Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH TEKNOLOGI MATERIAL

LOGAM NON BESI (FERRO)

Disusun oleh :
Nabil Uzzul Islam (40040117640024)
Hafizh Asbi Kurniawan (40040117640040)
Raissa Wahyu Alvina (40040117640041)

Dosen Pengampu :
Heny Kusumayanti ST,MT

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA


INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, Kami panjatkan puji syukur atas
nikmat yang telah diberikan kepada Kami Semua, baik kesempatan maupun kesehatan,
sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah Teknologi Material dengan baik. Tidak lupa
pula Sholawat serta salam kepada junjungan kita semua, Rasulullah SAW, keluarga, dan
seluruh sahabatnya.

Makalah Teknologi Material yang telah Kami susun ini berjudul Logam Bukan Besi
(Ferro). Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Teknologi Material yang telah diberikan
oleh dosen. Banyak pihak yang telah turut membantu dalam pembuatan makalah ini. Dengan
segala kerendahan hati, Kami ucapan banyak terima kasih. Namun Kami pun menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari pembaca yang kami
harapkan demi perbaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Semarang,09 Maret 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Dalam kehidupan sehari-hari, mungkin banyak orang sering mendengar tentang
yang namanya logam non ferro. Namun pemahaman yang lebih dalam tentang logam ini,
masih banyak juga yang belum mengenal, baik berupa jenis-jenisnya, cirri - ciri atau sifatnya,
dan yang terutama dalam pemakaian atau pengunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pokok bahasan ini akan dibahas sifat logam bukan besi, proses pembuatan
bermacam-macam logam bukan besi dan paduan logam bukan besi serta kegunaannya.
Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini diharapkan mampu untuk :
a. Menjelaskan sifat – sifat logam bukan besi
b. Menjelaskan cara pembuatan logam bukan besi seperti logam aluminium, tembaga,
dan magnesium
c. Menjelaskan paduan logam bukan besi beserta kegunaannya
d. Menjelaskan persentase paduan logam bukan besi untuk pengecoran
Kurang lebih 20% dari logam yang diolah menjadi produk industri merupakan
logam bukan besi. Indonesia merupakan Negara penghasil logam bukan besi yang meliputi
timah putih, tembaga, nikel, dan aluminium. Dalam keadaan murni, logam bukan besi
memiliki sifat yang sangat baik, namun untuk meningkatkan kekuatannya umumnya
dicampur dengan logam lain membentuk paduan. Ciri logam bukan besi ialah daya tahan
terhadap korosi tinggi, daya hantar listrik yang baik dan pengubah bentuk yang mudah.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu logam bukan besi?
2. Apa saja sifat – sifat umum dari logam bukan besi?
3. Apa saja jenis – jenis logam non ferro dan bagaimana sifat mekanik dan fisik nya?
4. Bagaimana cara pengolahan dan pembuatan logam bukan besi?
5. Bagaimana proses pengecoran logam bukan besi?
6. Apa saja paduan dari berbagai macam logam bukan besi?
7. Bagaimanakah penggunaan logam non ferro dalam kehidupan sehari – hari?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu untuk dapat memahami dan mengerti lebih jauh
tentang :
1. Logam bukan besi
2. Sifat – sifat umum logam bukan besi
3. Jenis – jenis logam bukan besi dan sifat-sifatnya secara mekanik dan fisik
4. Cara pengolahan logam bukan besi
5. Pembuatan berbagai macam logam bukan besi
6. Paduan berbagai macam logam bukan besi
7. Penggunaan logam bukan besi dalam kehidupan sehari – hari
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Logam Bukan Besi

Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan
dengan logam lain, karena biasanya sifat – sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Kecuali logam non ferro murni, platina, emas dan perak tidak dipadukan karena sudah
memiliki sifat yang baik, misalnya ketahanan kimia dan daya hantar listrik yang baik serta
cukup kuat, sehingga dapat digunakan dalam keadaan murni. Tetapi karena harganya mahal,
ketiga jenis logam ini hanya digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya dalam teknik
proses dan laboratorium di samping keperluan tertentu seperti perhiasan dan sejenisnya. Ciri
dari logam non besi adalah mempunyai daya tahan terhadap korosi yang tinggi, daya hantar
listrik yang baik dan dapat berubah bentuk secara mudah.
Dalam keadaan murni logam bukan besi ini memiliki sifat yang sangat baik namun
untuk meningkatkan kekuatan umumnya dicampur dengan logam lain sehingga membentuk
paduan. Logam bukan besi ini di bagi dalam dua golongan menurut berat jenisnya, yaitu
logam berat dan logam ringan. Logam berat adalah logam yang mempunyai berat jenis diatas
5 kg/m3. Secara umum dapat dinyatakan bahwa makin berat suatu logam bukan besi maka
makin banyak daya tahan korosinya. Bahan logam bukan besi yang sering dipakai adalah
paduan tembaga, paduan alumunium, paduan magnesium, dan paduan timah.

2.2. Sifat – Sifat Umum Logam Bukan Besi


Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban), misalnya
zat magnesium, tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa, akan tetapi di dalam air
laut, ketahan terhadap korosinya dibawah ketahanan baja biasa.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat suatu logam bukan besi, maka makin
baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat atau ciri khas logam bukan besi
adalah berat jenis nya, oleh karena itu, dibawah ini dapat dilihat tabel yang menunjukkan
berat jenis & titik cair logam.
Pemilihan paduan tertentu tergantung pada banyak hal, antara lain kekuatan,
kemudahan dalam pemberian bentuk, berat jenis, harga bahan baku, upah pembuatan dan
penampilannya.

Tabel 1. Berat Jenis dan Titik Cair dari Logam Bukan Besi

Dari tabel 1, diperlihatkan perbandingan berat jenis berbagai logam bukan besi.
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban). Secara umum
semakin berat suatu logam bukan besi semakin baik daya tahan korosinya. Pengecualian pada
aluminium, pada permukaan nya terbentuk suatu lapisan oksida yang dapat melindungi logam
aluminium tersebut dari korosi selanjutnya.
Warna asli dari logam bukan besi, yaitu kuning, abu-abu, perak, dan lain sebagainya,
termasuk teknik pewarnaan, seperti: anodisasi pada aluminium, dapat menambah nilai
estetika logam-logam tersebut.
Pada umumnya, logam non-besi mempunyai daya hantar listrik lebih baik
dibandingkan dengan besi, sebagai contoh: tembaga, mempunyai daya hantar listrik 5,3 kali
lebih baik dibandingkan besi, sedangkan aluminium, 3,2 kali lebih baik. Demikian juga hal
nya dengan titik cair, titik cair logam bukan besi berkisar antara 327 0C s/d 1800 0C, namun
untuk penuangan, biasanya suhu nya dinaik kan antara 200 0C s/d 315 0C diatas suhu titik cair
nya. Umumnya logam bukan besi, agak sulit untuk dilas, sedangkan kemampuan terhadap
pengecoran, permesinan dan pembentukan, berbeda-beda, misalnya: ada logam yang dapat
mengalami pembentukan dengan pengerjaan dingin, namun ada pula yang tidak mungkin
untuk dibentuk dalam keadaan dingin.
2.3. Macam-Macam Logam Bukan Besi dan Sifat-Sifatnya
Logam non Ferro ini terdapat dalam berbagai jenis dan masing-masing memiliki sifat
dan karakteristik yang berbeda secara spesifik antara logam yang satu dengan logam yang
lainnya.
Keberagaman sifat dan karakteristik dari logam Non Ferro ini memungkinkan
pemakaian secara luas baik digunakan secara murni atau pun dipadukan antara logam non
ferro bahkan dengan logam Ferro untuk mendapatkan suatu sifat yang baru yang berbeda dari
sifat asalnya. Untuk mengetahui macam-macam logam non ferro dan sifat-sifatnya dapat
disebutkan sebagai berikut:
1. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)
Timah hitam sangat sangat lunak, lembek tetapi ulet, memiliki warna putih
terang yang sangat jelas terlihat pada patahan atau pecahannya. Timah Hitam
memiliki berat jenis (ρ) yang sangat tinggi yaitu =11,3 kg/dm³ dengan titik cair
327ºC, digunakan sebagai isolator anti radiasi Nuclear. Timah hitam diperoleh dari
senyawa Plumbum-Sulphur (PbS) yang disebut “Gelena” dengan kadar yang sangat
kecil.
Proses pemurniannya dilakukan dengan memanaskannya didalam dapur tinggi,
proses pencairan untuk menghilangkan oxides serta unsur lainnya. Selain untuk
pemakaian sebagai isolator radiasi, Timah hitam digunakan juga sebagai bahan
pelapis pada bantalan luncur, bahan timah pateri serta sebagai unsur paduan dengan
baja atau logam Non Ferro lainnya yang menghasilkan logam dengan sifat Free
Cutting atau yang disebut sebagai baja Otomat.

Gambar. Lead, Timbal, Timah hitam, Plumbum (Pb)


2. Timah putih, Tin, Stannum (Sn)
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) ialah logam yang berwarna putih mengkilap,
sangat lembek dengan titik cair yang rendah yakni 232ºC. Logam ini memiliki sifat
ketahanan korosi yang tinggi sehingga banyak digunakan sebagai bahan pelapis pada
plat baja, digunakan sebagai kemasan pada berbagai produk makanan karena Timah
putih ini sangat tahan terhadap asam buah dan Juice.
Fungsi kegunaan yang lain ialah sebagai bahan pelapis pada bantalan luncur serta
sebagai unsur paduan pada bahan-bahan yang memiliki titik cair rendah.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) paling banyak digunakan sebagai timah pateri serta
paduan pada logam-logam bantalan seperti Bronzes dan gunmetal atau ditambahkan
sedikit pada paduan Tembaga Seng (Kuningan, Brasses) untuk memperoleh
ketahanan korosi.
Timah putih, Tin, Stannum (Sn) diproses dari bijih timah (Tinstone),
extracsinya dilakukan melalui pencairan dengan temperature tinggi sehingga timah
dapat mengalir keluar dari berbagai unsur pengikatnya.

Gambar. Timah putih, Tin, Stannum (Sn)

3. Seng, Zincum (Zn)


Seng, Zincum (Zn) ialah logam yang berwarna putih kebiruan memiliki titik
cair 419ºC, sangat lunak dan lembek tetapi akan menjadi rapuh ketika dilakukan
pembentukan dengan temperature pengerjaan antara 100ºC sampai 150ºC tetapi
sampai temperature ini masih baik dan mudah untuk dikerjakan.
Seng memiliki sifat tahan terhadap korosi sehingga banyak digunakan dalam
pelapisan plat baja sebagai pelindung baja tersebut dari pengaruh gangguan korosi,
selain itu Seng juga digunakan sebagai unsur paduan dan sebagai bahan dasar paduan
logam yang dibentuk melalui pengecoran.
Sekalipun Seng merupakan bahan yang lembek akan tetapi peranannya sangat
penting sekali sebagai salah satu bahan Teknik yang memilki berbagai keunggulan,
baik digunakan sebagai bahan pelapis pada baja yang tahan terhadap korosi, misalnya
untuk atap bangunan, dinding serta container yang juga harus tahan terhadap
pengaruh air dan udara serta serangga dan binatang.
Seng juga merupakan unsur paduan untuk bahan pengecoran. Bahan baku
Seng adalah Sulfida Carbonate, biasanya berada berdekatan dengan Lead atau Timah
Hitam atau kadang-kadang juga dengan Silver.
Konsentrat biasanya dilakukan dengan Grafitasi atau pengapungan.
Proses produksi awal dilakukan dengan mengurangi kadar Asam sulfat yang
terkandung pada Oxide Seng melalui penggarangan. Langkah selanjutnya ialah
menggunakan satu Thermal untuk menghasilkan penguapan serta kondensat, dari
proses ini akan diperolah 1 hingga 2 % Lead yang diketahui sebagai Spelter atau Seng
kasar dengan 99,99 % yang akan diproses lanjut dengan cara elektrolisa serta proses
penggarangan, dan melalui proses ini bijih Seng akan melarut didalam Asam
Sulphuric sesuai dengan kebutuhannya. Proses berikutnya ialah penggarangan agar
unsur Carbon bercampur didalam Briket sebelum pemanasan melalui pengolperasian
didalam retor Vertical secara Continyu.

Gambar. Seng, Zincum (Zn)


4. Manganese (Mn)
Manganese (Mn) logam yang memiliki titik cair 1260ºC Unsur Manganese
(Mn) ini diperoleh melalui proses reduksi pada bijih Manganese sebagaimana proses
yang dilakukan dalam pembuatan baja.
Manganese digunakan pada hampir semua jenis baja dan besi tuang sebagai
unsur paduan kendati tidak menghasilkan pengaruh yang signifikan dalam
memperbaiki sifat baja tetapi tidak berpengaruh buruk karena didalam baja memiliki
kandungan unsur Sulphur.
Disamping itu Manganese (Mn) merupakan unsur paduan pada Aluminium,
Magnesium, Titanium dan Kuningan.

Gambar. Manganese (Mn)

5. Aluminium (Al)
Aluminium ialah logam yang berwarna putih terang dan sangat mengkilap
dengan titik cair 660ºC sangat tahan terhadap pengaruh Atmosphere juga bersifat
electrical dan Thermal Conductor dengan koefisien yang sangat tinggi.
Secara komersial Aluminium memiliki tingkat kemurnian hingga 99,9 % , dan
Aluminium non paduan kekuatan tariknya ialah 60 N/mm2 dan dikembangkan
melalui proses pengerjaan dingin dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhannya
hingga 140 N/mm2.
Gambar. Aluminium (Al)

6. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)


Tembaga memilki kekuatan Tarik 150 N/mm2 sebagai Tembaga Cor dan
dengan proses pengerjaan dingin kekuatan tarik Tembaga dapat ditingkatkan hingga
390 N/mm2 demikian pula dengan angka kekerasannya dimana Tembaga Cor
memiliki angka kekerasan 45 HB dan meningkat hingga 90 HB melalui proses
pengerjaan dingin, dengan demikian juga akan diperoleh sifat Tembaga yang ulet
serta dapat dipertahankan walaupun dilakukan proses perlakuan panas misalnya
dengan Tempering. Sifat listrik dan sebagai penghantar panas yang baik dari
Tembaga (Electrical and Thermal Conductor) Tembaga dan menduduki urutan kedua
setelah Silver namun untuk ini Tembaga dipersyaratkan memiliki kemurnian hingga
99,9 %. Salah satu sifat yang baik dari tembaga ini juga adalah ketahanannya terhadap
korosi atmospheric bahkan jenis korosi yang lainnya.

Gambar. Tembaga, Copper, Cuprum (Cu)


7. Magnesium (Mg)
Magnesium ialah logam yang berwarna putih perak dan sangat mengkilap
dengan titik cair 651ºC yang dapat digunakan sebagai bahan paduan ringan, sifat dan
karakteristiknya sama dengan Aluminium. Oxid film yang melapisi permukaan
Magnesium hanya cukup melindunginya dari pengaruh udara kering, sedangkan udara
lembab dengan Magnesium memiliki kekuatan tarik hingga 110 N/mm2 dan dapat
ditingkatkan melalui proses pembentukan hingga 200 N/mm2. Magnesium memilki
sifat yang lembut walaupun dengan elastisitas yang rendah. Kegunaan Sebagai bahan
paduan untuk menambah kekuatan tarik.

Gambar. Magnesium (Mg)

2.4. Cara Pengolahan Logam Bukan Besi

Logam bukan besi/non ferro ini ditambang dalam bentuk bijih-bijihan, akan tetapi
tidak dalam keadaan murni melainkan bercampur dengan unsur-unsur lain. pada umumnya
bijih-bijih logam ini terdiri atas logam (0,5-20%) dengan batu-batuan (kapur dan pasir) yang
secara kimiawi terikat dengan oksigen, belerang serta karbon dioksida.
Secara umum pengolahan untuk memperoleh suatu logam non ferro adalah sebagai
berikut:

1. PROSES BIJIH LOGAM


Bijih-bijih logam yang yang diperoleh dari hasil penambangan terlebih dahulu
dipecah menjadi bagian-bagian kecil. Pecahan-pecahan tersebut kemudian digiling halus,
untuk selanjutnya dicampur dengan minyak dan air diaduk hingga antara tepung, minyak
dan air tercampur dengan baik, kemudian ditenangkan. Minyak akan mengikat logam dan
belerang yang akan berada di bagian atas adonan, sedangkan air akan mengikat lumpur
dan kotoran lain yang berada di bagian bawah adonan. Setelah dipisahkan antara yang ada
di bagian bawah dengan bagian atas, campuran lumpur dan air dibuang. Campuran antara
minyak, logam dan belerang tersebut kemudian dipanasi dengan udara panas untuk
menghilangkan belerang hingga diperoleh logam oksid.

2. PROSES KERING (PIROMETALURGI)


Bijih logam yang sudah diproses menjadi logam oksid dimasukkan ke dalam dapur
api untuk mereduksi oksigennya dalam suatu proses dioksidasi dalam dapur tersebut.
Logam oksid dipanasi hingga cair belerang yang tersisa juga ikut terbakar pada saat yang
sama. Kandungan-kandungan yang lain misalnya silikon dan besi dioksidasikan menjadi
terak yang mengapung di atas cairan logam kemudian teraknya dipisahkan. Maka
diperoleh cairan logam dengan kadar kemurnian 99%.

3. PROSES BASAH (HIDROMETALURGI)


Proses ini sering juga dikatakan senagai elektro metalurgi. Dalam proses ini
dengan oksid ditenangkan dalalm larutan sulfat/alkali melalui saringan. Bila perliu
digabung dengan reaksi kimia tertentu untuk membebaskannya dari logam-logam yang
tidak diinginkan. Kemudian di masukkan ke dalam lautan tembaga sulfat (elektrolit untuk
mengikutiproses elektrolisa) dengan bntuan dua buah elektrode yang dialiri listrik arus
searah. Larutan yang mengandung logam dipisahkan. Logam-logam sebagai ion positif
bergerak menuju katode negatif dan di sana dibuang. Hasil dari proses elektrolisis ini
adalah logam dengan kemurnian (98-99%).

4. PROSES KERAMIK
Logam yang bertitik lebur tinggi seperti wolfram dan molibdenium tidak dapat
diproses dengan proses kering maupun basah melainkan dengan proses keramik. Proses
keramik/yang biasa juga disebut proses sinter, terdiri atas pengerjaan sebagai berikut:
a. serbuk logam karbida diberi pengerjaan pendahuluan, yaitu digiling,
dicampur, ditamah dengan lilin dan dijadikan butiran-butiran.
b. serbuk yang telah diberi pengerjaan pendahuluan ini dipadatkan.
c. bentuk yang telah padat tersebut diberi pengerjaan sinter pendahuluan pada
suhu ± 700°C
d. bentuk padat yang telah diberi pengerjaan sinter pendahuluan tersebut
dipadatkan lagi dengan tekanan tinggi (60 N/cm2)
e. kemudian bentuk padat tersebut di sinter lagi pada suhy 1400°C
f. selanjutnya hasil sinter yang kedua tersebut dicloning untuk menghilangkan
distorsi bentuk yang kecil dan menjaga komponen agar dalam toleransi yang
dikehendaki.

5. PROSES PELEBURAN
Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni dialam bebas, biasanya
masih terikat sebagai oksida dengan berbagai macam kotoran – kotoran yang membentuk
bijih – bijih. Ada beberapa tahapan untuk mengolah bijih logam bukan besi,yakni:
- Tahap penghalusan mineral
- Tahap pencucian
- Tahap pemisahan antara logam dengan kotoran
- Tahap peleburan
Kadang – kadang, tahap proses peleburan menjadi lebih sulit, misalnya karena
bijih tembaga, timah hitam dan seng, hanya didapat di suatu daerah tertentu saja, atau
bahkan di suatu daerah dijumpai campuran dari 21 jenis bijih logam bukan besi.

Dapur Peleburan
Pada mulanya, Tanur Tinggi dengan kapasitas kecil, digunakan untuk melebur
tembaga, timah dan beberapa unsur lainnya. Didalam tanur bahan baku dicampur dengan
kokas, kemudian ditiupkan udara untuk mempercepat proses pembakaran. Karena tiupan
udaranya cukup cepat (kencang), maka ukuran kokas, maupun bijih tidak boleh lebih
kecil dari 1 cm. Saat proses peleburan berlangsung, ditambahkan fluks untuk
memperoleh logam yang lebih murni, sekaligus untuk mengurangi kekentalan
(viskositas) terak cair.
Dapur – dapur yang umum digunakan untuk melebur logam bukan besi, biasanya
dari jenis reverberasi. Penambahan fluks (pembentuk terak), bertujuan untuk mengurangi
oksidasi, dimana biasanya dapur dilengkapi oleh alat tadah uap maupun tadah debu.
Biasanya, disamping menggunakan dapur peleburan, digunakan juga dapur pemanggang
untuk mengoksidasi bijih dari mineral sulfida, gas oksidasi dihembuskan melalui kisi dan
mengenai bijih, sedangkan dapur pemanggang digunakan untuk memurnikan tembaga
dan seng.
a. Induksi

b. Krusibel

2.5. Pembuatan Logam Bukan Besi


Berikut ini penejelasan dari pembuatan beberapa jenis logam non ferro :
a. Pembuatan alumanium
b. Pembuatan magnesium
c. Pembuatan tembaga, dan
d. Pembuatan timah hitam
a. Pembuatan aluminium
Bijih bauksit merupakan salah satu sumber pembentukan aluminium yang
cukup ekonomis, yang bila di Indonesia, banyak terdapat di daerah Bintan dan
Kalimantan. Untuk menambang bauksit, dilakukan dengan penambangan terbuka,
setelah bauksit di haluskan, kemudian di cuci dan dilakukan pengeringan, baru
kemudian bauksit mengalami pemurnian menjadi oksida aluminium atau alumina.
Untuk memperoleh aluminium murni, biasanya digunakan Proses Bayer dan hasil
akhir adalah alumina. Secara alami, aluminium oksida terdapat dalam bentuk kristal
corundum. Batu mulia rubi dan sapphire tersusun atas corundum dengan warna-warna
khas yang disebabkan kadar ketidakmurnian dalam struktur corundum. Aluminium
oksida, atau alumina, merupakan komponen utama dalam bauksit bijih aluminium
yang utama.
Pabrik alumina terbesar di dunia adalah Alcoa, Alcan, dan Rusal. Perusahaan
yang memiliki spesialisasi dalam produksi dari aluminium oksida dan aluminium
hidroksida misalnya adalah Alcan dan Almatis. Bijih bauksit terdiri dari Al2O3, Fe2O3,
and SiO2 yang tidak murni. Campuran ini dimurnikan terlebih dahulu melalui Proses
Bayer:

Al2O3 + 3H2O + 2NaOH + panas → 2NaAl(OH)4

Fe2O3 tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui
penyaringan. SiO2 larut dalam bentuk silikat Si(OH)62-. Ketika cairan yang dihasilkan
didinginkan, terjadi endapan Al(OH)3, sedangkan silikat masih larut dalam cairan
tersebut. Al(OH)3 yang dihasilkan kemudian dipanaskan

2Al(OH)3 + panas → Al2O3 + 3H2O

Pada 1961, perusahaan General Electric mengembangkan Lucalox, alumina


transparan yang digunakan dalam lampu natrium. Pada Agustus 2006,
ilmuwan Amerika Serikat yang bekerja untuk 3M berhasil mengembangkan teknik
untuk membuat alloy dari aluminium oksida dan unsur-unsur lantanida, untuk
memproduksi kaca yang kuat, yang disebut alumina transparan. Aloy adalah
campuran dua atau lebih unsur pada komposisi tetap tertentu yang mana juzuk
utamanya adalah logam.
Tahapan pemurnian aluminium bisa dilihat pada gambar 10. Pertama-tama
bauksit dicampur dengan larutan kimia seperti kaustik soda. Campuran tersebut
kemudian dipompa ke tabung tekan dan kemudian dilakukan pemanasan. Proses
selanjutnya dilakukan penyaringan dan diikuti dengan proses penyemaian untuk
membentuk endapan alumina basah (hydrated alumina). Alumina basah kemudian
dicuci dan diteruskan dengan proses pengeringan dengan cara memanaskan sampai
suhu 1200 oC. Hasil akhir adalah partikel-partikel alumina dengan rumus kimianya
adalah Al2O3.

Alumina yang dihasilkan dari proses pemurnian masih mengandung oksigen


sehingga harus dilakukan proses selanjutnya yaitu peleburan. Peleburan alumina
dilakukan dengan proses reduksi elektrolitik (gambar 11). Proses peleburan ini
memakai metode Hall-Heroult.
Alumina dilarutkan dalam larutan kimia yang disebut kriolit pada sebuah tungku
yang disebut pot. Pot ini mempunyai dinding yang dibuat dari karbon. Bagian luar pot
terbuat dari baja. Aliran listrik diberikan melalui anoda dan katoda. Proses reduksi
memerlukan karbon yang diambil dari anoda. Pada proses ini dibutuhkan arus listrik
sebesar 50-150 killoampere. Arus listrik akan mengelektrolisa alumina menjadi
aluminium dan oksigen bereaksi membentuk senyawa CO2. aluminium cair dari hasil
elektrolisa akan turun ke dasar pot dan selanjutnya ddialirkan dengan prinsip shipon
ke krusibel yang kemudian diangkut menuju tungku-tungku pengatur (holding
furnace).
Kebutuhan listrik yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1kg aluminium berkisar
sekitar 12-15 Kwh. Satu kg aluminium dihasilkan dari 2 kg alumina dan ½ kg karbon.
Reaksi pemurnian alumina menjadi aluminium adalah sbb :

Limbah sisa-sisa logam aluminium yang berasal dari industri peralatan rumah
tangga dan elektronik dapat dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bernilai, salah
satu diantaranya menjadi flokulan Poli Aluminium Klorida (PAC = Poly Aluminium
Chloride). PAC dapat digunakan pada proses penjernihan air sungai menjadi air
minum. Pengguna flokulan jenis PAC ini diantaranya adalah PDAM Surabaya sebagai
pengolah air sungai menjadi air minum, tetapi karena memiliki kendala pada harganya
yang lebih mahal dari tawas, maka saat ini digunakan tawas sebagai bahan penjernih
air.

b. Pembuatan magnesium dari air laut


Air laut yang biasanya mengandung 1300 ppm magnesium, direaksikan
dengan kapur (kulit kerang yang dibakar pada suhu 1320 C). Hasil reaksi kimia
antara kapur dengan air laut, akan menghasilkan endapan. Endapan kental yang
mengandung sekitar 12 % ini kemudian di saring, sehingga akan bertambah pekat,
baru kemudian di reaksikan dengan dan menghasilkan. Setelah melalui tahapan
filtrasi dan pengeringan, konsentrasi akan meningkat menjadi sekitar 68 %, yang
berbentuk butiran-butiran kemudian dipindahkan ke dalam sel elektrolisa yang
berukuran dan beroperasi pada suhu sekitar 700 C. Elektroda grafit akan berfungsi
sebagai anoda dan pot nya sendiri berfungsi sebagai katoda. Akibat di aplikasikan nya
arus listrik sebesar 60.000 Amp, maka akan terurai, dan logam magnesium terapung
diatas larutan. Setiap pot akan dapat menghasilkan sekitar 550 kg logam Mg dalam
satu hari yang kemudian dituang kedalam cetakan ingot, dimana setiap ingot
mempunyai berat 8 kg.
Hasil sampingan dari proses ini adalah: gas klorida yang kemudian dapat
digunakan untuk mengubah menjadi .

Mg(OH)2
HCl
MgCl2

Gambar. Pembentukan magnesium

c. Pembuatan tambaga
Chalcopirit adalah bijih tembaga, merupakan campuran antara dan yang di
peroleh dari hasil tambang di bawah permukaan tanah. Gambar berikut adalah proses
mebuat nya. Alur proses yang ditunjukkan pada gambar diatas adalah dimulai dari
bijih chalcopirit, digiling dan dicampur dengan batu kapur serta bahan fluks silika.
Setelah tepung bijih dipekatkan, lalu dipanggang, sehingga terbentuk campuran, dan,
campuran inilah yang disebut: “Kalsin”. Kalsin kemudian di lebur dengan batu kapur
sebagai fluks nya di dalam Dapur Reverberatory, tujuan nya untuk melarutkan besi
(Fe) di dalam terak, sisanya adalah Tembaga-Besi yang disebut “matte” di tuangkan
kedalam konverter.
Dengan menghembuskan udara kedalam konverter untuk selama 4 s/d 5 jam,
maka kotoran-kotoran teroksida dan besi akan membetuk terak yang pada saat-saat
tertentu, dikeluarkan dari konverter.
Karena panas oksidasi cukup tinggi, maka muatan akan tetap cair yang akhir
nya dapat merubah sulfida-tembaga menjadi oksida-tembaga atau yang dikenal
dengan nama: sulfat. Bila kemudian aliran udara dihentikan, maka oksida kupro akan
bereaksi dengan sulfida kupro yang akan membentuk tembaga blister dan dioksida
belerang. Tembaga blister dengan tingkat kemurnian antara 98 % s/d 99 % ini
kemudian dicor menjadi slab untuk kemudian di olah secara elektolitik menjadi
tembaga murni.

Gambar. Pembuatan tembaga

d. Pembuatan timah hitam


Gambar di bawah menunjukkan kompleksitas dari pembuatan timah hitam,
dimana konsentrat timah hitam yang hanya mengandung (65 s/d 80) % Pb, harus di
panggang terlabih dahulu untuk menghilangkan sulfida-sulfida. Sebelum dilakukan
proses sintering, maka batu kapur, bijih besi, pasir dan terak dicampur dengan
konsentrat timah, akibat sinter, oksida sulfur akan menguap dan di tampung untuk
diolah menjadi asam sulfat, kemudian dimasukkan kedalam tanur tinggi dengan bahan
bakar kokas. Gas dan debu tanur tinggi ini masih mengandung klorida kadmium yang
kelak dapat diolah tersendir untuk menjadi kadmium murni. Muatan yang ada di
dalam tanur tinggi di sebut: bullion yang kemudian di dros, menghasilkan dross
tembaga yang akan terapung dan mengikat belerang, sehingga memudahkan
pemisahan tembaga dan dross. Setelah diperoleh timah cair, maka kemudian di
alirkan ke dalam dapur pelunakan (ketel desilverisasi) agar timah cair teroksidasi.
Didalam dapur pelunakan, akan terjadi terak yang mengandung antimon dan
arsen. Kedalam ketel yang berisi timah cair tersebut, di tambahkan seng dan emas,
tujuan nya, agar bila perak masih ada, maka akan bisa larut bersama-sama dengan
seng, dimana kemudian uap nya ditampung untuk menghasilkan seng padat. Cairan
yang tersisa, diolah secara elektrolisa untuk menghasilkan emas dan perak. Timah cair
yang ada didalam ketel dimurnikan terlebih dahulu, baru kemudian dicampur dengan
soda api, sehingga seng akan terpisah. Hal ini dilakukan dengan cara menginjeksikan
pancaran timah panas kedalam ruang vakum, akibat nya seng akan menguap. Pada
akhirnya, kotoran-kotoran yang masih ada bercampur dengan timah, dipisahkan
secara kimia, sehingga diperoleh timah cair murni, yang kemudian dicor menjadi
timah ingot dengan berat standard 25 kg atau 90 kg.

Gambar. Pembuatan timah hitam


2.6. Pengecoran Logam Non Ferro
Terdapat sedikit perbedaan antara pengecoran logam bukan besi dan pengecoran besi,
walau pun cetakan nya secara umum, alat-alat perkakas yang digunakan praktis sama. Pasir
yang digunakan biasanya lebih halus, sebab benda kerja yang akan di cetak, umum nya lebih
kecil dan selalu diingin kan suatu permukaan yang rata. Untuk pengecoran besi, maka syarat
pasir cetak nya harus yang tahan panas, tetapi pada logam bukan besi, tidak perlu terlalu
tahan panas, sebab suhu pengecoran nya lebih rendah. Dapu kowi dengan sumber panas
minyak atau kokas ataupun gas, sering digunakan untuk melebur logam bukan besi.

Bila diperlukan pengendalian suhu yang lebih akurat, maka dapat menggunakan
beberapa jenis dapur, antara lain: dapur tahanan listrik, busur tak langsung atau dapur
induksi.

Dengan menggunakan dapur listrik, biasanya sangat sesuai untuk tujuan penelitian
ataupun untuk suatu instalasi yang berkapasitas relatif tidak besar.

Paduan tembaga yang banyak digunakan atau pemakaian nya adalah: kuningan dan
perunggu. Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga danseng dengan kadar seng
nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %. Sifat-sifat mekanik paduan, seperti:
kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan meningkat se iring dengan meningkatnya persentase
seng, namun bila kadar seng nya melebihi 40 %, maka umum nya akan terjadi penurunan
kekuatan, dan pada saat peleburan, seng akan sangat mudah menguap.

Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai dengan 5 %, maka akan
menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin (machinability yang baik).

Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan seng, banyak sekali dugunakan di
industri, sebab selain kuat, penampilan nya bagus, daya tahan terhadap korosi sangat tinggi
serta bila diperlukan, relatif mudah untuk di rol, di tuang dan bahkan di ekstrusi.

Perunggu adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya, seperti: timah
putih, mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-unsur tambahan. Unsur-
unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan, kekuatan dan daya tahan terhadap korosi
dari perunggu.

Tembaga, sering digunakan sebagai salah satu unsur dasar paduan, sebab bila
tembaga diatas 8%, dapat menambah kekuatan dan kekerasan bahan.
Paduan aluminium yang mengandung unsur silikon, akan memiliki sifat cor yang baik
sekali, sekaligus menambah daya tahan terhadap korosi yang lebih baik.

Magnesium sebagai unsur paduan dasar, akan meningkatkan sifat mampu mesin yang
lebih baik, hasil pengecoran yang lebih halus dan juga dapat meningkatkan daya tahan
terhadap korosi. Keistimewaan yang lain dari magnesium ini adalah: massa jenis nya yang
rendah (kurang lebih dua per tiga massa jenis aluminium atau seper empat dari massa jenis
logam ferrous).

Mangan, bila digunakan dalam jumlah yang kecil, akan meningkatkan ketahanan
logam ferrous terhadap air garam.

Bahan yang menggunakan magnesium sebagai paduan nya, banyak diguakan untuk membuat
peralatan-peralatan portabel, di industri-industri pesawat terbang dan konstruksi-konstruksi
lain yang mengutamakan material ringan (teknologi ruang angkasa).

Cara pengecoran hampir sama dengan logam besi, dengan sedikit perbedaan:
a. Cetakan umumnya dibuat dengan cara dan alat yang sama dengan logam besi,
b. Pasir cetak harus lebih halus, karena benda cetak umumnya lebih kecil dan
biasanya diinginkan permukaan yang rata;
c. Pasir tidak perlu tahan panas yang tinggi karena suhu pengecoran lebih rendah;
d. Perpaduan dilakukan dengan menambahkan unsur-unsur tertentu dengan tepat
pada logam dasar.

2.7. Paduan Logam Non Ferro


Logam paduan yaitu logam campuran dari dua macam logam atau lebih yang
dicampur satu sama lain dalam keadaan cair. Logam dan paduannya adalah salah satu matrial
teknik yang porsinya paling banyak diperlukan dalam kegunaan Teknik. Jika diperhatikan
komponen mesin, maka sebagian besar sekitar 80% dan bahkan lebih terbuat dari logam.
Selebihnya digunakan material non logam seperti keramik, glass, polimer dan bahkan
material maju seperti komposit.
Tujuan dilakukan paduan logam, baik logam ferro (logam besi) ataupun logam non
ferro(logam bukan besi) adalah untuk menghasilkan material dengan sifat yang baru,
misalnya : lebih kuat, lebih liat, lebih tahan karat, mengkilap, halus, licin, ringan, keras, dll.
Beberapa Jenis Logam Non-Ferro dan Paduannya:

a. Logam Tembaga dan Paduannya (Copper And Copper Alloy)


Tembaga (copper) adalah suatu logam berwarna kemerahan, mempunyai
temperatur didih (boiling point) 2600° C dengan berat jenis 8,96 gr/cm3 (sedikit lebih
tinggi dari baja (ferro) berat jenis 7,87 gr/cm3). Bersifat lunak, dapat dibengkokkan
(bending) dan dapat dirol (rolling, canai).
Ada dua kelompok besar yaitu : brass dan bronze Brass (kuningan) Paduan
tembaga dan seng dinamakan brass. Penambahan sedikit timah, nikel, mangan,
aluminium, dan unsur-unsur lain dalam paduan tembaga seng dapat mempartinggi
kekerasan dan kekuatan serta tahan korosi (special – brass).Bronze (perunggu).
Paduan tembaga dan timah dengan penambahan sedikit aluminium, silikon,
mangan, besi dan beryllium disebut bronze. Dalam prakteknya yang paling banyak
digunakan adalah perunggu dengan 25 – 30% Sn.
Wrought bronze, terdiri dari paling tinggi 6% Sn dan casting bronze lebih dari
6% Sn.Special bronze, yaitu paduan dengan dasar tembaga dicampur Ni,Al, Mn, Si,
Fe, Be dll.Aluminium bronze, terdiri dari 4 – 11% Al, mempunyai sifat-sifat mekanik
yang tinggi dan tahan korosi serta mudah dituang.
Bronze dengan penambahan besi dan nikel memiliki kekuatan mekanik yang
tinggi, tahan panas, digunakan untuk fitting dapur dan bagian-bagian mesin yang
permukaannya bersinggungan dengan metal, yaitu perunggu dengan penambahan
seng.Phosphor bronze terdiri dari – 95% Cu, 5% Sn dan 0,2% P, di gunakan untuk
saringan kawat, koil dan pegas pelat.Silikon bronze, memiliki sifat-sifat mekanik
yang tinggi, tahan aus dan anti korosi dan mudah dituang maupun dilas. Beryllium
bronze, memiliki sifat mekanik yang tinggi tahan koros, tahan aus dan ductil, daya
hantar panas/listrik yang tinggi.Monel, komposisinya 31% Cu, 66% Ni, 1,35% Fe,
0,9% dan 0,12% C sifat tertarik bagus dan ductil, tahan korosi dalam air lautan
Iarutan kimia.

Beberapa contoh logam paduan tembaga :

1. Kuningan (brass)
Kuningan adalah merupakan paduan antara tembaga dan seng dengan kadar
seng nya bervariasi anatara 10 % sampai dengan 40 %. Sifat-sifat mekanik
paduan, seperti: kekuatan, kekerasan dan ke uletan, akan meningkat se iring
dengan meningkatnya persentase seng, namun bila kadar seng nya melebihi 40 %,
maka umum nya akan terjadi penurunan kekuatan, dan pada saat peleburan, seng
akan sangat mudah menguap.
Dengan menambah unsur timah sebanyak 0,5 % sampai dengan 5 %, maka
akan menjadikan paduan lebih mampu untuk di mesin (machinability yang baik).
Kuningan sebagai bahan hasil paduan tembaga dan seng, banyak sekali
dugunakan di industri, sebab selain kuat, penampilan nya bagus, daya tahan
terhadap korosi sangat tinggi serta bila diperlukan, relatif mudah untuk di rol, di
tuang dan bahkan di ekstrusi.
2. Perunggu (bronze)
Perunggu adalah paduan antara tembaga dengan unsur-unsur lain nya,
seperti: timah putih, mangan dan beberapa elemen-elemen lain nya sebagai unsur-
unsur tambahan. Unsur-unsur tambahan ini, dapat meningkatkan kekerasan,
kekuatan dan daya tahan terhadap korosi dari perunggu.
3. Brons Alumunium
Brons alumunium ini adalah paduan dari tembaga dan alumunium dengan
tambahan nikel dan mangan. Kandungan alumunium 8-15,5%, nikel kurang dari
6,5% mangan kurang dari 3,5% dan sisanya adalah tembaga. Untuk diagram fasa
dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.1 kesetimbangan fasa tembaga
dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature terbentuknya fasa cairan, fasa
α dan fasa β pada logam tembaga serta mengetahui temperatur cair dari kadar
komposisi tembaga dengan kadar 100% Cu atau tembaga murni adalah 1084°C.

Gambar 2.1 Diagram fase tembaga


b. Logam Aluminium dan Paduannya
Paduan aluminium banyak dipakai dalam industri yang dapat dibagi dalam dua
golongan utama:
a. Wrought alloy: dibuat dengan jalan rooling, (paduan tempa)forming, drawing,
forging dan press working.
b. Casting alloy: dibuat berdasarkan pengecoran (paduan tuang) Paduan
aluminium tempa mempunyai kekuatan mekanik yang tinggi mendekati baja.

Paduan ini dibedakan lagi berdasarkan:

a. Dapat di heat treatment


b. Tak dapat di heat treatment

Paduan aluminum yang tak dapat di heat treatment yaitu Al – Mn (1,3% Mn) dan
Al – Mg Mn (2,5% Mg dan 0,3% Mn), memiliki kekuatan mekanik yang tinggi, ductil,
tahan korosi dan dapat dilas. Paduan aluminium tuang merupakan paduan yang komplek
dari aluminium dengan tembaga, nikel, besi, silikon dan unsur lain.
Duraluminium (dural) adalah paduan Al – Cu – Mg, dimana Mg dapat
ditambahkan (meningkatkan kekuatan, dan ketahanan korosi) dan begitu juga dengan
penambahan Si & Fe.Komposisi ducal : 2,2-5,2% Cu, diatas 1,75 % Mg, di atas 1%
Si,diatas 1% Fe, dan diatas 1% Mn. Paduan aluminium yang terdiri dari 8-14% Si disebut
silumin. Paduan aluminium dengan (10 – 13% Si & 0,8% Cu) dan (8 -10% Si, 0,3% Mg &
0,5% Mn)mempunyai sifat-sifat dapat dituang dengan baik dan tahan korosi serta ductile.
Logam aluminium mempunyai beberapa sifat yang penting sehingga dipilih dalam
kelompok logam konstruksi, antara lain adalah sifat ringan tahan korosi, penghantaran
listrik dan panas yang sangat baik. Karena berat jenisnya ringan (2,8 gr/cm3) walaupun
kekuatannya termasuk rendah tetapi strength to weight ratio-nya masih lebih tinggi
daripada logam baia, oleh karena itu dipilih untuk suatu konstruksi yang memerlukan
persyaratan harus ringan misalnya alat-alat transportasi, pesawat terbang dan sebagainya.
Sifat tahan korosi pada aluminium diperoleh karena terbentuknya lapisan oksida
aluminium pada permukaan aluminium, dimana lapisan oksida ini melekat pada
permukaan dengan kuat dan rapat serta sangat stabil (tidak bereaksi dengan kondisi
lingkungannya misalnya asam/basa) sehingga melindungi bagian dalam. Tetapi, oksida
aluminium (A12O3) ini. juga disamping menyebabkan tahan korosi menyebabkan logam
aluminium menjadi sukar dilas (welding) dan disolder.
Beberapa jenis logam aluminium dan paduannya yang penting, antara lain :

1. Duralumin (logam dural) paduan Al dengan 4% Cu ditambah sedikit Si, Fe dan


magnesium (Mg). Logam dural (Al – Cu).
2. Aluminium-manganese alloy, ditambahkan elemen Mn 1,2%
3. Aluminium-silikon alloy, mengandung elemen Si 12,5%

c. Logam Manesium (Mg) dan Paduannya

Paduan magnesium (Mg) merupakan logam yang paling ringan dalam hal berat
jenisnya. Magnesium mempunyai sifat yang cukup baik seperti alumunium, hanya saja
tidak tahan terhadap korosi. Magnesium tidak dapat dipakai pada suhu diatas 150°C
karena kekuatannya akan berkurang dengan naiknya suhu. Sedangkan pada suhu rendah
kekuatan magnesium tetap tinggi.
Magnesium dan paduannya lebih mahal daripada alumunium atau baja dan hanya
digunakan untuk industry pesawat terbang, alat potert, teropong, suku cadang mesin dan
untuk peralatan mesin yang berputar dengan cepat dimana diperlukan nilai inersia yang
rendah. Logam magnesium ini mempunyai temperature 650°C yang perubahan fasanya
dapat dilihat pada gambar 2.2.

Diagram 2.2 Diagram fasa Magnesium


Karena ketahanan korosi yang rendah ini maka magnesium memerlukan
perlakuan kimia atau pengecekan khusus segera setelah benda decetak tekan. Paduan
magnesiummemiliki sifat tuang yang baik dan sifat mekanik yang baik dengan
komposisi 9% Al, 0,5% Zn, 0,13% Mn, 0,5% Si, 0,3% Cu, 0,03% Ni dan sisanya Mg.
kadar Cu dan Ni harus rendah untuk menekan korosi.

d. Logam Seng (Zinc) dan Paduannya


Logam seng (Zn) adalah logam berwarna putih kebiruan kekuatannya rendah,
temperatur leleh (melting point) 419,46°C dan l.,2 temperatur lebur (boiling point) hanya
906°C, dengan be-at jenis 7,133 gr/cm3.
Lebih dari 75% produk cetak tekan terdiri dari paduan seng. Logam ini mudah
dicetak, permukaan bersih dan rata, daya tahan korosi baik dan biaya murah. Dikenal
seng komersial dengan 99,99% seng, sering disebut “special high grade”. Untuk cetak-
tekan diperlukan logam murni karena unsur-unsur seperti timah, cadmium dan tin dapat
menyebabkan kerusakan pada cetakan dan cacat sepuh (aging defects). Unsure paduan
lainnya aluminium, tembaga, dan magnesium, hanya dapat ditambahkan dalam jumlah
kecil saja.
Susunan dua paduan seng standar untuk cetak-tekan dapat dilihat pada. Kedua
paduan hamper sama (kecuali kadar Cu-nya) dan dapat saling dipertukarkan. Aluminium
dengan kadar 4%, meningkatkan sifat mekanik paduan, selain itu, mencegah larutnya Fe.
Tembaga meningkatkan kekuatan tarik, keuletan dan kekerasan. Magnesium, kadar
umumnya <0,04% dapat menstabilkan benda coran.
Paduan seng banyak digunakan dalam industry otomotif dan untuk mesin cuci,
pembakar minyak, lemari es, radio, gramafon, televise, mesin kantor, meteran parker,
alat-alat, dan sebagainya.

e. Logam Nikel dan Paduannya

Logam nikel adalah suatu logam yang berwarna putih perak, mempunyai berat
jenis 8,90 dengan titik leleh 1455°C dan titik lebur (boiling point) 2730°C, termasuk nilai
ekonomisnya mahal kira-kira 3 kali lipat nilai ekonomis (harga) logam tembaga.
Memiliki sifat fisis-nekanis yang baik sekali, yaitu tahan korosi, tahan oksidasi,
tahan pada temperatur tinggi, dapat membentuk larutan padat yang ulet, kuat dan tahan
korosi dengan banyak logam-logam lainnya.
Contoh paduan nickel yang banyak dipakai, yaitu :
1. Monel, adalah paduan nickel (Ni = 67%) dengan logam tembaga (Cu = 28%) dan
element logam lain ferro, Mn, dan Si.
2. Paduan Nickel-Chrow-Ferro (Nichrom)
3. Paduan Hastelloy, adalah paduan nickel dengan berbagai logam lain, seperti
komposisi : Ni-Cr-Mo-Fe (Hastelloy C dan X)
f. Logam Babbit (Babbit Metal)
Logam Babbit adalah logam paduan empat element logam (quarternary alloy atau
ternary alloys) dari element-element Timah putih (Tin, Sn), Timah hitam (lead, Pb),
Antimony (Stibium, Sb), dan Tembaga (Copper, Cu), Logam paduan ini ditemukan
oleh ISAAC BABBIT di USA (pada tahun 1839).
Logam Babbit dipakai untuk bahan bearing (bearing metal). Bearing (bantalan)
adalah bagian mesin yang berfungsi meneruskan/memindahkan beban antara dua
permukaan yang saling bergesekan. Sedangkan bantalan (bearing), yaitu bantalan luncur
(sliding contact bearing) dan bantalan gelinding (rolling contact bearing). Pada umumnya
logam babbit dipakai untuk bantalan luncur.

2.9. Penggunaan Logam Non Ferro


Logam non fero juga digunakan untuk campuran besi atau baja dengan tujuan
memperbaiki sifat-sifat baja. Dari jenis logam non ferro berat yang sering digunakan uintuk
paduan baja antara lain, nikel, kromium, molebdenum, wolfram dan sebagainya.
Pada pembahasan sebelumnya diatas telah dijelaskan secara langsung beberapa
penggunaan dari macam – macam logam non ferro, baik itu paduannya. Berikut ini adalah
beberapa penggunaan logam non ferro yang ada dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
perindustrian.
1. Aluminium dan paduannya yang banyak digunakan untuk paduan logam ringan,
misalnya duralumin yang biasa digunakan untuk badan pesawat terbang, kendaraan
bermotor, kapal pesiar, alat – alat rumah tangga dan sebagainya.
2. Paduan magnesium digunakan hanya bila dalam konstruksi mesin yang faktor berat
menjadi pertimbangan utama. Sebab magnesium mempunyai daya gabung yang tinggi
terhadap oksigen dan mudah terbakar.
3. Paduan titanium banyak digunakan untuk paduan aluminium sebagai logam ringan
yang banyak dipakai pada konstruksi pesawat terbang.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Logam non ferro atau logam bukan besi adalah logam yang tidak mengandung unsur
besi (Fe). Logam non ferro murni kebanyakan tidak digunakan begitu saja tanpa dipadukan
dengan logam lain, karena biasanya sifat-sifatnya belum memenuhi syarat yang diinginkan.
Logam bukan besi tidak ditemukan sebagai logam murni di alam bebas. Biasanya
terikat sebagai oksida dengan kotoran-kotoran membentuk bijih-bijih. Pengolahan bijih
logam bukan besi mengikuti beberapa tahap, yaitu tahap penghalusan mineral, tahap
pencucian, tahap pemisahan antara logam dan kotoran, dan tahap peleburan.
Kebanyakan logam bukan besi tahan terhadap korosi (air atau kelembaban).
Magnesium tahan terhadap korosi dalam lingkungan udara biasa akan tetapi dalam air laut
ketahanan korosinya dibawah baja biasa. Secara umum dapat dikatakan, bahwa makin berat
suatu logam bukan besi, maka makin baik daya tahan nya terhadap korosi dan salah satu sifat
atau ciri khas logam bukan besi adalah: berat jenis nya.
DAFTAR PUSTAKA

Modul 2013.”Bahan Konstruksi Kimia”.PoliteknikNegeriSriwijaya.Palembang.


“https://www.google.com/search?q=tabel+paduan+tembaga%2C+seng%2C+dan+tin&ie=
utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a”.
“http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22253/4/Chapter%20II.pdf”.
“file://localhost/G:/LOGAM%20BUKAN%20BESI/BERBAGI%20SEDIKIT%20INFORMASI
%20DAN%20INSPIRASI%20%20LOGAM%20NON%20FERRO%20ATAU%20LOGAM%20
BUKAN%20BESI.htm”.
“file://localhost/G:/SEM%204/LOGAM%20BUKAN%20BESI/LOGAM%20BUKAN%20BES
I.htm”.

Anda mungkin juga menyukai