Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK


“PADUAN TIMBAL”

Dosen Pengampu: Sarah Dampang, ST., MT.

Oleh :
Kelas G

Siti Nurrohmah 1710631140165


Yulvani Anggi Rahmawati 1710631140184

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Timbal telah diakui sebagai racun selama ribuan tahun dan telah menjadi fokus dari
regulasi kesehatan masyarakat di banyak negara maju dan peerkembangannya lebih baik
dari abad lalu. Timbal berbahaya bila ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam
lingkungan karena logam tersebut mmpunyai sifat merusak jaringan tubuh makhluk
hidup. Sumber keracunan timbal bisa berasal dari kendaraan yang menggunakan bahan
bakar bertimbal dan juga dari biji logam hasil pertambangan, peleburan, pabrik
pembuatan timbal atau recycling industri, debu, tanah, cat, mainan, perhiasan, air minum,
permen, keramik, obat tradisional dan dosmetik.
Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan
kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan
diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Timbal (Pb)?
2. Bagaimana karakteristik dari Timbal (Pb) ?
3. Bagaimana Sifat Timbal (Pb)?
4. Bagaimana pengaplikasian dari Timbal (Pb)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengetahuan Bahan Teknik.
2. Untuk mengetahui pengertian Timbal (Pb).
3. Untuk mengetahui karakteristik Timbal (Pb).
4. Untuk mengetahui sifat Timbal (Pb).
5. Untuk mengetahui pengaplikasian Timbal (Pb).
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Timbal (Pb)


Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
(sekitar 6400 SM) hal ini disebakan logam timbal terdapat di berbagai belahan bumi ,
selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Dalam kesehariannya timbal
(Pb) disebut juga dengan nama timah hitam, secara internasional disebut plumbum, dan
dikelompokkan sebagai logam berat dengan lambang Pb. Timbal merupakan logam yang
tahan terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan sebagai bahan coating.
(Palar, 2004). Timbal tidak pernah ditemukan dalam bentuk murninya, selalu bergabung
dalam logam lain (Anies, 2005).
Timbal terdapat dalam 2 bentuk inorganik dan organik. Dalam bentuk inorganik
timbal dipakai dalam industri baterai (digunakan persenyawaan Pb-Bi); untuk kabel
telepon digunakan persenyawaan timbal yang mengandung 1% stibium (Sb); untuk kabel
listrik digunakan persenyawaan timbal dengan As, Sn, dan Bi; percetakan, gelas,
polivinil, plastik, dan mainan anak-anak. Disamping itu bentuk-bentuk lain dari
persenyawaan timbal juga banyak digunakan dalam konstruksi pabrik-pabrik kimia,
kontainer dan alat-alat lainnya. Persenyawaan timbal dengan atom N (nitrogen)
digunakan sebagai detonator (bahan peledak). Selain itu timbal juga digunakan untuk
industri cat (PbCrO4), pengkilap keramik (Pb-Silikat), insektisida (Pb-arsenat),
pembangkit tenaga listrik (Pb-telurium). Penggunaan persenyawaan timbal ini karena
kemampuannya sangat tinggi untuk tidak mengalami korosi. (Palar, 2004).
Dalam bentuk organik timbal dipakai dalam industri perminyakan. Alkil timbal
(TEL/timbal tetraetil dan TML/timbal tetrametil) digunakan sebagai campuran bahan
bakar bensin. Fungsinya selain meningkatkan daya pelumasan, meningkatkan efisiensi
pembakaran juga sebagai bahan aditif anti ketuk (anti-knock) pada bahan bakar yaitu
untuk mengurangi hentakan akibat kerja mesin sehingga dapat menurunkan kebisingan
suara ketika terjadi pembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor. Sumber inilah
yang saat ini paling banyak memberi kontribusi kadar timbal dalam udara (Palar, 2004).
Timbal secara alamiah terdapat dalam jumlah kecil pada batu-batuan, penguapan
lava, tanah dan tumbuhan. Timbal komersial dihasilkan melalui penambangan,
peleburan, pengilangan dan pengolahan ulang sekunder (Joko S, 1995).
2.2 Sifat Timbal (Pb)
Sifat-sifatnya 𝜚 = 11,3 kg/dm3; suhu lebur 330oC; warna kelabu biru, bidang
licinnya mengkilap putih perak; sangat lunak, mudah dituang, disolder, dan dilas (dengan
api zat asam), sangat mudah diberi bentuk dalam keadaan dingin dan panas, namun tidak
dengan kikir. Kekuatan tariknya sangat rendah. Di udara, ia menutupi diri dengan suatu
selaput oksid yang melindungi logam yang berada di bawahnya terhadap zat asam udara.
Timbal tahan terhadap pengaruh sebagian terbesar asam (kecuali asam salpeter dan
asam organis), karena garam timbal yang terbentuk pada permukaan tidak larut. Timbal
cair membentuk suatu lapisan oksid (abu timbal) pada permukaan. Timbal tidak dapat
ditembus oleh pancaran Rontgen.
Timbal merupakan suatu logam berat yang lunak berwarna kelabu kebiruan dengan
titik leleh 3270 dan titik didih 1.6200C. pada suhu 550 – 6000C timbal menguap dan
bereaksi dengan oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Walaupun bersifat
lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin,
air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat
pekat. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II) dan senyawa organometalik
yang terpenting adalah timbal tetra etil (TEL; tetra ethyl lead), timbal tetra metil (TML;
tetra methyl lead) dan timbal stearat. (Palar, 2004).
Sumber lain yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-
macam. Diantara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu
bara, asap dri pabrik-pabrik yang mengolah senyawa tiimbal alkil, timbal oksida,
peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena senyawa
timbal yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah menguap. Kadar
timbal dari sumber alamnya sangat rendah dibandingkan dengan timbal yang berasal dari
pembuangan gas kendaraan bermotor. (Palar, 2004).

2.3 Karakteristik Timbal (Pb)


Timbal merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan
istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki
sifat kimia yang aktif sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat dan
memiliki bilangan oksidasi +2. (Sunarya, 2007).
Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,20. Timbal termasuk
ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia. Titik leleh timbal
adalah 17400C dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3 (Widowati,2008). Palar (1994)
mengungkapkan bahwa logam Pb pada suhu 500-6000C dapat menguap dan membentuk
oksigen di udara dalam bentuk timbal oksida (PbO). Dibawah ini merupakan tabel yang
menunjukkan beberapa sifat fisika yang dimiliki timbal.
Tabel 2.1. Sifat-sifat fisika timbal (Pb)
Sifat Fisika Timbal Keterangan
Nomor Atom 82
Densitas (g/cm3) 11,34
Titik Lebur (0C) 327,46
Titik Didih (0C) 1.749
Kalor Peleburan (Kj/mol) 4,77
Kalor Penguapan (Kj/mol) 179,5
Kapasitas Pada (J/mol.K) 26,65
Konduktivitas Termal pada 300K (W/m K) 35,5
Ekspansi Termal 250C 28,9
Kekerasan (Skala Brinell = Mpa) 38,6

2.4 Aplikasi dari Timbal (Pb)


Timbal dapat digunakan untuk tangki garis yang menyimpan cairan korosif, seperti
asam sulfat (H2SO4). Timbal juga digunakan sebagai penutup pada beberapa kawat dan
kabel untuk melindungi dari korosi, sebagai bahan untuk menyerap getaran dan suara serta
dalam pembuatan amunisi. Sebagian besar timbal digunakan saat ini digunakan dalam
produksi baterai penyimpanan asam timbal seperti baterai yang ditemukan di mobil.
Berikut contoh pengaplikasian Timbal yang diambil dari beberapa jurnal:
1. Jurnal : Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) pada Akar dan Buah
Mangrove Avicennia Marina di Perairan Tanjung Emas Semarang
Perairan Tanjung Emas merupakan salah satu kawasan pesisir yang dekat
dengan aktivitas pelabuhan, industri, dan pemukiman penduduk. Tingginya aktivitas
di kawasan Tanjung Emas diduga mengalirkan berbagai limbah yang dapat
menimbulkan pencemaran antara lain pencemaran oleh logam berat Pb dan Cu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam berat Pb dan Cu dalam
air, sedimen, akar, dan buah Mangrove Avicennia Marina serta untuk mengetahui
tingkat akumulasi terhadap logam-logam tersebut. metode yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah metode deskriptif dan penentuan lokasi penelitian dilakukan
dengan metode puuposive sampling. Kemudian logam berat dianalisis menggunakan
AAS (Atomic Absorbtion Spectrophotometry). Hasil penelitian menunjukkan
kandungan logam berat Pb dan Cu di perairan Tanjung Emas Semarang menunjukkan
pencemaran berat karena sudah melebihi batas ambang yang ditentukan yaitu masing-
masing 0,01-0,06 mg/L (Pb) dan 0,004-0,14 mg/L (Cu). Kandungan Cu pada sedimen
sebesar 1,236 – 3,212 mg/kg; Cu pada √2,104 − 2,529 mg/kg; dan Cu pada buah A.
Marina 1,640 – 4,336 mg/kg. Hampir semua hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan
dengan Pb pada sedimen 0,251 – 0,507 mg/kg; Pb pada √0,732 – 1,625 mg/kg; dan
Pb ada buah A. Marina 0,1140 – 0,345 mg/kg. BCF akar tertinggi dtemukan pada
logam Pb yaitu 1,443 – 6,474 dan TF buah tertinggi ditemukan pada logam Cu yakni
0,674 – 1,714.

2. Jurnal : Bioakumulasi Timbal pada Pengolahan Air Limbah Baterai oleh


Acinetobacter sp. IrC2 Menggunakan Biofilter Lekat Diam (Sopiah, N, et al.)
Acinetobacter sp. IrC2 merupakan bakteri yang memiliki sifat multiresistensi
terhadap berbagai logam berat, tembaga, kadmium, timbal dan seng. Dalam penelitian
tersebut dilakukan untuk mempelejari karakterisasi bioakmulasi timbal oleh
Acinetobacter sp. IrC2 dalam menyisihkan kadar timbal pada air limbah baterai yang
diolah menggunakan biofilter lekat diam bermedia sarang tawon. Efisiensi penyisihan
kadar timbal ditettukan dengan berkurangnya kadar timbal menggunakan
spektrofotometri serapan atom. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
bioakumulasi timbal mengalami fluktuasi secara berkala dalam air limbah yang diolah
Acinetobacter sp. IrC2. Efisiensi pennyisihan kadar timbal pada jam ke-28 adalah
sebesar 86,% (6,31 mg)/L dan pada jam ke-176 kadar timbal dalam air olahan limbah
baterai dalam bioreaktor m enjadi kurang dari 0,01 mg/L. Dengan demikian
Acinetobacter sp. IrC2 mampu bertindak sebagai agen bioremediasi dalam
menyisihkan kadar timbal dalam air lib ah baterai dengan menggunakan biofilter lekat
diam.
3. Jurnal : Degradasi Sifat Optik Material Perovskite Organoead Halida dengan Timbal
Ekstraksi dari Kawat Solder (Pratiwi, P)
Keberhasilan penggunaan timbal ekstrasi dari kawat solder sebagai sumber
metal pada organometal halida CH3NH3PBI3-xCLx yang digunakan sebagai material
aktif sel surya perovskite. Dalam penelitian tersebut, keterbentukan dari larutan
perovskite yang selanjutnya digunakan dalam fabrikasi sel surya perovskite. Secara
keseluruhan disimpulkan bahwa timbal ekstraksi dari kawat solder dapat digunakan
untuk mensintesis material perovskite yang selanjutnya akan digunakan sebagai
material penyerap cahaya pada sel surya perovskite. Sebelum terjadi degradasi lapisan
tipis perovskite berwarna hitam dan memiliki kemampuan absorbsi yang sangat baik
sampai rentang panjang gelombang sekitar 800 nm. Namun, saat lapisan tipis
perovskite ini mengalami degradasi warnanya berubah menjadi kuning dan lapisan ini
diketahui mengalami penurunan kemampuan absorbsi, yaitu hanya mampu menyerap
sampai rentang 500 nm, dan dari literatur diketahui bahwa rentang ini merupakan
kemampuan penyerapan lapisan PbI2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa saat terjadi
degradasi pada lapisan perovskite, terjadi kerusakan ikatan antara bagian organik dan
inorganiknya, dan setelah mengalami degradasi material tidak layak lagi digunakan
sebagai material penyerap cahaya pada sel surya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Timbal (Pb) disebut juga dengan nama timah hitam, secara internasional disebut
plumbum, dan dikelompokkan sebagai logam berat dengan lambang Pb. Timbal
merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan
sebagai bahan coating. Timbal merupakan suatu logam berat yang lunak berwarna kelabu
kebiruan dengan titik leleh 3270C dan titik didih 1.6200C. Timbal terdapat dalam 2
bentuk inorganik dan organik. Dalam bentuk inorganik timbal dipakai dalam industri
baterai (digunakan persenyawaan Pb-Bi). Dalam bentuk organik timbal dipakai dalam
industri perminyakan.
Timbal merupakan suatu logam berat yang lunak berwarna kelabu kebiruan dengan
titik leleh 3270C dan titik didih 1.6200C. Timbal mempunyai nomor atom 82 dengan
berat atom 207,20. Timbal termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik
unsur kimia. Titik leleh timbal adalah 17400C dan memiliki massa jenis 11,34 g/cm3.
Dalam pengaplikasiannya, timbal dapat digunakan dalam bidang elektronik,
otomotif dan pengembangan ilmu pengetahuan.

3.2 Saran
Masalah timbal dapat dicegah dengan baik apabila memiliki tindakan baik supaya
tidak mencemari lingkungan seperti mencemari tanah, air, udara dan tanaman ssehingga
terhindari dari penyakit terhadap manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Darmono. 2003. Hubungan Antara Kadar Timbal Dalam Darah Dengan Kadar Hemoglobin
Pada Petugas Parkir Ruang Bawah Tanag di Palaza Simpang Lima Semarang.
Semarang : Universitas Diponegoro
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 1400. Jakarta : PT. Gramedia
Widia Sarana Indonesia
Widowati, Wahyu, dkk. 2008. Efek Toksik Logam. Yogyakarta : AND
Palar, Heryando. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : PT Rineka Cipta
Sunarya, Y. 2007. Kimia Umum. Grafisindo. Bandung.
Kusnoputranto, H. 2006. Toksikologi Lingkungan, Logam Toksik dan Berbahaya. FKM-UI
Press dan Pusat Penelitian Sumber Daya Manusia dan Lingkungan. Jakarta.
Putri Pratiwi. 2017. Degradasi Sifat Optik Material Perovskite Organolead Halida dengan
Timbal Ekstraksi dari Kawat Solder. Jurnal Teknik Mesin Vol 7, No 1, April 2017.
Institut Teknologi Padang. Indonesia. Page 50 – 55.
Nida Sopiah, Wahyu Irawati, Susi Sulistia, dan Djoko Prasetyo. Bioakumulasi Timbal Pada
Pengolahan Ait Limbah Baterai oleh Acinetobacter sp. IrC2 Menggunakan Biofilter
Lekat Diam. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 18, No 1, Januari 2017. Universitas
Pelita Harapan.Tanggerang. Page 62 – 69.
Endang Supriyatini dan Nirwani Soenardjo. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan
Tembaga (Cu) Pada Akar Dan Buah Mangrove Avicemia marina di Perairan Tanjung
Emas Semarang. Jurnal Kelautan Tropis Vol 18 (2), September 2015. Universitas
Diponegoro. Page 98 – 106.

Anda mungkin juga menyukai