Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KIMIA ANORGANIK II

UNSUR TIMBAL (Pb)

OLEH :

1. ACHMAD WISNU ADI RIYANTO (E1M018001)


2. APRILIA MAHARANI (E1M018007)
3. DEVI PERMATASARI (E1M018019)
4. ILAL MAESAROH (E1M018037)
5. INDAH PERMATASARI (E1M018039)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya


kami dapat menyusun makalah yang berjudul Unsur Timbal (Pb) yang disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kimia Anorganik II.

Kami  sudah berusaha menyusun makalah ini sebaik mungkin, akan tetapi kami


menyadari kesalahan  dan  kehilafan, makalah  ini masih jauh dari kata sempurna. Namun berkat
arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan arahan dan bimbingan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya, dan bagi pembaca umumnya. Amin….

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….......................... i

Daftar Isi……………………………………………………………………………………. ii

BAB I Pendahuluan…………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………1
C. Tujuan…………………………………………………………….......................... 2

BAB II Pembahasan……………………………………………………………………….. 3

A. Kelimpahan Unsur Timbal di Alam...……………………………………………. 3


B. Sifat-Sifat Unsur Timbal...……………………….................................................. 4
C. Pengolahan Unsur Timbal………………………………………………………... 5
D. Kegunaan Unsur Timbal…………………………………………………………..8
E. Senyawa-Senyawa Unsur Timbal...………………………..................................... 9

BAB III Penutup…………………………………………………………………………….13

A. Kesimpulan………………………………………………………….......................13
B. Saran……………………………………………………………………………….14

Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Timbal  atau  timbel ( disebut juga  plumbum  atau  timah hitam ) adalah  unsure
kimia  dengan lambang  Pb  dan  nomor atom  82. Unsur ini merupakan logam berat
dengan massa jenis yang lebih tinggi daripada banyak bahan yang ditemui sehari-hari.
Timbal memiliki sifat lunak, mudah ditempa, dan bertitik leleh rendah. Saat baru dipotong,
timbal berwarna perak mengilat kebiruan, tetapi jika terpapar udara permukaannya akan
berubah menjadi warna abu-abu buram. Timbal adalah unsur stabil bernomor atom tertinggi
dan tiga di antara isotopnya adalah hasil akhir peluruhan berantai unsur-unsur yang lebih
berat. Timbal adalah logam golongan IVA yang relatif lengai atau tidak mudah bereaksi.
Logam ini bersifat amfoter; unsur timbal maupun senyawa oksidanya mudah bereaksi
dengan asam maupun basa. Dalam senyawa, timbal biasanya memiliki bilangan oksidasi +2,
dan jarang teroksidasi hingga +4 yang umum pada unsur golongan IVA di atasnya. Namun,
bilangan oksidasi +4 sering terjadi dalam senyawa-senyawa organotimbal. Sifat-sifat timbal
yang berguna di antaranya adalah kepadatan tinggi, titik leleh rendah, kemudahan ditempa,
dan tahan korosi. Selain itu, logam ini relatif murah dan banyak ditemukan sumbernya,
sehingga sering digunakan manusia, termasuk untuk bangunan, pipa air, baterai, peluru,
pemberat, solder, cat, zat aditif bahan bakar, dan tameng radiasi.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah kelimpahan unsur timbal di alam ?


2. Bagaimanakah sifat-sifat unsur timbal ?
3. Bagaimanakah pengolahan unsur timbal ?
4. Bagaimanakah kegunaan unsur timbal ?
5. Bagaimanakah senyawa-senyawa unsur timbal ?

1
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kelimpahan unsur timbal di alam


2. Untuk mengetahui sifat-sifat unsur timbal
3. Untuk mengetahui pengolahan unsur timbal
4. Untuk mengetahui kegunaan unsur timbal
5. Untuk mengetahui senyawa-senyawa unsur timbal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kelimpahan Unsur Timbal

1. Diluar angkasa
Di Tata Surya, timbal memiliki kelimpahan 0,112 ppb  (bagian per
semiliar). Kelimpahan ini 2,5 kali lipat kelimpahan unsur platinum, 8 kali raksa, dan 17
kali emas. Jumlah timbal di alam semesta saat ini meningkat perlahan karena banyak
atom-atom berat yang meluruh perlahan menjadi timbal. Sejak terbentuknya Tata Surya
4,5 miliar tahun lalu, kelimpahan timbal telah meningkat sekitar 0,75%. Walaupun timbal
memiliki nomor atom relatif tinggi, timbal memiliki kelimpahan yang lebih tinggi
dibanding kebanyakan unsur bernomor di atas 40 .
2. Di bumi
Dalam klasifikasi Goldschmidt, timbal digolongkan sebagai unsur kalkofil,
yang berarti unsur ini sering ditemukan bersama-sama dengan belerang. Timbal jarang
ditemukan dalam bentuk logam asli. Timbal ditemukan dalam mineral-mineral yang
relatif ringan, dan sepanjang sejarah bumi tetap bertahan di kerak bumi alih-alih
tenggelam ke inti bumi. Hal ini menyebabkan timbal memiliki kelimpahan di kerak
bumi yang relatif tinggi, yaitu 14 ppm (bagian per sejuta) atau peringkat ke-38 dari
seluruh unsur.
Mineral utama yang mengandung timbal adalah galena (PbS), yang sering
ditemukan bersama-sama dengan bijih seng. Kebanyakan mineral timbal lain masih
terkait dengan galena: boulangerite, Pb5Sb4S11, adalah sulfida campuran yang diturunkan
dari galena, anglesite, PbSO4 adalah hasil oksidasi galena, dan cerussite, PbCO3, adalah
hasil penguraian galena. Mineral-mineral ini sering tercampur unsur-unsur lain,
seperti arsenik, timah, antimon, perak, emas, tembaga, dan bismut.

3
B. Sifat-sifat Unsur Timbal

Timbal masuk kedalam golongan logam berat. Bukan tanpa maksud, timbale
dikategorikan sebagai logam berat dikarenakan densitasnya yang besarnya itu 11,34 g/cm
dimana angka tersebut jauh diatas densitas dari logam transisi pertama sebagai contoh
tembaga yaitu 8,92 g/cm (sugiyarto, 2010 : 172). Karakteristik / sifat dari logam timbal yaitu:

1. Sifat fisik
Timbal merupakan logam berwarna abu-abu mengkilap dan segera menjadi buram ketika
terjadi kontak dengan udara. Timbal memiliki tekstur yang agak lembek diamana dapat
dengan mudah digores menggunakan kuku jari (housecroft, 2005 :341). Titik leleh timbal
berkisar di suhu 327°C dan mendidih pada suhu 1749°C. Pada system periodic, timbale
terletak pada golongan 14 dengan nomor atom 82.

Karakteristik Sifat
Konfigurasi elektron [Xe] 4f14 5d10 6s2 6p2
elektronegatifan 2,33
Jari-jari metalik / pm 154
Jari-jari ionic / pm 119 (+2), dan 78 (+4)
Energy ionisasi pertama / 716
kj.mol-1
Afinitas electron / kj.mol-1 35
Titik leleh / °C 327
Titik didih / °C 1749
Densitas (20°C) / g.cm-3 11,34

2. Sifat kimia
Timbal merupakan logam yang kurang reaktif. Timbal tidak bereaksi dengan air dan
H2SO4 akan tetapi bereaksi secara perlahan dengan HCl encer membentuk PbCl2 yang
sedikit larut dalam air. Timbal larut dengan mudah pada HNO 3 encer membentuk
Pb(NO3)2 dan oksida nitrogen. Timbal larut dalam asam organic.Timbal bereaksi secara
4
perlahan dengan basa dan bereaksi cepat dalam basa panas. Secara kimia timbale
dikategorikan sebagai senyawa amfoter karena dapat bereaksi dengan asam maupun basa
(fitri, 2019 : 86-87).
Cemaran timbale bersifat racun bagi tubuh makhluk hidup, dimana jika masuk ketubuh
makhluk hidup akan mengganggu system syaraf dan system peredaran darah (sugiyarto,
2010 : 176). Dalam tubuh, ion timbal (Pb2+) akan menghambat kinerja enzim dalam
pembentukan hemoglobin. Sumber polusi timbal yang paling banyak yaitu dari hasil
pembakaran bahan aditif bensin tetra ethyl lead (TEL)(fardiaz, 1992 :61-63). Logam timbale
dapat menyerap radiasi radioaktif gama (ɣ) sehingga biasa digunakan sebagai pelapis reactor
nuklir.

Karakteristik Sifat
E° (M4+, M2+) / V +1,69
E° (M2+, M) / V -0,13
Bilanganoksidasi +2, +4
Kemudahanberkarat Tidakmudahberkarat

C. Pengolahan Unsur Timbal

1. Primer

Kebanyakan bijih timbal memiliki kadar timbal yang kecil (bijih yang dianggap "kaya"
biasanya hanya memiliki kadar 3–8%), dan harus dipekatkan sebelum diekstraksi.[157]
Awalnya bijih tersebut diproses dengan penggilingan, pemisahan berdasarkan berat,
pengapungan buih, dan pengeringan. Konsentrat yang dihasilkan memiliki kadar massa
30%–80% (umumnya 50–60%). Konsentrat ini selanjutnya diubah menjadi logam timbal
(yang belum murni). Ada dua cara melakukan hal ini, yang disebut "proses dua tahap" dan
"proses langsung". Belakangan ini, proses langsung lebih sering dilakukan, tetapi masih
banyak juga yang melakukan proses dua tahap.

5
a. Proses dua Tahap

Awalnya, timbal yang masih dalam bentuk sulfida (PbS) dipanggang di udara agar
teroksidasi:

2 PbS(s) + 3 O2(g) → 2 PbO(s) + 2 SO2(g)↑

Karena timbal sulfida yang diolah masih belum murni, pemanggangan ini
menghasilkan tidak hanya timbal(II) oksida (PbO) seperti reaksi di atas, tetapi juga
campuran oksida, sulfat, dan silikat dari timbal maupun logam-logam lain yang
terdapat dalam bijih. PbO tak murni ini lalu direduksi oleh kokas (karbon dari batu
bara) dalam sebuah tanur tiup.

2 PbO(s) + C(s) → 2 Pb(s) + CO2(g)↑

Karena pereaksinya tidak murni, hasil reaksi ini pun tidak murni dan mengandung
logam pengotor seperti arsenik, antimon, bismut, seng, tembaga, perak, dan emas.
Selanjutnya pengotor-pengotor ini dimurnikan, umumnya melalui sebuah proses
pirometalurgi. Hasil dari proses sebelumnya (yang masih berupa lelehan panas) diolah
melalui tanur pantul. Ke dalam tanur pantul dicampurkan udara, uap air, dan sulfur,
yang dapat mengoksidasi pengotor-pengotor yang ada, kecuali perak, emas, dan
bismut. Pengotor yang telah teroksidasi akan memadat dan mengapung sehingga dapat
dipisahkan.Emas dan perak lalu dipisahkan melalui proses Parkes dengan cara
mencampurkan cairan seng. Seng melarutkan emas dan perak tetapi tidak bercampur
dengan timbal. Seng ini dapat dipisahkan, lalu emas dan perak yang terlarut
didalamnya diambil sebagai hasil samping. Bismut dipisahkan dengan proses
Betterton–Kroll, yaitu mencampurkan kalsium dan magnesium yang menghasilkan
senyawa bismut yang mengapung. Selain proses pirometalurgi, pemurnian timbal juga
dapat dilakukan melalui proses elektrolisis yang disebut proses Betts yang
menghasilkan kemurnian lebih tinggi. Namun, proses ini sangat mahal sehingga hanya
dilakukan jika benar-benar dibutuhkan.

6
b. Proses Langsung

teroksidasi:

2 PbS(s) + 3 O2(g) → 2 PbO(s) + 2 SO2(g)↑

Karena timbal sulfida yang diolah masih belum murni, pemanggangan ini
menghasilkan tidak hanya timbal (II) oksida (PbO) seperti reaksi di atas, tetapi juga
campuran oksida, sulfat, dan silikat dari timbal maupun logam-logam lain yang
terdapat dalam bijih. PbO tak murni ini lalu direduksi oleh kokas (karbon dari batu
bara) dalam sebuah tanur tiup

2 PbO(s) + C(s) → 2 Pb(s) + CO2(g)↑

Karena pereaksinya tidak murni, hasil reaksi ini pun tidak murni dan mengandung
logam pengotor seperti arsenik, antimon, bismut, seng, tembaga, perak, dan emas.
Selanjutnya pengotor-pengotor ini dimurnikan, umumnya melalui sebuah proses
pirometalurgi. Hasil dari proses sebelumnya (yang masih berupa lelehan panas)
diolah melalui tanur pantul. Ke dalam tanur pantul dicampurkan udara, uap air, dan
sulfur, yang dapat mengoksidasi pengotor-pengotor yang ada, kecuali perak, emas,
dan bismut. Pengotor yang telah teroksidasi akan memadat dan mengapung
sehingga dapat dipisahkan. Emas dan perak lalu dipisahkan melalui proses Parkes
dengan cara mencampurkan cairan seng. Seng melarutkan emas dan perak tetapi
tidak bercampur dengan timbal. Seng ini dapat dipisahkan, lalu emas dan perak
yang terlarut didalamnya diambil sebagai hasil samping. Bismut dipisahkan dengan
proses Betterton–Kroll, yaitu mencampurkan kalsium dan magnesium yang
menghasilkan senyawa bismut yang mengapung. Selain proses pirometalurgi,
pemurnian timbal juga dapat dilakukan melalui proses elektrolisis yang disebut
proses Betts yang menghasilkan kemurnian lebih tinggi. Namun, proses ini sangat
mahal sehingga hanya dilakukan jika benar-benar dibutuhkan.

7
2. Sekunder

Proses sekunder dilakukan dengan daur ulang barang bekas yang mengandung timbal.
Barang bekas yang paling umum adalah baterai asam timbal; selain itu, pipa timbal,
lembaran timbal, maupun pelapis kabel juga banyak digunakan. Dalam proses sekunder,
sering kali tidak perlu dilakukan reduksi seperti halnya pada proses primer, karena timbal
pada barang bekas sudah berupa unsur (bukan senyawa). Hanya kasus-kasus tertentu
(misalnya timbal yang telah teroksidasi, atau bahan yang berupa senyawa seperti sisa
baterai) perlu diproses dengan reduksi. Jika reduksi dibutuhkan, prosesnya mirip dengan
pada proses primer, dan biasanya dilakukan pada tanur tiup atau tanur putar. Perbedaan
utama kedua tanur ini adalah kadar pengotornya: tanur tiup biasanya menghasilkan timbal
keras dengan 10% antimon, sedangkan tanur putar biasanya menghasilkan timbal
semilunak (3–4% antimon).Selain itu juga ada proses Isasmelt, yang di atas kertas juga
dapat dilakukan untuk proses primer. Pada proses ini, sampah baterai asam timbal (yang
terdiri dari timbal oksida dan timbal sulfat) direaksikan dengan basa untuk memisahkan
sulfatnya, lalu direaksikan dengan karbon pada sebuah tanur beroksigen. Proses ini
menghasilkan timbal tak murni, pengotor utamanya biasanya adalah antimon. Pemurnian
hasil ini mirip dengan pemurnian pada proses primer, tetapi kadang sebagian tahap
pemurnian dapat ditiadakan tergantung pengotor yang terdapat dalam bahan yang didaur
ulang.

D. Kegunaan Unsur Timbal

1. Timbal dipakai sebagai agen pewarna dalam bidang pembuatan keramik terutama untuk
warna kuning dan merah.

2. Timbal digunakan dalam industri plastik PVC untuk menutup kawat listrik.

3. Timbal digunakan dalam accu pada bidang otomotif.

4. Lembaran timbal digunakan sebagai bahan pelapis dinding dalam studio musik.

8
5. Timbal digunakan sebagai pelindung alat-alat kedokteran dan laboratorium yang
menggunakan radiasi misalnya sinar X.

6. Timbal digunakan untuk solder pada industri elektronik.

7. Timbal digunakan dalam bidang kontruksi karena sifatnya yang tahan korosi.

8. Timbal dipakai dalam berbagai kabel listrik bertegangan tinggi untuk mencegah difusi air
dalam kabel.

E. Senyawa-senyawa Unsur Timbal

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut dengan istilah
timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia
yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.
Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat dan memiliki
bilangan oksidasi +2 . Adapun senyawa-senyawa timbal sebagai berikut :

A. Kerusit

Kerusit (dari bahasa Latin cerussa artinya "timbal putih"), adalah mineral yang terdiri
dari timbal karbonat, PbCO3, dan merupakan bijih timbal yang penting. Kerusit umum
terdapat dalam bentuk kristal. Kerusit mengkristal dalam sistem ortorombik dan
berisomorf dengan aragonit. Mirip seperti aragonit, kerusit juga sering mengalami
pengembaran, dan berbentuk pseudo-heksagonal. Kristal kerusit biasanya memiliki
penampilan yang terang dan halus. Kerusit juga terdapat dalam bentuk kelompok butiran
yang kompak, atau kadang kadang dalam bentuk serat. Biasanya kerusit berwarna putih
atau tidak berwarna, kadang kadang juga abu-abu atau kehijauan. Mineral ini sangat
rapuh, dan memiliki retakan konkoid.

9
B. Plumbana

Plumbana, PbH4 adalah senyawa hibrida logam yang terdiri dari timbale (Pb) dan
hidrogen (H). Senyawa ini tidak terlalu dikenal dan cirri khasnya tidak banyak diketahui,
tetapi secara termodinamika diketahui tidak stabil karena mudah kehilangan salah satu
atom hidrogennya. Nama lain dari plumbana adalah timbale (IV) hidrida.

C. Senyawa organotimbal

Senyawa organotimbal ( atau organoplumbum atau organolead ) adalah senyawa kimia


yang mengandung ikatan kimia antara karbon (C) dan timbale (Pb). Cabang ilmu kimia
yang mempelajari senyawa ini disebut kimia organotimbal, bagian dari kimia
organologam. Senyawa organotimbal yang pertama disintesis adalah heksa etil ditimbal.

D.Tetra etil timbal

Tetra etil timbale atau tetra etillead adalah senyawa organotimbal dengan rumus
(CH3CH2)4Pb yang digunakan sebagai zat anti ketuk pada bensin. Sesuai namanya,
senyawa ini terdiri dari empat gugus etil yang terikat pada satu atom timbal.

E. Timbal(II)asetat(Pb(CH3COO)2)

Dikenal dengan nama timbale asetat dan timbale diasetat, adalah senyawa kimia
kristalin Putih dengan rasa manis. Senyawa ini dibuat dari reaksi timbale (II) oksida
dengan asam asetat. Seperti senyawa timbale lainnya, senyawa ini merupakan
senyawa yang beracun. Senyawa ini dapat larut didalam air dan gliserin. Jika bereaksi
dengan air, senyawa ini akan membentuk trihidrat Pb(CH3COO)2·3H2O, yaitu
senyawa kristalin monoklinik berkilauan yang tidak berwarna atau berwarna putih.
F. Timbal (II) karbonat

Adalah senyawa kimia dengan rumus PbCO3. Dibidang industri, senyawa ini dibuat
dari Reaksi timbale (II) asetat dengan karbon dioksida.

10
G. Timbal (II) fluorida

Adalah senyawa anorganik dengan rumus PbF2. Dalam kondisi standar, senyawa
ini Berbentuk padatan putih. Senyawa ini memiliki polimorf, yaitu bentuk
ortorombik dan kubik.
H.Timbal (II) hidroksida

Adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia Pb(OH)2. Unsur timbale didalam
senyawa Ini memiliki bilangan oksidasi +2. Keberadaan senyawa sederhana seperti ini
masih diragukan. Timbal putih (PbCO3·2Pb(OH)2) atau timbale (II) oksida (PbO) dapat
ditemui ditempat keberadaan timbale hidroksida.
I. Timbal(II)klorida(PbCl2)

Adalah senyawa anorganik yang merupakan senyawa padat putih. Senyawa ini
memiliki Tingkat kelarutan yang buruk didalam air (10.8g/L pada suhu 20°C), maka
dari itu untuk keperluan praktis senyawa ini dianggap tidak dapat larut. Konstanta
produk kelarutannya (Ksp) adalah 1,7×10-4.
J. Timbal (II) kromat (PbCrO4)

Adalah senyawa timbale (Pb) dengan kromat. Senyawa ini memiliki warna kuning dan
tidak Dapat larut dalam air. Karena sifat-sifatnya ini, senyawa ini dimanfaatkan sebagai
pigmen atau zat pewarna dalam cat. Senyawa ini mengeluarkan asap kromium yang
beracun jika dipanaskan. Senyawa ini dapat merusak paru-paru, dan juga dikaitkan
dengan risiko kanker.
K. Timbal (II) oksida

Disebut timbale monoksida, adalah senyawa anorganik dengan rumus molekul


PbO.PbO Terjadi dalam dua polimorf, satulitharge yang memiliki struktur Kristal tetra
gonal dan yang lainnya massicot memiliki Kristal struktur Kristal ortorombik.

11
L. Timbal (II) nitrat

Adalah suatu senyawa anorganik dengan rumus kimia Pb(NO3)2. Senyawa ini umumnya
Dijumpai sebagai Kristal tak berwarna atau serbuk putih dan, tidak seperti kebanyakan
garam timbal (II) lainnya, larut dalam air.

M. Timbal (II) sulfat (PbSO4)

Adalah padatan putih, yang tampak putih dalam bentuk mikrokristalin. Iaju gadikenal
Sebagai fast white, putih susu, garam timbal dari asam sulfat atau anglesit.

N. Timbal (IV) asetat atau timbale tetra asetat

Adalah senyawa kimia dengan rumus Pb(C2H3O2)4. Senyawa ini merupakan senyawa
Padat tidak berwarna yang dapat larut dalam pelarut organik nonpolar. Senyawa ini
digunakan dalam proses sintesis organik.

O. Timbal (IV) hidroksida

Disebut "asamorto-plumbik", adalah senyawa anorganik yang diusulkan keberadaannya.


Senyawa dengan rumus kimia Pb(OH)4 ini diduga merupakan asam konjugat ionorto-
plumbat (IV) PbO44 yang dapat ditemui didalam senyawa seperti kalsium ortoplumbat,
Ca2PbO4.
P. Timbal(IV)oksida

Timbale dioksida, adalah senyawa kimia dengan rumus PbO2. Didalam senyawa ini,
timbale memiliki bilangan oksidasi sebesar +4 ;ikatan ini bersifat kovalen. Senyawa ini
tampak seperti bubuk hitam yang tidak berbau dan tidak dapat larut dalam air. Senyawa
ini memiliki dua bentuk kristalin. Bentuk alfanya memiliki simetri ortorombik,
pertamakali disintesiskan pada tahun 1941 dan ditemukan dialam dalam bentuk mineral
skrutinit yang langkap ada tahun 1988. Bentuk beta tetragonal yang lebih umum
ditemukan pertama kali ditemukan dalam bentuk mineral platnerit sekitar tahun 1845 dan
kemudian diproduksi secara sintetis. Timbal dioksida adalah oksidator yang kuat yang
digunakan dalam proses pembuatan korek api, piroteknik, pewarna dan bahan kimia
lainnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Timbal  atau  timbel ( disebut juga  plumbum  atau  timah hitam ) adalah unsure
kimia dengan lambang  Pb  dan  nomor atom 82. Unsur ini merupakan  logam berat
dengan massa jenis yang lebih tinggi daripada banyak bahan yang ditemui sehari-hari.
Timbal memiliki sifat lunak, mudah ditempa, dan bertitik leleh rendah. Saat baru dipotong,
timbal berwarna perak mengilat kebiruan, tetapi jika terpapar udara permukaannya akan
berubah menjadi warna abu-abu buram. Adapun kegunaan dari unsur timbal yaitu Timbal
dipakai sebagai agen pewarna dalam bidang pembuatan keramik terutama untuk warna
kuning dan merah, Timbal digunakan dalam industri plastik PVC untuk menutup kawat
listrik, Timbal digunakan dalam accu pada bidang otomotif, Lembaran timbal digunakan
sebagai bahan pelapis dinding dalam studio music, Timbal digunakan sebagai pelindung alat-
alat kedokteran dan laboratorium yang menggunakan radiasi misalnya sinar X, Timbal
digunakan untuk solder pada industri elektronik, Timbal digunakan dalam bidang kontruksi
karena sifatnya yang tahan korosi, Timbal dipakai dalam berbagai kabel listrik bertegangan
tinggi untuk mencegah difusi air dalam kabel.

Di Tata Surya, timbal memiliki kelimpahan 0,112 ppb  (bagian per


semiliar). Kelimpahan ini 2,5 kali lipat kelimpahan unsur platinum, 8 kali raksa, dan 17 kali
emas. Jumlah timbal di alam semesta saat ini meningkat perlahan karena banyak atom-atom
berat yang meluruh perlahan menjadi timbal. Sejak terbentuknya Tata Surya 4,5 miliar tahun
lalu, kelimpahan timbal telah meningkat sekitar 0,75%. Walaupun timbal memiliki nomor
atom relatif tinggi, timbal memiliki kelimpahan yang lebih tinggi dibanding kebanyakan
unsur bernomor di atas 40 .

13
B. Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat. Kami  menyadari dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran
sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin..

14
DAFTAR PUSTAKA

Acton, Q. A., ed. 2013. “ Issues in Global Environment—Pollution and Waste Management:
2012 Edition “. Scholarly Editions.

Cotton dan Wilkinson. 1989. “Kimia Anorganik Dasar”. Jakarta: UI Press.

Davidson, A.; Ryman, J.; Sutherland, C. A.; Et Al. (2014). " Lead ". Ullmann's Encyclopedia of
Industrial Chemistry.

Fardiaz, Srikandi. 1992. “ Polusi Air dan Udara “.Yogyakarta :Kanisius.

Fitri, Zarlaida. 2019. “ Kimia Unsur Golongan Utama “. Banda Aceh :UNSYIAH PRESS.

Housecroft, Catherine E and Alan G. Sharpe. 2005. “Inorganic Chemistry Second Edition”.
London : Pearson.
H. Kristian, sugiyarto. 2003. “ Dasar-Dasar Kimia Anorganik “. Yogyakarta: universitas negeri
Yogyakarta.
Lodders, K. (2003). " Solar System Abundances and Condensation Temperatures of The
Elements " . The Astrophysical Journal. 591 (2): 1220–47. 
Sugiyarto, Kristian H dan Retno D. Suyanti. 2010. “ Kimia AnorganikLogam”. Yogyakarta
:Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai