PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya
sendiri serta masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya
untuk berusaha menjadi manusia yang berperi kemanusiaan yang secara
ideal disebut manusia Dharmika (Manava Madhva). Ajaran etika
(Moralitas),atau Tata Susila, yakni tingkah laku yang baik dan benar untuk
kebahagiaan hidup. Serta keharmonisan antara manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa, antara sesama manusia dengan alam semesta dan ciptaan-Nya.
Ajaran etika dan moralitas di dalam weda mencakup bidang yang
sangat luas meliputi antara lain kebenaran, kasih, tanpa kekerasan,
kebijakan, ketekunan, kemurahan hati, keluruhan budhi pekerti dan lainlain.memperhatikan ajaran ini, kita diarahkan dan dituntut untuk berbuat
kebenaran, kebaikan, agar dapat melebur kegelapan atau karma yang jahat
(buruk), untuk menuju manusia Manava-Madhava (Dharmika). Ajaran Etika
dan Moralitas sangat penting di terapankan dalam kehidupan kita.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian atau definisi dari etika ( moralitas )?
b. Bagaimana misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
( Manava Madhava )?
c. Penarapan atau implementasi apa saja yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari?
d. Bagaimana penyimpangan
etika
dan
moral
pada
remaja
dan
penanggulangannya?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian etika (moralitas).
b. Untuk mengetahui misi untuk memperbaiki diri menuju manusi ideal
( Manava Madhava).
c. Untuk mengetahui penerapan atau implementasi yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Untuk mengetahui cara mengatasi penyimpangan etika dan moralitas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Atau Definisi Etika (Moralitas)
Etika (Ethic = Bahasa Inggris) artinya, susila, kesusilaan, ilmu
akhlak (Wojowarsito, 1992.48). Sila adalah salah satu kerangka dasar
ajaran agama Hindu (Tatwa, Sila Upacara) atau merupakan ajaran pertama
dan utama dari Saptangga Dharma, yaitu :
1. Sila = Kesusilaan
2. Yadnya = Persembahan suci
2
Widdhi
sraddha
sebagai
dasar
etika
Hindu.
Karena yakin bahwa Tuhan berada dimana-mana dan selalu ada serta maha
tahu, mengetahui semua yang tampak dan tk tampak, maka menjadi alasan
atau dasar yang mendorong orang untuk selalu menjaga perilakunya agar
tidak menyimpang dari ajaran-ajaran Tuhan (Agama) dimana dan kapan
pun, baik ada yang melihat maupun tidak. Walau hanya dalam angan atau
pikiran saja semestinya tidak dibiarkan menyimpang karena Tuhan
mengetahui apapun yang ada dalam pikiran manusia. Apalagi umat Hindu
juga yakin bahwa Tuhan menyayangi orang-orang yang susila dan berbudi
pekerti yang luhur.
2. Karena yakin dengan Atma adalah dewa yang memberikan kekuatan
hidup pada setiap mahkluk, maha saksi yang tidak dapat ditipu, maka
timbul
etika
tidak
3
boleh
bohong.
Sanghyang Atma sirata dewa ring sarira, manoning ala ayu tan keneng in
imur-imur.
Artinya, Sanghyang Atma adalah dewa dalam tubuh, mengetahui palsu
dan sejati (baik buruk) tak dapat dikelabuhi (Sukantala . .)
Karena yakin bahwa pada dasarnya Atma semua makhluk adalah tunggal,
tapi berbeda kondisinya karena karmanya dan tubuhnya masing-masing
maka Hindu meyakini konsep Bhineka Tunggal artinya berbdea-beda
satu
sama
lain
namun
pada
hakekatnya
tunggal.
ingin
menolong,
dapat
memaafkan,
sehingga
dalam
Artinya, walaupun baru hanya dalam pikiran akan membawa akibat itu
(ss).
Siapakari tan temung ayu masadana sarwa ayu, nyata katemwaning ala
masadhana sarwa ala
Artinya, siapa yang tak akan memperoleh kebaikan bila sudah didasari
dengan perbuatan baik?
Pastilah hal-hal yang buruk akan dituai bila didasari dengan perbuatan
buruk (Arjuna 10.12.7). Keyakinan pada Karma Phala jelas menjadi dasar
dan sekaligus kontrol dalam berpikir, berkata, dan berbuat. Demikianlah
keyakinan pada Hukum Karma Phala menumbuhkan Etika Hindu.
4. Berdasarkan keyakinan pada Punarbhawa bahwa, bila orang berperilaku
buruk dalam hidupnya akan lahir menjadi makhluk yang lebih rendah,
mungkin menjadi manusia cacat bahkan mungkin menjadi binatang
tergantung derajat keburukan perilakunya, sebaiknya bila dalam hidupnya
didominasi oleh perbuatan-perbuatan baik, maka kelak ia akan lahir pada
tingkat makhluk yang lebih mulia seperti menjadi manusia yang lebih
rupawan, pintar, murah rezeki, memperoleh jalan hidup yang lebih baik,
lebih berwibawa, dsb, maka mesti menjaga tingkah lakunya agar dapat
menjelma dalam tingkat yang lebih tinggi derajatnya, lebih baik dalam
segala hal, minimal tidak jatuh menjadi makhluk yang lebih rendah/lebih
sengsara.
5. Karena yakin dengan adanya sorga yaitu alam tempat arwah yang
sangat menyenangkan, alam tempat meinkmati suka cita bagi arwah yang
pada waktu hidupnya banyak berbuat baik. Apalagi yakin dengan adanya
moksa yang lebih tinggi lagi daripada sorga yaitu menyatunya Atma
dengan Brahman (Tuhan) bagi yang berhasil melepaskan diri dari
belenggu papa dengan berbuat baik (Subhakarma) menikmati Sat cit
ananda atau Suka tan pawali dukha, artinya suka yang tak akan pernah
kembali menemukan duka, dengan kata lain mencapai kebahagiaan abadi.
Etika atau sila semakin menjauhkan orang dari neraka dan menghantarkan
5
untuk semakin dekat dengan sorga dan moksa. Keyakinan ini mendorong
orang untuk beretika, lebih semaangat untuk menegakkan sila dalam
hidupnya.
Demikianlah dasar-dasar etika Hindu itu yang berpijak pada keimanan
Hindu.
2.2.
Madhava )
Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya sendiri
serta masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya untuk berusaha
menjadi manusia yang berperi kemanusiaan yang secara ideal disebut manusia
Dharmika (Manava Madhva). Ajaran etika (Moralitas),atau Tata Susila, yakni
tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup. Serta keharmonisan
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara sesama manusia dengan
alam semesta dan ciptaan-Nya.
Ajaran etika dan moralitas di dalam weda mencakup bidang yang sangat luas
meliputi antara lain kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebijakan, ketekunan,
kemurahan hati, keluruhan budhi pekerti dan lain-lain.memperhatikan ajaran ini,
kita diarahkan dan dituntut untuk berbuat kebenaran, kebaikan, agar dapat
melebur kegelapan atau karma yang jahat (buruk), untuk menuju manusia
Manava-Madhava (Dharmika).
Dalam kitab suci sarasamucaya sloka 2 -3-4 disebutkan sebagai berikut : di
antara semua makhluk hidup hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang
dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk ; demikianlah gunanya
(pahala) menjadi manusia (sarasamuscaya 2)
Oleh karena itu janganlah sekali-kali bersedih hati, sekalipun hidupmu tidak
makmur, dilahirkan menjadi manusia itu hendaknya menjadikan kamu berbesar
hati, sebab amat sukar dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina
sekalipun. (sarasamuscaya 3)
Memperhatikan ajaran ini, kita diarahkan serta dituntut untuk berbuat
kebenaran, kebaikan agar dapat melebur kegelapan atau karma yang buruk, untuk
menuju manusia madava madhava (dharmika). Ajaran etika , tata susila serta
manusia,
menjadi
manusia
yang
berperikemanusiaan,
berbudhi
dan
gerbang menuju nerakai ini yang menghantar paada kemusnahan sang rokh ada
tiga jenis yaitu : nafsu, kemarahan , dan ketamakan, oleh karena itu seseorang
harus melepaskan ketiganya ini (21)
Banyak kitab kitab ajaran hindu yang mengajarkaan etika (moralitas) serta
pengendalian diri bagi manusia , diantaranya: sarasamuscaya.
Sarasamuscaya S.57, menyatak sebagai berikut:
Dharma
Satya
Tapa
mengurangi nafsu
Dama
Yajna
Dana
Dhrti
Ksama
brahma
Sarasamuscaya S. 63 memuat mengenai catur prwawrtti:
catur prwawrtti terdiri atas :
8
Satya
Ahingsa
Dama
Arjawa
Prtti
Prasadam
: kejernihan hati
Madhurya
Mardhawa
: kelembutan hati.
Sarasamuscaya 260
Dana
Ijya
Tapa
Dhyan
Swadhyaya
: mempelajari weda
: puasa
Brata
Mona
Snana
:mengikuti trisandhya
peran
serta
dalam
implementasi
(penerapan)
menjalankan,
10
Sabda
suci
Weda
menyatakan
bahwa
kebenaran/kejujuran
11
b. Kebajikan
Dalam ajaran Hindu, kata dharma mempunyai arti yang luas,
antara lain kebenaran, kebajikan, pengabdian, tugas suci, budi luhur, dsb.
Dalam Rgveda VII.32.8.
Tuhan Yang Maha Esa yang pemurah memberkahi orang yang
penuh kebajikan
Sarasamuscaya Sloka 12.13.
Pada hakekatnya jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya
dharma hendaknya dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti, tidak akan ada
artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari
dharma.
Bagi sang pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang
yang bijak yang melaksanakan dharma, dipuji dan disanjung
olehnya, karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan, beliau
tidak menjujung orang yang kaya dan orang yang selalu birahi
cinta wanita, sebab orang itu tidak sungguh berbahagia, karena
12
adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan dan
hawa nafsu itu.
13
14
15
kita. Dalam masa pubertas, keinginan mereka untuk mencoba sangat besar
dan sering mereka tidak memikirkan resiko dari perbuatannya tersebut. Selain
budaya barat, kondisi keluarga juga menjadi penyebab dari penyimpangan
moral pada kalangan remaja. Mungkin orang tua lebih banyak menghabiskan
waktu diluar rumah untuk bekerja sehingga para remaja tersebut kurang kasih
sayang, pengawasan dan perhatian. Selain itu, mereka juga butuh pengertian
dan dukungan dari keluarga yang harusnya mereka dapatkan sebagai seorang
anak. Jika hal ini dibiarkan, penyimpangan tersebut akan semakin parah.
Untuk mengatasi penyimpangan moral pada remaja, peran orang tua
sangat penting. Dengan orang tua yang selalu mendampingi, mereka akan
yakin bahwa mereka tidak sendiri sehingga apapun kondisinya para remaja
tersebut akan berani terbuka pada orang tua. Selain itu, bimbinglah mereka
dan arahkan mereka dengan baik. Sebagai contoh, anda bisa mendorong para
remaja untuk menyalurkan bakat dan hobi dengan cara yang benar seperti les
musik.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika (Ethic = Bahasa Inggris) artinya, susila, kesusilaan, ilmu akhlak
(Wojowarsito, 1992.48). Sila adalah salah satu kerangka dasar ajaran agama
Hindu (Tatwa, Sila Upacara) atau merupakan ajaran pertama dan utama dari
Saptangga Dharma. Etika merupakan refleksi adalah pemikiran moral, etika
16
adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas. Moral merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Sedangkan moralitas itu adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.
3.2. saran
Adapun saran-saran dari paper ini, adalah :
a. Sebaiknyan pembelajaran etika di lakukan di lingkungan keluarga, sekolah
dan umum.
b. Sebaiknya para orang tua dan dosen menanamkan lebih dalam pendidikan
karakter dan moralitas sejak usia dini agar tidakterjadi penyimpangan
etika.
c. Sebaiknya penbaca lebih memperdalam pengertian pengetahuan etika dan
moralitas.
DAFTAR PUSTAKA:
kajeng, I Nyoman dkk. 1970/1971. Sarasamuccaya, Proyek penerbitan Kitab suci
Hindu dan Budha Departemen Agama RI.
http://www.scribd.com/doc/14704382/2/Etika-dan-Moralitas
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=224511:nilai-etika-sosial-danmoralitas&catid=25:artikel&Itemid=44
17