Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KSK ANORGANIK

MOBILITAS DAN STABILITAS LOGAM


TIMBAL

Disusun Oleh:

Iluk hayuningtyas 1606903993

Misha Shariva 1606829314

Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Indonesia

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Timbal (Pb) merupakan salah satu jenis logam berat yang sering juga disebut
dengan istilah timah hitam. Timbal memiliki titik lebur yang rendah, mudah dibentuk,
memiliki sifat kimia yang aktif sehingga biasa digunakan untuk melapisi logam agar
tidak timbul perkaratan. Timbal adalah logam yang lunak berwarna abu-abu kebiruan
mengkilat dan memiliki bilangan oksidasi +2 (Sunarya, 2007).

Gambar 1. Timbal

Timbal merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi makhluk
hidup karena bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan mutasi, terurai dalam jangka
waktu lama dan toksisistasnya tidak berubah (Brass & Strauss, 1981)
Timbal dalam bentuk anorganik dan organik memiliki toksitas yang sama pada
manusia. Misalnya pada bentuk organik seperti tetraetil-timbal dan tetrametiltimbal
(TEL dan TML). Timbal dalam tubuh dapat menghambat aktivitas kerja enzim. Namun
yang paling berbahaya adalah toksitas timbal yang disebabkan oleh gangguan absorbsi
kalsium Ca. Hal ini menyebabkan terjadinya penarikan deposit timbal dari tulang
tersebut (Darmono, 2001).

1.2 Tujuan

Laporan ini bertujuan untuk mengetahui mobilitas dan stabilitas logam Timal
dalam perarian dan tanah
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mobilitas

Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam
Sistem Periodik Unsur kimia, mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2,
berbentuk padat pada suhu kamar, bertitik lebur 327,4 0C dan memiliki berat jenis
sebesar 11,4/l. Pb jarang ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam
bentuk senyawa dengan molekul lain,misalnya dalam bentuk PbBr2 dan PbCl2. Logam
Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat rumah tangga dan
hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat warna dalam
industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang sebagian diantaranya digunakan
dalam peralatan rumah tangga. Dalam bentuk aerosol anorganik dapat masuk ke dalam
tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan seperti sayuran dan buah-buahan.
Logam Pb tersebut dalam jangka waktu panjang dapat terakumulasi dalam tubuh
karena proses eliminasinya yang lambat. Setiap liter bensin dalam angka oktan 87 dan
98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil dan 0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter
bensin yang dibakar jika dikonversi akan mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke
udara (Librawati, 2005)

Logam Pb yang terkandung dalam bensin ini sangatlah berbahaya, sebab


pembakaran bensin akan mengemisikan 0,09 gram timbal tiap 1 km. Bila di Jakarta,
setiap harinya 1 juta unit kendaraan bermotor yang bergerak sejauh 15 km akan
mengemisikan 1,35 ton Pb/hari. Efek yang ditimbulkan tidak main-main. Salah satunya
yaitu kemunduran IQ dan kerusakan otak yang ditimbulkan dari emisi timbal ini. Pada
orang dewasa umumnya ciri -ciri keracunan timbal adalah pusing, kehilangan selera,
sakit kepala, anemia, sukar tidur, lemah, dan keguguran kandungan. Selain itu timbal
berbahaya karena dapat mengakibatkan perubahan bentuk dan ukuran sel darah merah
yang mengakibatkan tekanan darah tinggi. Logam Pb yang mencemari udara terdapat
dalam dua bentuk, yaitu dalam bentuk gas dan partikel-partikel. Gas timbal terutama
berasal dari pembakaran bahan aditif bensin dari kendaraan bermotor yang terdiri dari
tetraetil Pb dan tetrametil Pb. Partikel-partikel Pb di udara berasal dari sumber-sumber
lain seperti pabrik-pabrik alkil Pb dan Pboksida, pembakaran arang dan sebagainya.
Polusi Pb yang terbesar berasal dari pembakaran bensin, dimana dihasilkan berbagai
komponen Pb, terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO (Fardiaz, 1992)

Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping
pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin kurang
sempurna proses pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka semakin banyak
jumlah Pb yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang terdapat dalam kendaraan
bermotor yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO,
diantara senyawa tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi
kesehatan. Gambar 2-1 menunjukkan alur pajanan Pb dalam lingkungan. Manusia
menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Tetraethyl lead (TEL), yang
merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan ke dalam bahan bakar
berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb organik diabsorbsi terutama
melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam
tubuh.Selain itu mangan pada MMT dan karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada
bensin selain TEL yang menghasilkan zat berbahaya bagi tubuh) (Anonim, 2010).
2.2. Stabilitas Timbal

Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim
terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain
terutama seng dan tembaga. Penggunaan Pb terbesar adalah dalam industri baterai
kendaraan bermotor seperti timbal metalik dan komponen-komponennya. Timbal
digunakan pada bensin untuk kendaraan, cat dan pestisida.Pencemaran Pb
dapat terjadi di udara, air, maupun tanah. Pencemaran Pb merupakan masalah
utama, tanah dan debu sekitar jalan raya pada umumnya telah tercemar bensin
bertimbal selama bertahun-tahun

Timbal dalam bentuk unsurnya tidak berbahaya bagi lingkungan, akan


tetapi timbal menjadi perhatian ketika larut membentuk spesies ionik. Seperti pada
konfigurasi elektron kulit valensi s2p2 nya, ion timbal yang umum adalah +2
(hilangnya kedua elektron orbital p) dan +4 (hilangnya semua elektron pada orbital
s dan p). Ion timbal yang paling umum adalah Pb2+, yaitu Pb(II). Di bawah kondisi
oksidasi yang tinggi, dan dalam beberapa senyawa organologam kovalen, Pb(IV)
sebagai Pb4+ dan PbR4, masing-masing diperoleh.

Timbal tidak bereaksi sendiri dengan asam encer. Unsur timbal stabil
sebagai elektroda dalam baterai penyimpanan timbal, meskipun itu kontak dengan
asam sulfat (H2SO4) yang cukup pekat. Namun, beberapa timah yang digunakan pada
masa lalu untuk menyegel kaleng akan larut dalam asam encer dari jus buah dan
makanan asam lainnya jika ada udara, begitu kaleng telah dibuka — karena timbal
teroksidasi oleh oksigen dalam lingkungan asam:

2Pb(s) +O2 + 4H+ ─> 2Pb2+(aq) + 2H2O

2.3 Timbal Di Udara

Sumber lain logam timbal berasal dari transportasi. Timbal, atau Tetra Etil Lead
(TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun
yang merusak system pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah. Penggunaan
timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan bahan bakar.
Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun
1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan
oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di
bawah tahun 90-an), sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama.

Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat
sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal
(Pb) perliter bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai
2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan
dibandingkan dengan senyawa lainnya (Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar
kendaraan bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal
(Pb) yang bercampur dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan
melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot
bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji, dkk, 2006).

Indonesia seperti tertuang dalam UU No. 23/1997 dan instruksi Menteri


Lingkungan Hidup RI tahun 2000 untuk penghapusan bensin bertimbal secara bertahap
di seluruh Indonesia. Semula ditargetkan pada 2005 seluruh Indonesia, bahan bakarnya
sudah tanpa timbal namun kenyataanya sampai saat ini belum tuntas. Mundurnya
program tersebut akibat adanya kolusi oleh oknum dengan perusahaan Inggris,
Innospec Ltd (produsen TEL) agar Indonesia menunda penerapan bensin tanpa timbal.
Sampai tahun 2011, dari hasil pemantauan kadar Pb di kota Semarang menunjukkan
kadar tertinggi sebesar 2,41 μg/Nm³, yaitu di daerah Perempatan Bangkong, dan
keadaan ini adalah sesuai kondisi riil di lapangan bahwa arus transportasi daerah
Bangkong padat dengan didominasi oleh kendaraan pribadi dan angkutan umum, serta
posisi di dekat pusat kota. (Sunoko, 2011).
2.4 Timbal Dalam Tanah

Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25
mg/kg. timbal dalam Batuan atau Endapan Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat
ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang tercampur
dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya lebih
besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25
mg/kg dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter.

Hingga saat ini, tanah merupakan tempat pembuangan utama dari timbal dan
kemungkinan besar timbal tersebut terserap dan diakumulasi oleh tanaman yang
dikonsumsi oleh manusia, pencemaran timbal akibat limbah industri, pertambangan,
dan kepadatan lalu lintas akan mempengaruhi kandungan timbal dalam tanah.
Pencemaran yang berasal dari limbah industri kemudian dibuang menuju sungai dan
menjadi masalah saat sungai tersebut digunakan sebagai sumber pengairan untuk
mengairi lahan pertanian, sebagian meresap ke dalam tanah, menguap ke udara, dan
sebagian lagi dapat berfungsi sebagai unsur hara bagi tanaman.

Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang dan
akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman
tergantung komposisi dan pH tanah. Konsentrasi timbal yang tertinggi (100-
1000 mg/kg) akan mengakibatkan pengaruh toksik pada proses fotosintesa
dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasi tinggi.
Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan tanah, dan
kandungan bahan organik. Pada keadaan ini logam berat Pb akan terlepas dari
ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika logam
lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar
tanaman.

Ukuran timbal yang banyak dapat ditemukan di tanah dan sedimen karena
mobilitas timbal sangat rendah dapat menimbulkan peningkatan di area lokal. Beberapa
timbal mungkin diturunkan dari mineralogi, meskipun input antropogenik sering
menimbulkan peningkatan kadar. Di kebun misalnya, kandungan timbal tanah
mungkin tinggi mengikuti penerapan timbal arsenat sebagai insektisida, dan dekat
deposisi atmosfer di jalan (baik dari kering atau pencucian basah) mungkin penting.
Karena timah umumnya disimpan di bagian atas sentimeter tanah, dan hanya perlahan-
lahan dibawa oleh pencucian karena interaksinya dengan tanah koloid itu mungkin
cukup kuat.

2.5 Timbal dalam Air

Timbal juga digunakan sebagai anti knocking (anti letup), pencegah korosi, anti
oksidan, diaktifator logam, anti pengembunan dan zat pewarna. Pencemaran Timbal di
Sungai dapat terjadi jika pembuangan limbah yang mengandung zat tersebut dibuang
secara sembarangan. Salah satu industri yang dalam air limbahnya mengandung timbal
adalah industri aki penyimpanan di mobil, di mana elektrodanya mengandung 93%
timbal dalam bentuk timbal oksida (PbO2).
WHO menetapkan batas timbal di dalam air sebesar 0,1 mg/L. Dalam
mengkontaminasi sumber air, hampir semua timbal terdapat dalam sedimen dan
sebagian lagi larut dalam air, artinya terjadinya pencemaran timbal di sungai sangat
membahayakan dan perlu diwaspadai. Indonesia juga mempunyai nilai ambang batas
timbal untuk air bersih dan air minum berdasarkan Permenkes RI No. 416 tahun 1990
yaitu sebesar 0,05 mg/l.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Timbal adalah logam lunak kebiruan atau kelabu keperakan yang lazim
terdapat dalam kandungan endapan sulfit yang tercampur mineral-mineral lain
terutama seng dan tembaga. Timbal dalam bentuk unsurnya tidak berbahaya bagi
lingkungan, akan tetapi timbal menjadi perhatian ketika larut membentuk spesies
ionic. Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang dan
akar, dan akar umbi-umbian (bawang merah). Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman
tergantung komposisi dan pH tanah.
DAFTAR PUSTAKA

Ardyanto D. 2005. Deteksi pencemaran timah hitam (Pb) dalam darah


masyarakat yang terpajan timbal (plumbum). J Kesehatan Lingkungan 2:67-76.

Darmono. 2009. Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia (UI-Presss)

Palar,H. 2004, Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta.PT Rineka


Cipta

Beny Hidayat. 2015, Remediasi Tanah Tercemar Logam Berat Dengan


Biochar. Departemen Agroteknologi Fakultas Pertanian USU.

Dessy Gusnita. 2012, Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan
Upaya Penghapusan Bensin Bertimbal. Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN

Anda mungkin juga menyukai