Pada saat ini banyak orang yang berbuat semaunya sendiri tanpa
mempertimbangkan baik-buruknya perbuatan tersebut, tanpa memikirkan akibat
yang ditimbulkan apakah merugikan bagi orang lain atau tidak. Bahkan tidak
memikirkan akibat yang ditimbulkan bagi dirinya sendiri, apakah perbuatan yang
dilakukannya itu merugikan atau tidak.
1
Bagaimana pelaksanaan sila yang dianjurkan oleh Buddha?
Menurut Teja, dalam bukunya Sila dan Vinaya, Sila adalah sikap batin
atau kehendak yang tercetus sebagai ucapan benar, perbuatan benar, dan
penghidupan benar. Sila merupakan dasar yang utama dalam agama Buddha,
mencakup semua sifat-sifat yang baik yang termasuk dalam ajaran moral dan etika
dari agama Buddha. Sila merupakan langkah awal yang sangat penting untuk
mencapai peningkatan batin yang luhur.
Hal ini jelas terlihat dari sabda Sang Buddha yang tercatat dalam Samyutta
Nikaya (V.143) sebagai berikut: "Apakah permulaan dari batin yang luhur? Sila
yang sempurna kesuciannya".
Sila sendiri menurut cara pelaksanaannya dibagi menjadi dua, yaitu varitta
sila dan caritta sila. Varitta sila adalah sila dalam aspek negatif dan caritta sila
adalah sila dalam aspek positif. Sila dalam aspek negatif menghilangkan
pembawaan yang tidak baik dengan cara menghindari perbuatan jahat seperti
keserakahan, itikad buruk, iri-hati, sedangkan sila dalam aspek positif
mengembangkan perbuatan baik seperti berdana, niat baik, kesediaan untuk
memaafkan dan perbuatan baik lainnya.
Aspek negatif mempunyai nilai menjauhkan pikiran dari objek yang bukan
kebaikan dan aspek positif memusatkan seluruh pikiran pada kebaikan, sehingga
semaksimal mungkin dapat melakukan kewajiban seperti yang terdapat dalam
Sigalovada Sutta.
Sila dalam agama Buddha tidak hanya Pancasila dan Atthangasila saja,
tetapi ada juga sila yang terdapat dalam sutta-sutta yang diberikan oleh sang
Buddha untuk dilaksanakan sehari-hari, seperti Vaghapajja Sutta, Mangala Sutta,
Sigalovada Sutta, Parabhava Sutta. Sila yang terdapat dalam Sigalovada Sutta
merupakan caritta sila, sila dalam aspek positif atau sila penganjuran. Berbeda
dengan Pancasila yang hanya menghindari perbuatan buruk, maka sila yang
terdapat dalam Sigalovada Sutta menganjurkan kita untuk aktif berbuat kebajikan
2
dan bila dilaksanakan akan membawa pada kemajuan mental, spiritual, dan
meningkatkan kesejahteraan serta keharmonisan dalam kehidupan seseorang.
Pancasila
Pancadhamma
3
Pancasila Buddhis bersifat pasif, sebaliknya Pancadhamma bersifat aktif,
dan akan memberikan manfaat kepada seseorang yang mempraktekkannya dengan
kesungguhan. Pancadhamma merupakan kelanjutan dari pelaksanaan Pancasila
Buddhis, setelah melaksanakan pancasila dengan menghindari membunuh,
mencuri, berzinah, berkata tidak benar, dan bermabuk-mabukkan maka langkah
selanjutnya adalah mengembangkan perbuatan baik.
1. Metta karuna, yaitu perasaan cinta kasih dan welas asih yang terwujud melalui
suatu keinginan untuk membantu makhluk lain mencapai kebahagiaan seperti
yang telah di alami oleh dirinya sendiri.
3. Santutthi, yaitu perasaan puas terhadap apa yang telah menjadi miliknya.
4
Rasa setia ini tidak terbatas pada waktu. Sekalipun suaminya telah
meninggal dunia, ia lebih suka menjanda seumur hidupnya meskipun ia
sebenarnya oleh tradisi dan hokum diperkenankan untuk menikah lagi.
5
3. Akibat pelanggaran sila ketiga (berbuat asusila): mempunyai banyak
musuh, beristri atau bersuami yang tidak disenangi, terlahir sebagai pria /
wanita dengan perasaan sex yang tidak normal.
4. Akibat pelanggaran sila keempat (berkata tidak benar): menjadi sasaran
dan menderita akibat pembicaraan yang tidak baik, menjadi sasaran
penghinaan, tidak dipercaya oleh khalayak ramai.
5. Akibat pelanggaran sila kelima (bermabuk-mabukan): tidak disenangi
keluarga, berpenyakitan, banyak musuh, kecerdasan berkurang.
Kesimpulan
Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang ingin dirinya menderita, setiap
orang pasti menginginkan kebahagiaan. Bila kita tidak ingin menderita, janganlah
membuat orang lain menderita. Hal ini merupakan landasan utama dalam
pelaksanaan Pancasila Buddhis.
6
Dengan pelaksaan sila, diharapkan kita dapat menjadi seseorang yang baik
dan terkendali dalam perilaku. Pelaksanaan dari Pancasila Buddhis bagi umat
awam bertujuan untuk memperoleh kedamaian dan ketenangan bagi diri sendiri
maupun orang lain. Sila dalam bentuk pasif adalah landasan untuk
mengembangan sila dalam bentuk positif. Aturan tersebut bila dijalankan dalam
kehidupan sehari-hari, bukan hanya akan membawa kemajuan mental dan
spiritual bagi diri kita sendiri, tetapi juga dalam bermasyarakat sebagai umat
Buddha.
7
Referensi