Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH LOGAM ( NON FERO )

Tugas ini disusun untuk mata kuliah material teknik


Dosen : Agustina dwiyanti, S.T.,M.T

Disusun oleh :
Adam
muhammmad
khatami
NIM :
16012300079
Kelas 1F-TKI

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS BINA BANGSA
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur

besi (Fe). Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin banyak orang sering mendengar tntang yang

namanya logam non ferro. Namun pemahaman yang lebih dalam tentang logam ini, masih

banyak juga yang belum mengenal, baik berupa jenis-jenisnya, cirri-ciri atau sifatnya, dan yang

terutama dlam pemakaian atau pengunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industry merupakan logam

bukan besi. Indonesia merupakan Negara penghasil logam bukan besi yang meliputi timah

putih, tembaga, nikel, dan aluminium. Dalam keadaan murni, logam bukan besi memiliki sifat

yang sangat baik, namun untuk meningkatkan kekuatannya umumnya dicampur dengan logam

lain membentuk paduan. Dalam makalah ini akan dijelaskan lebih dalam lagi tantang proses-

proses dalam pembentukan serta bagaimana membuat paduan-paduan logam non ferro

sehingga menjadi benda yang lebih tahan dan berkualitas lebih baik.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah itu logam non ferro?

2. Bagaimana asal- usul logam non ferro?

3. Apa saja jenis-jenis logam non ferro dan bagaimana sifat mekanik dan fisik nya?

4. Bagaimana cara pengolahan serta paduan-paduan dari logam non ferro?

5. Bagaimanakah penggunaan logam non ferro dalam kehidupan?


C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari Ilmu

bahan 1, juga agar pembaca dapat lebih mengenal dan memahami tentang :

1. Apa logam non ferro

2. Asal usul loam non ferro

3. Jenis-jenis logam non ferro dan sifat-sifatnya secara mekanik dan fisik

4. Jara pengolahan serta paduan-paduan dari logam non ferro

5. Penggunaan logam non ferro dalam kehidupan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Asal Usul Logam Non Ferro

Logam Non-Ferro (Non-Ferrous Metal) ialah jenis logam yang secara kimiawi tidak

memiliki unsur besi atau Ferro (Fe), oleh karena itu logam jenis ini disebut sebagai logam

bukan Besi (non Ferro). Beberapa dari jenis logam ini telah disebutkan dimana termasuk logam

yang banyak dan umum digunakan baik secara murni maupun sebagai unsur paduan.

Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dalam

pengolahan bahan logam, menjadikan semua jenis logam digunakan secara luas dengan

berbagai alasan, mutu produk yang semakin ditingkatkan, kebutuhan berbagai peralatan

pendukung teknologi serta keterbatasan dari ketersediaan bahan-bahan yang secara umum

digunakan dan lain-lain.

B. Sifat-Sifat Umum Logam Non Besi

Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban), misalnya:

zat magnesium, tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa, akan tetapi di dalam air

laut, ketahan terhadap korosinya dibawah ketahanan baja biasa.

Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat suatu logam bukan besi, maka makin

baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat atau ciri khas logam bukan besi adalah:

berat jenis nya. Pemilihan paduan tertentu tergantung pada banyak hal, antara lain kekuatan,

kemudahan dalam pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah pembuatan dan

penampilannya. Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban).

Secara umum semakin berat suatu logam bukan besi semakin baik daya tahan korosinya.

Pengecualian pada aluminium, pada permukaan nya terbentuk suatu lapisan oksida yang dapat

melindungi logam aluminium tersebut dari korosi selanjutnya.


Warna asli dari logam bukan besi, yaitu kuning, abu-abu, perak, dan lain sebagainya,

termasuk teknik pewarnaan, seperti: anodisasi pada aluminium, dapat menambah nilai estetika

logam-logam tersebut.

Pada umum nya, logam non-besi mempunyai daya hantar listrik lebih baik

dibandingkan dengan besi, sebagai contoh: tembaga, mempunyai daya hantar listrik 5,3 kali

lebih baik dibandingkan besi, sedang kan aluminium, 3,2 kali lebih baik. Demikian juga hal

nya dengan titik cair, titik cair logam bukan besi berkisar antara 327 C s/d 1800 C, namun

untuk penuangan, biasanya suhu nya dinaik kan antara 200 C s/d 315 C diatas suhu titik cair

nya. Umum nya logam bukan besi, agak sulit untuk dilas, sedangkan kemampuan terhadap

pengecoran, permesinan dan pembentukan, berbeda-beda, misalnya: ada logam yang dapat

mengalami pembentukan dengan pengerjaan dingin, namun ada pula yang tidak mungkin untuk

dibentuk dalam keadaan dingin.

C. Macam-Macam Logam Non Ferro dan Sifat-Sifatnya

Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing memiliki sifat

dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang satu dengan logam yang

lainnya.

Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam Non Ferro ini memungkinkan

pemakaian secara luas baik digunakan secara murni atau pun dipadukan antara logam non ferro

bahkan dengan logam Ferro untuk mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari sifat

asalnya. Untuk mengetahui macam-macam logam non ferro dan sifat-sifatnya dapat disebutkan

sebagai berikut:

1. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)

Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet, memiliki warna putih

terang yang sangat jelas terlihat pada patahan atau pecahannya. Timah Hitam memiliki

berat jenis (ρ) yang sangat tinggi yaitu =11,3 kg/dm³ dengan titik cair 327ºC, digunakan
sebagai isolator anti radiasi Nuclear. Timah hitam diperoleh dari senyawa Plumbum-

Sulphur (PbS) yang disebut “Gelena” dengan kadar yang sangat kecil.

Proses pemurniannya dilakukan dengan memanaskannya didalam dapur tinggi,

proses pencairan untuk menghilangkan oxides serta unsur lainnya. Selain untuk

pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan juga sebagai bahan pelapis

pada bantalan luncur, bahan timah pateri serta sebagai unsur paduan dengan baja atau

logam Non Ferro lainnya yang menghasilkan logam dengan sifat Free Cutting atau yang

disebut sebagai baja Otomat.

Gambar. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)

2. Titanium (Ti)

Titanium (Ti) memiliki warna putih kelabu, sifatnya yang kuat seperti baja dan

stabil hingga temperature 400ºC, tahan korosi dan memiliki berat jenis (ρ) = 4,5 kg/dm³.

Titanium (Ti) digunakan sebagai unsur pemurni pada baja serta sebagai bahan paduan

dengan Aluminium dan logam lainnya. Titanium (Ti) memiliki titik cair 1660ºC dan

kekuatan tarik 470 N/mm2 serta densitas 56 %.

Titanium (Ti) tidak termasuk logam baru walaupun pengembangannya baru

dilakukan pada tahun 1949, karena sebenarnya Titanium (Ti) telah terdeteksi sejak

tahun 1789 dalam bentuk Oxide Silicon, karena pengaruh oxygen maka pada saat itu
tidak memungkinkan untuk dilakukan extraction, dimana Titanium (Ti) merupakan

bagian penting dari Oxygen, namun pada akhirnya ditemukan metoda pemurnian

Titanium (Ti) ini melalui pemanasan dengan Carbon dan Clorine, kemudian dengan

Magnesium dan denganSodium pada suhu pemanasan antara 800ºC hingga 900ºC yang

menghasilkan Titanium Tetraclorite sebagai produk awal dari Titanium (Ti) yang

selanjutnya menggunakan Magnesiumcloride atau Sodiumcloride.

Gambar. Titanium (Ti)

3. Nickel, Nickolium (Ni)

Nickel, Nickolium merupakan unsur penting yang terdapat pada endapan terak

bumi yang biasanya tercampur dengan bijih tembaga. Oleh karena itu diperlukan proses

pemisahan dan pemurnian dari berbagai unsur yang akan merugikan sifat Nickel

tersebut.

Bijih Nickel mengandung 2,5 % Nickel yang bercampur bersama-sama unsur

lain yang sebagian besar terdiri atas besi dan silica serta hampir 4 % Tembaga dan

sedikit Cobalt, Selenium, Tellurium, Silver, Platinum dan Aurum. Sedangkan

Tembaga, besi dan Nicel berada pada bijih itu sebagai Sulfida.
Setelah proses penambangan bijih itu dipecah dan dilakukan pemisahan dari

berbagai unsur yang mengandung batuan yang mengapung. Kemudian sulfide Nickel

dan Sulfide Tembaga dipisahkan melalui proses pengapungan.

Proses berikutnya ialah pemanggangan Sulfide Nicel untuk menggerakan

Sulphur, selanjutnya dituangkan kedalam bejana, untuk selnjutnya dilakukan

pemurnian melalui proses oxidasi sebagaimana dalam proses Bessemer dalam

pemurnian baja.

Dari proses ini akan diperoleh 48 % Nickel dan 27 % Tembaga.

Selanjutnya dipanaskan bersama Sodium Sulfat dengan pemanasan kokas untuk

memperoleh larutan Tembaga Nickel dan Sulfide Besi, kemudian dituangkan kedalam

ladle untuk dilakukan pemadatan, Selama pendinginan Tembaga dan Sodium

mengapung keatas dan ketika terjadi pemadatan Nickel dan Tembaga akan terpisah oleh

tiupan atau pemukulan.

Proses pemurnian lanjut dilakukan dengan electrolisa dengan terlebih dahulu

disinter sehingga berbentuk Briket, atau dapat juga dengan proses ‘carbonil’ jika

tresedia cukup daya listrik dimana serbuk Nickel dipanggang untuk menhilangkan sisa-

sisa Sulphur dan Besi kemudian direduksi oleh Hydrogen.

Dengan demikian maka oxide logam akan keluar dan membentuk uap, akan terbang

dan membentuk gas Nickel carbonil yang kemudian mencair karena pengaruk

Carbonmonoxide serta akan mengalir melalui kulit endapan Nickel.

Pemakaian nickel, secara komersial Nickel banyak digunakan secara murni

terutama untuk peralatan-peralatan yang menuntut ketahanan korosi yang tinggi, seperti

peralatan dalam industri makanan , industri kimia, obat-obatan serta peralatan

kesehatan, industri petroleum dan lain-lain.


Nickel dapat dibentuk melalui proses panas maupun dingin, memiliki sifat

mampu tempa, mampu mesin dengan pemotong HSS. Dapat dikerjakan dengan

Cupping, Drawing, Spining, Swaging, Bending, dan Forming. Penyambungan dapat

dilakukan dengan pengelasan, penyolderan, Brazing dan Welding.

Gambar. Nickel, Nickolium (Ni)

4. Timah putih, Tin, Stannum (Sn)

Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang berwarna putih mengkilap,

sangat lembek dengan titik cair yang rendah yakni 232ºC.

Logam ini memiliki sifat ketahanan korosi yang tinggi sehingga banyak digunakan

sebagai bahan pelapis pada plat baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai produk

makanan karena Timah putih ini sangat tahan terhadap asam buah dan Juice.

Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada bantalan luncur serta

sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang memiliki titik cair rendah.

Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan sebagai timah pateri serta

paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan

sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh ketahanan

korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih timah (Tinstone),

extracsinya dilakukan melalui pencairan dengan temperature tinggi sehingga timah

dapat mengalir keluar dari berbagai unsur pengikatnya.

Gambar. Timah putih, Tin, Stannum (Sn)

5. Seng, Zincum (Zn)

Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih kebiruan memiliki titik

cair 419ºC, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi rapuh ketika dilakukan

pembentukan dengan temperature pengerjaan antara 100ºC sampai 150ºC tetapi sampai

temperature ini masih baik dan mudah untuk dikerjakan.

Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam pelapisan

plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari pengaruh gangguan korosi, selain itu Seng

juga digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai bahan dasar paduan logam yang

dibentuk melalui pengecoran.

Sekalipun Seng merupakan bahan yang lembek akan tetapi peranannya sangat

penting sekali sebagai salah satu bahan Teknik yang memilki berbagai keunggulan,

baik digunakan sebagai bahan pelapis pada baja yang tahan terhadap korosi, misalnya
untuk atap bangunan, dinding serta container yang juga harus tahan terhadap pengaruh

air dan udara serta serangga dan binatang.

Seng juga merupakan unsur paduan untuk bahan pengecoran. Bahan baku Seng

adalah Sulfida Carbonate, biasanya berada berdekatan dengan Lead atau Timah Hitam

atau kadang-kadang juga dengan Silver.

Konsentrat biasanya dilakukan dengan Grafitasi atau pengapungan.

Proses produksi awal dilakukan dengan mengurangi kadar Asam sulfat yang

terkandung pada Oxide Seng melalui penggarangan. Langkah selanjutnya ialah

menggunakan satu Thermal untuk menghasilkan penguapan serta kondensat, dari

proses ini akan diperolah 1 hingga 2 % Lead yang diketahui sebagai Spelter atau Seng

kasar dengan 99,99 % yang akan diproses lanjut dengan cara elektrolisa serta proses

penggarangan, dan melalui proses ini bijih Seng akan melarut didalam Asam Sulphuric

sesuai dengan kebutuhannya. Proses berikutnya ialah penggarangan agar unsur Carbon

bercampur didalam Briket sebelum pemanasan melalui pengolperasian didalam retor

Vertical secara Continyu.

Gambar. Seng, Zincum (Zn)


6. Manganese (Mn)

Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 1260ºC Unsur Manganese

(Mn) ini diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses

yang dilakukan dalam pembuatan baja.

Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan besi tuang sebagai

unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan dalam

memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki

kandungan unsur Sulphur.

Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur paduan pada Aluminium,

Magnesium, Titanium dan Kuningan.

Gambar. Manganese (Mn)

7. Chromium (Cr)

Chromium ialah logam berwarna kelabu, sangat keras dengan titik cair yang

tinggi yakni 1890ºC , Chromium diperoleh dari unsur Chromite, yaitu senyawa

FeO.Cr2. Unsur Chromite (Fe2 Cr2 06 ) serta Crocoisite (PbCrO4). Chromium

memiliki sifat yang keras serta tahan terhadap korosi jika digunakan sebagai unsur
paduan pada baja dan besi tuang dan dengan penambahan unsur Nickel maka akan

diperoleh sifat baja yang keras dan tahan panas (Heat resistance- Alloy).

Gambar. Chromium (Cr)

8. Aluminium (Al)

Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap

dengan titik cair 660ºC sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat

electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi.

Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnian hingga 99,9 % , dan

Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan melalui

proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya hingga 140

N/mm2.

Gambar. Aluminium (Al)


9. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)

Tembaga memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga Cor dan

dengan proses pengerjaan dingin kekuatan tarik Tembaga dapat ditingkatkan hingga

390 N/mm2 demikian pula dengan angka kekerasannya dimana Tembaga Cor memiliki

angka kekerasan 45 HB dan meningkat hingga 90 HB melalui proses pengerjaan dingin,

dengan demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga yang ulet serta dapat

dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan panas misalnya dengan

Tempering. Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik dari Tembaga

(Electrical and Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan kedua setelah

Silver namun untuk ini Tembaga dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga 99,9 %.

Salah satu sifat yang baik dari tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap korosi

atmospheric bahkan jenis korosi yang lainnya.

Gambar. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)

10. Magnesium (Mg)

Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat mengkilap

dengan titik cair 651ºC yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan

karakteristiknya sama dengan Aluminium. Oxid film yang melapisi permukaan

Magnesium hanya cukup melindunginya dari pengaruh udara kering, sedangkan udara
lembab dengan Magnesium memiliki kekuatan tarik hingga 110 N/mm2 dan dapat

ditingkatkan melalui proses pembentukan hingga 200 N/mm2. Magnesium memilki

sifat yang lembut walaupun dengan elastisitas yang rendah. Kegunaan Sebagai bahan

paduan untuk menambah kekuatan tarik.

Gambar. Magnesium (Mg)

11. Antimony, Stibium (Sb)

Antimony, Stibium (Sb) ialah logam yang berwarna putih kelabu terang,

Antimony, Stibium memiliki titik cair 630ºC. Logam ini diperoleh dari mineral Stibnite

(Sb2S3), Tetrahednite (Cu3SbS3) dan Famantinite (Cu3SbS4) dan dari kedua bahan

mineral inilah Antimony, Stibium (Sb) dibuat melalui penguapan, akan tetapi karena

tidak mencukupi maka terpaksa dilakukan extracsi pada Stibinite. Antimony, Stibium

(Sb) digunakan dalam pemenuhan kebutuhan bahan yang digunakan pada temperature

rendah, sebagai logam-logam bantalan yang dipadu dengan lead (timah hitam) dan akan

mempengaruhi kekerasan dari Timah hitam itu sendiri.


Gambar. Antimony, Stibium (Sb)

12. Bismuth (Bi)

Bismuth ialah logam berwarna putih kelabu kemilau, sifat Bismuth sangat keras

dan rapuh dan tidak dapat ditempa. Titik Cairnya 271ºC dan keadaannya relative murni.

Bismuth diperoleh dari campuran berbagai unsur dalam kondisi alami. Proses

Pemisahannya dilakukan dengan pembersihan terlebih dahulu dimana Bismuth ini

terdapat dalam keadaan kurang bersih, sehingga diperlukan berbagai perlakuan.

Bismuth digunakan sebagai unsur paduan dengan logam lain yang memiliki titik cair

rendah.

Gambar. Bismuth (Bi)


13. Boron (B)

Boron (B) memiliki titik cair 2300ºC dan Boron-Carbide sangat keras dan tahan

terhadap pengaruh kimia. Proses pemurnian Boron termasuk sangat sulit akan tetapi

kerap kali Boron ditemukan dalam keadaan murni sehingga disebut sebagai logam

Murni atau logam langka (rare-metal). Boron tidak digunakan sebagai element akan

tetapi Boron digunakan sebagai bahan pembuatan Dies, Nozle untuk Injection

moulding, pivot serta permukaan bearing. Boron dibuat dalam bentuk bubukan

sehingga pembentukannya dilakukan dengan proses Sintering.

Gambar. Boron (B)

14. Cadmium (Cd)

Cadmium (Cd) ialah logam yang berwarna putih kebiruan sifatnya sangat lunak

dan lembek dengan titik cair hanya 321ºC. sebagai bahan dasar dari Cadmium ini ialah

endapan Seng. Endapan pekat dari Cadmium terdapat dibagian tertentu dari instalasi

pengolahan Seng (Zn), Cadmium digunakan dalam paduan yang memiliki titik cair

rendah serta bahan tambah pada Tembaga. Yang penting dalam pemakaian Cadmium

ini ialah sebagai lapisan pelindung pada Baja atau Kuningan (Brasses).
Gambar. Cadmium (Cd)

15. Cerium (Ce)

Cerium (Ce) disebut sebagai logam langka (rare earth-metal), memiliki titik cair

640ºC dapat ditambahkan kedalam besi tuang untuk pembuatan electrode, pembuatan

busur listrik atau sebagai bahan batu pemantik (lighter flints).

Gambar. Cerium (Ce)

16. Cobalt (Co)

Cobalt (Co) ialah LOgam yang brwarna putih silver ini memilki titik cair

1490ºC dan bersifat magnetic tinggi. Cobalt diperoleh bersama unsur Nickel serta

element-element mineral tertentu dan dipisahkan selama proses pemurnian pada unsur

Nickel. Cobalt digunakan sebagai unsur paduan pada baja paduan sebagai alat potong
(Tool Steel) dan sebagai unsur paduan dengan unsur Nickel sebagai baja paduan yang

tahan terhadap temperature tinggi.

Gambar. Cobalt (Co)

17. Iridium (Ir)

Iridium (Ir) ini disebut sebagai baja putih ini adalah logam dari kelompok

Platinum yang memiliki titik cair 2454ºC. Penggunaannya sebagai bahan paduan

dengan unsur Platinum-Alloy yang kuat dan keras serta meningkatkan titik cairnya.

Gambar. Iridium (Ir)

18. Germanium (Ge)

Germanium (Ge) merupakan logam dengan sifat kelistrikan yang spesifik

sehingga digunakan sebagai komponen dalam Teknik Kelistrikan.


Gambar. Germanium (Ge)

19. Mercury, Hydragirum (Hg)

Mercury, Hydragirum (Hg) ialah salah satu jenis logam murni yang diperoleh

dalam skala kecil dengan logam murni lainnya serta Sulphide (HgS) yang dapat

dilakukan extraksi melalui pemanasan sederhana yang kemudian diproses secara

destilasi, jika perlu dilakukan penegrjaan lanjut untuk menghilangkan kadar Seng dan

Cadmium. Mercury digunakan dalam Thermometer dan Barrometer serta saklar atau

electrical Switches.

Gambar. Mercury, Hydragirum (Hg)


20. Molybdenum (Mo)

Molybdenum (Mo) ialah Logam yang berwarna putih Silver dengan titik Cair

2620ºC. Terdapat dalam bentuk Sulphide serta berbagai Oxid pada berbagai jenis

Logam. Molybdenum (Mo) digunakan sebagai unsur paduan pada baja dan Besi Tuang

(Cast Iron).

Gambar. Molybdenum (Mo)

21. Platinum (Pt)

Platinum (Pt) adalah salah satu jenis logam berat yang berwarna putih kelabu

dan sangat mengkilap dengan titik cair 1773ºC dan memiliki sifat yang mudah

dibentuk, ulet dan tidak mengandung Oxide atau tar dalam udara bebas. Platinum (Pt)

sangat cocok digunakan dalam paduan dengan Iridium yang dapat meningkatkan

kekerasannya. Platinum (Pt) terdapat dalam paduan logam mulia serta endapan

Tembaga-Nickel. Platinum (Pt) dapat pula diperoleh melalui proses extraksi pada mas

(gold) dan Nickel. Platinum (Pt) digunakan sebgai bahan pembuatan Contact point pada

system kelistrikan motor bakar, kabel tahanan polymeter serta kawat Thermocouple.
Gambar. Platinum (Pt)

22. Palladium (Pd)

Palladium (Pd) termasuk dalam kelompok Platinum yakni logam yang berwarna

putih dan sangat ulet, mudah dibentuk dan tahan terhadap oxidasi.

Palladium (Pd) memiliki titik cair 1555ºC. Palladium (Pd) sering dipadukan dengan

Silver yang dapat menggantikan Platinum dalam pembuatan Contact Point dan akan

memiliki sifat kekerasan yang tinggi dengan ketahanan korosi yang berbeda dengan

Silver.

Gambar. Palladium (Pd)

23. Rhodium (Rh)

Rhodium (Rh) juga merupakan salah satu dari logam dalam kelompok

Platinum, Rhodium (Rh) memiliki titik cair 1985ºC sangat tahan terhadap berbagai
bentuk pengaruh asam. Digunakan sebagai bahan pelapis logam lain serta sebagai unsur

paduan pada Platinum dalam pembuatan kawat tahanan (Resisitor) pada Thermocouple.

Gambar. Rhodium (Rh)

24. Silver, Argentum (Ag)

Silver, Argentum (Ag) adalah salah satu logam mulia yang memiliki titik cair

960ºC terdapat dalam skala kecil dan terpadu pada Tembaga dan mas. Silver memiliki

conduktifitas listrik yang paling tinggi dibanding dengan logam lainnya dan digunakan

dalam kontak listrik juga dalam “Siver solders” serta bahan pelapis logam lain.

Gambar. Silver, Argentum (Ag)

25. Selenium (Se)

Selenium (Se) memiliki titik cair 220ºC dan dapat diperoleh melalui proses

extraksi dari logam lain termasuk pada Tembaga. Sifat yang lain dari Selenium ialah
memiliki sifat hantaran listrik yang baik dan menjadi alternative pilihan dalam

pemakaian ringan serta digunakan pula dalam photoscell serta digunakan sebagai unsur

paduan pada Tembaga untuk meningkatkan sifat mampu mesin dari tembaga tersebut.

Gambar. Selenium (Se)

26. Tantalum (Ta)

Tantalum (Ta) logam yang berwarna putih dan dapat dibentuk melalui proses

pengerjaan dingin. Proses pengerjaan panas dapat meningkatkan angka kekerasannya

secara drastic. Tantalum (Ta) memiliki titik cair 3207ºC dan digunakan dalam perkakas

Cementite Carbide dan sebagai tambahan unsur paduan pada logam non-Ferro.

Gambar. Tantalum (Ta)


27. Tellurium (Te)

Tellurium (Te) memiliki titik cair 452ºC sedikit ditambahkan pada Timah

Hitam akan meningkatkan kekerasannya, dan jika ditambahkan pada Tembaga akan

memberikan sifat free-Cutting.

28. Thorium (Th)

Thorium (Th) sangat lunak seperti timah hitam (Lead) dan dapat mencair pada

temperature 1827ºC. Thorium (Th) digunakan sebagai unsur paduan pada Tungsten

dalam pembuatan kawat filament serta digunakan pula dalam paduan Magnesium untuk

menghasilkan sifat Creep resistance.

Gambar. Thorium (Th)

29. Tungsten, Wolfram (W)

Tungten, Wolfram (W) memiliki titik cair 3410ºC berwarna kelabu, sangat

keras dan rapuh pada temperature ruangan, tetapi ulet dan liat pada Temperatur tinggi.

Bahan dasar dari Tungten, Wolfram (W) ini ialah Oxide mineral dan diperoleh melalui

proses reduksi. Tungten, Wolfram (W) digunakan sebagai bahan pembuatan filament,

untuk kawat radio dan lampu serta digunakan pula sebagai unsur paduan pada alat

potong (Tool Steel) yakni sebagai bahan High Speed Steel (HSS) atau baja kecepatan

tinggi, baja Magnet serta dibentuk melalui proses sintering untuk bahan perkakas.
Gambar. Tungten, Wolfram (W)

30. Vanadium (V)

Vanadium (V) akan mencair pada Temperatur diatas 1900ºC, logam yang

berwarna putih ini sangat keras, jika ditambahkan pada baja sebagai unsur paduan akan

menambah kekenyalan dari baja tersebut.

Gambar. Vanadium (V)

31. Beryllium (Be)

Beryllium (Be) Logam yang berwarna kelabu ini memiliki sifat yang sangat

keras dengan titik cair 1285ºC tetapi lebih ringan dari pada Aluminium. Beryllium

memiliki sifat yang rendah dalam peredaman Neutronnya pada arah memotong

sehingga tidak bereaksi terhadap berbagai bentuk dan derajat Neutron yang dilaluinya.

Beryllium (Be) merupakan logam yang memiliki sifat thermal konduktor serta tegangan
yang baik dan stabil pada Temperatur tinggi namun keuletannya rendah. Oleh karena

itu proses metallurgy bubukan (Powder metallurgy) bukan metoda yang baik dalam

pembentukan dengan bahan Beryllium ini.

Beryllium didapat dari Aluminium Beryllium Silikat “Beryl’ dengan hanya

menghasilkan 3,5 % Beryllium. Proses extraksi pada bahan Berylium memerlukan

biaya proses dan Teknik yang terpaksa melebihi penghasilan Karen proses yang sangat

sulit terutama dalam proses menetralisir unsur zat beracun. Beryllium kadang-kadang

digunakan sebagai unsur paduan pada Tembaga paduan, namun karena kebutuhan

Beryllium meningkat dalam bentuk Beryllium murni Tempa untuk industri pesawat

terbang dan laras senapan (Guided Missiles), maka fungsiTembaga paduan dengan

unsur Beryllium sedikit berkurang. Beryllium dapat dibentuk dengan pengecoran

kedalam bentuk ingot, bentuk-betuk batangan dirol panas (Hot-rolling processes),

extrusion dan kemudian pemesinan.

Gambar. Beryllium (Be)

32. Hafnium (Hf)

Hafnium (Hf) memiliki sifat yang sama dengan Zirconium dan termasuk logam

berat, memiliki kekuatan tarik 340 N/mm², angka kekerasannya 180 HV serta titik

cairnya 2130ºC. Hafnium (Hf) dapat dibentuk dengan mesin pada putaran rendah.
Penyambungan Hafnium akan sangat cocok dengan memberikan arus tinggi, Hafnium

digunakan sebagai bahan pembuatan pengatur tekanan, water cooler reaktror dan lain-

lain. Hal ini karena sifat Hafnium yang dapat meredam Neutron serta bebas pengaruh

radiasi yang merugikan.

Gambar. Hafnium (Hf)

33. Zirconium (Zr)

Zirconium (Zr) ialah logam yang berwarna putih-silver memiliki titik cair

1852ºC dengan kekuatan tarik 420 N/mm2 dan angka kekerasannya 140

HV. Zirconium memiliki sifat yang sama dengan Titanium terutama dalam proses

pembentukannya. Pemotongan dengan mesin dilakukan dengan puitaran yang sangat

rendah sebagaimana pemotongan pada Aluminium.

Proses fabrikasi Zirconium harus dilakukan secara hati-hati terhadap

kemungkinan terjadinya kontaminasi dengan oxygen, Nitrogen serta Hydrogen akibat

pemanasan. Zirconium kadang-kadang digunakan sebagai unsur paduan padan

Magnesium dalam memenuhi kebutuhan dalam Teknologi Nuclear dimana Zirconium

dapat meredam unsur Neutron secara melintang dengan kekuatan tarik yang stabil

didalam suhu ruangan, tahan terhadap korosi air, uap serta berbagai media pendingin.

Pemakaian Zirconium juga sebagai unsur paduan dengan bahan-bahan lain seperti

timah putih (Tin), Besi, Chromium, Nickel, Tembaga dan Molybdenum.


Gambar. Zirconium (Zr)

34. Niobium (Nb)

Niobium ialah logam yang sangat ulet (ductile) dan lunak dengan kekuatan tarik

280 N/mm2 dan titik cairnya 2469ºC. Keuletan dari sifat Niobium ini ialah karena

pengaruh Oxygen dan Carbon, pengerjaan panas serta udara.

Niobium yang dibentuk menjadi plat tipis dapat dilas dengan resistance-Welding,

sedangkan untuk bahan yang tebal diatas 0.5 mm harus dilas

Gambar. Niobium (Nb)


D. Cara Pengolahan Logam Non Ferro

logam bukan besi/non ferro ini ditambang dalam bentuk bijih-bijihan, akan tetapi tidak

dalam keadaan murni melainkan bercampur dengan unsur-unsur lain. pada umumnya bijih-

bijih logam ini terdiri atas logam (0,5-20%) dengan batu-batuan (kapur dan pasir) yang secara

kimiawi terikat dengan oksigen, belerang serta karbon dioksida.

Secara umum pengolahan untuk memperoleh suatu logam non ferro adalah sebagai

berikut:

1. PROSES BIJIH LOGAM

Bijih-bijih logam yang yang diperoleh dari hasil penambangan terlebih dahulu

dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Pecahan-pecahan tersebut kemudian digiling halus,

untuk selanjutnya dicampur dengan minyak dan air diaduk hingga antara tepung, minyak

dan air tercampur dengan baik, kemudian ditenangkan. Minyak akan mengikat logam dan

belerang yang akan berada di bagian atas adonan, sedangkan air akan mengikat lumpur dan

kotoran lain yang berada di bagian bawah adonan. Setelah dipisahkan antara yang ada di

bagian bawah dengan bagian atas, campuran lumpur dan air dibuang. Campuran antara

minyak, logam dan belerang tersebut kemudian dipanasi dengan udara panas untuk

menghilangkan belerang hingga diperoleh logam oksid.

2. PROSES KERING (PIROMETALURGI)

Bijih logam yang sudah diproses menjadi logam oksid dimasukkan ke dalam dapur

api untuk mereduksi oksigennya dalam suatu proses dioksidasi dalam dapur tersebut.

Logam oksid dipanasi hingga cair belerang yang tersisa juga ikut terbakar pada saat yang

sama. Kandungan-kandungan yang lain misalnya silikon dan besi dioksidasikan menjadi

terak yang mengapung di atas cairan logam kemudian teraknya dipisahkan. Maka diperoleh

cairan logam dengan kadar kemurnian 99%.


3. PROSES BASAH (HIDROMETALURGI)

Proses ini sering juga dikatakan senagai elektro metalurgi. Dalam proses ini dengan

oksid ditenangkan dalalm larutan sulfat/alkali melalui saringan. Bila perliu digabung

dengan reaksi kimia tertentu untuk membebaskannya dari logam-logam yang tidak

diinginkan. Kemudian di masukkan ke dalam lautan tembaga sulfat (elektrolit untuk

mengikutiproses elektrolisa) dengan bntuan dua buah elektrode yang dialiri listrik arus

searah. Larutan yang mengandung logam dipisahkan. Logam-logam sebagai ion positif

bergerak menuju katode negatif dan di sana dibuang. Hasil dari proses elektrolisis ini

adalah logam dengan kemurnian (98-99%).

4. PROSES KERAMIK

Logam yang bertitik lebur tinggi seperti wolfram dan molibdenium tidak dapat

diproses dengan proses kering maupun basah melainkan dengan proses keramik. Proses

keramik/yang biasa juga disebut proses sinter, terdiri atas pengerjaan sebagai berikut:

a. serbuk logam karbida diberi pengerjaan pendahuluan, yaitu digiling, dicampur,

ditamah dengan lilin dan dijadikan butiran-butiran.

b. serbuk yang telah diberi pengerjaan pendahuluan ini dipadatkan.

c. bentuk yang telah padat tersebut diberi pengerjaan sinter pendahuluan pada

suhu ± 700°C

d. bentuk padat yang telah diberi pengerjaan sinter pendahuluan tersebut

dipadatkan lagi dengan tekanan tinggi (60 N/cm2)

e. kemudian bentuk padat tersebut di sinter lagi pada suhy 1400°C


f. selanjutnya hasil sinter yang kedua tersebut dicloning untuk menghilangkan

distorsi bentuk yang kecil dan menjaga komponen agar dalam toleransi yang

dikehendaki.

5. PEMBUATAN LOGAM NON FERRO

Berikut ini penejelasan dari pembuatan beberapa jenis logam non ferro :

a. Pembuatan alumanium

b. Pembuatan magnesium

c. Pembuatan tembaga, dan

d. Pembuatan timah hitam

a. Pembuatan alumanium

Bijih bauksit merupakan salah satu sumber pembentukan aluminium yang

cukup ekonomis, yang bila di Indonesia, banyak terdapat di daerah Bintan dan

Kalimantan. Untuk menambang bauksit, dilakukan dengan penambangan terbuka,

setelah bauksit di haluskan, kemudian di cuci dan dilakukan pengeringan, baru

kemudian bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida aluminium atau alumina.

Untuk memperoleh aluminium murni, biasanya digunakan Proses Bayer (Karl Josef

Bayer), yaitu: bauksit halus dan kering, dimasukkan ke dalam pencampur (mixer),

diolah dengan NaOH yang bila bereaksi dengan bauksit dibawah pengaruh tekanan dan

suhu diatas titik didih nya, akan menghasilkan Aluminat Natrium yang dapat larut.

Biasanya setelah proses selesai, tekanan di dalam dapur dikurangi dan ampas yang

terdiri dari oksida besi tak larut, silikon, titanium dan kotoran-kotoran lain nya, ditekan

melalui saringan dan dikumpulkan agak disamping. Kemudian, cairan yang

mengandung alumina dalam bentuk aluminat natrium, dipompakan ke luar dan

dimasukkan kedalam sebuah tangki pengendapan. Didalam tangki tersebut, diberi


tambahan kristal hidroksida aluminium yang halus, yang kemudian berubah menjadi

inti kristalisasi, sementara itu kristal hidroksida aluminium akan terpisah dari larutan,

kemudian dilakukan penyaringan dan dipanaskan sampai suhu nya mencapai 980 C.

Melalui proses elektrolisa, alumina akan berubah menjadi oksigen dan logam

aluminium. Jalan nya proses elektrolisa adalah: alumina murni dilarutkan pada cairan

criolit (natrium aluminium fluorida) di dalam dapur elektrolit yang besar atau disebut

sel reduksi. Arus listrik kemudian dialirkan pada campuran melalui elektroda karbon,

logam aluminium di endapkan pada katoda karbon yang berada di dasar sel.

Panas akibat aliran listrik digunakan untuk memanaskan isi sel, sehingga akan

selalu cair, dengan demikian alumina dapat ditambahkan secara terus menerus (disebut:

proses kontinu). Pada saat-saat tertentu, aluminium cair di keluarkan dari sel dan

dipindah kan ke dalam dapur penampung untuk kemudian di murnikan atau bisa juga

digunakan untuk keperluan paduan, setelah itu baru di tuangkan ke dalam cetakan ingot,

untuk kemudian diolah lebih lanjut.

Biasanya, untuk menghasilkan 1 kg aluminium, dibutuhkan 2 kg alumina,

sedangkan untuk mendapat kan 2 kg alumina, diperlukan 4 kg bauksit, 0,6 kg karbon,

criolit dan bahan-bahan lain nya serta sekitar 8 kWh energi listrik (berlaku secara

linier).
Gambar. Pengolahan alumanium

b. Pembuatan magnesium dari air laut

Air laut yang biasanya mengandung 1300 ppm magnesium, direaksikan dengan

kapur (kulit kerang yang dibakar pada suhu 1320 C). Hasil reaksi kimia antara kapur

dengan air laut, akan menghasilkan endapan. Endapan kental yang mengandung sekitar

12 % ini kemudian di saring, sehingga akan bertambah pekat, baru kemudian di

reaksikan dengan dan menghasilkan. Setelah melalui tahapan filtrasi dan pengeringan,

konsentrasi akan meningkat menjadi sekitar 68 %, yang berbentuk butiran-butiran

kemudian dipindahkan ke dalam sel elektrolisa yang berukuran dan beroperasi pada

suhu sekitar 700 C. Elektroda grafit akan berfungsi sebagai anoda dan pot nya sendiri

berfungsi sebagai katoda. Akibat di aplikasikan nya arus listrik sebesar 60.000 Amp,

maka akan terurai, dan logam magnesium terapung diatas larutan. Setiap pot akan dapat
menghasilkan sekitar 550 kg logam Mg dalam satu hari yang kemudian dituang

kedalam cetakan ingot, dimana setiap ingot mempunyai berat 8 kg.

Hasil sampingan dari proses ini adalah: gas klorida yang kemudian dapat

digunakan untuk mengubah menjadi .

Mg(OH)
2 HCl
MgCl2

Gambar. Pembentukan magnesium

c. Pembuatan tambaga

Chalcopiri”t adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara dan yang di

peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan tanah. Gambar berikut adalah proses

mebuat nya. Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah dimulai dari bijih

chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur serta bahan fluks silika. Setelah

tepung bijih dipekatkan, lalu dipanggang, sehingga terbentuk campuran, dan, campuran

inilah yang disebut: “Kalsin”. Kalsin kemudian di lebur dengan batu kapur sebagai

fluks nya di dalam Dapur Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi (Fe) di
dalam terak, sisanya adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di tuangkan kedalam

konverter.

Dengan menghembuskan udara kedalam konverter untuk selama 4 s/d 5 jam,

maka kotoran-kotoran teroksida dan besi akan membetuk terak yang pada saat-saat

tertentu, dikeluarkan dari konverter.

Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan tetap cair yang akhir

nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-tembaga atau yang dikenal dengan

nama: sulfat. Bila kemudian aliran udara dihentikan, maka oksida kupro akan bereaksi

dengan sulfida kupro yang akan membentuk tembaga blister dan dioksida belerang.

Tembaga blister dengan tingkat kemurnian antara 98 % s/d 99 % ini kemudian dicor

menjadi slab untuk kemudian di olah secara elektolitik menjadi tembaga murni.

Gambar. Pembuatan tembaga

d. Pembuatan timah hitam

Gambar di bawah menunjukkan kompleksitas dari pembuatan timah hitam,

dimana konsentrat timah hitam yang hanya mengandung (65 s/d 80) % Pb, harus di

panggang terlabih dahulu untuk menghilangkan sulfida-sulfida. Sebelum dilakukan

proses sintering, maka batu kapur, bijih besi, pasir dan terak dicampur dengan
konsentrat timah, akibat sinter, oksida sulfur akan menguap dan di tampung untuk

diolah menjadi asam sulfat, kemudian dimasukkan kedalam tanur tinggi dengan bahan

bakar kokas. Gas dan debu tanur tinggi ini masih mengandung klorida kadmium yang

kelak dapat diolah tersendir untuk menjadi kadmium murni. Muatan yang ada di dalam

tanur tinggi di sebut: bullion yang kemudian di dros, menghasilkan dross tembaga yang

akan terapung dan mengikat belerang, sehingga memudahkan pemisahan tembaga dan

dross. Setelah diperoleh timah cair, maka kemudian di alirkan ke dalam dapur

pelunakan (ketel desilverisasi) agar timah cair teroksidasi.

Didalam dapur pelunakan, akan terjadi terak yang mengandung antimon dan

arsen. Kedalam ketel yang berisi timah cair tersebut, di tambahkan seng dan emas,

tujuan nya, agar bila perak masih ada, maka akan bisa larut bersama-sama dengan seng,

dimana kemudian uap nya ditampung untuk menghasilkan seng padat. Cairan yang

tersisa, diolah secara elektrolisa untuk menghasilkan emas dan perak. Timah cair yang

ada didalam ketel dimurnikan terlebih dahulu, baru kemudian dicampur dengan soda

api, sehingga seng akan terpisah. Hal ini dilakukan dengan cara menginjeksikan

pancaran timah panas kedalam ruang vakum, akibat nya seng akan menguap. Pada

akhirnya, kotoran-kotoran yang masih ada bercampur dengan timah, dipisahkan secara

kimia, sehingga diperoleh timah cair murni, yang kemudian dicor menjadi timah ingot

dengan berat standard 25 kg atau 90 kg.


Gambar. Pembuatan timah hitam

6. PENGECORAN LOGAM NON-BESI

Cara pengecoran hampir sama dengan logam besi, dengan sedikit perbedaan:

a. Cetakan umumnya dibuat dengan cara dan alat yang sama dengan logam besi,

b. Pasir cetak harus lebih halus, karena benda cetak

c. umumnya lebih kecil dan biasanya diinginkan permukaan yang rata;

d. Pasir tidak perlu tahan panas yang tinggi karena suhu pengecoran lebih rendah;

e. Perpaduan dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur tertentu dengan tepat pada

logam dasar.
7. DAPUR PELEBURAN

Pada mulanya, Dapur Tinggi dengan kapasitas kecil, digunakan untuk melebur

tembaga, timah dan beberapa unsur lain nya. Didalam tanur bahan baku dicampur dengan

kokas, kemudian di tiupkan udara untuk mempercepat proses pembakaran. Karena tiupan udara

nya cukup cepat (kencang), maka ukuran kokas, maupun bijih tidak boleh lebih kecil dari 1

cm. Saat proses peleburan berlangsung, ditambahkanfluks untuk memperoleh logam yang lebih

murni, sekaligus untuk mengurangi kekentalan (viskositas) terak cair.

Dapur-dapur yang umum digunakan untuk melebur logam bukan besi, biasanya dari

jenis reverberasi. Penambahan fluks (pembentuk terak), bertujuan untuk mengurangi oksidasi,

dimana biasanya dapur di lengkapi oleh alat tadah uap maupun tadah debu. Biasanya,

disamping menggunakan dapur peleburan, digunakan juga dapur pemanggang untuk meng-

oksidasi bijih dari mineral sulfida, gas oksidasi dihembuskan melalui kisi dan mengenai bijih,

sedangkan dapur pemanggang digunakan untuk memurnikan tembaga dan seng.

a. induksi
b. krusibel

E. Paduan Logam Non Ferro

Logam paduan yaitu logam campuran dari dua macam logam atau lebih yang

dicampur satu sama lain dalam keadaan cair. Logam dan paduannya adalah salah satu

matrial teknik yang porsinya paling banyak diperlukan dalam kegunaan Teknik. Jika

diperhatikan komponen mesin, maka sebagian besar sekitar 80% dan bahkan lebih terbuat dari

logam. Selebihnya digunakan material non logam seperti keramik, glass, polimer dan bahkan

material maju seperti komposit.

Tujuan dilakukan paduan logam, baik logam ferro (logam besi) ataupun logam non

ferro(logam bukan besi) adalah untuk menghasilkan material dengan sifat yang baru, misalnya

: lebih kuat, lebih liat, lebih tahan karat, mengkilap, halus, licin, ringan, keras, dll.

Beberapa Jenis Logam Non-Ferro dan Paduannya:

a. Logam Tembaga dan Faduannya (Copper And Copper Alloy)

Tembaga (copper) adalah suatu logam berwarna kemerahan, mempunyai

temperatur didih (boiling point) 2600° C dengan berat jenis 8,96 gr/cm3 (sedikit lebih
tinggi dari baja (ferro) berat jenis 7,87 gr/cm3). Bersifat lunak, dapat dibengkokkan

(bending) dan dapat dirol (rolling, canai).

Ada dua kelompok besar yaitu : brass dan bronze Brass (kuningan) Paduan

tembaga dan seng dinamakan brass. Penambahan sedikit timah, nikel, mangan,

aluminium, dan unsur-unsur lain dalam paduan tembaga seng dapat mempartinggi

kekerasan dan kekuatan serta tahan korosi (special – brass).Bronze (perunggu) .

Paduan tembaga dan timah dengan penambahan sedikit aluminium, silikon,

mangan, besi dan beryllium disebut bronze.Dalam prakteknya yang paling banyak

digunakan adalah perunggu dengan 25 – 30% Sn.

Wrought bronze, terdiri dari paling tinggi 6% Sn dan casting bronze lebih dari

6% Sn.Special bronze, yaitu paduan dengan dasar tembaga dicampur Ni,Al, Mn, Si, Fe,

Be dll.Aluminium bronze, terdiri dari 4 – 11% Al, mempunyai sifat-sifat mekanik yang

tinggi dan tahan korosi serta mudah dituang.

Bronze dengan penambahan besi dan nikel memiliki kekuatan mekanik yang

tinggi, tahan panas, digunakan untuk fitting dapur dan bagian-bagian mesin yang

permukaannya bersinggungan dengan metal, yaitu perunggu dengan penambahan

seng.Phosphor bronze terdiri dari – 95% Cu, 5% Sn dan 0,2% P, di gunakan untuk

saringan kawat, koil dan pegas pelat.Silikon bronze, memiliki sifat-sifat mekanik yang

tinggi, tahan aus dan anti korosi dan mudah dituang maupun dilas. Beryllium bronze,

memiliki sifat mekanik yang tinggi tahan koros, tahan aus dan ductil, daya hantar

panas/listrik yang tinggi.Monel, komposisinya 31% Cu, 66% Ni, 1,35% Fe, 0,9% dan

0,12% C sifat tertarik bagus dan ductil, tahan korosi dalam air lautan Iarutan kimia.

Beberapa contoh logam paduan tembaga :


1. Kuningan (brass)

Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga dan seng dengan kadar

seng nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %. Sifat-sifat mekanik paduan,

seperti: kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan meningkat se iring dengan

meningkatnya persentase seng, namun bila kadar seng nya melebihi 40 %, maka

umum nya akan terjadi penurunan kekuatan, dan pada saat peleburan, seng akan

sangat mudah menguap.

Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai dengan 5 %, maka akan

menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin (machinability yang baik).

Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan seng, banyak sekali dugunakan di

industri, sebab selain kuat, penampilan nya bagus, daya tahan terhadap korosi sangat

tinggi serta bila diperlukan, relatif mudah untuk di rol, di tuang dan bahkan di

ekstrusi.

2. Perunggu (bronze)

Perunggu adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya, seperti:

timah putih, mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-unsur

tambahan. Unsur-unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan

daya tahan terhadap korosi dari perunggu.

b. Logam Aluminium dan Paduannya

Paduan aluminium banyak dipakai dalam industri yang dapat dibagi dalam dua

golongan utama:

a. Wrought alloy: dibuat dengan jalan rooling, (paduan tempa)forming, drawing,

forging dan press working.

b. Casting alloy: dibuat berdasarkan pengecoran (paduan tuang) Paduan

aluminium tempa mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi mendekati baja.


Paduan ini dibedakan lagi berdasarkan:

a. Dapat di heat treatment

b. Tak dapat di heat treatment

Paduan aluminum yang tak dapat di heat treatment yaitu Al – Mn (1,3% Mn) dan Al –

Mg Mn (2,5% Mg dan 0,3% Mn), memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, ductil, tahan korosi

dan dapat dilas.Paduan aluminium tuang merupakan paduan yang komplek dari aluminium

dengan tembaga, nikel, besi, silikon dan unsur lain.

Duraluminium (dural) adalah paduan Al – Cu – Mg, dimana Mg dapat ditambahkan

(meningkatkan kekuatan, dan ketahanan korosi) dan begitu juga dengan penambahan Si &

Fe.Komposisi ducal : 2,2-5,2% Cu, diatas 1,75 % Mg, di atas 1% Si,diatas 1% Fe, dan diatas

1% Mn. Paduan aluminium yang terdiri dari 8-14% Si disebut silumin. Paduan aluminium

dengan (10 – 13% Si & 0,8% Cu) dan (8 -10% Si, 0,3% Mg & 0,5% Mn)mempunyai sifat-sifat

dapat dituang dengan baik dan tahan korosi serta ductile.

Logam aluminium mempunyai beberapa sifat yang penting sehingga dipilih dalam

kelompok logam konstruksi, antara lain adalah sifat ringan tahan korosi, penghantaran listrik

dan panas yang sangat baik. Karena berat jenisnya ringan (2,8 gr/cm3) walaupun kekuatannya

termasuk rendah tetapi strength to weight ratio-nya masih lebih tinggi daripada logam baia,

oleh karena itu dipilih untuk suatu konstruksi yang memerlukan persyaratan harus ringan

misalnya alat-alat transportasi, pesawat terbang dan sebagainya. Sifat tahan korosi pada

aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida aluminium pada permukaan

aluminium, dimana lapisan oksida ini melekat pada permukaan dengan kuat dan rapat serta

sangat stabil (tidak bereaksi dengan kondisi lingkungannya misalnya asam/basa) sehingga

melindungi bagian dalam. Tetapi, oksida aluminium (A12 O3) ini. juga disamping

menyebabkan tahan korosi menyebabkan logam aluminium menjadi sukar dilas (welding) dan

disolder.
Beberapa jenis logam aluminium dan paduannya yang penting, antara lain :

1. Duralumin (logam dural) paduan Al dengan 4% Cu ditambah sedikit Si, Fe dan

magnesium (Mg). Logam dural (Al – Cu).

2. Aluminium-manganese alloy, ditambahkan elemen Mn 1,2%

3. Aluminium-silikon alloy, mengandung elemen Si 12,5%

c. Logam Seng (Zinc) dan Paduannya

Logam seng (Zn) adalah logam berwarna putih kebiruan kekuatannya rendah,

temperatur leleh (melting point) 419,46°C dan l.,2 temperatur lebur (boiling point) hanya

906°C, dengan be-at jenis 7,133 gr/cm3.

Lebih dari 75% produk cetak tekan terdiri dari paduan seng. Logam ini mudah

dicetak, permukaan bersih dan rata, daya tahan korosi baik dan biaya murah. Dikenal seng

komersial dengan 99,99% seng, sering disebut “special high grade”. Untuk cetak-tekan

diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah, cadmium dan tin dapat

menyebabkan kerusakan pada cetakan dan cacat sepuh (aging defects). Unsure paduan

lainnya aluminium, tembaga, dan magnesium, hanya dapat ditambahkan dalam jumlah

kecil saja.

Susunan dua paduan seng standar untuk cetak-tekan dapat dilihat pada. Kedua

paduan hamper sama (kecuali kadar Cu-nya) dan dapat saling dipertukarkan. Aluminium

dengan kadar 4%, meningkatkan sifat mekanik paduan, selain itu, mencegah larutnya Fe.

Tembaga meningkatkan kekuatan tarik, keuletan dan kekerasan. Magnesium, kadar

umumnya <0,04% dapat menstabilkan benda coran.

Paduan seng banyak digunakan dalam industry otomotif dan untuk mesin cuci,

pembakar minyak, lemari es, radio, gramafon, televise, mesin kantor, meteran parker, alat-

alat, dan sebagainya.


d. Logam Nikel dan Paduannya

Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai berat

jenis 8,90 dengan titik leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C, termasuk nilai

ekonomisnya mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga) logam tembaga.

Memiliki sifat fisis-nekanis yang baik sekali, yaitu tahan korosi, tahan oksidasi,

tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet, kuat dan tahan

korosi dengan banyak logam-logam lainnya.

Contoh paduan nickel yang banyak dipakai, yaitu :

1. Monel, adalah paduan nickel (Ni = 67%) dengan logam tembaga (Cu = 28%) dan

element logam lain ferro, Mn, dan Si.

2. Paduan Nickel-Chrow-Ferro (Nichrom)

3. Paduan Hastelloy, adalah paduan nickel dengan berbagai logam lain, seperti

komposisi : Ni-Cr-Mo-Fe (Hastelloy C dan X)

e. Logam Babbit (Babbit Metal

Logam Babbit adalah logam paduan empat element logam (quarternary alloy atau

ternary alloys) dari element-element Timah putih (Tin, Sn), Timah hitam (lead, Pb),

Antimony (Stibium, Sb), dan Tembaga (Copper, Cu), Logam paduan ini ditemukan

oleh ISAAC BABBIT di USA (pada tahun 1839).

Logam Babbit dipakai untuk bahan bearing (bearing metal). Bearing (bantalan)

adalah bagian mesin yang berfungsi meneruskan/memindahkan beban antara dua

permukaan yang saling bergesekan. Sedangkan bantalan (bearing), yaitu bantalan luncur

(sliding contact bearing) dan bantalan gelinding (rolling contact bearing). Pada umumnya

logam babbit dipakai untuk bantalan luncur.


F. Penggunaan Logam Non Ferro

Logam non fero juga digunakan untuk campuran besi atau baja dengan tujuan

memperbaiki sifat-sifat baja. Dari jenis logam non ferro berat yang sering digunakan uintuk

paduan baja antara lain, nekel, kromium, molebdenum, wllfram dan sebagainya.

Pada pembahasan sebelumnya diatas telah dijelaskan secara langsung beberapa

penggunaan dari macam-macam logam non ferro, baik itu paduannya.

berikut ini adalah beberapa penggunaan logam non ferro yang ada dalam kehidupan sehari-hari

baik dalam perindustrian.

1. Aluminium dan paduannya yang banyak digunakan untuk paduanlogam ringan,

misalnya duralumin yang biasa digunakan untuk badan pesawatterbang, kendaraan

bermotor, kapal pesiar, alat-alat rumah tangga dansebagainya.

2. Paduan magnesium digunakan hanya bila dalam konstruksi mesinyang factor berat

menjadi pertimbangan utama. Sebab magnesium mempunyai dayagabung yang tinggi

terhadap oksigen dan mudah terbakar.

3. Paduan titanium banyak digunakan untuk paduan aluminium sebagai logam ringan

yang banyak dipakai pada konstruksi pesawat terbang.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur

besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan

dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.

Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni di alam bebas. Biasanya

terikat sebagai oksida dengan kotoran-kotoran membentuk bijih-bijih. Pengolahan bijih logam

bukan besi mengikuti beberapa tahap, yaitu tahap penghalusan mineral, tahap pencucian, tahap

pemisahan antara logam dan kotoran, dan tahap peleburan.

Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban).

Magnesium tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa akan tetapi dalam air laut

ketahanan korosinya dibawah baja biasa. Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat

suatu logam bukan besi, maka makin baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat

atau ciri khas logam bukan besi adalah: berat jenis nya.

B. SARAN

Dengan terselesainya makalah yang berjudul “Logam Non Ferro (logam bukan besi)“

ini, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Penulis sangat berharap kepada para pembaca setelah membaca makalah ini, dapat

meningkatkan potensi pembaca dalam penggunaan logam non ferro baik di dalam kehidupan
sehari-hari maupun di bidang industri secara lebih efektif dan efisien.sehingga dapat

memperoleh keuntungan yang maksimal. Mengingat begitu banyaknya unsur-unsur yang

terkandung di dalam bumi kita ini.

Jika ada penjelasan yang sulit dimengerti dan terdapat kesalahan kata-kata, kamimohon

maaf, dan kami harapkan saran dan tanggapan yang positif untuk lebih memehami tantang

pembahasan kita dalam perkuliahan ini.

Atas perhatian anda sekalian kami ucapkan banyak terima kasih.


DAFTAR PUSTAKA

sumber:http://nurulsolikha.blogspot.com/2011/03/sifat-penggunaan-unsur-logam-dan.html

http://sariyusriati.wordpress.com/Pembuatan-Besi«long.road.to.heaven.html

http://trisusetyo12.blogspot.com/proses-pembentukan-logam-metal-forming.html

http://indonesia-mekanikal.blogspot.com/2008/07/teknik-pembentukan-dasar-dasar.html

http://www.akujagoan.com/proses-pembuatan-logam-baja_22.html

Anda mungkin juga menyukai