Anda di halaman 1dari 6

MASYARAKAT BUDDHIS

Definisi masyarakat
Sejumlah manusia yang merupakan satu kesatuan golongan yang berhubungan
tetap dan mempunyai kepentingan yang sama seperti; sekolah, keluarga,
perkumpulan, Negara semua adalah masyarakat lain dari Masyarakat juga
merupakan salah satu satuan sosial system sosial, atau kesatuan hidup manusia.

4 sikap harmonis
Beberapa sikap yang dapat dilakukan untuk menjaga keharmonisan dalam
masyarakat, antara lain: Adanya kesadaran mengenai perbedaan sikap,
watak, dan sifat serta Menghargai berbagai macam karakteristik masyarakat
Bersikap ramah dengan orang lain dan Selalu berfikir positif.

Konsep Dharmawijaya
Kehidupan yang berdasarkan moral dan spiritual yang disebut dharmawijaya.

Konsep Karaniya Metta


Karaniya Metta Sutta merupakan Sutta yang menggambarkan "inta kasih dan
belas kasihan kepada semua makhluk. Sutta ini pertama sekali di ucapkan
langsung oleh Sang Buddha kepada lima ratus orang muridNya yang diganggu
oleh makhluk yang menyeramkan sewaktu mereka diperintahkan oleh Sang
Buddha untuk melatih diri di hutan. Untuk membantu para siswaNya, Sang
Buddha kemudian mengucapkan syair yang kemudian kita kenal dengan
Karaniyametta sutta.

Susunan Masyarakat Buddhis.


Ada suatu pandangan yang salah bila mengatakan bahwa agama Buddha hanya
tersangkutpaut dengan pembebasan pribadi yaitu dengan kehidupan spiritual dan bahwa
yang dilakukan hanyalah mendorong orang lain untuk melepaskan diri dari keterlibatan
dalam dunia dengan cara mengasingkan diri di vihara atau tempat sunyi lainnya tanpa
berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat umum.

Pada dasarnya, suatu masyarakat Buddha bisa dikatakan sudah terbentuk jika di
dalamnya sudah terdapat unsur utama, yakni Saṅgha (komunitas bhikkhu) dan
perumah tangga (umat Buddha).
Merujuk pada Aṅguttara Nikāya , Buddha mengatakan bahwa orang yang
pertama kali mengambil perlindungan Dwisaraṇa adalah Tapussa dan Bhallika.
Saat itu, belum ada unsur Saṅgha karena masih belum terbentuk.
Dengan demikian, mereka bisa dikatakan sebagai umat Buddha yang pertama.
Ada seorang sarjana Buddhis yang bernama Gokhale ( Indian Historical Quartely)
menjelaskan bahwa perkembangan masyarakat Buddhis berlangsung dalam 3 tahapan
yaitu :
a. Tahap Isolasi, yaitu tahap dimana seseorang meninggalkan kehidupan
rumahtangga, mengasingkan diri untuk mencapai
pembebasan/penerangan yang tinggi dan hal ini terdapat di ungkapan :
“Selagi kehidupan rumahtangga merupakan tekanan, kehidupan bertapa
bagaikan menghirup udara bebas” ( Anguttara Nikaya II:208, Majjhima
Nikaya I, 304)
b. Tahap Bergaul, yaitu tahap terbentuknya Sangha, yang berkaitan dengan
masyarakat awam. Penolakan Buddha terhadap beberapa usul dari
Devadatta seperti para bhikkhu harus : ( tinggal dihutan, makan makanan
pemberian saja, mengunakan jubah yang dibuat dari kain pembungkus
mayat, tinggal dibawah pohon serta vegetarian) Hal ini dimaksudkan agar
sangha tidak terkucilkan dari masalah duniawi(masyarakat umum),
c. Tahap Transformasi, yaitu tahap dimana agama Buddha sebagai kekuatan
spiritual dan sosial yang menggariskan norma-norma dan hukum hukum
tingkah laku sosial sesuai dengan etika sosialnya.

Dari sudut pandang kelembagaan, masyarakat Buddhis terdiri atas dua


kelompok (parisā) yang dijelaskan dalam Aṅguttara Nikāya III, 178 yaitu:
a. Kelompok masyarakat kevihāraan yang dinamakan Pabbajita
(Bhikkhu-Bhikkhuṇī parisā).
b. Kelompok masyarakat awam yang dinamakan Gharāvāsa
(Upāsaka Upāsikā parisā)

Pabbajita
Yang termasuk kelompok pabbajita ini adalah :
1. Silacarini / Atthasilani
2. Samanera / Samaneri
3. Bhikkhu / Bhikkhuni ( Bhiksu / Bhikksuni)

Silacarini / Atthasilani adalah alternative bagi umat Buddha wanita yang memiliki keinginan
menjalani kehidupan sebagai seorang samana mazhab / aliran Theravada ( Bhikkhuni ).
Dinegara Thailand, silacarini/ atthasilani dipanggil dengan sebutan Mei-chi
Di negara Myanmar, silacarini/atthasilani dipanggil dengan sebutan Sayale

Samanera/Samaneri, berasal dari kata “ Samana” yang artinya Pertapa dan kata “ nera” bagi
laki-laki, dan “neri” bagi perempuan. Kata “ nera atau neri” ini memiliki arti kecil maka arti
dari Samanera/ Samaneri adalah pertapa laki laki yang kecil dan pertapa wanita yang kecil
atau dapat disebut dengan sebutan “ Calon Bhikkhu dan Calon Bhikkhuni”
Bhikkhu/Bhikkhuni adalah seorang umat Buddha yang telah menyatakan tekad untuk
meraih pembebasan sejati setelah menjalani proses latihan samanera/samaneri, dengan
meninggalkan kehidupan berumahtangga dan mengabdikan dirinya untuk Buddhadhamma
hingga meralisasi nibbana.

Oleh karena itu bhikkhu/bhikkhuni Maupun samanera/samaneri tidak lagi


menguruskan hal-hal duniawi, jadi lebih diarahkan atau lebih fokus pada
pelaksanaan moralitas dan pengembangan batin yang lebih dalam.

Gharāvāsa
Umat Buddha perumahtangga, menjalani kehidupan berumahtangga dengan
segala profesi yang ada, untuk yang pria disebut dengan Upāsaka, dan untuk
yang wanita disebut dengan Upāsikā
Secara harfiah
Upāsaka Upāsikā artinya siswa-siswi berjubah putih yang duduk di dekat Guru.
Hal ini berkenaan dengan mimpi Petapa Gotama di Hutan Uruvelā
pada saat menjelang pencerahan-Nya sewaktu masih menjadi seorang
Bodhisatta. Upāsaka Upāsikā ini ada 2 yaitu Upacarika dan Pandita.

1. Upacarika adalah umat Buddha perumahtangga yang telah mengabdikan


dirinya dalam pengembangan Buddhadhamma lebih kurang 2 s.d. 3 tahun
lamanya maka ia memiliki kesempatan untuk mengupgade dirinya
menjadi Upacarika. Tugas dari seorang Upacarika adalah membantu
tugas dari seorang pandita.

2. Pandita adalah umat Buddha yang memiliki tugas membantu tugas dari
para Bhikkhu/Bhikkhuni. Seorang Upacarika yang telah mengabdikan
diri selama lebih dari 3 tahun dapat mengupgrade dirinya ke jenjang yang
lebih tinggi yaitu Pandita dengan mengikuti Kursus Kepanditaan. Pandita
terdiri dari 2 jenis yaitu Pandita Lokapalasraya dan Pandita Dhammaduta.
a. Pandita Lokapalasraya memiliki tugas yang tidak dilakukan oleh
seorang bhikkhu yaitu memimpin upacara keagamaan atau yang
berkaitan dengan agama Buddha diantaranya upacara pemberkatan
perkawinan, upacara kematian, upacara hari-hari raya agama
Buddha, pengambilan sumpah di pengadilan, sebagai saksi ahli,
sebagai pemateri,
b. Pandita Dhammaduta memiliki tugas membantu para bhikkhu
dalam memberikan ceramah dhamma, juru penerangan agama
Buddha kepada umat Buddha diberbagai bidang sector dan
diberbagai wilayah yang membutuhkan dan terkadang juga dapat
melaksanakan tugas sebagai pandita lokapalasraya juga.
Ada beberapa jenjang kepanditaan :
o Paṇḍita Muda (PMd.)/ Upāsaka Bala Anu Paṇḍita (UBAP)
o Paṇḍita Madya (PMy.) / Upāsaka Anu Paṇḍita (UAP)
o Paṇḍita Penuh (Pdt.) / Upāsaka Paṇḍita (UP)

Untuk memberikan penghormatan kepada para kepada Pandita yang sangat


berjasa mereka diberikan gelar kehormatan sebagai Mahā Paṇḍita (MP).

Masalah otoritas tertinggi dalam agama Buddha


Dalam kerangka ajaran Sang Buddha Gotama, sejauh berhubungan dengan
upaya pembebasan dari derita, tidak dikenal adanya lembaga pemegang otoritas
tertinggi.Hal ini dapat dibuktikan dalam sabda Sang Buddha Gotama yang
terdapat dalam Kalama Sutta dan Mahaparinibbana Sutta.
Hubungan yang wajar dan sepatutnya antara umat awam dengan para Bhikkhu
telah digariskan dan ditetapkan dengan jelas oleh Buddha Gotama.

Dalam Kalama Sutta dijelaskan oleh Buddha bahwa : Jangan engkau


menerima segala sesuatu hanya karena itu berdasarkan atas laporan, tradisi,
kabar angin, tertulis di dalam kitab-kitab suci atau hanya karena hormat
terhadap guru, pandita. Akan tetapi, bilamana engkau ketahui sendiri, hal-hal ini
tidak baik, tercela, tidak dibenarkan oleh para bijaksana, tidak sesuai untuk
dilaksanakan, menimbulkan kerugian dan penderitaan, maka engkau harus
meninggalkannya dan bilamana engkau ketahui sendiri bahwa hal-hal ini baik,
tidak tercela, dipuji oleh para bijaksana, sesuai untuk dilaksanakan, membawa
pada kesejahteraan dan kebahagiaan, maka terimalah hal-hal itu dan
laksanakanlah dalam kehidupanmu.

Di Mahaparinibbana Sutta dijelaskan antara lain dikatakan apa yang telah


kutunjukkan dan kuajarkan dhammavinaya inilah yang akan menjadi
gurumu setelah aku tiada.
Hubungan antara Bhikkhu dengan umat awam merupakan hubungan yang
bersifat moral religious dan bersifat timbal balik sebagaimana dijelaskan
Buddha Gotama dalam Sigalovada Sutta mengenai Hak dan Kewajiban umat
dan para pertapa/brahmana/bhikkhu yang dilambangkan dengan arah atas yaitu :
Kewajiban Umat Buddha :
01. Memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang,
02. Memperlakukan mereka dengan kata/kalimat yang ramah tamah,
03. Memperlakukan mereka dengan pikiran yang penuh cinta kasih,
04. Selalu menyambut kehadiran mereka baik di rumah ataupun di vihara,
05. Selalu bertekad untuk mencukupi kebutuhan terutama 4 kebutuhan pokok
para Bhikkhu ( Tempat tinggal, makanan, jubah dan perlengkapan sehari-hari/
obat-obatan)

Kewajiban Bhikkhu terhadap umat :


01. Mencegah mereka berbuat jahat,
02. Menganjurkan mereka berbuat baik,
03. Mencintai dan memperlakukan mereka dengan penuh cintakasih,
04. Mengajarkan apa yang belum mereka ketahui,
05. Menjelaskan ajaran yang belum kita pahami atau dengarkan,
06. Menunjukkan jalan menuju ke kelahiran di alam yang berbahagia ( surga)

Oleh karena itu, Buddhadhamma yang diajarkan oleh Buddha Gotama tidak
mengajarkan manusia/umat Buddha untuk “melarikan diri” dari masalah atau
kenyataan-kenyataan hidup yang wajar, melainkan mendorongnya untuk
menghadapi dan memecahkan persoalan/problema/masalah hidup yang ada
dengan usahanya sendiri. Sebagai seorang Buddhis yang baik, kita tidak akan
berpaling dari setiap masalah kemasyarakatn, dan juga tidak menolak untuk
bekerja, membarikan kontribusi demi kebaikan diri sendiri, keluarga dan
masyarakat luas.
Seorang bhikkhu memberikan tuntunan moralitas dan spiritual kepada umat
awam dalam masyarakat, karya ini sama nilainya dengan pekerjaan-pekerjaan
yang memproduksi benda-benda atau pelayanan lain dalam masyarakat.
Disamping sebagai penunjuk jalan menuju pembebasan sejati, Buddha Gotama
juga menaruh perhatian mendalam terhadap kesejahteraan manusia dan
mengajarkan patokan/pedoman untuk kebahagiaan dalam kehidupan
bermasyarakat. Beliau dapat berperan sebagai dokter spiritual yang besar, yang
meningkatkan kesehatan batin manusia. Oleh sebab itulah, sifat-sifat ajaran
Buddha disebut sebagai ajaran yang realistis, rasional, pragmatis dan
humanistik.

Anda mungkin juga menyukai