Anda di halaman 1dari 17

TUGAS I

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMBANG

Disusun Oleh :

M. Syariful Yanwar

03021281722002

B (Palembang)

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Timbal atau timah hitam atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan plumbum (Pb)
merupakan logam berat yang berwarna kelabu kebiruan dan termasuk logam golongan IV
A dalam tabel periodik unsur kimia. Timbal memiliki nomor atom (NA) 82 dengan berat
atom (BA) 207,2. Timbal merupakan logam lunak dengan titik leleh pada 327,5ºC dan titik
didih 1.740ºC pada tekanan atmosfer. Timbal pada suhu 550-600ºC dapat menguap dan
bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Timbal dalam susunan
unsur merupakan logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar
ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan
proses geokimia.
Sifat-sifat timbal yang berguna di antaranya adalah kepadatan tinggi, titik leleh
rendah, kemudahan ditempa, dan tahan korosi. Selain itu, logam ini relatif murah dan
banyak ditemukan sumbernya, sehingga sering digunakan manusia, termasuk untuk
bangunan, pipa air, baterai, peluru, pemberat, solder, cat, zat aditif bahan bakar, dan
tameng radiasi. Namun, sejak abad ke-19, sifat racun timbal mulai ditemukan dan
penggunaannya mulai dikurangi. Timbal dapat masuk tubuh manusia melalui makanan,
minuman, serta udara atau debu yang tercemar. Unsur ini merusak sistem saraf dan
mengganggu fungsi enzim dalam tubuh. Timbal sangat berbahaya terutama untuk anak-
anak karena dapat mengganggu pertumbuhan otak.
Timbal dapat ditambang dari bijih mineral tertentu; hal ini dilakukan sejak zaman
prasejarah di Asia Kecil. Galena, merupakan sejenis batuan yang memiliki komposisi
sebagian besar logam timbal (Pb) dan logam seng (Zn). Salah satu metode untuk
memisahkan timbal adalah flotasi. Flotasi merupakan metode fisika kimia untuk
memisahkan mineral dengan memanfaatkan sifat permukaan mineral yaitu sifat hidrofilik
dan hidrofobiknya. Pada proses flotasi diperlukan bahan kimia tambahan berupa zat
kolektor. Kolektor merupakan reagen yang memiliki permukaan selektif, karena
mempunyai gugus hidrofobik dan hidrofilik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan timbal?
2. Bagaimana cara pengolahan timbal?
3. Bagaimana ekstraksi metalurgi dari timbal?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan timbal.
2. Mengetahui cara pengolahan timbal.
3. Mengetahui bagimana ekstraksi metalurgi dari timbal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Timbal

Gambar 1. Logam Timbal (Pb) (Temple, 2007)


Menurut Widowati (2008), Timbal (Pb) pada awalnya adalah logam berat yang
terbentuk secara alami. Namun, Timbal (Pb) juga bisa berasal dari kegiatan manusia
bahkan mampu mencapai jumlah 300 kali lebih banyak dibandingkan Timbal (Pb) alami.
Timbal (Pb) meleleh pada suhu 328ºC (662ºF); titik didih 1740ºC (3164ºF); dan memiliki
gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20.
Timbal akan menguap pada suhu 550-600ºC dan membentuk oksigen dalam udara
lalu membentuk timbal oksida. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi
atau karat, mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan logam-logam biasa,
kecuali emas dan merkuri, merupakan logam yang lunak sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah. Walaupun
bersifat lunak dan lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut
dalam air dingin, air panas, dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat,
dan asam sulfat pekat (Palar, 2008).
Sedangkan menurut ATSDR (2005), Timbal (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-
abu kebiruan mengkilat yang secara alami terdapat pada lapisan kerak bumi.
Bagaimanapun, Timbal (Pb) jarang ditemukan dalam bentuk logam tunggal tetapi biasanya
ditemukan bergabung dengan dua atau lebih logam lainnya dalam satu komposisi.
Timbal (Pb) banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Menurut Fardiaz (1992)
hal ini dikarenakan timbal (Pb) memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1. Timbal (Pb) mempunyai titik cair rendah sehingga jika digunakan dalam bentuk cair
dibutuhkan teknik yang cukup sederhana dan tidak mahal.
2. Timbal (Pb) merupakan logam yang lunak sehingga mudah diubah menjadi berbagai
bentuk.
3. Sifat kimia Timbal (Pb) menyebabkan logam ini dapat berfungsi sebagai lapisan
pelindung jika kontak dengan udara lembab.
4. Timbal (Pb) dapat membentuk alloy dengan logam lainnya, dan alloy yang terbentuk
mempunyai sifat berbeda dengan Timbal (Pb) yang murni.
5. Densitas Timbal (Pb) lebih tinggi dibandingkan dengan logam lainnya kecuali emas
dan merkuri.
Timbal merupakan sebuah unsur yang tidak pernah ditemukan dalam bentuk logam
murninya melainkan selalu bergabung dengan logam lain (Anies, 2005). Timbal
dimanfaatkan oleh manusia untuk membuat amunisi, baterai, perlengkapan medis
(penangkal radiasi dan alat bedah) , cat, keramik, peralatan kegiatan praktek/ilmiah (papan
sirkuit untuk komputer) dan produk logam (logam lembaran, pipa, dan solder). Solder
merupakan alat yang biasa digunakan oleh tenaga servis elektronik untuk membantu
melekatkan kaki komponen elektronika dengan papan sirkuit utama. Proses penyolderan
dilakukan dengan menggunakan timah solder atau tenol yang terbuat dari campuran
Pb+Sn. Pembakaran tenol dengan solder akan mengeluarkan asap atau uap panas yang
dapat terhirup oleh tenaga servis elektronik sehingga menyebabkan terjadinya akumulasi
timbal didalam tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan (Palar, 2004).
Tabel 2. Bentuk persenyawaan timbal dan kegunaanya

Bentuk persenyawaan Kegunaan


Pb + As +Sn + Bi Kabel listrik
Pb + Sb Kabel telepon
Pb + Te Pembangkit listrik tenaga panas
Pb + Ni Senyawa azida untuk bahan peledak

Pb + Cr + Mo +Cl Untuk pewarnaan pada cat


Pb – asetat Pengkilapan keramik dan bahan anti api
Tetrametil – Pb &Tetraetil – Aditive bahan bakar kendaraan bermotor
Pb

2. 2. Ekstraksi Metalurgi
Metalurgi didefinisikan sebagai ilmu dan teknologi untuk memperoleh sampai
pengolahan logam yang mencakup tahapan dari pengolahan bijih mineral,pemerolehan
(ekstraksi) logam, sampai ke pengolahannya untuk menyesuaikan sifat-sifat dan
perilakunya sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam pemakaian untuk pembuatan produk
rekayasa tertentu. Dalam bijih (ore) mengandung unsur-unsur logam yang bernilai
ekonomis (main mineral dan aksesoris mineral) dan tidak bernilai ekonomis
(pengotor/impurities) dalam senyawa mineral. Ekstraksi metalurgi merupakan ilmu dan
teknologi untuk memperoleh sampai pengolahan logam mulia dari processing bijih
mineral sampai pemerolehan (ekstraksi) suatu sifat dan karakteristik logam melalui
proses-proses kimia, baik melalui temperature rendah (pelindian) maupun temperatur
tinggi (piro metalurgi/peleburan). Atau ekstarksi metalurgi adalah suatu proses lanjutan
pengolahan bahan galian dimana konsentrat yang dihasilkan dilakukan pekerjaan metalugi
untuk mengeluarkan/mendapatkan suatu logam dari suatu persenyawaannya.
1. Metalurgi ekstraksi disebut juga metalurgi kimia, adalah semua proses yang
menyangkut perubahan kimia dari bijih sampai jadi bahan baku termasuk
pemurniannya.
2. Metalurgi fisik yaitu mempelajari struktur dan sifat fisik lainnya dari logam dan
paduannya.
Klasifikasi proses ekstraksi metalurgi:
1. Pirometalurgi
Proses pirometalurgi ini merupakan pengambilan logam dari bijihnya yang
umumrnya paling tua. Proses ini berhubungan dengan temperatur tinggi dan sebagian
besar berlangsung sampai terjadi peleburan. Sifat dari proses pirometalurgi ini cepat
(jam).
2. Hidrometalurgi
Proses ekstraksi logam yang biasanya berlangsung pada temperatur kamar dan
melibatkan reaksi air. Proses hidrometalurgi ini lebih mampu untuk mengolah bijih-
bijih yang berkadar rendah. Proses yang terjadi biasanya pelarutan. Sifat dari proses
hidrometalurgi ini adalah lamabt (proses berlangsung antara hari sampai bulan)
3. Elektrometalurgi
Proses-proses ekstraksi dan pemurnian yang melibatkan energi listrik sebagai dasar-
dasar ekstraksinya. Prinsip yang digunakan adalah elektrolisis dan elektrokimia.
Proses-proses hidrometalurgi umumnya berhubungan dengan elektrometalurgi baik
secara fisik maupun kepada penggunaannya. Sedangkan suatu proses pirometalurgi
yang pembangkit panasnya dari energi listrik disebut proses elektrothermik.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Timbal
Timbal dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Lead” dengan simbol kimia “Pb”.
Simbol ini berasal dari nama latin timbal yaitu “Plumbum” yang artinya logam lunak.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Timbal (Pb)
meleleh pada suhu 328ºC (662ºF); titik didih 1740ºC (3164ºF); dan memiliki gravitasi
11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal akan menguap pada suhu 550-600ºC dan
membentuk oksigen dalam udara lalu membentuk timbal oksida. Merupakan logam yang
tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, mempunyai kerapatan yang lebih besar
dibandingkan logam-logam biasa, kecuali emas dan merkuri
Timbal atau Timah Hitam (Pb) adalah unsur yang bersifat logam, hal ini merupakan
anomali karena unsur-unsur diatasnya (Gol IV) yakni Karbon dan Silikon bersifat non-
logam. Di alam, timbal ditemukan dalam mineral Galena (PbS), Anglesit (PbSO4 ) dan
Kerusit (PbCO3,), juga dalam keadaan bebas. Memiliki sifat khusus seperti dibawah ini,
yakni:
a. Berwarna putih kebiru-biruan dan mengkilap.
b. Lunak sehingga sangat mudah ditempa.
c. Tahan asam, karat dan bereaksi dengan basa kuat.
d. Daya hantar listrik kurang baik. (konduktor yang buruk)
e. Massa atom relatif 207,2
f. Memiliki Valensi 2 dan 4.
g. Tahan Radiasi
Mineral-mineral timbal kurang tahan terhadap pelapukan, sehingga tak banyak
terlihat sebagai singkapan umumnya akan banyak dijumpai dekat dengan permukaan tanah.
Mineral galena berwarna abu-abu, metalik, mengkilab dan berat dengan belahan teratur
ketiga arah. Cerrusite adalah putih atau abu-abu dan sangat mengkilab, demikian pula
anglesite juga berwarna putih atau abu-abu, suram dan pucat. Batuan galena merupakan
bahan baku dalam pembuatan logam timah hitam (Pb).
Dalam bisnis perdagangan, logam Timah Hitam (Pb) merupakan salah satu jenis
logam yang banyak dibutuhkan. Hampir 75% industri memerlukan logam ini untuk
pembuatan baterai dan eletroda aki karena galena memiiki sifat yang anti korosi dan
mampu menahan radiasi dan sisanya untuk produk-produk plumbing dan minyak, pelapis
pada ruangan rontgen serta reaktor nuklir. Di Indonesia, kebutuhan Pb masih belum dapat
dipenuhi kebutuhannya sehingga logam ini sangat dicari untuk kebutuhan industri.
Sebelum tahun 2009, mineral galena banyak diekspor dalam bentuk bahan mentah untuk
memenuhi kebutuhan industri luar negeri terutama ke China. Setelah dikeluarkannya
Undang - Undang No 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara yang
mengatur ekspor bahan baku mineral menyebabkan para eksportir tidak dapat lagi
mengirim langsung dalam bentuk batuan/mineral ke luar negeri, tetapi harus diolah dulu
setidaknya menjadi bullion (batangan) agar memberikan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli daerah sumber bahan baku galena.

3.2. Pengolahan Timbal


Pengolahan mineral mrupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan
mutu dan kualitas pada suatu bahan galian/mineral. Suatu mineral belum dapat diproses
secara langsung lebih lanjut sesaat setelah ditambang, hal ini dikarenakan mineral tersebut
masih tercampur dengan pengotornya (Gangue). Proses pengolahan timbal meliputi
penggilingan awal menggunakan Jaw Crusher atau Roll Crusher, kemudian diteruskan
dengan penggilingan halus dengan Hummer Mill, kemudian dilakukan flotasi dan
dilakukan pirometalurgi yaitu peleburan dengan Tungku Reduksi, terakhir pemurnian
dengan tungku Refinery. Akhinya akan didapatkan Logam Timbal dengan kemurnian
99,9%.

3.2.1. Kominusi
Kominusi atau pengecilan ukuran bijih/feed merupakan tahap paling awal dari proses
pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi ukuran tentunya, juga
untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan diambil. Artinya, semakin
kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan mineral berharga untuk terbebas
dari mineral-mineral pengotor. Kominusi dibagi menjadi 2, yaitu crushing dan grinding.
Proses pengolahan timbal meliputi penggilingan awal menggunakan Jaw Crusher atau Roll
Crusher, kemudian diteruskan dengan penggilingan halus dengan Hummer Mill

(a) (b)

(c)
Gambar 2. (a) Jaw Crusher, (b) Roll Crusher, dan (c) Hammer Mill

3.2.2. Flotasi
Flotasi atau floatation merupakan proses yang memanfaatkan sifat flotability suatu
mineral dimana suatu mineral ditenggelamkan pada aliran cairan fluida. Floatation sesuai
dari susunan katanya yaitu float yang artinya mengapung atau terapung. Flotability ialah
sifat kimia dari partikel yang memiliki kekuatan mengapung tergantung pada senang
tidaknya terhadap udara. Sifat permukaan suatu mineral terbagi menjadi dua yaitu
hydrophobic (tidak mudah dibasahi oleh air) dan hydrofilic (mudah dibasahi oleh air).
Flotasi merupakan proses pemisahan mineral yang memanfaatkan sifat permukaan mineral
yaitu mudah tidaknya dibasahi oleh air. Pada dasarnya semua mineral bersifat suka air
(hidrofil). Floatability atau kemampuan apungan adalah kemampuan suatu mineral untuk
dapat diapungkan. Dalam hal ini, floatability menunjukkan kecenderungan mineral untuk
menempel pada permukaan gelembung udara. Floatability suatu mineral sangat tergantung
pada sifat permukaan mineral tersebut.
Dengan menambahkan reagen kimia tertentu, sifat permukaan suatu mineral yang
semula hidrofil dapat diubah menjadi hidrofob. Reagen kimia yang dipakai pada proses
flotasi meliputi pengatur pH, depresant, collector (kolektor) dan pembuih (frother). Proses
terakhir adalah pemisahan media berat yang mana memisahkan mineral dalam sebuah
tangki pemisah. Dalam proses ini berat jenis media sangat berperan sehingga harus dijaga
konstan dan mekanisme yang digunakan adalah gaya Archimedes.
Tujuan utama proses floatation pada pengolahan timbal adalah menghilangkan
mineral seng dari bijih timbal-seng. Pada proses pada froth floatation menggunakan
peralatan yaitu agitated tanks, collection tanks, dan pengaduknya. Pada agitated tanks,
udara dimasukkan ke dalam larutan yang telah berisi mineral ore yang kemudian
membentuk membentuk gelembung. Karena adanya perbedaan spesific gravity maka bijih
timbal akan terpisah dengan pengotornya. Timbal terdiri dari ion yang mempunyai
permukaan hidrofilik, sehingga partikel tersebut dapat diikat oleh air. Sedangkan senyawa
logam-logam lain misalnya Zn yang terikat molekul air akan terlepas dan akan berubah
menjadi hidrofobik dengan menambahkan zat kolektor.
Gambar 3. Flotasi
Untuk mengurangi besi sulfida (FeSO4) sebagai pengotor maka pH harus dinaikkan
dari pH awal 7. Penaikkan ini dilakukan dengan penambahan collector. Collector diberikan
untuk menggumpalkan yang mineral yang hidrofilik dan hidrofobik. Chemicals collector
yang digunakan untuk timbal adalah dithiophosphates seperti sodium diethyl
dithiophosphate Na+(PS2(OC2H5)2)- dan xanthates seperti sodium isopropyl xanthate Na+
(CS2-O-C3H7)-

3.3. Ekstraksi Metalurgi Timbal (Pirometalurgi)


Metalurgi ekstraktif adalah studi mengenai proses yang digunakan untuk
memisahkan logam berharga dalam konsentrat dari material lain. Untuk menghasilkan
logam dari bijihnya, diperlukan suatu proses ekstraksi metalurgi. Karena di alam bijih
logam umumnya dalam bentuk oksida dan sulfida, maka untuk menghasilkan logam
diperlukan reaksi reduksi dan oksidasi. Proses ekstraksi metalurgi terbagi menjadi dua
jalur, yaitu proses hidrometalurgi dan pirometalurgi. Perbedaan utama kedua proses
tersebut terletak pada temperatur proses yang menyertainya. Metalurgi adalah pengetahuan
yang mengkaji tentang cara-cara pengolahan logam dari bijihnya hingga memperoleh
logam yang siap untuk digunakan. Proses metalurgi dibagi menjadi 3 prinsip pengerjaan :
(1) Perlakuan awal, dengan cara melakukan pemekatan bijih (concentration of ore) agar
bijih yang diinginkan terpisah dari materi pengotor (gangue). (2) Proses reduksi, yaitu
mereduksi senyawa logam yang ada pada bijih agar berubah menjadi logam bebas. (3)
Pemurnian (refining), yaitu melakukan pengolahan logam kotor melalui proses kimia agar
diperoleh tingkat kemurnian tinggi.
Pirometalurgi adalah suatu proses ekstraksi metal dengan memakai energi panas.
Suhu yang umum dipakai hanya berkisar 500º - 1.600º C; pada suhu tersebut kebanyakan
metal atau paduan metal sudah dalam fase cair bahkan kadang-kadang dalam fase gas.
Umpan yang baik adalah konsentrat dengan kadar metal yang tinggi agar dapat
mengurangi pemakaian energi panas. Penghematan energi panas dapat juga dilakukan
dengan memilih dan memanfaatkan reaksi kimia eksotermik (exothermic).

3.3.1. Roasting
Dalam metalurgi, pemanggangan (roasting) adalah proses pengolahan bijih yang
melibatkan pemanasan bijih tersebut di udara. Padatan bijih akan bereaksi dengan udara
pada suhu tinggi. Umumnya, reaksi yang dilakukan adalah oksidasi logam sulfida menjadi
logam oksida dan sulfur dioksida. Oksida yang dihasilkan akan diproses lebih lanjut.
Reaksi ini biasanya dilakukan diatas suhu 500°C agar memiliki laju reaksi yang cukup,
namun di bawah titik leleh seluruh padatan yang terlibat (baik sulfida maupun oksida).
Bijih timah pekat dimasukkan ke dalam mesin sintering dengan besi, silika, fluks batu
kapur, kokas, abu soda, pirit, seng , kaustik atau partikulat pengendali polusi .
PbS + 3/2 O2  PbO + SO2

3.3.2. Smelting
Peleburan adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang dapat
digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau dengan cara
elektrolisis. Pemilihan zat peredusi ini tergantung dari kereaktifan masing-masing zat.
Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga diperlukan pereduksi yang lebih kuat.
Logam yang kurang aktif sepreti tembaga dan emas dapat direduksi hanya dengan
pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang, seperti besi, nikel dan timah dapat
direduksi dengan karbon, sedangkan logam aktif seperti magnesium dan almuinium dapat
direduksi dengan elektrolisis. Seringkali proses peleburan ditambah dengan fluks, yaitu
suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang mudah mencair, yang
disebut gerak.
Timbal biasanya dilebur dalam blast furnace, menggunakan sinter timbal yang
dihasilkan dalam proses sintering dan kokas untuk menyediakan sumber panas. Saat
peleburan terjadi, beberapa lapisan terbentuk di tungku. Blast furnace terdiri dari poros
vertikal dimana oksida timbal hasil sinter mengalami reaksi reduksi menjadi timbal oleh
aliran udara yang kaya akan karbon monoksida. Kenaikan temperatur yang tinggi
dibutuhkan dan panas serta karbon monoksida yang diperlukan dihasilkan oleh
pembakaran kokas oleh udara pada bagian bawah poros.
Peleburan menggunakan zat pereduksi yang sesuai yang akan bergabung dengan
elemen pengoksidasi tersebut untuk membebaskan logam. Reduksi adalah langkah akhir
suhu tinggi dalam peleburan. Di sinilah oksida menjadi logam unsur. Lingkungan reduksi
(sering kali disediakan oleh karbon monoksida dalam tungku yang kekurangan udara)
menarik atom oksigen akhir dari logam mentah.
PbO + C  Pb +CO
PbO + CO  Pb + CO2

3.3.3. Refining
Proses konversi dari mineral ke logam sering kali masih mengandung zat-zat
pengotor yang mempengaruhi kemurnian dari logam itu sendiri. Oleh karena itu, setelah
proses konversi, dilakukan proses pemurnian. Pemurnian adalah proses final dari rangkaian
proses ekstraksi logam. Namun, saat ini kebanyakan logam yang ada adalah paduan logam
sehingga setelah dimurnikan biasanya logam-logam murni ini akan digabungkan dengan
logam lainnya untuk membentuk suatu paduan logam yang disebut alloy. Memadukan
logam dengan logam lainnya (pada beberapa kasus dengan non-logam) ditujukan untuk
mengubah titik leleh dan meningkatkan sifat-sifat dari logam murninya, seperti
konduktivitas dan kekuatan logam.
Proses pemurnian lead bullion dilakukan untuk mendapatkan logam Pb dengan kadar
hingga mencapai 99,99%. Terdapat tahapan utama dalam proses, yaitu :
a. Copper removal atau copper drossing
b. Arsenic, tin, dan antimony removal atau “softening” (Proses Parke)
c. Silver dan pemisahan logam berharga lainnya
d. Zinc removal
e. Caustic refining untuk menghilangkan logam pengganggu, dalam jumlah kecil,
lainnya
BAB IV
KESIMPULAN

Timbal atau timah hitam atau dalam bahasa ilmiah disebut dengan plumbum (Pb)
merupakan logam berat yang berwarna kelabu kebiruan dan termasuk logam golongan IV A
dalam tabel periodik unsur kimia. Sifat-sifat timbal yang berguna di antaranya adalah kepadatan
tinggi, titik leleh rendah, kemudahan ditempa, dan tahan korosi. Selain itu, logam ini relatif
murah dan banyak ditemukan sumbernya, sehingga sering digunakan manusia, termasuk untuk
bangunan, pipa air, baterai, peluru, pemberat, solder, cat, zat aditif bahan bakar, dan tameng
radiasi.
Proses pengolahan timbal meliputi penggilingan awal menggunakan Jaw Crusher atau Roll
Crusher, kemudian diteruskan dengan penggilingan halus dengan Hummer Mill, kemudian
dilakukan flotasi dan dilakukan pirometalurgi yaitu peleburan dengan Tungku Reduksi, terakhir
pemurnian dengan tungku Refinery. Akhinya akan didapatkan Logam Timbal dengan kemurnian
99,9%.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1999. Kimia Fisika 2. Jakarta : Erlangga.


Jaeck, Michael L. 1989. Primary and Secondary Lead Processing. New York: Pergamon Press.
Sabariman., 2004, Pemanfaatan Tailing Proses Flotasi Bijih Timbal Menjadi Konsentrat Pb
sebagai Bahan Baku Utama Logam Pb, Wawasan Tridharma No. 4.
Yudiarto, A., 2008, Proses Ekstraksi Pb dan Zn dari Bijih Galena (PbS) dan Sphalerite (ZnS),
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai