FIKRIATUN NURHIKMAWATI
UNIVERSITAS UDAYANA
2013
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Udang adalah hewan kecil yang hidup di dasar laut atau danau.Udang
termasuk ke dalam filum arthropoda yang tubuhnya ditutupi oleh kutikula, suatu
kitin (Lee et al, 1978). Udang memiliki 2000 spesies yang berbeda. Udang termasuk
dalam invertebrata, memiliki rangka luar yang kuat, panjang tubuhnya satu sampai
sembilan inci, mempunyai rangka yang tipis, halus, dan keras. Udang memiliki 5
pasang kaki berjalan dibagian kepala, 5 pasang kaki renang di bagian perut, dan 3
pasang maksila untuk makan. Udang mempunyai 2 antena, ekor pendorong dan
Fungsi kulit udang tersebut pada hewan udang yaitu sebagai bahan pelindung.
6
7
Kulit udang mengandung protein 20-40%, kalsium karbonat 40-50%, dan kitin 20-
Kandungan kitin dari kulit udang lebih banyak dari kulit kepiting, dan kulit udang
lebih mudah didapat dan tersedia dalam jumlah yang banyak sebagai limbah
(Marganov, 2003)
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Crustacea
Subkelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Natantia
2.2. Kitin
Kitin berasal dari bahasa yunani kitin, yang berarti kulit kuku, merupakan
sebagai suatu senyawa turunan selulosa yang gugus hidroksil pada atom C-2
digantikan oleh gugus asetamido (Yadav, Bhise, 3004). Nama lain senyawa kitin
adalah 2-asetamida-2-deoksi-D-glukopiranosa.
Kitin merupakan salah satu dari tiga besar dari polisakarida yang paling
banyak ditemukan selain selulosa dan starch (zat tepung). Kitin menduduki
peringkat kedua setelah selulosa sebagai komponen organik paling banyak di alam.
Selulosa dan starch merupakan zat penting bagi tumbuhan untuk membentuk
8
ditemukan secara alamiah pada kulit jenis crustacea, antara lain kepiting, udang,
lobster, juga banyak di temukan di dalam rangka luar marine zoo-plankton jenis
coral dan jellyfish. Jenis serangga seperti kupu-kupu, kumbang mempunyai zat
kitin terutama pada lapisan kutikula luar. Kitin merupakan polimer alamiah yang
berwarna putih hingga kuning muda, tidak berasa tidak berbau dan memiliki berat
molekul yang besar dengan nama kimia Poli N-acetyl-D-glukosamin (atau β (1-4)
Dari gambar diatas secara struktural terdapat perbedaan antara kitin dengan
alamiah (biopolimer) dengan rantai molekul yang sangat panjang dengan rumus
molekul dari kitin yaitu [C8H13O5N]n. Dari rumus molekul tersebut maka berat
molekulnya [203,19]n. Karena kitin mempunyai molekul dengan berat yang besar
dan sangat panjang maka tidak dapat diukur dengan pasti. Spesifikasi kitin secara
Spesifikasi Keterangan
2-10% pada keadaan
Kadar air
normal
Nitrogen
6-7%
Drajat deasetilasi
Umumnya 10%
Kitin adalah senyawa yang stabil terhadap reaksi kimia, rendah reaktivitas
kimia, tidak beracun (non toksik) dan bersifat biodegradable. Kitin tidak larut dalam
air (bersifat hidrofobik), serta tidak larut dalam asam maupun alkali encer. Kitin
dapat larut dengan proses degradasi menggunakan asam-asam mineral pekat seperti
asam formiat anhidrous, namun tidak jelas apakah semua jenis kitin dapat larut
dalam asam formiat anhidrous (Srijianto dan imam, 2005). Mudah tidaknya kitin
terlarut sangat tergantung pada derajat kristalisasi, karena hanya ß-kitin yang
2.3. Kitosan
Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang mirip
dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang
tinggi. Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin
terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon kedua, sedangkan pada kitosan
terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat dihasilkan dari kitin melalui proses
tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi. Kitosan adalah biopolimer
yang mempunyai keunikan yaitu dalam larutan asam, kitosan memiliki karakteristik
kation dan bermuatan positif, sedangkan dalam larutan alkali, kitosan akan
mengendap.
dengan ikatan ß-(1,4), yang diperoleh dari alkali atau deasetilasi enzimatik dari
diantaranya struktur yang tidak teratur, bentuknya kristal atau semi kristal. Selain
itu dapat juga berbentuk padatan amorf berwarna putih dengan struktur kristal tetap
dari bentuk awal kitin murni. Kitin memiliki sifat biologi dan mekanik yang tinggi
Kitosan mempunyai rantai yang lebih pendek daripada rantai kitin. Kelarutan
kitosan dalam larutan asam serta viscositas larutannya tergantung dari derajat
deasetilasi (DD) dan derajat degradasi polimer. Terdapat dua metode untuk
memperoleh kitin, kitosan dan oligomernya dengan berbagai DD, polimerisasi, dan
kitosan adalah turunan dari senyawa kitin. Salah satu cara untuk membedakan
antara kitin dan kitosan adalah dengan menentukan kandungan nitrogennya (N), bila
nitrogennya < 7 % disebut kitin dan apabila kandungan total nitrogennya > 7 %
maka disebut kitosan (Krissetiana, 2004). Kitosan kering tidak mempunyai titik
lebur, bila disimpan dalam jangka waktu yang relatif lama pada suhu sekitar 82,2oC
maka sifat keseluruhannya dan viskositasnya akan berubah. Bila kitosan disimpan
lama dalam keadaan terbuka maka akan terjadi dekomposisi warna menjadi
adanya gugus amino pada posisi C2 dan juga karena gugus hidroksil primer dan
sekunder pada posisi C3 dan C6. Kitosan adalah turunan yang paling sederhana dari
kitin. Kitosan tidak larut dalam air namun larut dalam asam , memiliki viskositas
Larutan kitosan memiliki sifat-sifat yang spesifik dimana terdapat dua jenis
Larut dalam larutan asam
Tidak larut dalam H2SO4
Daya larut terbatas dalam H3PO4
Tidak larut dalam sebagian besar pelarut
organik 2. Kation Amino (-NH3+)
Larut dalam larutan dengan pH < 6,5
Memebentuk larutan yang kental
Membentuk gel dengan polianion
Dapat larut didalam campuran alkohol dengan air
Reaksi pembentukan kitosan dari kitin merupakan reaksi hidrolisis suatu
amida oleh suatu basa. Kitin bertindak sebagai amida dan NaOH sebagai basanya.
Mula-mula terjadi reaksi adisi, dimana gugus –OH- masuk kedalam gugus
Dimana,
DD : Derajat deasetilasi
terdeasetilasi.
Wujud dari kitosan merupakan padatan amorf putih yang tidak larut dalam
air namun larut pada asam-asam mineral dan organik pada keadaan tertentu.
Manfaat kitosan secara ekonomis berupa bahan industri modern seperti industri
farmasi, biomedis, bahan tambahan pangan, kosmetik dan pertanian selain itu
kitosan dapat dijadikan pengkhelat dan penukar ion logam untuk penanggulangan
Tuak merupakan hasil sadapan yang diambil dari tanaman aren (Arenga
pinnata). Berdasarkan cara penggunaannya maka terdapat 2 macam rasa tuak yaitu
rasa manis dan rasa pahit (mengandung alkohol). Di Indonesia pohon aren dapat
tumbuh baik dan mampu berproduksi pada daerah yang tanahnya subur pada
mempunyai ketinggian kurang dari 500 m atau lebih dari 800 m, tanaman aren tetap
beralkohol, namun demikian 40% orang Bali minum minuman beralkohol yang
dibuat dari nira kelapa atau pohon enau. Kebiasaan minum minuman beralkohol di
mudahnya memperoleh minuman tuak atau tempat penjualan tuak yang buka
sepanjang hari.
Tuak adalah minuman khas yang disadap dari pohon aren kemudian
disimpan selama 6-7 jam sehingga mengalami proses fermentasi dan berubah
menjadi minuman yang memiliki kadar alkohol 4%-5%. Tuak manis adalah
yang dibuat dari nira pohon aren. Pohon aren juga disebut sebagai pohon tuak,
tuak masih menjadi kegemaran yang dipakai sebagai minuman untuk penghangat tubuh
dan di waktu adanya pesta-pesta di malam hari. Daerah sebagai penghasil dan
pengkonsumsi tuak yang cukup tenar, adalah Sumatera Utara, Jawa Tengah, Jawa
cara pembuatannya dengan cara menyadap tandan bunga enau atau aren yang baru
mekar. Tuak yang baru menetes terasa manis, tuak manis ini disebut nira. Di Bali
minuman tuak di produksi hampir diseluruh kabupaten yang memiliki pohon enau
atau pohon kelapa. Proses pengambilan nira dapat dilakukan dengan cara digiling,
memotong tandan bunga. Pada saat penampungan dipohon enaunya, wadah tempat
menampung nira diisi dengan lau yaitu suatu bahan yang dibuat dari sabut kelapa
kering dan kulit kayu kutat. Dengan pemberian lau ini warna tuak menjadi
15
kemerahan. Lau juga berperanan sebagai zat pengawet terutama dapat mencegah
terjadinya proses fermentasi pada tuak, sehingga tuak tidak cepat menjadi masam.
Perubahan rasa tuak karena adanya reaksi kimia. Tuak mengandung alkohol hasil
fermentasi dari gulanya. Enzim adalah biokatalis, yang mana apabila tuak yang
dibiarkan ditempat terbuka akan menjadi cuka yang merupakan hasil reaksi
fermentasi secara aerob. Fermentasi ini di lakukan oleh bakteri asam cuka (
Komposisi nira dari suatu jenis tanaman dipengaruhi beberapa faktor yaitu
antara lain varietas tanaman, umur tanaman, kesehatan tanaman, keadaan tanah,
iklim, pemupukan, dan pengairan. Demikian pula setiap jenis tanaman mempunyai
komposisi nira yang berlainan dan umumnya terdiri dari air, sukrosa, gula reduksi,
bahan organik lain, dan bahan anorganik. Air dalam nira merupakan bagian yang
terbesar yaitu antara 80 – 90 %. Sukrosa merupakan bagian zat padat yang terbesar
berkisar antara 12,30 – 17,40 %. Gula reduksi antara 0,50 – 1,00 % dan sisanya
merupakan senyawa organik serta anorganik. Gula reduksi dapat terdiri dari
heksosa, glukosa, dan fruktosa, serta mannosa dalam jumlah yang rendah sekali.
Bahan organik terdiri dari protein, asam organik, asam amino, zat warna, dan
lemak. Bahan anorganik terdiri dari garam mineral (Gautara dan Soesarsono, 1981).
mengkontrol kadar alkohol yang ada dalam minuman tersebut. Menurut Keputusan
Menteri Kesehatan No. 151/A/SK/V/81 bahwa minuman atau obat tradisional yang
dalam tuak tersebut maka diduga bahwa mayarakat yang mengkonsumsi secara
kedalam makanan dan minuman yang bertujuan untuk mencegah atau menghambat
kerusakan makanan atau bahan makanan (Abrams dan Atkinson, 2003; Rodriguez-
Permenkes No. 722/ 1988 adalah berupa senyawa kimia seperti asam benzoat,
kalium bisulfit, kalium meta bisulfit, kalkum nitrat, kalium nitrit, belerang dioksida,
asam sorbat, asam propionat, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit,
Senyawa pengawet lain yang dipergunakan sebagai bahan pengawet makanan dan
minuman dan diduga memiliki efek terhadap kesehatan apabila terdapat didalam
informasi ilmiah yang diperoleh dari pengaruh senyawa pengawet makanan ini
masih ada yang diragukan keamanannya (Pelezar et.al, 1988). Beberapa bahan
17
pengawet dan zat tambahan yang dimasukkan kedalam makanan yang sudah
sebaiknya dihindari dari makanan. Ada juga bahan pengawet yang tidak
Fessenden, 1982). Radiasi inframerah tidak mempunyai energi yang cukup untuk
maupun kuantitatif. Penggunaan yang paling banyak adalah pada daerah dengan
kisaran bilangan gelombang 4000 sampai 670 cm-1 atau dengan panjang
gelombang 2,5 sampai 15µm yang disebut infamerah jauh, dan daerah di atas
bilangan gelombang 4000 cm-1 yang disebut inframerah dekat. Kegunaan yang
yang berlainan, dimana metode ini paling sederhana dan sering digunakan karena
banyak gugus fungsi yang dapat diidentifikasi. Spektrum inframerah terletak pada
daerah panjang gelombang 0,70 sampai 1000 µm atau pada bilangan gelombang
diteruskan tanpa diserap oleh molekul. Spektrum inframerah merupakan plot antara
jenis sampelnya, yaitu apakah terwujud gas, cairaan, atau padatan. Untuk sampel
berwujud gas, maka cuplikan harus dimasukkan ke dalam sel gas dengan panjang
dengan menempatkan cuplikan sebagai film tipis yang dipress diantara NaCl atau
dalam sel dengan tebal sel antara 0,01-0,1 mm. Sedangkan untuk sampel berwujud
padatan ada 3 metode yang umum untuk mencatat spektranya yaitu metode mull,
pellet KBr, dan bentuk film atau lapisan tipis. Padatan juga dapat ditentukan dalam
larutan yaitu dengan melarutkan padatan dalam pelarut yang sesuai bergantung
(Satroamidjojo, 1991).
suatu sampel, diantaranya kitin dan kitosan. Berdasarkan literatur serapan spektra
inframerah kitin dan kitosan ditunjukkan pada Tabel 2.2 dan 2.3
19
OH 3448
C=O 1665
NH 1560
C-O-C 1072,3
CH3 1419,5
OH 3450
NH2 1560
C-O-C 1072,3
CH3 1419,5
reaksi netralisasi. Asidimetri adalah reaksi netralisasi (titrasi) larutan basa dengan
asam basa adalah suatu titrasi dengan menggunakan reaksi asam basa
20
(reaksi penetralan). Prosedur analisis pada titrasi asam basa ini adalah dengan titrasi
volumemetri, yaitu mengukur volume dari suatu asam atau basa yang bereaksi
(Syukri, 1999).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai titran dan biasanya
disebut sebagai titer dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa, dikenal istilah titik
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi ketika
asam dan basa tepat habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen digunakan
indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir titrasi
(Sukmariah, 1990).
menggunakan suatu sampel zat terlarut yang diinginkan, yang ditimbang dengan
tepat, dalam volume larutan yang diukur dengan tepat. Zat yang memadai dalam
alkalimetri bila yang diketahui adalah konsentrasi basanya. Jenis titrasi asam basa
Diakhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam kuat dan
basa kuat.
Pada akhir titrasi terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan basa
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari basa lemah dan
Pada akhir titrasi akan terbentuk garam yang berasal dari asam lemah dan