Anda di halaman 1dari 16

KESEHATAN MASYARAKAT

EFEK FAKTOR-FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP MANUSIA

OLEH:

NAMA : WAHYU METASARI

NIM : PO.76.3.02.16.1.039

POLTEKKES KEMENKES MAMUJU

JURUSAN KEBIDANAN

2017/2018
Timbal (Pb) dan Bahayanya Bagi Tubuh

A. Pengertian Timbal (pb)


Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam
berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam
jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan proses
geokimia.
Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan atau abu-abu keperakan
dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740 ºC pada tekanan atmosfer. Timbal
mempunyai nomor atom terbesar dari semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam
ini sangat beracun. Seperti halnya merkuri yang juga merupakan logam berat.
Timbal adalah logam yang yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi
dalam jaringan halus dan tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam
beberapa isotop: 204Pb (1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%).
206Pb, 207Pb and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir
dari pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi,
oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif (seperti asam
sulfat).
B. Karakteristik Timbal (Pb)
Timbal atau plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif,
sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan dan
merupakan unsur logam yang terjadi secara alami di kerak bumi. Pb dicampur dengan
logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.
Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan
dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F),
bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb)
termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai
nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA) 207,2. Timbal termasuk logam
berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air.
Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan
mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa
metabolisme.
Asap timbal akan mudah terbentuk ketika dipanaskan. Dapat dicatat bahwa
sebagian besar asupan Pb oleh penghuni kota adalah dari makanan (sekitar 200
sampai 300 μg per hari), udara dan air menambahkan masing-masing lebih dari 10-15
μg per hari (Palar, 2004). Menurut Fardiaz (1992), timbal (Pb) banyak digunakan untuk
berbagai keperluan karena sifatnya sebagai berikut :

1. Timbal mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
hanya dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai
macam bentuk.
3. Sifat kimia timbal (Pb) menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal dapat membentuk alloy dengan logam lainnya dan alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan timbal (Pb) murni.
5. Densitas timbal lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas dan
merkuri. Sedangkan menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat
yang khusus sebagai berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan
pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam
timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur yang rendah, hanya 327,5 0
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam lain
seperti emas dan merkuri.
5. Merupakan penghantar listrik yang baik.
C. Sumber
Keberadaan timbal dapat ditemukan secara alami di lingkungan. Sumber Timbal
(Pb) di lingkungan hidup kita adalah sebagai berikut (Mukono, 2002):
1. Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaaan alamiah
menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006
mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni yaitu di pegunungan California
(USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,0008 mikrogram/m 3. Baku
mutu timbal di udara adalah 0,025-0,04 gr/Nm3.
2. Air
Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–
60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan
danau menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air
laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA)
kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter.
Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat
Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu
(WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 – 1
mg/liter.
3. Tanah
Rata-rata timbal (Pb) di permukaan tanah adalah sebesar 5-25 mg/kg.
4. Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut study Weapohl
(1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada bebatuan sekitar 10-20 mg/kg.
5. Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Wallen dan
Delavault (1962), kadara timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun
kering.
6. Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam proses procecing,
kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan
lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25
mikrogram/kg BB (anak-anak).
Adapun sumber pencemar dari logam Timbal (Pb) berasal dari sumber alami,
aktivitas industri, dan transportasi.
1. Sumber Alami
Kadar Timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar
13 mg/kg. Khusus Timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di
dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb)
yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5–25 mg/kg dan di air bawah tanah (ground
water) berkisar antara 1–60 µg/ liter (Sudarmaji, 2006).
Menurut Mukono (2002), secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air
permukaan analisis air bawah tanah menunjukkan kadar Timbal (Pb) sebesar 1–60
µg/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau
menunjukkan angka 1–10 µg/liter. Sedangkan menurut Palar (2004), di pantai
California (USA) kadar Timbal (Pb) menunjukkan kadar 0,08-0,04 µg/liter. Dalam air
laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar.
Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar
antara 0,0001-0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-
padian juga dapat mengandung timbal (Pb), penelitian yang dilakukan di USA
kadarnya berkisar antara 0,1-1,0 μg/kg berat kering (Sudarmaji, dkk, 2006).
2. Sumber dari Industri
Menurut Sudarmaji (2006), industri yang berpotensi sebagai sumber
pencemaran Timbal (Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai
bahan baku maupun bahan penolong, seperti industri pengecoran, pembuatan
baterai, kabel, dan industri kimia dalam pembuatan cat, karena toksisitasnya relatif
lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain.
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan konsentrat
(primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam
(scrap).
b. Industri baterai banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony
alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl
lead banyak dipakai sebagai knock pada bahan bakar sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemar timbal (Pb).
d. Industri kabel memerlukan timbal untuk melapisi kabel. Saat ini pemakaian
timbal di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran
logam Cd, Fe, Cr, Au, dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan
makhluk hidup.
e. Industri kimia yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali
menggunakan timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika
dibandingkan dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat
biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead
chromate.
3. Sumber dari Transportasi
Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai
sebagai anti knock pada bahan bakar. Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang
dicampurkan ke dalam bahan bakar yaitu (C₂H₅)₄Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead).
Timbal (Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan
oli dan melalui proses di dalam mesin maka logam berat Timbal (Pb) akan keluar
dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, 2006)
Dari senyawa timbal (Pb) yang ditambahkan ke bensin, kurang lebih 70%
diemisikan melalui knalpot dalam bentuk garam inorganik, 1% diemisikan masih
dalam bentuk tetraakyl lead dan sisanya terperangkap dalam sistem exhaust dan
mesin oli (Mukono, 2002).
Menurut Santi (2001), penggunaan Timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan
oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas Timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan
angka oktan. Setiap 0,1 gram Timbal (Pb) perliter bensin mampu menaikkan angka
oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga Timbal (Pb) relatif murah untuk
meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya.
D. Kegunaan dan Manfaat Timbal (Pb)
Timbal memiliki manfaat yang sangat besar bagi kesejahteraan hidup
manusia jika dapat dikelola secara bijaksana. Menurut Fardiaz (1992), penggunaan
timbal (Pb) terbesar adalah dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil, dimana
digunakan timbal (Pb) metalik dan komponen-komponennya. Penggunaan lainnya dari
timbal (Pb) adalah untuk produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, dan
solder. Beberapa produk logam dibuat dari timbal (Pb) murni yang diubah menjadi
berbagai bentuk, dan sebahagian besar terbuat dari alloy timbal (Pb). Solder
mengandung 50–95% timbal (Pb), sedangkan sisanya adalah timah.
Logam pencetak yang digunakan dalam percetakan terdiri dari timbal (Pb),
timah dan antimony, dimana komposisinya pada umumnya terdiri dari 85% timbal (Pb),
12% antimony, dan 3% timah. Peluru timbal (Pb) mengandung 0,1–0,2 % arsenik untuk
menambah kekerasannya. Penggunaan timbal (Pb) yang bukan alloy terutama terbatas
pada produk-produk yang harus tahan karat. Sebagai contoh pipa timbal (Pb)
digunakan untuk pipa-pipa yang akan mengalirkan bahan-bahan kimia yang korosif,
lapisan timbal (Pb) digunakan untuk melapisi tempat-tempat cucian yang sering
mengalami kontak dengan bahan-bahan korosif, dan timbal (Pb) juga digunakan
sebagai pelapis kabel listrik yang akan digunakan di dalam tanah atau di bawah
permukaan air.
Komponen timbal (Pb) juga digunakan sebagai pewarna cat karena
kelarutannya di dalam air rendah, dapat berfungsi sebagai pelindung, dan terdapat
dalam berbagai warna. Timbal putih dengan rumus Pb(OH)2.2PbCO3 adalah yang
paling banyak digunakan. Timbal merah atau Pb3O4 merupakan bubuk berwarna
merah cerah yang digunakan sebagai pewarna cat yang tahan karat. Cat berwarna
kuning dapat dibuat dengan menambahkan kuning khrom atau PbCrO4. Timbal (Pb)
juga digunakan sebagai campuran dalam pembuatan pelapis keramik yang
disebut Glaze. Glaze adalah lapisan tipis gelas yang menyerap ke dalam permukaan
tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik. Komponen utama dari keramik
adalah silika yang bergabung dengan okside lainnya membentuk silikat kompleks atau
gelas. Komponen timbal (Pb) yaitu PbO ditambahkan ke dalam glaze untuk membentuk
sifat mengkilap yang tidak dapat dibentuk dengan okside lainnya.
Timbal (Pb) sebagai salah satu zat yang dicampurkan ke dalam bahan bakar,
yaitu (C₂H₅)₄Pb atau TEL (Tetra Ethyl Lead) yang digunakan sebagai bahan aditif,
yang berfungsi meningkatkan angka oktan. Keberadaan octane booster dibutuhkan
dalam bensin agar mesin bisa bekerja dengan baik
E. Dampak Pb terhadap Kesehatan
Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan
dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap,
disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb merupakan faktor
penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik
misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui kulit dan membran
mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan
dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh. Tidak semua Pb yang terisap atau
tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah
yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari
jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan
tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.
Dampak dari timbal sendiri sangat mengerikan bagi manusia, utamanya bagi
anak-anak. Di antaranya adalah mempengaruhi fungsi kognitif, kemampuan belajar,
memendekkan tinggi badan, penurunan fungsi pendengaran, mempengaruhi perilaku
dan intelejensia, merusak fungsi organ tubuh, seperti ginjal, sistem syaraf, dan
reproduksi, meningkatkan tekanan darah dan mempengaruhi perkembangan otak.
Dapat pula menimbulkan anemia dan bagi wanita hamil yang terpajan timbal akan
mengenai anak yang disusuinya dan terakumulasi dalam ASI.
Pada jaringan atau organ tubuh logam Pb akan terakumulasi pada tulang. Karena
dalam bentuk ion Pb2+, logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca2+
(kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Disamping itu pada wanita hamil logam
Pb dapat dapat melewati plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem
peredaran darah janin dan selanjutnya setelah bayi lahir Pb akan dikeluarkan bersama
air susu. Meskipun jumlah Pb yang diserap oleh tubuh hanya sedikit ternyata logam Pb
ini sangat berbahaya. Hal itu disebabkan senyawa-senyawa Pb dapat memberikan efek
racun terhadap berbagai macam fungsi organ tubuh.
Sel-sel darah merah merupakan suatu bentuk kompleks khelat yang dibentuk
oleh laogam Fe dengan gugus haeme dan globin. Sintesis dari kompleks tersebut
melibatkan dua macam enzim ALAD (Amino Levulinic Acid Dehidrase) atau asam
amino levulinat dehidrase dan enzim jenis sitoplasma. Enzim ini akan bereaksi secara
aktif pada tahap awal sintesis dan selama sirkulasi sel darah merah berlangsung.
Adapun enzim ferrokhelatase termasuk pada golongan enzim mitokondria. Enzim
ferrokhelatase ini akan berfungsi pada akhir proses sintesis.
Keracunan akibat kontaminasi logam Pb dapat menimbulkan berbagai macam
hal
1. Meningkatkan kadar ALAD dalam darah dan urine
2. Meningkatkan kadar protopporhin dlam sel darah merah
3. Memperpendek umum sel darah merah
4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan kadar sel-sel darah merah yang masih
muda
5. Meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah
Kontribusi Pb di udara terhadap absorpsi oleh tubuh lebih sulit diperkirakan.
Distribusi ukuran partikel dan kelarutan Pb dalam partikel juga harus dipertimbangkan
biasanya kadar Pb di udara sekitar 2 g/m3 dan dengan asumsi 30% mengendap di
saluran pernapasan dan absorpsi sekitar 14 g/per hari. Mungkin perhitungan ini bisa
dianggap terlalu besar dan partikel Pb yang dikeluarkan dari kendaraan bermotor
ternyata bergabung dengan filamen karbon dan lebih kecil dari yang diperkirakan
walaupun agregat ini sangat kecil (0,1 m) jumlah yang tertahan di alveoli mungkin
kurang dari 10%. Uji kelarutan menunjukkan bahwa Pb berada dalam bentuk yang
sukar larut. Hampir semua organ tubuh mengandung Pb dan kira-kira 90% dijumpai di
tulang, kandungan dalam darah kurang dari 1% kandungan dalam darah dipengaruhi
oleh asupan yang baru (dalam 24 jam terakhir).
Secara umum efek timbal terhadap kesehatan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Sistem syaraf dan kecerdasan
Efek timbal terhadap sistem syaraf telah diketahui, terutama dalam studi
kesehatan kerja dimana pekerja yang terpajan kadar timbal yang tinggi dilaporkan
menderita gejala kehilangan nafsu makan, depresi, kelelahan, sakit kepala, mudah
lupa, dan pusing. Pada tingkat pajanan yang lebih rendah, terjadi penurunan
kecepatan bereaksi, memburuknya koordinasi tangan-mata, dan menurunnya
kecepatan konduksi syaraf. Efek timbal terhadap keerdasan anak telah banyak
diteliti, dan studi menunjukkan timbal memiliki efek menurunkan IQ bahkan pada
tingkat pajanan rendah. Peningkatan kadar timbal dalam darah sebesar 10 µg/dl
hingga 20 µg/dl dapat menurunkan IQ sebesar 2.6 poin. Studi lebih lanjut
menunjukkan bahwa kenaikan kadar timbal dalam darah di atas 20 µg/dl dapat
mengakibatkan penurunan IQ sebesar 2-5 poin.
2. Efek sistemik
Studi menunjukkan hubungan antara meningkatnya tekanan darah dengan BLL
paling banyak ditemukan pada kasus pajanan terhadap laki-laki dewasa. Schwartz
(1995) dalam laporan WHO menunjukkan bahwa penurunan BLL sebesar 10 µg/dl
to 5 µg/dl menyebabkan penurunan tekanan darah sebsar 1.25 mmHg. Pada wanita
dewasa, hubungan antara BLL dengan tekanan darah tidak terlalu kuat dan jarang
ditemukan. Efek sistemik lainnya adalah gejala gastrointestinal. Keracunan timbal
dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram, mual, muntah, anoreksia, dan
kehilangan berat badan.
3. Efek timbal terhadap reproduksi
Efek timbal terhadap reproduksi dapat terjadi pada pria dan wanita dan telah
diketahui sejak abad 19, dimana pada masa itu timbal bahkan digunakan untuk
menggugurkan kandungan. Pajanan timbal pada wanita di masa kehamilan telah
dilaporkan dapat memperbesar resiko keguguran, kematian bayi dalam kandungan,
dan kelahiran prematur. Pada laki-laki, efek timbal antara lain menurunkan jumlah
sperma dan meningkatnya jumlah sperma abnormal.
F. Gejala Keracunan Timbal
1. Depresi susunan syaraf pusat
2. Tidak nafsu makan
3. Dyspnea
4. Kolik dan
5. Diare yang kadang-kadang diikuti kontipasi
G. Pengobatan
1. Chelating agent khas: ethylenediamin tetraacetic acid (EDTA) atau CA-Versenat.
Chelating agent sebagai anatagonis dari logam pb, yang mengikt pb dan
membentuk ikatan yang kompleks
2. Terapi khelasi menggunakan bahan utama EDTA yang di larutkan dalam 500 ml
larutan infus steril, kemudian di masukkan kedalam tubuh langsung melalui
intravena.Terapi chelasi berasal dari bahasa yunani “CHELE” yang berarti capit,
sehingga prinsip khelasi adalah mencapit logam berat yang banyak masuk kedalam
tubuh. Memperbaiki fungsi organ tubuh secara alamiah dengan membersihkan zat-
zat beracun dari dalam tubuh dan memperbaiki aliran darah dan vitalitas setelah
khelasi meningkat.
H. Upaya-upaya Penururnan Timbl (pb) Menuju Green City
Salah satu upaya untuk mengurangi dampak polutan timbal yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor adalah dengan membangun jalur-jalur hijau di sepanjang jalan
raya. Jalur hijau ini berfungsi sebagai penyangga bagi penghuni atau penduduk di
sekitar jalan raya. Mekanisme jalur hijau dalam mengurangi dampak polutan timbal
melalui dua proses yaitu : 1) absorpsi (penyerapan), untuk tanaman yang stomata
daunnya mempunyai diameter lebih besar dari ukuran partikel; 2) adsorpsi
(penyerapan), lebih bersifat sebagai barrier fisik dengan penempelan pada bagian
pohon, terutama tajuk.
Menurut Umar Fahmi Achmadi menyatakan pengendalian Pb yang merupakan
sebagian dari gas buang kendaraan bermotor cukup sulit karena banyak variabel yang
mempengaruhi. Diantaranya adalah cara mengemudi, ketaatan perawatan, kemacetan,
banyaknya kendaraan pribadi, kendaraan daat berpindah-pindah dan terkonsentrasi
pada suatu wilayah. Untuk itu perlu dilakukan beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Teknis
Yaitu dengan mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh
kendaraan bermotor. Menurut Dr. Jurg Grutter, peneliti pada Swisscontact di Swiss,
hal ini dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knokcing lain yang
tidak mengandung timbal. Menurut pengamatannya, pemerintah Honduras telah
berhasil menghilangkan partikulat timah hitam dari kawasan udara hingga
mendekati nol dalam waktu enam bulan. Itu terjadi sejak bensin tak bertimbal (Pb)
dipakai pada seluruh kendaraan bermotor di negara tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengalihan bensin bertimbal ke bensin tidak bertimbal perlu
didorong dan dikembangkan di berbagai negara dengan suatu argumentasi, polusi
udara oleh timbal jelas sangat mengganggu kesehatan dan lingkungan.
Mencari bahan bakar alternatif juga merupakan solusi yang banyak
ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG). Di Jakarta
maupun di Surabaya cukup banyak kendaraan (taksi) yang menggunakan bahan
bakar gas, karena selain polutannya yang rendah juga lebih ekonomis.
Mobil listrik juga merupakan solusi program langit biru yang paling tepat
karena tidak menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak melainkan
motor listrik sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan prototipe lagi
melainkan sudah diproduksi secara massal dan dijual pada pasar mobil. Battery
yang digunakan sebagai energi listrik sesuai dengan standar EPA (Environmental
Protection Agency), kemampuan battery mobil General EVI akan turun 85% setelah
melaju.
2. Pendekatan Planatologi, Administrasi dan Hukum
Pemerintah mempunyai posisi yang paling strategis dalam upaya
mengendalikan pencemaran timbal. Dengan wewenang yang dimiliki, pemerintah
dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas yang memungkinkan kendaraan
dapat berjalan lancar, mengontrol polutan Pb secara berkala dan mengenakan
sanksi bagi yang melanggar.
Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan
menanggulangi akibat yang ditimbulkan emisi gas kendaraan bermotor, karena
melalui peraturan perundang-undangan telah ditetapkan syarat-syarat yang harus
dipatuhi oleh setiap warga masyarakat. Beberapa aturan yang berhubungan dengan
masalah tersebut adalah :
a. UU No. 14 tahun 1992 tentang angkutan jalan pada pasal 50,
b. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP 35/MENLH/10/1993
tentang ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor pada pasal 1 dan
pasal 4
3. Pendekatan Edukatif
Upaya untuk mengurangi timbal dalam udara bukan hanya tugas pemerintah
saja, melainkan tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dengan
cara :
a. Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak timbal
terhadap kesehatan dan lingkungan serta bagaimana cara mengatasinya.
Dengan mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat
untuk melakukan upaya mengatasinya.
b. Melakukan pendidikan dan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi
penyebab meningkatnya pencemaran timbal, seperti pengemudi, pemilik
kendaraan bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perwatan kendaraan
(Santi, 2001).
Mencermati pemberitaan media pada beberapa bulan terakhir pada tahun
2012, ada satu sisi menarik terkait Hari Tata Ruang (Haritaru) yang diperingati pada
8 November. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tengah
mendorong Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH) sebagai motor penggerak
terwujudnya kota hijau di tanah air. Tema tahun 2012 adalah Green City for a Better
Life.
Menurut data Kementerian PU, tercatat 112 kabupaten/kota yang merespon
positif dengan berpartisipasi dalam P2KH, terdiri dari 60 kota mencanangkan untuk
membangun kota hijau sejak tahun 2011, dan 52 sisanya baru memulai pada tahun
2012. Pemerintah pusat memberi total insenstif Rp.112 miliar bagi pemerintah
kabupaten/kota yang berkomitmen mewujudkan kota hijau. Artinya, PU
menyediakan dana satu miliar rupiah per kabupaten/kota, khususnya untuk
pengembangan ruang terbuka hijau.
Pemerintah kota/kabupaten yang telah mencanangkan kota ramah
lingkungan atau kota hijau (green city), tentu tak cukup hanya memiliki slogan terkait
penciptaan kota yang asri, alami, bersih, dan penyediaan ruang terbuka hijau.
Konsep kota hijau adalah kota yang sehat secara ekologis, ditopang gaya hidup dan
perilaku ramah lingkungan. Model pengembangan kota di berbagai belahan dunia
mengadopsi konsep ini.
Pemerintah melalui Kementerian PU menetapkan kriteria delapan atribut kota
hijau. Cakupannya dimulai dari perencanaan dan perancangan kota ramah
lingkungan (green planning and design), penyediaan ruang terbuka hijau (green
open space), dan konsumsi energi yang efisien (green energy).
Selain tiga unsur itu, ada lima atribut penting lagi, yakni terkait pengelolaan
air (green water), pengelolaan limbah dengan prinsip 3R-reduce-replace-recycle
(green waste), bangunan hemat energi (green building), penerapan sistem
transportasi berkelanjutan (green transportation), dan peningkatan peran
masyarakat sebagai komunitas hijau (green community).
Bila dicermati lebih seksama, delapan atribut kota hijau itu mencakup aspek
fisik dan non-fisik. Tiga atribut terkait dengan prasyarat awal, yakni perencanaan
dan desain kota ramah lingkungan, ditopang dengan ruang terbuka hijau, dan
bangunan hemat energi. Tiga atribut lagi terkait dengan penerapan sistem, yakni
pengelolaan air, transportasi ramah lingkungan, dan pengelolaan limbah. Dua
atribut lain terkait perilaku ramah lingkungan yaitu hemat energi dan komunitas
hijau.
Untuk bisa menerapkan delapan atribut kota hijau itu secara konsisten perlu
strategi dan program komunikasi yang tertata dari segi isi pesan, penentuan
narasumber atau figur yang andal, prioritas pilihan media, dan pelibatan komunitas
aktif. Ini artinya, perlu penataan komunikasi atau Kehumasan Kota Hijau yang bukan
saja melibatkan pihak pemerintah, namun juga swasta, aktivis LSM, para tokoh, dan
perguruan tinggi.
Salah satu aspek kota hijau yang tampak sederhana namun tidak mudah
untuk diwujudkan adalah harus memiliki ruang terbuka hijau minimal 30% dari luas
kota, sesuai amanat UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang. Ruang terbuka hijau
ini tidak boleh dipakai untuk bangunan gedung, perkantoran atau tempat tinggal,
namun untuk tanaman, penghijauan, membangun paru-paru kota, dan perwujudan
ramah lingkungan yang lain. Fungsi ruang terbuka hijau antara lain menjaga kualitas
air tanah dan mencegah banjir.
Dalam rencana pengembangan kota di Indonesia, Kementerian PU
menyiapkan tujuh kota metropolitan sebagai green metropolis, yakni Jabodetabek
(Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) sebagai prioritas, menyusul Bandung,
Semarang, Medan, Denpasar, Surabaya, dan Makassar dengan target realisasi
pada 2050.
REFERENSI
Anonim. 6 Things All Cities Should Be Doing To Reduce Urban Air Pollution Now.
Article Posted 13th June 2014.
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius. Yogyakarta
Gloag, Daphne. Pollution and People-Sources Of Lead Pollution. British Medical
Journal Volume 282, 3 January 1981
Mukono, H.J. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.
Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta, Jakarta.
Santi, Devi Nuraini. 2001. Pencemaran udara oleh timbal (pb) Serta
penanggulangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. USU digital
library
Sudarmaji, dkk. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan Dampaknya terhadap
Kesehatan. Bagian Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga
Tiwari, Seema., I.P Tripathi, and H.L.Tiwari. 2014. Blood Lead Level-A Review.
International Journal of Scientific Engineering and Technology. Volume No.3 Issue No.4,
pp : 330-333. ISSN : 2277-1581
United States Environmental Protection Agency. 1986. Air Quality Criteria for Lead,
EPA/600/8-83/028aF-dF (NTIS PB87-142386)
United States Environmental Protection Agency. 1986. Lead and compounds
(inorganic) CASRN 7439-92-1.

Anda mungkin juga menyukai