TEKNOLOGI MINERAL
TEMBAGA
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Tembaga
Tembaga adalah unsur kimia yang diberi lambang Cu (Latin: cuprum).
Logam ini merupakan penghantar listrik dan panas yang baik. Penggunaan
tembaga dapat dilacak sampai 10,000 tahun yang lalu. Sebelum tembaga,
diperkirakan hanya besi dan emas, logam yang terlebih dahulu digunakan
manusia.
Menurut data tahun 2005, Chili merupakan penghasil tembaga terbesar di
dunia, disusul oleh AS dan Indonesia. Tembaga dapat ditambang dengan
metode tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
Kandungan tembaga dinyatakan dalam % (persen). Jadi jika satu tambang
berkadar 2,3%, berarti dari 100 kg bijih akan dihasilkan 2,3 kg tembaga.
Selain sebagai penghasil no.1, tambang tembaga terbesar juga dipunyai
Chili. Tambang itu bernama Chuquicamata, terletak sekitar 1.240 km sebelah
utara ibukota Santiago. Sedang tambang tembaga terbesar di Indonesia adalah
yang diusahakan oleh PT Freeport Indonesia di area Grasberg, Papua. Saat ini
Grasberg ditambang dengan metode tambang terbuka.
Namun karena kedalaman bukaan yang semakin besar, sekitar tahun 2015,
cara penambangan akan diubah menjadi tambang bawah tanah. Jika semua
terwujud, Grasberg akan menjadi salah satu tambang bawah tanah terbesar di
dunia.
Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik,
koin, alat rumah tangga, kerajinan tembaga, hingga komponen biomedik.
Tembaga juga dapat dipadu dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan
seperti perunggu atau monel dan menjadi sebuah kerajinan tembaga.
Namun mesti pula berhati-hati akan sifat racun logam ini. Ini dapat terjadi
ketika tembaga menumpuk dalam tubuh akibat penggunaan alat masak
tembaga. Kelebihan unsur Cu dapat merusak hati dan memacu sirosis.
B. Sifat-sifat Tembaga
Produksi tembaga sebagian besar dipergunakan dalam industri kelistrikan,
karena tembaga mempunyai daya hantar listrik yang tinggi. Kotoran yang
terdapat dalam tembaga akan memperkecil/mengurangi daya hantar listriknya.
Selain mempunyai daya hantar listrik yang tinggi, daya hantar panasnya
juga tinggi; dan tahan karat. Oleh karena itu tembaga juga dipakai untuk
kelengkapan bahan radiator, ketel, dan alat kelengkapan pemanasan.Tembaga
mempunyai sifat dapat dirol, ditarik, ditekan, ditekan tarik dan dapat ditempa
(meleable).
1. Sifat fisik
Sifat fisik penting dari tembaga adalah warna. Bahkan, orang-orang
sering menyebut apa-apa yang berwarna coklat kemerahan seperti
warna tembaga. Logam tembaga cukup lembut dan ulet. Ulet berarti
mampu ditarik menjadi kawat. Penghantar panas dan listrik yang baik.
Konduktivitas listrik yang tinggi membuatnya ideal untuk berbagai
penghantar listrik. Tembaga memiliki titik leleh 1.083 C (1982 F)
dan titik didih 2595 C (4703 F). densitasnya adalah 8,96 gram per
sentimeter kubik.
2. Sifat kimia
Tembaga adalah logam cukup aktif. Larut dalam kebanyakan
larutan alkalis. Alkali adalah bahan kimia dengan sifat berlawanan
orang-orang dari asam. Natrium hidroksida, umumnya ditemukan
dalam pemutih dan tiriskan pembersih seperti Drano, adalah contoh
dari alkali. Sifat kimia penting tembaga adalah cara bereaksi dengan
oksigen. Di udara lembab, menggabungkan dengan air dan karbon
dioksida. Produk dari reaksi ini disebut tembaga karbonat terhidrasi
(Cu2(OH)2CO3). Senyawa ini memiliki warna kehijauan yang indah,
yang disebut patina. atap tembaga akhirnya mengembangkan warna
ini.
BAB II
DAERAH PENGHASIL TEMBAGA
B. Paduan Tembaga
Paduan Tembaga telah berkurang penggunaannya dari pada waktu yang
lampau. Harga tembaga yang meningkat dengan cepat, ditambah lagi denga
kenyataan bahwa kualitas bahan murah yang lain telah meningkat akhir-akhir
ini. Telah mengurangi penggunaan paduan tembaga untuk beberapa
kebutuhan.Selain itu teknik pembuatannya telah diperbaiki sehingga
menyebabkan bahan kurang (ductile) dapat dipakai, karena itu baja ringan
kualitasnya baik yang sering digunakan. Tembaga membentuk larutan padat
dengan unsur logam lain dalam daerah yang luas dan dipergunakan untuk
berbagi keperluan, dan macam-macam paduan pada tembaga antara lain :
1. Perunggu
Perunggu mempunyai kadar tembaga Cu 70-78 %, timah putih Sn
22-44 % dan selain itu campuran tambahan lain seperti Seng (Zn),
Timbel (Pb), Aluminium (Al) dll. Perungu ialah : paduan kepal atau
paduan tuang yang tahan terhadap korosi. Selain itu mempunyai daya
luncur dan daya hantar yang baik untuk arus listrik.
2. Perunggu Bebas Seng
Perunggu bebas seng yang dinamakan juga perunggu timah, yaitu
perunggu tuang dari Cu ditambah 10%, 14%, atau 20% Sn tanpa
campuran tambahan lain. Bahan itu digunakan untuk pentil yang harus
mempunyai syarat tinggi terhadap korosi dan ketangguhan (10% Sn).
Selain itu pada bantalan harus mempunyai syarat-syarat tinggi untuk
sifat luncur (14% Sn) dan unutuk bantalan-bantalan tekan dengan
syarat tinggi untuk kekerasan (20 % Sn ).
3. Perunggu Bebas Seng Paduan Kepal
Mempunyai 1,5 % sampai setinggi-tingginya 10 % timah putih dan
selain itu Fosfor dalam persentase yang sangat kecil, yaitu setinggi-
tingginya 0,3 % campuran ini dahulu dinamakan perunggu Fosfor.
Dipakai untuk profil-profil, batang-batang, kawat, plat, dan pipa yang
dicanai dan ditarik.
4. Perunggu dan Seng
Perunggu seng ialah : perungu tembaga timah dengan tambahan
seng 2 % - 7 %. Bahan itu dipakai terutama untuk bantalan-bantalan (
campuran tuang ).
5. Perunggu Aluminium
Perunggu Alumnium ialah : campuran tuang dan campuran kepal
dari tembaga dengan Aluminium dengan besi dan bahan tambahan lain
(perunggu dua zat). Perunggu dua zat (Al dan Ni) tahan korosi terhadap
bahan kimia tertentu karena itu dipakai untuk perlengkapan kimia.
Perunggu Alumium tidak mempunyai fungsi lain dari perunggu bebas
seng. Sifat-sifatnya kurang baik, jadi tidak banyak dipakai kecuali di
negeri-negeri yang kurang akan timah.
6. Perunggu Silikon
Perunggu Silikon baik sebagai paduan tuang maupun kepal
mempunyai kadar (Si) 0,5 %-4,5 %. Selain itu ada bahan-bahan
tambahan dari timah, nikel, mangan, besi dan seng dalam bermacam-
macam persenyawaan. Sebagian dapat dijadikan misalnya; Cupoder
yang mempunyai tahanan tarik dan kekerasan yang baik .
BAB III
PROSES PENGOLAHAN TEMBAGA
Sekitar 80% dari tembaga utama dunia berasal dari bijih tembaga yang
berasal dari mineral sulfida, misalnya, kalkopirit (CuFeS2) (bijih tembaga paling
banyak), bornit (Cu5FeS4) dan kalkosit (Cu2S). Bijih ini mengandung biasanya
hanya sekitar 0,5-2% tembaga. Sisa dari produksi primer berasal dari bijih tembaga
yang berbentuk sebagai silikat, sulfat, karbonat dan oksida, yang telah dibentuk
oleh pelapukan dan oksidasi mineral sulfida. Sekitar 30% dari seluruh produksi
tembaga didapat dari bahan sekunder dan skrap yang didaur ulang. Deposito utama
dari bijih tembaga berada di Chile, AS bagian barat, Kanada, Zambia, Republik
Demokratik Kongo dan Rusia.
Bijih tembaga dapat berupa karbonat, oksida dan sulfida. Untuk memperoleh
tembaga dari bijih yang berupa oksida dan karbonat lebih mudah dibanding bijih
yang berupa sulfida. Hal ini disebabkan tembaga terletak dibagian bawah deret
volta sehingga mudah diasingkan dari bijihnya.
Bijih berupa oksida dan karbonat direduksi menggunakan kokas untuk
memperoleh tembaga, sedangkan bijih tembaga sulfida, biasanya kalkopirit
(CuFeS2). Pembuatan tembaga berlangsung dalam tiga tahap:
1. Pengkonsentrasian bijih
Pengkonsentrasian bijih tembaga dengan cara pengapungan
(flotasi). Proses pengapungan atau flotasi di awali dengan pengecilan
ukuran bijih kemudian digiling sampai terbentuk butiran halus. Bijih yang
telah dihaluskan dimasukkan ke dalam campuran air dan suatu minyak
tertentu dan diaduk-aduk dengan air dalam sebuah tangki besar dengan
penambahan deterjen. Kemudian udara ditiupkan ke dalam campuran
untuk menghasilkan gelembung-gelembung udara. Bagian bijih yang
mengandung logam yang tidak berikatan dengan air akan berikatan
dengan minyak dan menempel pada gelembung-gelembung udara yang
kemudian mengapung ke permukaan. Lempung berat dan silikat lainnya
mengendap pada dasar tangki. Residu ini dikenal sebagai gangue.
Selanjutnya gelembung-gelembung udara yang membawa partikel-
partikel logam dan mengapung ini dipisahkan kemudian dipekatkan.
Kotoran pada permukaan buih tembaga dibersihkan.
Cu2S atau matte yang yang diperoleh kemudian direduksi dengan cara
dipanaskan dengan udara terkontrol, sesuai reaksi
2Cu2S(s) + 3O2(g) 2Cu2O(s) + 2SO2(g)
Cu2S(s) + 2Cu2O(s) 6Cu(s) + SO2(g)
Tembaga yang diperoleh pada tahap ini disebut blister atau tembaga
lepuhan sebab mengandung rongga-rongga yang berisi udara.
Campuran ini dipompa ke bawah dengan kecepatan yang
menyebabkan turbulensi dan menghasilkan reaksi yang sangat cepat.
Proses ini sangat efisien dan sejumlah besar bahan baku dapat diproses
dalam tungku relatif kecil. Matte tembaga dan terak dipindahkan ke
dalam tungku lain untuk di endapkan dan dipisahkan. Matte
tembaga kemudian pindah ke tungku lain dan udara atau udara yang
kaya oksigen ditiukan untuk menghasilkan logam tembaga:
b. Proses pencucian
Tembaga diperoleh dari bijih dengan memperlakukan bijih dengan
larutan tembaga (ll) klorida dan besi (lll) klorida
c. Metode bakteri
Sejumlah cukup besar dari tembaga yang diproduksi di Amerika
Serikat diperoleh dengan menggunakan bakteri. Air diasamkan
disemprotkan ke limbah tambang tembaga, yang mengandung kadar
rendah tembaga. Ketika air menetes melalui batu hancur, bakteri
Thiobadllus ferrooxidans, yang tumbuh subur di hadapan asam dan
sulfur, memecah sulfida besi di batu dan mengkonversi besi (ll)
menjadi besi (III) ion. Besi (lll) ion selanjutnya mengoksidasi ion
sulfida pada tembaga sulfida menjadi sulfat, meninggalkan ion
tembaga (ll) dalam larutan. Air-tembaga jenuh ini didapat kembali di
bawah tumpukan, dan logam tembaga diperoleh dengan
mereduksinya dengan besi tua:
3. Pemurnian tembaga
Blister atau tembaga lepuhan masih mengandung misalnya Ag, Au, dan
Pt kemudian dimurnikan dengan cara elektrolisis. Pada elektrolisis
tembaga kotor (tidak murni) dipasang sebagai anoda dan katoda
digunakan tembaga murni, dengan elektrolit larutan tembaga(II) sulfat
(CuSO4). Selama proses elektrolisis berlangsung tembaga di anoda
teroksidasi menjadi Cu2+ kemudian direduksi di katoda menjadi logam
Cu.
Pada proses ini anoda semakin berkurang dan katoda (tembaga murni)
makin bertambah banyak, sedangkan pengotor-pengotor yang berupa Ag,
Au, dan Pt mengendap sebagai lumpur.
Ion bermigrasi ke katoda dan berkurang menuju tembaga murni dan
diendapkan pada katoda. Dari waktu ke waktu, tembaga murni dikerok
katoda. Banyak kotoran dari anoda tembaga, seperti emas, perak,
platinum dan timah, tidak larut dalam larutan elektrolit dan tidak
menempel pada katoda. Sebaliknya, mereka disimpan sebagai anode
slime di bagian bawah tangki, yang secara berkala dihilangkan dan
dikirim ke penyulingan khusus. Logam lainnya, misalnya besi dan nikel,
yang larut, sehingga elektrolit harus terus dimurnikan untuk mencegah
pengendapan yang berlebihan dari elemen-elemen ini ke katoda.
Tembaga kemurnian minimal 99,99% diperoleh dengan cara
ini. Tembaga diperoleh kemudian akan dibuat menjadi bentuk yang
mudah (seperti lembar, kawat, batang, tabung dll) untuk
digunakan dalam pembuatan benda-benda tembaga selanjutnya.