Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan
kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan
diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah.

Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di


dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi
oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama
melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di
dalam tubuh.

Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di
dalam tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung
akan diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena
dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

B.

Rumusan Masalah

1.

Apa Pengertian timbal (Pb)?

2.

Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)?

3.

Apa sumber Pencemaran Timbal (Pb)?

4.

Bagaimana Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan?

5.

Bagaimana Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan?

6.

Bagaimana Upaya Penanggulan Pencemaran Timbal (Pb)?

C.

Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat :


1.

Menjelaskan Pengertian Timbal (Pb)

2.

Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)

3.

Menejlaskan Sumber Pencemaran Timabal (Pb)

4.

Menjelaskan Bagaimana Timbal (Pb) Dapat Mencemari Lingkungan

5.

Menjelaskan Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan

6.

Menjelaskan Upaya Penanggulangan Pencemaran Timbal (Pb)

BAB II
PEMABAHASAN

A.

Pengertian Timbal (Pb)

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan
menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika
kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis
apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia
karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian
merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau
faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam
makanan, air atau udara (Darmono,2001).

Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi


yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang
merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).

Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu
(sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan
bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama
diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal
merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami,
walau ada jarang ditemukan di bumi.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa
ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal
(Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IVA pada tabel
periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat
(BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan
titik leleh 327C dan titik didih 1.620C. Pada suhu 550-600C. Timbal (Pb)
menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk
oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur,
timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air
dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam
asetat dan asam sulfat pekat.

B.

Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna
abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki
sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak
timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran
yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah


dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih
1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom
207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik
unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom (BA)
207,2.

Timbal termasuk logam berat trace metals karena mempunyai berat jenis lebih
dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh
melalui makanan akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang
bersama bahan sisa metabolisme.

Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti
berikut :
1.
Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2.
Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3.

Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5C.

4.
Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam,
kecuali emas dan merkuri.
5.

C.
1.

Merupakan pengantar listrik yang baik.

Sumber Pencemaran Timbal (Pb)


Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13
mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di
dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah
tanah (ground water) berkisar antara 1-60 g/liter. Secara alami timbal (Pb) juga
ditemukan di air permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai
adalah sebesar 1-10 g/liter. Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari
dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran
mengandung Pb sekitar 0,07 g/liter. Kandungan Pb dalam air danau dan sungai di
USA berkisar antara 1-10 g/liter.

Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 0,001 g/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat

mengandung Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0
g/kg berat kering.

Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena),
PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber
utama Pb yang berasal dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang
tersebut bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni
sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng dan tembaga.

2.

Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua
industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong,
misalnya:
a.
Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal
konsentrat (primary lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan
logam (scrap).
b.
Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama
lead antimony alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c.
Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl
lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri
maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d.
Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel.
Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih
digunakan campuran logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan
untuk kehidupan makluk hidup.
e.
Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali
dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan logam pigmen yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya
dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate (Sudarmaji,
dkk, 2006).

3.

Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin,
diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta

meracuni darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk
meningkatkan oktan bahan bakar.

Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar
tahun 1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain
meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup
mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih
awet, dan tahan lama.

Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa
tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1
gram timbal (Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka
oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk
meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar
kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal
(Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan
melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari
knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).

D.

Timbal (Pb) di Lingkungan

Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002):
1.

Udara

Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah
menurut studi patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006
mikrogram/m3, sedangkan di daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA),
menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di
udara adalah 0,025 0,04 gr/Nm3.
2.

Air

Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 160
mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan
danau menunjukkan angka antara 110 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air
laut kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA)
kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara 0,08 0,04 mikrogram/liter.

Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat
Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku mutu
(WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun 1988 yaitu 0,05 1
mg/liter.
3.

Tanah

Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 525 mg/kg.
4.

Batuan

Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut studyWeaepohl


(1961), dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 20 mg/kg.
5.

Tumbuhan

Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan
Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun
kering.
6.

Makanan

Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam


prosesprocecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan pada beras,
gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan yaitu 50 mikrogram/kg BB
(dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).

E.

Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan

Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan


bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO.
Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin
yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL,
18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat
anti ketok adalah timbal oksida.

Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar
bensin . Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau
lemak (Fardiaz, 1992). Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan
tingkat oktan yang lebih tinggi, agar pemakaian bahan bakar bensin lebih
ekonomis. Pada proses pembakaran mesin, senyawa ini dilepaskan dalam bentuk
partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke udara, dimana sebagian
besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran

partikel tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat diserap melalui
pernafasan.

Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan
gugus radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga
mengakibatkan menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut
ditambahkan bahan berupa TEL atau TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal
bebas yang terbentuk selama proses pembakaran.

Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi
terjadinya reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen
dan bahan-bahan pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan
dalam bentuk partikel. Partikel yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam
lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya pencemaran udara oleh Pb (Kumar,
De, 1979).

Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian di


antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsurunsur lain,
sedangkan sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh
tumbuhan yang ada di sepanjang jalan.

Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara
dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu
kota. Kadar Pb dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam
logam berat, salah satunya adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak
hanya tergantung pada kandungan logam dalam tanah, tetapi juga tergantung pada
unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies tanaman (Darmono dalam
Charlena, 2004).

Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar,
dan akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar
dibuktikan oleh Kohar (2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung.
Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak
3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar
2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung yang berumur 3 minggu,
kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari
tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb pada

tanaman kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan
Pb dalam tanaman kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di
bagian lain tidak melebihi ambang batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga
dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta


KTK (Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat
kondisi kesuburan tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada
Keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang
bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam lain tidak mampu menghambat
keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar tanaman. Menurut Supardi
dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak
terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran.
Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh
tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion
Ca2+ bersaing dengan timbal untuk menempati tempat - tempat petukaran pada
akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula
disebabkan dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan
hendaknya tidak melampaui konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 70
ppm.

F.
1.

Metabolisme Timbal
Absorbsi

Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan
umum, dan lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional
biasanya melalui tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb).
Pajanan okupasional melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama
oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal (Pb) sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga
350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari diabsorbsi melalui inhalasi uap timbal
(Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos, 1997 dalam
Ardyanto, 2005.). Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui
kulit sangat kecil sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal
(Pb) tergantung oleh ukuran partikelnya.

Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan
partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal

(Pb) melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi,
pembersihan mukosiliar, dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring,
saluran trakeobronkhial, dan alveolus. Deposisi tergantung pada ukuran partikel
timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut. Partikel yang lebih besar banyak di
deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang lebih kecil
(DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalamArdyanto, D, 2005.). Pembersihan mukosiliar
membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di
telan.

Rata-rata 1030% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 510% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi
pembersihan alveolar adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar,
menembus lapisan jaringan paru kemudian menuju kelenjar limfe dan aliran darah.
Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di absorbsi melalui saluran pernapasan akan
masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung pada
ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar,
1994).

2.

Distribusi dan penyimpanan

Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak
95% timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma
dalam bentuk yang dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan
dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak
(sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke jaringan keras (tulang, kuku,
rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang mengandung timbal (Pb) yang
lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead line yaitu
pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen,
1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb).
Pada jaringan lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak,
dan kulit. Timah hitam yang ada dijaringan lunak bersifat toksik.

3.

Ekskresi

Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal
dan saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 7580%, melalui
feces 15% dan lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994).
Ekskresi timbal (Pb) melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif
kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel,

dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi timbal (Pb) melalui ginjal adalah
melalui filtrasiglomerulus.

G.

Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut
:
1.

Gangguan Neurologi

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat
berupa encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat
menimbulkan kejang tubuh dan neuropathy perifer.
2.

Gangguan terhadap fungsi ginjal.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,
nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis
glumerolus. Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika
paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.
3.

Gangguan terhadap sistem reproduksi.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi
berupa keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat timbal (Pb)
mempunyai efek racun terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom.
Anak -anak sangat peka terhadap paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb)
dengan kadar yang rendah yang berlangsung cukup lama dapat menurunkan IQ.
4.

Gangguan terhadap sistem hemopoitik.

Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat


penurunan sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi
dalam serum. Anemia ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar
ALA (Amino Levulinic Acid) urine. Pada anakanak juga terjadi peningkatan ALA
dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal (Pb) pada sistem hemopoitik
adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine). Dapat dikatakan bahwa
gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada manusia.
Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya
anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara
Hb dan kadar timbal (Pb) di dalam darah.
5.

Gangguan terhadap sistem syaraf.

Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas,

gampang tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar


konsentrasi dan menurunnya kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb)
darah sebesar 40-80 g/100 ml dapat timbul gejala gangguan hematologis, namun
belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala yang timbul pada lead
encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan
penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar
oleh timbal (Pb), maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan
pendidikannya akan tampak pada umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak
spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan psikologis jika terpapar timbal (Pb)
pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji, dkk, 2006).
Upaya upaya penanggulangan pencemaran oleh Pb
Lebih baik mencegah dari pada mengobati merupakan suatu motto yang tetap
diakui hingga saat ini.Untukitu, sebelum terjadi kasus yang lebih parah perlu
dilakukan tindakan-tindakan pencegahan.

Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan


sebagian dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak
variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan
perawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan
bebera papendekatan, antara lain :
1.

PendekatanTeknis

Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus, adanya
polutan timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb
(C2H5)4 yaitu Tetra EthilLead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka
oktan. Partikel Pb dapat mencemari tanaman pangan, dan bila hasil tanaman
tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan keracunan.

Untuk menghilangkan polutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan


mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang
tidak mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang
banyak ditawarkan. Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG).

Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak
menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak, melainkan motor listrik
sehingga emisinya nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan
sudah diproduksi secara massal dan dijual pada pasar mobil.

2.

Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum

Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam upaya pengendalian


pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas
yang memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, dapat mengontrol kadar Pb
dan mengenakan sanksi atas pengendara yang melanggar. Menurut hasil uji emisi
kendaraan bermotor akhir juni 1996 di Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60%
kendaraan brmotor telah melampaui baku mutu emisi.

Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan
menanggulangi akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di undang-undang
telah disebutkan syarat syarat kendaraan bermotor.

3.

Pendekatan Edukasi

Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan
tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dngan cara :
a.
Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak
Pb pada kesehatan dan lingkungan ,serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan
mengetahui dampak tersebut diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk
melakukan upaya mengatasinya.
b.
Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi
penyebab meningkatnya pencemaran Pb , seperti pengemudi ,pemilik kendaraan
bermotor, mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan

I.

Tanaman Penyerap Partikel Timbal (Pb)

Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam
mesin kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl
lead), yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap negara. Penggunaan TEL dalam
bensin ternyata menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari
kendaraan bermotor merupakan sumber utama timbal (Pb) di lingkungan (Sahwan,
1991). Umasda 1989 dalam Soemarno mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon
dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara sbb:
1.
Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu,
ketapang, dan bungur.

2.
Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga, cemara
gunung, angsana.
3.
Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu, kersen,
kenangakere payung, karet munding, kenari, akasia, dadap.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

1.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa
ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal
(Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IVA pada tabel
periodik unsur kimia.
2.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak
berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk,
memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar
tidak timbul perkaratan.
3.
Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran
bahan bakar bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO.
Senyawa Pb halogen terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin
yang sering ditambahkan cairan anti letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL,

18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa yang berperan sebagai zat
anti ketok adalah timbal oksida.
4.
Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai
berikut :
a.

Gangguan Neurologi

b.

Gangguan terhadap fungsi ginjal.

c.

Gangguan terhadap sistem reproduksi.

d.

Gangguan terhadap sistem hemopoitik.

e.

Gangguan terhadap sistem syaraf.

5.
Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan
sebagian dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak
variable yang mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan
perawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan
bebera papendekatan, antara lain :
a.

PendekatanTeknis

b.

Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum

c.

Pendekatan Edukasi

6.
Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja,
melainkan tanggung jawab seluruh rakyat.

B.

Saran

Masalah Timbal (Pb) dapat kita cegah dengan baik apa bila kita memiliki tindakan
baik supaya tidak mencemar lingkungan seperti mencemari tanah, air, udara dan
tanaman sehingga terhindari dari penyakit terhadap manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Moch Solikin, Dampak dan Upaya Pengendalian Gas Buang Kendaraan Bermotor,
Cakrawala Pendidikan No.3, Tahu XVI, Nov 1997.
Wardhana, A.W.2004.Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi
Darmono,2009,Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit Universitas
Indonesia (UI-Presss)
Palar,H.2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.jakarta.PT Rineka Cipta
Ferdianto Rangan,2012.Penyakit yang disebabkan oleh
Timbal.publichealth08.blogspot.com/2011/07/enyakit-yang-disbabkan-olehtimbal.html.29maret2012
BPLHD.2009.pencemaran Pb-dampak Pb terhadap
kesehatan.www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pngendalian/subid-pmantauanpencemaran-Pb-timbal?start=3 29 maret 2012

Anda mungkin juga menyukai