dekstruksi eritrosit sehingga memperpendek usia eritrosit atau dikenal
dengan anemia hemolitik. Mekanisme masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat
melalui beberapa jalur yaitu melalui makanan, minuman, udara dan perembesan atau
penetrasi pada selaput atau lapisan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

https://dokumen.tips/download/link/kajian-logam-berat-timbal-pb-serta-
pengaruh-terhadap-udara-dan-perairan

Anda mungkin juga menyukai