Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya
sendiri serta masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya
untuk berusaha menjadi manusia yang berperi kemanusiaan yang secara
ideal disebut manusia Dharmika (Manava Madhva). Ajaran etika
(Moralitas),atau Tata Susila, yakni tingkah laku yang baik dan benar untuk
kebahagiaan hidup. Serta keharmonisan antara manusia dengan Tuhan Yang
Maha Esa, antara sesama manusia dengan alam semesta dan ciptaan-Nya.
Ajaran etika dan moralitas di dalam weda mencakup bidang yang
sangat luas meliputi antara lain kebenaran, kasih, tanpa kekerasan,
kebijakan, ketekunan, kemurahan hati, keluruhan budhi pekerti dan lainlain.memperhatikan ajaran ini, kita diarahkan dan dituntut untuk berbuat
kebenaran, kebaikan, agar dapat melebur kegelapan atau karma yang jahat
(buruk), untuk menuju manusia Manava-Madhava (Dharmika). Ajaran Etika
dan Moralitas sangat penting di terapankan dalam kehidupan kita.
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian atau definisi dari etika ( moralitas )?
b. Bagaimana misi untuk memperbaiki diri menuju manusia ideal
( Manava Madhava )?
c. Penarapan atau implementasi apa saja yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari?
d. Bagaimana penyimpangan

etika

dan

moral

pada

remaja

dan

penanggulangannya?
1.3. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian etika (moralitas).
b. Untuk mengetahui misi untuk memperbaiki diri menuju manusi ideal
( Manava Madhava).
c. Untuk mengetahui penerapan atau implementasi yang dibutuhkan dalam
kehidupan sehari-hari.
d. Untuk mengetahui cara mengatasi penyimpangan etika dan moralitas.

1.4. Manfaat Penulisan


a. Untuk memberi wacana kepada pembaca agar mengetahui pengertian
dari etika (moralitas).
b. Untuk memberikan wacana kepada pembaca agar mengetahui misi
untuk memperbaiki diri menuju manusi ideal ( Manava Madhava).
c. Untuk memberikan wacana kepada pembaca agar mengetahui penerapan
atau implementasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Untuk memberikan wacana kepada pembaca agar mengetahui cara
mengatasi penyimpangan etika dan moralitas.
1.5. Metode Penulisan
Dalam penulisan paper ini, penulis penggunakan metode study kepustakaan.
Metode study kepustakaan adalah study yang mengutamakan penggunaan
kepustakaan, sebagai tempat untuk mendapatkan informasi informasi atau
data data melalui buku buku. Dan menggunakan media internet, dimana
penulis mencari informasi-informasi dari internet.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Atau Definisi Etika (Moralitas)
Etika (Ethic = Bahasa Inggris) artinya, susila, kesusilaan, ilmu
akhlak (Wojowarsito, 1992.48). Sila adalah salah satu kerangka dasar
ajaran agama Hindu (Tatwa, Sila Upacara) atau merupakan ajaran pertama
dan utama dari Saptangga Dharma, yaitu :
1. Sila = Kesusilaan
2. Yadnya = Persembahan suci
2

3. Tapa = Pengendalian diri


4. Dana = Berderma
5. Prawrjya = Menyebarkan Dharma
6. Diksa = Upacara inisisai
7. Yoga = Menunggalkan diri dengan Tuhan
Pada Sloka Wrehaspati Tattwa No. 25 itu dijelaskan bahwa, Sila ngaranya
mangrakascara rahayu, yang artinya Sila adalah menjaga
perilaku/kebiasaan agar tidak menyimpang dari norma-norma kebenaran
dan kebaikan. Dengan lain katanya, memelihara perangai yang baik dan
benar menurut Dharma Agama dan sosial budaya. Suatu perilaku
dikatakan etis apabila; sopan, pantas/wajar, baik, dan benar sesuai norma
dan nilai yang berlaku. Sedangkan norma atau aturan tingkah laku yang
baik dan mulia disebut Tata Susila. (Mantra; 1988.5).
Adapun dasar dasar Etika Hindu adalah, sebagai berikut :
Semua etika agama berdasarkan keimanan. Etika Hindu berdasarkan
keimanan Hindu yang disebut Sraddha. Keimanan Hindu adalah lima pilar
dasar keimanan Hindu yang disebut Panca Sraddha, dapat dijelaskan sbb :
1.

Widdhi

sraddha

sebagai

dasar

etika

Hindu.

Karena yakin bahwa Tuhan berada dimana-mana dan selalu ada serta maha
tahu, mengetahui semua yang tampak dan tk tampak, maka menjadi alasan
atau dasar yang mendorong orang untuk selalu menjaga perilakunya agar
tidak menyimpang dari ajaran-ajaran Tuhan (Agama) dimana dan kapan
pun, baik ada yang melihat maupun tidak. Walau hanya dalam angan atau
pikiran saja semestinya tidak dibiarkan menyimpang karena Tuhan
mengetahui apapun yang ada dalam pikiran manusia. Apalagi umat Hindu
juga yakin bahwa Tuhan menyayangi orang-orang yang susila dan berbudi
pekerti yang luhur.
2. Karena yakin dengan Atma adalah dewa yang memberikan kekuatan
hidup pada setiap mahkluk, maha saksi yang tidak dapat ditipu, maka
timbul

etika

tidak
3

boleh

bohong.

Sanghyang Atma sirata dewa ring sarira, manoning ala ayu tan keneng in
imur-imur.
Artinya, Sanghyang Atma adalah dewa dalam tubuh, mengetahui palsu
dan sejati (baik buruk) tak dapat dikelabuhi (Sukantala . .)
Karena yakin bahwa pada dasarnya Atma semua makhluk adalah tunggal,
tapi berbeda kondisinya karena karmanya dan tubuhnya masing-masing
maka Hindu meyakini konsep Bhineka Tunggal artinya berbdea-beda
satu

sama

lain

namun

pada

hakekatnya

tunggal.

Berdasarkan kenyataan bahwa manusia keadaannya berbeda-beda, ada


yang lebih tua, ada yang lebih muda, ada yang lebih tinggi statusnya, ada
yang lebih rendah, maka orang ber-tata krama atau ber-etika; orang yang
lebih rendah statusnya atau lebih muda umurnya patut menghormati yang
lebih tinggi statusnya atau lebih tua umurnya, orang lebih tinggi statusnya
atau lebih patut menghargai yang lebih rendah dan yang lebih muda.
Berdasarkan keyakinan bahwa, pada hakekatnya semua Atma adalah
tunggal, melahirkan fialsafat Tat Twam Asi artinya dia adalah kamu :
melandasi serta mendorong etika untuk saling menghargai satu sama lain.
Tat Twam Asi juga landasan dasar salah satu ajaran Etika Hindu :
Arimbawa maksudnya punya pertimbangan kemanusiaan, punya rasa
kasihan,

ingin

menolong,

dapat

memaafkan,

sehingga

dalam

memperlakukan atau menindak orang lain mengukur pada diri sendiri.


Sebelum bertindak tanya dulu kepada diri sendiri Bagaimana seandainya
aku diperlakukan artau ditindak demikian? Bila menimbulkan rasa tak
enak, menyakitkan, maka sebaiknya orang tidak diperlakukan demikian :
bila menyenangkan atau membahagiakan (dalam arti positif) sebaiknya
dilakukan.
3. Karena yakin dengan Hukum Karma Phala bahwa, setiap perbuatan
pasti akan membawa akibat, maka orang menjaga sikap dan perilakunya
agar selamat (anggraksa cara rahayu) termasuk menjaga pikiran.
Yadiastun riangen-angen maphala juga ika

Artinya, walaupun baru hanya dalam pikiran akan membawa akibat itu
(ss).
Siapakari tan temung ayu masadana sarwa ayu, nyata katemwaning ala
masadhana sarwa ala
Artinya, siapa yang tak akan memperoleh kebaikan bila sudah didasari
dengan perbuatan baik?
Pastilah hal-hal yang buruk akan dituai bila didasari dengan perbuatan
buruk (Arjuna 10.12.7). Keyakinan pada Karma Phala jelas menjadi dasar
dan sekaligus kontrol dalam berpikir, berkata, dan berbuat. Demikianlah
keyakinan pada Hukum Karma Phala menumbuhkan Etika Hindu.
4. Berdasarkan keyakinan pada Punarbhawa bahwa, bila orang berperilaku
buruk dalam hidupnya akan lahir menjadi makhluk yang lebih rendah,
mungkin menjadi manusia cacat bahkan mungkin menjadi binatang
tergantung derajat keburukan perilakunya, sebaiknya bila dalam hidupnya
didominasi oleh perbuatan-perbuatan baik, maka kelak ia akan lahir pada
tingkat makhluk yang lebih mulia seperti menjadi manusia yang lebih
rupawan, pintar, murah rezeki, memperoleh jalan hidup yang lebih baik,
lebih berwibawa, dsb, maka mesti menjaga tingkah lakunya agar dapat
menjelma dalam tingkat yang lebih tinggi derajatnya, lebih baik dalam
segala hal, minimal tidak jatuh menjadi makhluk yang lebih rendah/lebih
sengsara.
5. Karena yakin dengan adanya sorga yaitu alam tempat arwah yang
sangat menyenangkan, alam tempat meinkmati suka cita bagi arwah yang
pada waktu hidupnya banyak berbuat baik. Apalagi yakin dengan adanya
moksa yang lebih tinggi lagi daripada sorga yaitu menyatunya Atma
dengan Brahman (Tuhan) bagi yang berhasil melepaskan diri dari
belenggu papa dengan berbuat baik (Subhakarma) menikmati Sat cit
ananda atau Suka tan pawali dukha, artinya suka yang tak akan pernah
kembali menemukan duka, dengan kata lain mencapai kebahagiaan abadi.
Etika atau sila semakin menjauhkan orang dari neraka dan menghantarkan
5

untuk semakin dekat dengan sorga dan moksa. Keyakinan ini mendorong
orang untuk beretika, lebih semaangat untuk menegakkan sila dalam
hidupnya.
Demikianlah dasar-dasar etika Hindu itu yang berpijak pada keimanan
Hindu.

2.2.

Misi Untuk Memperbaiki Diri Menuju Manusia Ideal ( Manava

Madhava )
Salah satu tugas suci bagi umat Hindu ialah untuk menata dirinya sendiri
serta masyarakat, serta umat manusia untuk mengenal jati dirinya untuk berusaha
menjadi manusia yang berperi kemanusiaan yang secara ideal disebut manusia
Dharmika (Manava Madhva). Ajaran etika (Moralitas),atau Tata Susila, yakni
tingkah laku yang baik dan benar untuk kebahagiaan hidup. Serta keharmonisan
antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, antara sesama manusia dengan
alam semesta dan ciptaan-Nya.
Ajaran etika dan moralitas di dalam weda mencakup bidang yang sangat luas
meliputi antara lain kebenaran, kasih, tanpa kekerasan, kebijakan, ketekunan,
kemurahan hati, keluruhan budhi pekerti dan lain-lain.memperhatikan ajaran ini,
kita diarahkan dan dituntut untuk berbuat kebenaran, kebaikan, agar dapat
melebur kegelapan atau karma yang jahat (buruk), untuk menuju manusia
Manava-Madhava (Dharmika).
Dalam kitab suci sarasamucaya sloka 2 -3-4 disebutkan sebagai berikut : di
antara semua makhluk hidup hanya yang dilahirkan menjadi manusia sajalah yang
dapat melaksanakan perbuatan baik ataupun buruk ; demikianlah gunanya
(pahala) menjadi manusia (sarasamuscaya 2)
Oleh karena itu janganlah sekali-kali bersedih hati, sekalipun hidupmu tidak
makmur, dilahirkan menjadi manusia itu hendaknya menjadikan kamu berbesar

hati, sebab amat sukar dilahirkan menjadi manusia, meskipun kelahiran hina
sekalipun. (sarasamuscaya 3)
Memperhatikan ajaran ini, kita diarahkan serta dituntut untuk berbuat
kebenaran, kebaikan agar dapat melebur kegelapan atau karma yang buruk, untuk
menuju manusia madava madhava (dharmika). Ajaran etika , tata susila serta
manusia,

menjadi

manusia

yang

berperikemanusiaan,

berbudhi

dan

berkepribadian mulia, manusia manava madhava (dharmika), berdasarkan ajaran


agama hindu , yang di muat dalam veda , Itihasa,Purana Bhagawadgita,
Slokantara dan yang lain lainnya.
Para dewa dan para asura kedua berasal dari pajapati. Selanjutnya dalam
pustaka suci Bhagawadgita XVI 4-5-6 di sebutkan., berlagak angkuh ,
membanggakan diri, marah dan juga kasar serta bodoh, semua ini , wahai partha
(arjuna) adalah sifat- sifat mereka yang lahir dengan kecederungan raksasa.
Dalam bhagawadgita yang menjelaskan mengenai sifat sifat keraksasaan ( asuri
sampat) sebagai lawan sifat-sifat kedewaan (daiwi sampat) adalah sebagai berikut:
Bhagawadgita Bab XVI.10,12,14,17,21:
kerajinan dengan keinginan yang tak terhitung banyaknya yang berhenti dengan
adanya kematian, memandang pemusatan keinginan sebagai tujuan tertinggi,
dengan memastikan inilah segala galanya(10).
dibelenggu oleh ratusan keinginan yang di pasrahkan pada nafsu dan kemarahan
mereka berusaha untuk menimbun kekayaan dengan cara yang tidak jujur, demi
untuk memenuhi keinginannya.(12)
musuh ini telah aku bunuh dan yang lainnya juga akan kubunuh, akulah
penguasa, akulah penikmat, akulah yang berhasil, yang perkasa dan yang
berbahagia (14)
dengan menyombongkan diri, merasa diri benar yang penuh kebanggaan dan
keangkuhan akan kekayaan,mereka melaksanakan
pulasan tanpa mengindahkan aturan semestinya (17)
7

upacara yadnya sebagai

gerbang menuju nerakai ini yang menghantar paada kemusnahan sang rokh ada
tiga jenis yaitu : nafsu, kemarahan , dan ketamakan, oleh karena itu seseorang
harus melepaskan ketiganya ini (21)

Banyak kitab kitab ajaran hindu yang mengajarkaan etika (moralitas) serta
pengendalian diri bagi manusia , diantaranya: sarasamuscaya.
Sarasamuscaya S.57, menyatak sebagai berikut:
Dharma

: dari Satyalah sumbernya.

Satya
Tapa

: Carira sang Cosana, yaitu dapat mengendalikan jasmani dan

mengurangi nafsu
Dama

: artinya tenang, sabar, tahu menasehati

Wimasaritwa :artinya, tidak dengki, iri hati.


Hrih

:berarti malu, mempunyai rasa malu.

Titiksa : artinya, jangan sangat gusar


Anasuya

: berarti tidak berbuat dosa

Yajna

: adalah kemauan mengadakan pujaan

Dana

: adalah memberi sedekah

Dhrti

: artinya penenangan dan penyucian pekiran

Ksama

: berarti tahan sabar dan suka mengampuni: itulah brata sang

brahma
Sarasamuscaya S. 63 memuat mengenai catur prwawrtti:
catur prwawrtti terdiri atas :
8

Arjawa (jujur dan terus terang)


Asangsya ( tidak memntingkan diri sendiri)
Dama (dapat menasehati dirinya sendiri)
Indriyanigraha (mengekang hawa napsu)

Sarasamuscaya, sloka 259


Inilah brata yang disebut yama :

Asangsya, yaitu harimbawa : tidak mementingkan diri sendiri saja.


Ksama

: tahan akan panas dan dingin.

Satya

: tidak berkata bohong.

Ahingsa

: berbuat atau bahagianya sekalian makhluk

Dama

: sabar serta dapat menasehati dirinya sendiri.

Arjawa

: tulus hati,berterus terang.

Prtti

: sangat welas asih.

Prasadam

: kejernihan hati

Madhurya

:manisnya pandangan dan manisnya perkataan

Mardhawa

: kelembutan hati.

Sarasamuscaya 260

Inilah brata sepuluh banyaknya, yang di sebut niyama :

Dana

: pemberian , pemberian makanan, minuman, dll.

Ijya

:pujaan kepada dewa.

Tapa

: pengekangan nafsu jasmaniah

Dhyan

: tepekur , merenungkan siwa

Swadhyaya

: mempelajari weda

Upasthanigraha: pengekangan upastha


Upawasa

: puasa

Brata

: pengekangan nafsu terhadap makanan / minuman

Mona

: wacangyama, berarti menahan, tidak mengucapkan kata

Snana

:mengikuti trisandhya

2.3. Implementasi Kebenaran, Kewajiban, Kasih Sayang, Kedamaian, dan


Tanpa Kekerasan dalam Kehidupan Bersama Sehari-hari
Setelah mempelajari ajaran etika (moralitas) yang dimuat dalam kitab suci
Weda, Itihasa, Purana, dan sebagainya, kita sebagai umat Hindu mempunyai
kewajiban

peran

serta

dalam

implementasi

(penerapan)

menjalankan,

melaksanakan ajaran tersebut. Berikut ini diungkapkan, petikan intisari ajaran


yang penting kita jadikan perilaku kita sehari-hari di masyarakat di antara sesama
manusia.

a. Kebenaran/Kejujuran (Satyam, Dharma)

10

Sabda

suci

Weda

menyatakan

bahwa

kebenaran/kejujuran

(satyam), merupakan prinsip dasar hidup dan kehidupan. Bila seseorang


senantiasa mengikuti kebenaran, maka hidupnya akan selamat, sejahtera,
terhindar dari bencana, memperoleh kebijaksanaan dan kemuliaan.
Kebenaran/kejujuran dapat dilaksanakan dengan mudah, bila seseorang
memiliki keyakinan (sraddha). Dengan keyakinan seseorang akan mantap
bertindak di jalan yang benar, menuju kebenaran.

Artaheva Vda XIV.1.1.


kebenaran, kejujuran menyangga bumi, Matahari menyangga
langit. Hukum-hukum alam menyangga matahari. Tuhan Yang Maha Esa,
meresapi seluruh lapisan udara yang meliputi bumi (atmosfir)

Sarasamuscaya Sloka 128


Tak berjauhan bisa (beracun) itu dengan amrta : disinilah di
badan sendirilah tempatnya:

Keterangannya : jika orang itu bodoh, dan senang hatinya kepada


adharma, bisa atau racun didapat olehnya: sebaiknya kokoh
berpegangan kepada kebenaran, tidak goyah hatinya bersandar
kepada Dharma, maka amrtalah diperolehnya.

Sarasamuscaya Sloka 41, 42


maka yang harus Anda perhatikan, jika ada hal yang ditimbulkan
oleh perbuatan, perkataan dan pikiran yang tidak menyenangkan
dirimu sendiri, malahan menimbulkan duka yang menyebabkan
sakit hati, jangan tidak mengukur baju di badanmu sendiri, perilaku

11

Anda yang demikian itulah Dharma namanya: penyelewengan


ajaran dharma, jangan hendaknya dilakukan.

bahwa segala perilaku orang yang bijaksana, orang yang jujur,


orang satya wacana, pun orang yang dapat mengalahkan hawa
nafsunya dan tulus ikhlas lahir bathin, pasti berlandaskan dharma
segala laksana beliau., laksana beliau itulah patus dituruti, jika
telah dapat menurutinya, itulah yang dinamai laksana dharma.

b. Kebajikan
Dalam ajaran Hindu, kata dharma mempunyai arti yang luas,
antara lain kebenaran, kebajikan, pengabdian, tugas suci, budi luhur, dsb.
Dalam Rgveda VII.32.8.
Tuhan Yang Maha Esa yang pemurah memberkahi orang yang
penuh kebajikan
Sarasamuscaya Sloka 12.13.
Pada hakekatnya jika artha dan kama dituntut, maka seharusnya
dharma hendaknya dilakukan lebih dahulu, tak tersangsikan lagi,
pasti akan diperoleh artha dan kama itu nanti, tidak akan ada
artinya, jika artha dan kama itu diperoleh menyimpang dari
dharma.
Bagi sang pandita (orang arif bijaksana) tak lain hanya orang
yang bijak yang melaksanakan dharma, dipuji dan disanjung
olehnya, karena ia telah berhasil mencapai kebahagiaan, beliau
tidak menjujung orang yang kaya dan orang yang selalu birahi
cinta wanita, sebab orang itu tidak sungguh berbahagia, karena

12

adanya pikiran angkara dan masih dapat digoda oleh kekayaan dan
hawa nafsu itu.

c. Kasih Sayang (Cinta Kasih)


Kitab Suci Sarasamuscaya sloka 135-136-146:
oleh karenannya usahakanlah kesejahteraan makhluk, karena
kehidupan mereka itu menyebabkan tetap terjaminnya catur warga,
yaitu Dharma, Artha, Kama dan Moksa; jika mau mencabut
nyawanya makhluk, betapa itu tidak musnah olehnya; demikianlah
orang yang menjaga kesejahteraan makhluk itu, ia itulah yang
disebut menegakkan ccatur warga, dinamakan abhutahita, jika
sesuatunya itu tidak terjaga atau terlindungi olehnya.
Catatan: Abhutahita: Abhuta + hita, berarti tidak ada mempunyai kebaikan,
kebajikan, tidak menghiraukan kesejahteraan makhluk, kebalikannya,
buthahita- kesejahteraan makhluk.

Bila orang itu sayang akan hidupnya apa sebabnya ia itu


inginmemusnahkan hidup makhluk lain, hal itu sekali-kali tidak
memakai ukuran diri sendiri, segala sesuatu yang akan dapat
menyenangkan kepada dirinya, mestinya itulah dicita-citakannya
terhadap makhluk lain.

d. Kedamaian dan Tanpa Kekerasan


Kedamaian juga mengandung pengertian tenang, tentram. Jangan
menyakiti hati siapa pun, jangan mengganggu, jangan merugikan orang
lain, apalagi mereka yang pernahberjasa. Setiap umat manusia dianjurkan

13

untuk tidak membunuh binatang, terutama yang bermanfaat bagi


kehidupan ( berjasa bagi manusia).
Pada doa puja Trisandhya, mantram ke-2, mengatakan: Sarvaprani
Hitangkarah, ( semoga semua makhluk sejahtera), menunjukkan doa kita
yang universal, tidak hanya untuk manusia, tetatpi semua makhluk
ciptaan-Nya.
Hal ini banyak diungkapkan oleh pustaka suci Weda, Itihasa,
Purana dan lain-lainnya.

Atharva Veda : XIX 9.1


semoga langit penuh damai. Semoga bumi bebas dari gangguangangguan. Semoga suasana lapisan udara yang meliputi bumi ( atmosfir)
yang luas menjadi tenang. Semoga perairan yang mengalir menyejukkan
dan semuaga semua tanaman dan tumbuh-tumbuhan menjadi bermanfaat
untuk kami.

Yajur Veda XXXIV.17.


semoga ada kedamaian di langit, di udara yang meliputi bumi
(atmosfir) dan di atas bumi, semoga air, tumbuh-tumbuhan dan tanamantanaman menjadi sumber kedamaian untuk semuanya. Semoga semua
dewa dan Tuhan Yang Maha Esa menganugerahkan kedamaian kepada
kami. Semoga terdapat kedamaian (ketentraman) di mana-mana. Semoga
kedamaian itu datang kepada kami.
Atharva Veda XIX.92.
semoga masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang penuh
kedamaian dan amat ramah kepada kami.

14

Setelah membaca ungkapan-ungkapan dalam pustaka suci Weda,


maka sebagai umat Hindu kita wajib berusaha lahir bathin untuk
menerapkan, melaksankan sifat luhur seperti kebenaran, kebajikan,
kedamaian, tanpa kekerasan, seperti yang dijelaskan dalam Daiwi Sampat
(sifat-sifat kedewaan).
2.4. Penyimpangan etika ( moral ) pada remaja dan penanggulangannya
Di negara kita saat ini, banyak sekali terjadi penyimpangan moral dan hal
itu dilakukan oleh masyarakat kita dari berbagai kalangan dan usia. Kondisi
ini sangat memprihatinkan karena hal tersebut akan membawa dampak
negatif pada keadaan negara kita. Ada banyak contoh yang perlu anda ketahui
yang termasuk dalam kategori penyimpangan moral. Informasi tersebut
diharapkan membuat anda paham tentang penyimpangan itu sehingga mampu
menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan tersebut.
Penyimpangan moral tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang
tidak disaring dengan baik sehingga semuanya diserap oleh generasi muda
kita. Dalam masa pubertas, keinginan mereka untuk mencoba sangat besar
dan sering mereka tidak memikirkan resiko dari perbuatannya tersebut.
Contoh penyimpangan moral dikalangan remaja adalah perilaku seks
bebas, pemakaian narkoba, budaya hedonisme dan juga gaya berpakaian yang
tidak sepantasnya. Jika hal ini dibiarkan maka generasi muda kita akan
hancur dan bangsa ini akan jauh dari kemajuan dan kemakmuran. Selain itu,
hal tersebut akan membawa pengaruh yang buruk pada system sosial negara
kita. Penyimpangan tersebut sudah terjadi sejak lama dan banyak orang yang
menutup mata dan telinga dari kondisi ini.
Penyimpangan moral tersebut bisa diakibatkan oleh budaya barat yang
tidak disaring dengan baik sehingga semuanya diserap oleh generasi muda

15

kita. Dalam masa pubertas, keinginan mereka untuk mencoba sangat besar
dan sering mereka tidak memikirkan resiko dari perbuatannya tersebut. Selain
budaya barat, kondisi keluarga juga menjadi penyebab dari penyimpangan
moral pada kalangan remaja. Mungkin orang tua lebih banyak menghabiskan
waktu diluar rumah untuk bekerja sehingga para remaja tersebut kurang kasih
sayang, pengawasan dan perhatian. Selain itu, mereka juga butuh pengertian
dan dukungan dari keluarga yang harusnya mereka dapatkan sebagai seorang
anak. Jika hal ini dibiarkan, penyimpangan tersebut akan semakin parah.
Untuk mengatasi penyimpangan moral pada remaja, peran orang tua
sangat penting. Dengan orang tua yang selalu mendampingi, mereka akan
yakin bahwa mereka tidak sendiri sehingga apapun kondisinya para remaja
tersebut akan berani terbuka pada orang tua. Selain itu, bimbinglah mereka
dan arahkan mereka dengan baik. Sebagai contoh, anda bisa mendorong para
remaja untuk menyalurkan bakat dan hobi dengan cara yang benar seperti les
musik.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Etika (Ethic = Bahasa Inggris) artinya, susila, kesusilaan, ilmu akhlak
(Wojowarsito, 1992.48). Sila adalah salah satu kerangka dasar ajaran agama
Hindu (Tatwa, Sila Upacara) atau merupakan ajaran pertama dan utama dari
Saptangga Dharma. Etika merupakan refleksi adalah pemikiran moral, etika

16

adalah ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas. Moral merupakan nilai-nilai dan norma-norma yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah
lakunya. Sedangkan moralitas itu adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan
nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

3.2. saran
Adapun saran-saran dari paper ini, adalah :
a. Sebaiknyan pembelajaran etika di lakukan di lingkungan keluarga, sekolah
dan umum.
b. Sebaiknya para orang tua dan dosen menanamkan lebih dalam pendidikan
karakter dan moralitas sejak usia dini agar tidakterjadi penyimpangan
etika.
c. Sebaiknya penbaca lebih memperdalam pengertian pengetahuan etika dan
moralitas.

DAFTAR PUSTAKA:
kajeng, I Nyoman dkk. 1970/1971. Sarasamuccaya, Proyek penerbitan Kitab suci
Hindu dan Budha Departemen Agama RI.
http://www.scribd.com/doc/14704382/2/Etika-dan-Moralitas
http://www.waspada.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=224511:nilai-etika-sosial-danmoralitas&catid=25:artikel&Itemid=44

17

Anda mungkin juga menyukai