Anda di halaman 1dari 16

TUGAS IV

PANCASILA BUDDHIS
(PRAKTEK MORALITAS UMAT BUDDHA)

Disusun Oleh:

Claresta Dayati

01031382025187

Palembang

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari umat Buddha melakukan aktivitas tentunya
menemukan beragam masalah dan sesuatu hal yang kadang membuatnya menambah
bahagia. Namun kadang menambah penderitaan. Agar kehidupan manusia terarah maka
perlu adanya pegangan keyakinan yang kuat dan kontrol diri. Sehingga setiap melangkah
ada garis pembatas mana yang baik dilakukan dan mana yang tidak baik. Dalam mencapai
kebahagiaan dirinya dan keharmonisannya dengan sesamanya, manusia melandasi
hidupnya dengan sila. Sila merupakan aturan-aturan moralitas yang wajib dilaksanakan
oleh manusia. Dikatakan baik atau manusia susila, karena mencerminkan hakikatnya
sebagaimana makhluk yang luhur dan bahkan kelahiran manusia ditentukan oleh sejauh
mana dia tidak melanggar sila.
Pancasila Buddhis, sebagai langkah dasar latihan kemoralan, khususnya bagi umat
perumah tangga, sering diucapkan bersama dalam berbagai kesempatan, tapi kita lebih
sering melupakan makna pemahaman yang terkandung di dalamnya. Pancasila Buddhis
walau hanya terdiri dari 5 aturan kemoralan, namun makna yang terkandung di dalamnya
sangatlah luas. Bahkan Sang Buddha, dalam ajarannya senantiasa meletakkan “Sῑla”
sebagai dasar untuk pencapaian kebijaksanaan. Suatu perbuatan dapat dikatakan
“melanggar sῑla” bila faktor-faktor yang mendasari perbuatan itu terpenuhi dan dapat
disebut sebagai jalan menuju alam menyedihkan. Apabila faktor-faktor yang mendasari
tidak ter penuhi semuanya, maka perbuatan itu disebut kamma yang menghasilkan buah
kamma buruk pada masa kehidupan sekarang, berupa penderitaan jasmani. Pada
kesempatan ini akan dibahas mengenai lima moralitas dan faktor-faktor yang hendak
dipenuhi sehingga terjadi pelanggaran, serta akibat-akibat pelanggaran moralitas tersebut.
Dalam ajaran agama Buddha, seseorang yang menaati dan menjalani kelima nilai
Pancasila secara utuh telah dianggap menerapkan dharma dalam tiap aspek kehidupannya.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pancasila merupakan dasar utama dalam
pengamalan ajaran agama. Sebagai umat Buddha, pancasila Buddhis ini sebaiknya
dilaksanakan dengan tekun, ketat, dan sesuai ajaran Sang Buddha. Pancasila Buddhis
apabila dilakukan, akan membawa manfaat yang sangat banyak bagi kehidupan sehari-hari.
Antara lain kita akan mendapatkan perlindungan dari Sang Buddha. Pelaksanaan aturan
moralitas Buddhis bagi umat awam bertujuan untuk memperoleh kedamaian dan
ketenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Sila adalah langkah terpenting dalam
menjalani kehidupan untuk mencapai peningkatan batin yang luhur. Menjalani pancasila
Buddhis dengan tekun, hendaknya umat tidak boleh melanggar pancasila Buddhis.
Pancasila di dalam Agama Buddha terdiri dari lima latihan moral, yaitu: bertekad melatih
diri untuk mengindari pembunuhan makhluk hidup, mencuri, perbuatan asusila, perkataan
yang tidak benar, makan dan minum yang dapat melemahkan kesadaran.

2. 2. Rumusan Masalah
Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah
yang dapat dirumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Apakah pengertian dari Pancasila Buddhis?
2. Apakah isi dari Pancasila Buddhis?
3. Apakah manfaat jika kita mempraktikkan Pancasila Buddhis?

2. 3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini , yaitu:
1. Mengetahui pengertian dari Pancasila Buddhis

2. Mengetahui isi dari Pancasila Buddhis

3. Mengetahui manfaat jika kta mempraktikkan Pancasila Buddhis


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila Buddhis


Ada dua macam pengertian sila, yaitu:
 Kehendak atau sikap batin yang tercetus sebagai ucapan benar dan perbuatan benar.
 Cara untuk mengendalikan diri dari segala bentuk-bentuk pikiran yang tidak baik
atau merupakan usaha untuk membebaskan diri dari keserakahan, kebencian,dan
kebodohan batin.
Pancasila berasal dari dua kata yaitu panca dan sila. Panca berarti lima dan sila
berarti sifat alami, adat kebiasaan, praktik moral, kode dari kemoralan. Jadi Pancasila
adalah lima adat kebiasaan atau praktik moral dalam Agama Buddha. Pancasila adalah
latihan moral tahap pertama dari seseorang yang akan memasuki kehidupan beragama
menurut Agama Buddha. Sila ini bila dilaksanakan dengan baik akan membawa kehidupan
sewarga, baik sebagai manusia atau sebagai dewata. Pancasila Buddhis digunakan untuk
seseorang yang akan memasuki kehidupan beragama Buddha.
Pancasila Buddhis merupakan peraturan yang hendaknya dilatih dan dilaksanakan
oleh umat Buddha. Umat Buddha setiap kebaktian pasti membaca paritta Pancasila. Jika
kebaktian dihadiri anggota Sangha, umat meminta tuntunan Tisarana dan Pancasila
Buddhis kepada anggota Sangha. Umat Buddha yang meminta untuk divisudhi upasaka
atau upasika pasti meminta tuntunan Pancasila Buddhis secara khusus kepada Bhikkhu
Sangha. Umat Buddha yang ingin divisudhi upasaka atau upasika ini berikrar untuk
melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari. Dapat dikatakan bahwa
Pancasila Buddhis merupakan pegangan atau pedoman hidup bagi umat Buddha terutama
bagi upasaka dan upasika.Sang Buddha bersabda: “Barang siapa sempurna dalam sila dan
mempunyai pandangan terang, teguh dalam Dhamma, selalu berbicara benar, dan
memenuhi segala kewajibannya, maka semua orang akan mencintainya.” (Dhammapada,
XVI: 217)

2.2. Isi Pancasila Buddhis


Pancasila di dalam Agama Buddha terdiri dari lima latihan moral, yaitu:
1. Panatipata veramani sikkhapadam samadiyami (Aku bertekad melatih diri
untuk tidak melakukan pembunuhan makhluk hidup)
a. Ada lima faktor untuk dapat disebut membunuh
 Ada makhluk hidup
 Mengetahui bahwa makhluk itu masih hidup
 Berpikir untuk membunuhnya
 Berusaha untuk membunuhnya
 Makhluk itu mati sebagai akibat dari usaha tersebut
b. Objek dari pelanggaran Sila Pertama
 Manusia
 Binatang, yaitu binatang berguna dan tidak berguna.
c. Maksud atau motif dari pelanggaran Sila Pertama
 Direncanakan atau sengaja
 Tidak dikehendaki dengan dorongan sesaat atau mendadak. (Misalnya
mempertahankan diri dan kecelakaan)
d. Usaha dari pelanggaran Sila Pertama
 Dikerjakan langsung
 Dengan tak langsung
e. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Pertama yang harus
juga kita hindari
 Membunuh manusia dan hewan
 Menyiksa manusia dan hewan
 Menyakiti jasmani manusia dan hewan
f. Akibat dari melanggar Sila Pertama
 Lahir kembali dengan keadaan cacat
 Mempunyai wajah yang buruk
 Mempunyai perawakan yang jelek
 Berbadan lemah, penyakitan
 Tidak begitu cerdas
 Selalu khawatir, cemas, takut
 Dimusuhi dan dibenci orang banyak, tidak mempunyai pengikut
 Terpisah dari orang yang dicintai
 Berumur pendek
 Mati dibunuh orang lain
2. Adinnadana veramani sikkhapadam samadiyami (Aku bertekad melatih diri
untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan)
a. Ada lima faktor untuk dapat disebut mencuri
 Ada sesuatu/barang/benda milik pihak lain
 Mengetahui bahwa barang itu ada pemiliknya
 Berpikir untuk mencurinya
 Berusaha untuk mencurinya
 Berhasil mengambil barang itu melalui usaha tersebut
b. Usaha dari pelanggaran Sila Kedua
 Pencurian Secara Langsung
 Mencuri
 Merampas
 Memeras
 Merampok
 Gugatan Palsu
 Penipuan
 Pemalsuan
 Berbohong(Memungkirihartabendayangdititipkan) I) Mencopet
 Menukar Barang
 Menyelundup Dan Menghindari Pajak
 Penggelapan
 Pencurian tak langsung
 Berlaku sebagai kaki tangan (tukang tadah)
 Merayu untuk menipu
 Menerima suapan (pungli)
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila kedua yang harus juga
kita hindari
 Penghancuran barang orang lain dengan sengaja untuk balas dendam
 Mempergunakan barang dengan sewenang-wenang
d. Akibat dari melanggar Sila Kedua
 Tidak mempunyai harta benda dan kekayaan
 Terlahir dalam keadaan melarat atau miskin
 Menderita kelaparan
 Tidak berhasil memperoleh apa yang diinginkan dan didambakan
 Menderita kebangkrutan atau kerugian dalam usaha dagang
 Sering ditipu atau diperdaya
 Mengalami kehancuran karena bencana atau malapetaka
e. Kebahagiaan yang dimiliki oleh orang yang mencari nafkah secara benar
 Rasa bangga memiliki barang (harta) secara sah
 Bebas dari beban yang membuat dia harus hidup bersembunyi
 Saat mempergunakan hartanya itu tidak tertekan batinnya
 Hal itu memperkuat dia untuk tidak jatuh kedalam cara-cara hidup yang
jahat lainnya.
3. Kamesu micchacara veramani sikkhapadam samadiyami (Aku bertekad akan
melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila)
a. Ada empat faktor untuk dapat disebut berzinah
 Ada objek yang tidak patut digauli
 Mempunyai pikiran untuk menyetubuhi objek tersebut
 Berusaha menyetubuhi
 Berhasil menyetubuhi,dalam arti berhasil memasukkan alat kemaluannya
ke dalam salah satu dari tiga lubang (mulut, anus, atau liang peranakan)
walaupun hanya sedalam biji wijen
b. Objek dari pelanggaran Sila Ketiga
 Objek yang menyebabkan pelanggaran sila Ketiga oleh laki-laki
 Wanita yang telah menikah
 Wanita yang masih dibawah pengawasan atau asuhan keluarga
 Wanita yang menurut kebiasaan (adat istiadat) dilarang, yaitu :
- Mereka dilarang karena tradisi keluarga, masih dalam satu
garis keturunan yang dekat
- Mereka dilarang karena tradisi (peraturan) agama. Dalam
tradisi Theravada disebutkan : Upasika Atthasila, Bhikkhuni
di zaman dulu
- Mereka dilarang karena hukum negara pada zaman
dulu,misalnya selir raja
 Objek yang menyebabkan pelanggaran Sila Ketiga oleh wanita
 Laki-laki yang telah menikah
 Laki-laki yang berada di bawah peraturan agama, misalnya
Bhikkhu,
 samanera
 Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Ketiga yang
 harus juga kita hindari
- Berzinah (melakukan hubungan kelamin bukan dengan
suami/isterinya)
- Berciuman dengan lain jenis yang disertai nafsu birahi
- Menyenggol,mencolek,dan sejenisnya yang disertai dengan
nafsu birahi
d. Akibat dari melanggar Sila Ketiga
 Mempunyai banyak musuh
 Dibenci banyak orang
 Sering diancam dan dicelakai
 Terlahir sebagai banci/waria atau wanita jalang
 Mempunyai kelainan jiwa
 Diperkosa orang lain
 Sering mendapat aib/malu
 Tidur mapun bangun dalam keadaan gelisah
 Tidak disenangi oleh laki-laki maupun perempuan
 Gagal dalam bercinta
 Sukar mendapat jodoh
 Tidak memperoleh kebahagiaan dalam hidup berumah tangga
 Terpisah dari orang yang dicintai
4. Musavada veramani sikkhapadam samadiyami (Aku bertekad melatih diri
untuk tidak mengucapkan ucapan yang tidak benar)

a. Ada empat faktor untuk dapat disebut berdusta


 Ada sesuatu hal yang tidak benar
 Mempunyai pikiran untuk berdusta
 Berusaha berdusta
 Pihak lain mempercayainya
b. Usaha dari pelanggaran Sila keempat
 Kebohongan langsung
 Bohong terang-terangan
 Menghasut
 Menipu/memperdayai
 Menjilat
 Pembatalan
 Pelanggaran sumpah/ikrar
 Muslihat/tipu daya
 Munafik, perbuatan pura-pura
 Permainan kata-kata secara licin melebih-lebihkan
 Menyembunyikan/mengurangi
 Kebohongan tak langsung
 Kata-kata melukai
 Sarkasme (pujian tajam)
 Penghinaan (merendahkan)
 Kebohongan tak terpikir
 Sindiran untuk menimbulkan perselisihan
 Melanggar janji
 Perjanjian antara dua pihak
 Perjanjian satu pihak
 Pembatalan kata-kata
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Keempat yang harus
juga kita hindari
 Basa-basi (Euphemisme)
 Cerita (perumpamaan atau kiasan)
 Salah pengertian
 Salah ucapan
d. Akibat dari melanggar Sila Keempat
 Bicaranya tidak jelas
 Giginya jelek dan tidak rata/rapi
 Mulutnya berbau busuk
 Perawakannya tidak normal, terlalu gemuk atau kurus,terlalu tinggi atau
pendek
 Sorot matanya tidak wajar
 Perkataannya tidak dipercayai walaupun oleh orang-orang terdekat atau
bawahannya
5. Surameraya majjapamadatthana veramani sikkhapadam samadiyami (Aku
bertekad melatih diri untuk tidak minum segala minuman keras yang dapat
menyebabkan lemahnya kesadaran)
a. Ada empat faktor untuk dapat disebut mabuk-mabukan
 Ada sesuatu yang merupakan Sura, Meraya, atau Majja; yaitu sesuatu
yang membuat nekat, mabuk, tak sadarkan diri, yang menjadi dasar dari
kelengahan dan kecerobohan
 Mempunyai keinginan untuk menggunakannya
 Menggunakannya
 Timbul gejala mabuk atau sudah menggunakannya (meminumnya)
hingga masuk melalui tenggorokan
b. Objek yang menyebabkan pelanggaran Sila Kelima
 Segala jenis minuman/makanan yang memabukkan
 Barang yang bila digunakan/dimasukkan didalam tubuh dapat membuat
kita tidak sadar dan ketagihan
c. Hal-hal lain yang dapat dikategorikan pelanggaran Sila Kelima yang harus juga
kita hindari
 Makan/minum sampai terlalu kenyang (kekenyangan) sehingga dapat
mengakibatkan muntah-muntah
d. Keburukan-keburukan dari makanan/minuman yang memabukkan
 Pemborosan uang karena keinginan yang tak terkendali
 Menjadi sebab timbulnya pertengkaran dan perkelahian
 Menjadi sebab timbulnya penyakit, bukan sebagai penawar
 Sebab utama dari timbulnya noda nama baik keluarga
 Hilangnya pengendalian diri
 Menimbulkan gangguan pada fungsi otak
e. Akibat dari melanggar Sila Kelima (melakukan pemabukan)
 Dalam Anguttara Nikaya, Sutta Pitaka, Buddha Gotama menekankan
betapa besar akibat negatif yang ditimbulkan dari pemabukan:”Duhai
para Bhikkhu, peminum minuman keras secara berlebihan dan terus-
menerus niscaya dapat menyeret seseorang dalam alam neraka, alam
binatang, alam iblis. Akibat paling ringan yang ditanggung oleh mereka-
yang karena kebajikan lain, terlahir sebagai manusia gila/sinting”.
 Dalam bagian lain beliau juga mengatakan:”adatigamacamhal,duhaipara
bhikkhu, yang apabila dilakukan tidak pernah dapat membuat kenyang.
Apakah tiga hal itu? Tiga hal itu ialah bertiduran, bermabuk-mabukan,
dan bersetubuhan”.
 Terlahir kembali sebagai orang gila; tingkah kesadaran/kewaspadaannya
rendah; tidak memiliki kecerdasan; tidak mempunyai banyak
pengetahuan; bersifat ceroboh; pikun; pemalas; sulit mencari pekerjaan;
sukar memperoleh kepercayaan orang lain

2.3. Pembagian Sila


Pembagian sial ada 4, yaitu:
1. Sila menurut jenisnya terdiri dari 2 macam, yaitu :
 Pakati Sila artinya sila alamiah(sila yang tidak dibuat oleh manusia).
Contohnya hukum tertib kosmis (utu, bija, kamma, dhamma, citta
niyama)
 Pannati Sila adalah sila yang dibuat oleh manusia berdasarkan
kesepakatan atas dasar tujuan tertentu. Contoh : peraturan kebhikkhuan,
adat istiadat, peraturan Negara, dan lain-lain
2. Sila menurut pelaksanaannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
 Sikkhapada sila yaitu melakukan latihan pengendalian diri
 Carita sila yaitu sila dalam aspek positif (mengembangkan 10 perbuatan
baik)
 Varita sila yaitu sila dalam aspek negatif (10 karma buruk)
3. Sila menurut jumlah latihannya terdiri dari 3 macam, yaitu :
 Cula Sila adalah cara pengendalian diri dari segala perbuatan dan ucapan
yang tidak baik. Disebut Cula Sila karena jumlah sila tersebut paling
sedikit yaitu lima sila yang dilaksanakan oleh umat biasa atau upasaka
dan upasika.
 Majjhima Sila adalah sila yang sedang dalam jumlah peraturun. Sila ini
terdiri dari sepuluh latihan (Dasasila) dilaksanakan oleh samanera.
 Maha Sila adalah sila yang banyak/berat dalam jumlah peraturan. Sila ini
disebut Patimokkhasila dilaksanakan oleh para bhikkhu berjumlah 227
latihan dan bhikkhuni berjumlah 311 latihan.
4. Sila menurut jenis orang yang melaksanakan terdiri dari 3 macam, yaitu :
 Sila upasaka-upasika adalah pancasila Buddhis. Bila kelima sila ini
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh maka akan memiliki 5 macam
kekayaan, :
 Keyakinan terhadap Triratna dan diri sendiri
 Kemurnian sila dan pelaksanaannya
 Keyakinan terhadap hukum karma
 Mencari kebaikan di dalam dhamma
 Berbuat baik sesuai dengan dhamma

 Sila bagi Samanera-samaneri adalah majjhima sila (sila menengah).


Untuk aliran Theravada melaksanakan 10 sila dan 75 sekhiya. Untuk
aliran Mahayana melaksanakan 10 sila dan 100 siksakaranya.
 Sila para bhikkhu dan bhikkhuni disebut patimokkhasila atau panita sila
(sila yang tinggi). Sila bagi bhikkhu Theravada berjumlah 227 sila,
bhikkhuni 311 sila. Khusus sila bagi para bhikkhuni Theravada telah
dihapuskan sejak tahun 1257 m karena dalam aliran Theravada tidak ada
lagi sangha bhikkhuni. Sila bagi bhikkhu Mahayana berjumlah 250 sila
dan bhikkhuni 348 sila.

2.4. Manfaat Pancasila Buddhis dalam Kehidupan


 Menghindari Pembunuhan makhluk hidup akan terlahir dengan kondisi jasmani
sehat. Akan lebih lengkap apabila dibarengi dengan pengembangan Metta
(cintakasih) dan karuna (kasih sayang). Disamping menghindari proaktip untuk
melindungi.
 Menghindari mengambil barang yang tidak diberikan merupakan suatu bentuk
penghindaran terhadap keserakahan dan melatih kesabaran dengan cara menahan diri
tidak memanfaatkan sesutau yang bukan miliknya. Selebihnya sila ini apa bila
dilaksanakan akan membuat lebih menghargai apa yang dimilikinya.
 Sila ketiga bermanfaat untuk menciptakan tanggung jawab untuk menjaga
kehormatan keluarga, menjaga kehormatan diri sendiri, tempat tinggal dan milik
sendiri.
 Sila keempat bermanfaat untuk memperteguh kebenaran dan menghindari
pelanggaran lisan yang bisa menimbulkan perpecahan.
 Sila kelima bermanfaat untuk menjaga agar jasmani terlindungi dari bahaya yang
membuat kerusakan. Menjaga ketenangan pikiran dan secara ekonomis tidak
menghamburkan uang dengan perbuatan yang tidak bermanfaat dan waktu yang
merugikan.
Pelaksanaan sila diawali dari diri sendiri, kemudian di kembangkan kepada keluarga.
Keluarga yang memiliki keluhuran moral sebagai pembimbing dan pelindungnya akan
aman. Anggota keluarganya dapat berbicara satu sama lainnya. Mereka tidak keras kepala
atau semaunya sendiri. Sebaliknya mereka mau mendengarkan pendapat yang lain demi
kelancaran dan kemajuan pekerjaan serta aspek-aspek kehidupan mereka lainnya.
Sekalipun hanya sila, jika dipegang teguh, kedamaian keluarga akan terjaga. Lima sila itu
bagaikan payung yang melindungi harta berharga kita, yaitu hati anggota keluarga,
terutama suami dan istri, untuk menjaga agar mereka tidak dihancurkan atau dirusak oleh
kekuatan nafsu yang tidak terbatas.
Sila yang telah kita ucapkan setiap saat dalam puja bhakti bukanlah janji kita
terhadap makhluk adi kodrati atau kepada Buddha dan Bodhisatva. Namun sila itu kita
ucapkan untuk mengingatkan kepada diri kita sendiri bahwa kita telah mengambil latihan
sila untuk kontrol diri agar tetap disiplin dalam kondisi apapun.
Seseorang akan memperoleh kekuatan dengan menjalankan sila. Mereka akan
merealisasi banyak manfaat seperti yang diajarkan oleh para Bhikkhu. Dengan
melaksanakan sila seseorang akan memperoleh; jalan yang benar, kekayaan, bebas dari
penyakit dan kesedihan. Hal yang sangat patut untuk dipuji bila seseorang berusaha untuk
memurnikan sila-nya untuk mencapai kesempurnaan hidupnya.
BAB III
KESIMPULAN

Pancasila adalah lima latihan moral. Pancasila Buddhis merupakan peraturan yang
hendaknya dilatih dan dilaksanakan oleh umat Buddha. Umat Buddha setiap kebaktian
pasti membaca paritta Pancasila. Jika kebaktian dihadiri anggota Sangha, umat meminta
tuntunan Tisarana dan Pancasila Buddhis kepada anggota Sangha. Umat Buddha yang
meminta untuk divisudhi upasaka atau upasika pasti meminta tuntunan Pancasila Buddhis
secara khusus kepada Bhikkhu Sangha. Umat Buddha yang ingin divisudhi upasaka atau
upasika ini berikrar untuk melaksanakan Pancasila Buddhis dalam kehidupan sehari-hari.
Dapat dikatakan bahwa Pancasila Buddhis merupakan pegangan atau pedoman hidup bagi
umat Buddha terutama bagi upasaka dan upasika
Dengan pelaksaan sila, diharapkan kita dapat menjadi seseorang yang baik dan
terkendali dalam perilaku. Pelaksanaan dari Pancasila Buddhis bagi umatawam bertujuan
untuk memperoleh kedamaian dan ketenangan bagi diri sendiri maupun orang lain. Sila
dalam bentuk pasif adalah landasan untuk mengembangan sila dalam bentuk positif.
Aturan tersebut bila dijalankan dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya akan membawa
kemajuan mental dan spiritual bagi diri kita sendiri, tetapi juga dalam bermasyarakat
sebagai umat Buddha
DAFTAR PUSTAKA

Geertz, C. 1992. Kebudayaan dan Agama. Jogjakarta: Kanisius.


Kirthisinghe, B.P. (1995). Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan. (terj.) Jakarta:
Aryasuryacandra.
Paritta, Pali. "PANCASILA (Lima Latihan Sila)". parittabuddhist.com. Paritta dan Lagu
Buddhis. Diakses tanggal 1 Oktober 2020.
Rashid, T. 1997. Sila dan Vinaya. Jakarta : Buddhist Bodhi

Anda mungkin juga menyukai