MORAL
VIVY
BUDDHA
(SILA)
Buddha
yang
disebut
sebagai
bahasa
Pali
Panca
;menyebabkan
lima
Sila
dasar
(dari
moralitas)
pembunuhan
menyaki*
segala
atau
kehidupan
kasih
sangat
dan
berperan
welas
asih
pen*ng.
Umat
Buddha
mengembangkan
tersebut
terhadap
sikap
segala
bentuk
pada
kehidupan,
baik
hewan.
Berikut
merupakan
salah
dari
sila
satu
contoh
*ndakan
pertama
;seni
merupakan
konsumsi
makanan
umat
Buddha
sama
sekali
Melalui
Budha
belajar
hal
kecil
untuk
ini
umat
menghargai
segala
adalah
Budha,
hewan.
umat
dari
Selain
ajaran
umat
manapun
juga
mencoba
Karena
makanan
bervegetarian.
vegetarian
universal.
ini
bersifat
atau
mengambil
yang
*dak
diberikan
kepada
kita
mengajarkan
*dak
mencuri,
umatnya
seper*
ajaran
halnya
dengan
memang
bukan
*ndakan
pandang
baik,
dari
apa
lagi
jika
di
karena
itu,
kita
sebagai
umat
atas
senan*asa
apa
bersyukur
rasa
untuk
menginginkan
lain
*dak
akan
milik
orang
kita.
asusila
(penyelewengan
seksual)
tersebut,
wanita
sangat
khususnya
di
wajibkan
untuk
menggunakan
pakai/sopan
mampu
menjaga
.manusia
wanita
aurat
harus
nya
agar
*dak
di
pantas
semes*nya
di
perlihatkan
*dak
.yang
Selain
pakaian,
umat
bimbingan
saling
atau
menghorma*
ajaran
baik
pria
kepada
wanita
pria.
kebohongan
kita
telah
sebagai
di
didik
baik
dari
aspek
keagamaan
sekitar
untuk
berkata
jujur.
haruskan
Jika
ada
*ndakan
yang
jika
benar.
benar
Dari
harus
hal
kecil
bilang
di
bentuk
kejujuran
dengan
baik.
dapat
penggunaan
bahan-bahan
yang
melemahnya
dapat
dan
ketagihan
alcohol.
Sedikit
alcohol
saja
dapat
mengganggu
mempengaruhi
besar
alcohol
dapat
sangat
merusak
biasanya
tubuh.
Alcohol
pelarian
diri
dari
tekanan
hidup.
baiknya
Tetapi
untuk
alangkah
hidup
atau
setres,
kita
dapat
posi*f.
melakukan
Seper*
hal
yang
divihara,
baik
dari
kegiatan
religious.
Dengan
maupun
terhindar
dari
penggunaan
bahan-bahan
bagi
tubuh.
yang
*dak
Buddha
yang
sangat
di
tersebut
atau
atau
baik
MORAL BUDDHA (SILA)
Lima dasar moralitas umat Buddha yang disebut sebagai Panca Sila (dari bahasa
Pali ; lima dasar moralitas)
kondisi (sarana / syarat) untuk tercapainya tujuan yang lebih tinggi dan luhur,
yang merupakan kebahagiaan yang tidak berkondisi,yaitu terealisasinya
Nibbana.
Sang Buddha tidak pernah mengatakan bahwa kesuksesan dalam kehidupan
duniawi adalah merupakan suatu penghalang bagi tercapainya kebahagiaan
akhir yang mengatasi keduniaan.
Sesungguhnya yg menghalangi perealisasian Nibbana, bukanlah kesuksesan
atau kesejahteraan kehidupan duniawi tersebut, tetapi kehausan dan
keterikatan batin kepadanya itulah, yang merupakan halangan untuk
terealisasinya Nibbana.
Di dalam Vyagghapajja sutta, seorang yang bernama Dighajanu, salah seorang
suku Koliya, datang menghadap Sang Buddha. Setelah memberi hormat, lalu ia
duduk di samping beliau dan
kemudian berkata:
Bhante, kami adalah upasaka yang masih menyenangi kehidupan duniawi,
hidup berkeluarga, mempunyai isteri dan anak. Kepada mereka yang seperti
kami ini, Bhante, ajarkanlah suatu ajaran (Dhamma) yang berguna untuk
mendapatkan kebahagiaan duniawi dalam kehidupan sekarang ini,dan juga
kebahagiaan yang akan datang.
Menjawab pertanyaan ini, Sang Buddha bersabda bahwa ada empat hal yang
berguna yang akan dapat menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi
sekarang ini, yaitu:
1. Utthanasampada: rajin dan bersemangat dalam mengerjakan apa saja,
harus terampil dan produktif; mengerti dengan baik dan benar terhadap
pekerjaannya, serta mampu mengelola pekerjaannya secara tuntas.
2. Arakkhasampada: ia harus pandai menjaga penghasilannya, yang
diperolehnya dengan cara halal, yang merupakan jerih payahnya sendiri.
3. Kalyanamitta: mencari pergaulan yang baik, memiliki sahabat yang baik,
yang terpelajar, bermoral, yang dapat membantunya ke jalan yang benar, yaitu
yang jauh dari kejahatan.
4. Samajivikata: harus dapat hidup sesuai dengan batas-batas kemampuannya.
Artinya bisa menempuh cara hidup yang sesuai dan seimbang dengan
penghasilan yang diperolehnya, tidak boros, tetapi juga tidak pelit / kikir.
Keempat hal tersebut adalah merupakan persyaratan (kondisi) yang dapat
menghasilkan kebahagiaan dalam kehidupan duniawi sekarang ini, sedangkan
untuk dapat mencapai dan merealisasi kebahagiaan yang akan datang, yaitu
kebahagiaan dapat terlahir di alam-alam yang menyenangkan dan kebahagiaan
terbebas dari yang berkondisi, ada empat persyaratan pula yang harus dipenuhi,
yaitu sebagai berikut:
4. Utuh terbuka
Adalah sikap menghormati orang lain dan budaya lain, serta sekaligus tradisi
mereka sehingga nilai-nilai budaya tidak menjadi prinsip-prinsip tetapi
3. Udana
4. Ittivuttaka
5. Sutta Nipata
6. Vimana vatthu
7. Peta vatthu
8. Thera vatthu
9. Theri vatthu
10. Jataka
11. Nidessa
12. Patismbhidamaga
13. Apadana
14. Buddhavamsa
15. Carita pitaka
3. ABHIDHAMMA PITAKA : berisi tentang ilmu jiwa, metafisika, filsafat Buddha
terdiri dari 7 kitab
a. Dhamma sangani
b. Dhatukattha
c. Puggala Pannati
d. Katha vatthu
e. Yamaka
f. Patthana
a.
Hukum Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani)
yang memuat tentang: Kesunyataan Mulia tentang Dukkha atau
penderitaan; Sebab dukkha (Dukkha Samudaya) yaitu Tanha; Lenyapnya
dukkha (Dukkha Nirodha) yaitu Nibbana atau Nirvana; dan Jalan untuk
melenyapkan Dukkha (Dukkha Nirodha Gaminipatipada) yaitu delapan
Jalan Utama beruas delapan yang terdiri dari 1) Pandangan Benar
(Sammaditthi); 2) Pikiran Benar (Samma Sankapa); 3) Ucapan Benar
(Samma Vacca); 4) Perbuatan Benar (Samma Kammanta); 5)
Matapencaharian Benar (Samma Ajiva); 6) Daya Upaya Benar
(Samma Vayama); 7) Perhatian Benar (Samma Sati) dan 8)
Konsentrasi Benar (Samma Samadhi).
b.
Hukum Karma dan Punarbhava (tumimbal lahir)
c.
Hukum Tilakkhana (Hukum tentang Tiga corak umum yaitu:
Anicca, Dukkha, dan Anatta)
d.
Hukum Paticca Samuppada yaitu Hukum sebab musabab yang
saling bergantungan.
5.
Keyakinan Terhadap Kitab Suci;
Keyakinan umat Buddha terhadap isi Kitab Tipitaka dilandaskan pada
pandangan (teoritis) bahwa dalam kitab suci dibahas hal-hal yang diyakini
seperti:
Adanya Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, Tilakkhana, Cattari Ariya Saccani,
Paticca-samuppada, kamma, punarbhava, Nibbana dan Bodhisatva,
pencapaian Nibbana atau kesucian batin, adanya surga, neraka, alamalam kehidupan lain, dsb.Adanya siswa Sang Buddha yang mencapai
kesucian seperti apa yang dicapai Sang Buddha sendiri, yang dicapai
mereka ketika mereka sedang mendengarkan khotbah Dhamma dari Sang
Buddha.Adanya uraian tentang cara yang dapat dilaksanakan, yang
sesuai dengan apa yang diajarkan Sang Buddha, yang bila dipraktekkan
dan berhasi, maka kita akan dapat mencapai kesucian batin (nibbna) pada
kehidupan sekarang ini juga.
Ajaran Agama Buddha yang diuraikan dalam kitab suci Tipitaka dikatakan
realistis, karena yang diuraikan dalam kitab suci Tipitaka merupakan
pengalaman Sang Buddha dan para siswanya.
6.
Keyakinan Terhadap Nirvana atau Nibbana.
Keyakinan umat Buddha terhadap adanya Nibbana didasarkan pada
khotbah Sang Buddha yang pertama yaitu Dhammacakkhapavatthana-Sutta. Khotbah tersebut dinyatakan bahwa untuk
mengatasi penderitaan akibat roda samsara adalah dengan pencapaian
Nibbana. Selain itu Sang Buddha menjelaskan tentang Nirvana atau
Nibbana kepada Ananda demikian: Ini adalah aman tentram, ini adalah
suci, luhur, dimana semua bentuk kamma telah berhenti, gugurnya semua
lapisan kehidupan, padamnya keinginan nafsu (tanha) disanalah Nirvana
atau Nibbana.
B. HAKEKAT KETUHANAN
Ajaran Agama Buddha menekankan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Esa sebagai Yang tidak dilahirkan, Yang tak dijadikan, Yang tak diciptakan
dan Yang Mutlak, Kemutlakan Tuhan Yang Maha Esa adalah impersonal
yang tak dapat dijabarkan secara anthropomorphisme (mempunyai raga
atau bentuk seperti manusia) maupun secara anthropopatisme