Pada pembahasan materi agama Buddha kali ini akan membahas mengenai inti dari
ajaran Budha, dimana pembahasannya tentang tidak berbuat kejahatan, berbuatlah
kebajikan dan sucikan pikiran untuk lebih jelasnya dapat disimak dalam penjelasan berikut
ini!
Suatu perbuatan, entah dilakukan dengan jasmani, ucapan atau pikiran, yang
dapat mengakibatkan kerugian atau menyakitkan, baik bagi diri sendiri, atau pihak
lain, atau kedua-duanya, dinyatakan tidak baik; hasilnya penderitaan, akibatnya
penderitaan. Perbuatan seperti itu tidak boleh dilakukan. Perbuatan yang baik tidak
mengakibatkan kerugian atau menyakitkan, baik bagi diri sendiri atau pihak lain,
atau kedua-duanya (Majjhima Nikaya.I,415-419).
B. Berbuatlah Kebajikan
Kebajikan adalah kualitas-kualitas baik dan mulia dalam diri seseorang yang
memungkinkan ia melakukan perbuatan baik yang menuntun pada pengikisan
keserakahan, kebencian, dan kebodohan, dan pada akhirnya, dengan
mengikutsertakan kebijaksanaan meraih pencerahan. Kualitas-kualitas ini contohnya
kedermawanan, belas kasih, kejujuran, kedisiplinan, ketekunan, dan lain-lain.
Setelah kita mengetahui apa itu kebajikan, kita dapat mulai
mengekspresikannya melalui perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik adalah
semua tindakan melalui pikiran, ucapan, atau perbuatan yang mengarah pada
pengikisan loba, dosa, dan moha. Atau bisa juga dikatakan sebagai semua tindakan
melalui pikiran, ucapan, atau pikiran yang tidak berakar pada loba, dosa, dan moha.
Kita dapat memulai perbuatan baik dari lingkungan terdekat kita, dari hal-hal yang
kecil, sedikit demi sedikit. Sesungguhnya, seperti yang pernah disabdakan oleh
Buddha untuk tidak memandang remeh perbuatan baik, tidak perbuatan baik yang
remeh atau kecil, bila dilakukan sebagai kebiasaan, maka akan membuahkan
kebahagiaan bagi diri kita dan orang lain.
Motivasi setiap orang dalam berbuat baik bisa beraneka macam. Beberapa
orang yang memiliki keyakinan tertentu mengatakan alasan mereka berbuat baik
adalah untuk menaati perintah Tuhan, atau untuk mendapatkan pahala surgawi.
Lainnya menyatakan mereka berbuat baik demi mendapatkan kebahagiaan dalam
kehidupan ini.
Pamrih-pamrih seperti itu tidaklah buruk, mengharapkan sesuatu yang baik seperti
pahala surgawi atau kebahagiaan dalam kehidupan adalah hal yang cukup wajar dan
pantas. Tetapi, bagi seorang umat Buddha, tujuan dari perbuatan baik seharusnya
menjadi hal yang lebih tinggi daripada sekadar pahala surgawi atau kebahagiaan
dalam kehidupan. Dalam hal ini kita dapat meneladan Bodhisatta.
Jadi, bagi seorang umat Buddha, motivasi termulia dalam berbuat baik
seharusnya adalah untuk meraih pencerahan, kebebasan sejati. Untuk itu, dalam
setiap perbuatan baik, kita dapat mengucapkan tekad, ”semoga perbuatan baik yang
saya lakukan ini dapat membuahkan pencerahan sejati bagi saya, kebebasan sejati
seperti yang telah Buddha dan para Arahat raih. Semoga saya tidak akan terlahir
kembali di rahim mana pun.” Dengan demikian perbuatan baik yang dilakukan
bukan didorong oleh kepentingan sendiri, tetapi juga atas dasar rasa belas kasih dan
kepedulian bagi semua makhluk. Dalam hal ini, sekali lagi kita dapat menengok
teladan yang telah diberikan oleh Bodhisatta. Beliau menyempurnaan parami-Nya
untuk meraih pencerahan sempurna sebagai seorang Buddha.
Sebagai makhluk yang terlahir di alam manusia, ada banyak sekali jenis
kebajikan yang dapat dilakukan. Dalam Dhammapada 53, Buddha bersabda bahwa
dari setumpuk bunga dapat dibuat banyak karangan bunga. Demikian pula, dengan
terlahir sebagai manusia ada banyak jenis perbuatan baik yang dapat dilakukan.
C. Sucikan Pikiran
Ajaran Buddha adalah satu-satunya ajaran yang tidak hanya berakhir pada
menghindari kejahatan dan melakukan kebajikan, tetapi juga mengajarkan pemurnian
pikiran. Pikiran merupakan akar dari semua kejahatan dan kebajikan, dan yang menjadi
sebab dari penderitaan maupun kebahagiaan sejati.
Dalam agama Buddha, kebajikan saja tidaklah cukup. Kebajikan harus disertai
dengan kebijaksanaan untuk dapat membawa kita menuju tujuan tertinggi: Nibbana,
kedamaian, kebebasan sejati. Kebijaksanaan di sini berarti tahu saat berarti tahu saat yang
tepat dan bagaimana melakukan kebajikan itu. Tanpa kebijaksanaan kita bagaikan seekor
burung yang salah satu sayapnya patah. Tanpa kebijaksanaan kita hanya akan menjadi
orang baik hati yang bodoh.
Kebijaksanaan dihasilkan oleh pengalaman, penalaran dan pengetahuan.
Kebijaksanaan ini merupakan dasar dari perkembangan mental, moral, spiritual dan
intelektual seseorang. Kebijaksanaan muncul bukan hanya didasarkan pada teori tetapi
yang paling penting adalah dari pengalaman dan penghayatan ajaran Buddha.
Kebijaksanaan berkaitan erat dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak perlu dilakukan.
Singkatnya, kita mengetahui dan mengerti tentang masalah yang dihadapi, penyebab timbulnya
masalah, masalah itu dapat dilenyapkan, dan cara untuk melenyapkan masalah tersebut.
Secara garis besar, kebijaksanaan dapat timbul karena tiga hal, yaitu melalui belajar,
melalui berpikir atau menyelidiki, dan melalui meditasi (bhavana). Dalam hal ini, meditasi
yang menghasilkan buah kebijaksanaan adalah meditasi pandangan terang, yaitu dengan
melakukan perenungan terhadap jasmani, perasaan, bentuk-bentuk pikiran, dan kesadaran.
Dengan demikian, seseorang akan dapat melihat hakikat kehidupan yang sesungguhnya,
bahwa kehidupan selalu diliputi oleh ketidakkekalan, ketidakpuasan, dan ketiadaan inti yang
kekal.
Kesimpulan
Ajaran Buddha sangat luas dan mendalam. Namun demikian, ajaran tersebut dapat
disarikan menjadi tiga hal yaitu tidak melakukan segala bentuk kejahatan, melaksanakan
dan mengembangkan segala bentuk kebajikan, dan memurnikan atau menyucikan pikiran.
Ajaran-ajaran dimaksud bukan sekadar bersifat materi yang hanya dimengerti/dipahami
tetapi juga harus dipraktikkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Secara lebih terperinci, tidak berbuat kejahatan dapat diuraikan menjadi tiga kelompok,
yaitu tidak berbuat kejahatan melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan jasmani. Demikian
pula perbuatan baik (kebajikan) dapat dilakukan oleh pikiran, ucapan, dan juga jasmani.
pertama-tama kita akan memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan ini
dan kehidupan berikutnya. Pada akhirnya ajaran Buddha akan membawa kita pada tujuan
akhir yaitu Kebebasan Mutlak, Kebahagiaan Tertinggi, Nibbana.