Anda di halaman 1dari 26

BAB II

TINJAUAN UMUM

II. 1. Vihara sebagai tempat ibadah Agama Buddha
II. 1.1. Pengertian Vihara
Vihara adalah pondok, tempat tinggal, tempat penginapan
bhikkhu/bhikkhuni. Vihara merupakan milik umum (umat Buddha) dan
tidak boleh dijadikan miliki perseorangan, biasanya dibentuk suatu yayasan
untuk mengatur kepentingan tersebut (Giriputra, 1994 : 2).
Vihara merupakan tempat umum bagi umat Buddha untuk melaksanakan
segala macam bentuk upacara atau kebaktian keagamaan menurut
keyakinan dan kepercayaan agama Buddha (Peraturan Departemen Agama
RI nomor H III/BA.01.1/03/1/1992, Bab II).

II. 1.2. Fungsi dan Tujuan Vihara
Adapun fungsi dari Vihara adalah :
Tempat untuk melakukan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui
Sang Tri Ratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha).
Tempat pembabaran, pendidikan, penghayatan dan pengamalan Dhamma.
Tempat latihan meditasi dalam usaha untuk melenyapkan kekotoran batin
dan merealisasikan cita-cita kehidupan suci.
Tempat tinggal Bhikkhu/ni dan Samanera/i.
Tempat tinggal Pabbajja/Upasaka/Pandita yang ingin melaksanakan sila
agama Buddha.
Tempat yang menunjukkan jalan kebebasan.
Tempat untuk memasyarakatkan dan menyebarkan agama Buddha.
Tujuan Vihara sebagai pusat kegiatan keagamaan yang dapat
meningkatkan moral dan budi pekerti yang luhur dalam kehidupan beragama
bagi umat beragama, bagi umat Buddha, baik dalam lingkungan Vihara pada
khususnya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya serta melalui
pengertian dan usaha untuk menimbulkan kesadaran yang mendalam mengenai
Dhamma (Ajaran Buddha), dan juga bertujuan untuk mendidik putra-putri
bangsa agar menjadi masyarakat yang berguna.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
II. 1.3. Data-Data Umum Vihara
Suatu bangunan dapat dikatakan sebagai vihara apabila terdiri dari :
(Peraturan Departemen Agama RI nomor H III/BA.01.1/03/1/1992, Bab II).
1. Uposathagara atau Sima
Gedung tempat pentahbisan Bhikkhu atau Bhikkhuni, merupakan suatu
area yang memiliki batas-batas tertentu yang dibuat menurut aturan
keagamaan. Dalam ruangan ini terdapat altar yang merupakan tempat
perletakan Pratima Sang Buddha, Boddhisatva, Dewa, Guru atau Orang
Suci Buddhis, Lambang Buddhis dan Relik Suci. Selain itu terdapat alat
perlengkapan kebaktian.
2. Dhammasala/Dhammasabha (Balai Dhamma)
Gedung atau ruang khotbah, mengajar dan diskusi ajaran Buddha atau
tempat pertemuan keagamaan. Dalam ruangan ini terdapat juga altar yang
isinya sama atau kurang lebih sama dengan di Uposathagara. Jika tidak
memungkinkan Dhammasala digabungkan dengan Uposathagara.
3. Kuti
Adalah bangunan untuk tempat tinggal para Viharawan yaitu para
bhikkhu/ni, Samanera/i, Upasaka/sika yang melaksanakan Atthasila.
Banyak kuti tergantung pada jumlah para Viharawan di Vihara tersebut.
4. Sarana pendidikan
5. Tempat meditasi
6. Ruang-ruang lain

II. 1.4. Dasar-dasar Peletakan Vihara
Dasar-dasar Pengaturan Vihara sebagai Objek Puja antara lain(
Bhikkhu Subalaratono dan Samanera Uttamo, Puja : 29-31) :
a. Tata Meletakkan Lampu
Penyinaran altar yang lebih terang dari bagian lain dalam ruangan ini akan
menarik perhatian maksimal kepada Altar. Pemilihan warna yang teduh
misalnya merah, hijau dan biru.
b. Tata Suara
Dalam kebaktian umat biasanya tersedia pengeras suara. Gunanya dalam
pembacaan paritta sering suara umat tidak sama tinggi rendahnya.
c. Tata Letak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Yang dimaksud disini adalah tempat duduk bhikkhu Sangha, pimpinan
kebaktian dan umat. Untuk bhikkhu Sangha dapat disediakan temapt yang
lebih tinggi dari umat. Maksudnya sebagai penghormatan sila (latihan) yang
dilaksanakan.
d. Tata Taman
Ruangan kebaktian yang ideal memiliki taman juga. Taman ini berguna
untuk memberikan suasana teduh dan nyaman, sehingga dapat menjernihkan
pikiran dan kekotorannya sewaktu umat mempersiapkan diri dalam
kebaktian. Lingkungan yang segar dan bersih memupuk pikiran positif serta
menarik perhatian bagi pengunjung tempat kebaktian yang menjadi sumber
penghormatan utama.
e. Tata Bangunan
Bangunan utama dimana altar berada, ditempatkan sebagai pusat dari
bangunan lain yang ada di sekelilingnya. Peninggian pada bagian tengah
bangunan akan membantu pertukaran udara yang lebih baik sehingga ruang
kebaktian tidak terasa panas demikian juga dengan resonansi suara yang
lebih sempurna dalam pembacaan paritta. Secara psikologis, bentuk atap
yang menjulang tinggi akan membantu menumbuhkan kesan kecil untuk
orang yang berada di bawahnya.

II. 2. Agama Buddha
Agama Buddha ialah agama dan falsafah yang berasaskan ajaran Buddha
kyamuni (Siddhrtha Gautama) yang mungkin lahir pada kurun ke-5 sebelum masehi.
Agama Buddha menyebar ke benua India dalam 5 kurun selepas Baginda meninggal
dunia. Dalam dua ribu tahun yang seterusnya, agama Buddha telah menyebar ke tengah,
tenggara dan timur Asia. Kini, agama Buddha telah dipaparkan sebagai tiga aliran
utama, yaitu Theravda (Bahasa Sanskrit: Sthaviravda), Mahyna, and Vajrayna.
Agama Buddha terus menarik orang ramai menganutnya di seluruh dunia dan
mempunyai lebih kurang 350 juta penganut. Agama Budddha dikenali sebagai salah
satu agama yang paling besar di dunia.
Seorang Buddha ialah seorang yang mendapati alam semula jadi yang benar
melalui pelajarannya yang bertahun-tahun, penyiasatan dengan pengamalan agama pada
masanya dan pertapaan. Penemuannya dikenali sebagai Bodhi atau "Pemahaman".
Sesiapa yang bangun dari "Ketiduran Kejahilan" secara langsung yang mengenali alam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
semula jadi nyata yang sebenar dikenali sebagai Buddha. kyamuni dikatakan sebagai
Buddha yang terkini daripada banyak Buddha. Terdapat banyak Buddha akan dilahirkan
selepas kyamuni dan banyak Buddha dilahirkan sebelum kyamuni. Mengikut
ajaran Buddha, sesiapa dapat mempelajarinya dan juga memahami alam semula jadi
nyata yang sebenar seperti Buddha dengan menurut kata-kata Buddha yang dikenali
sebagai "Dharma" dan mempraktikkannya dengan mengamalkan kehidupan yang
bermoral dan pemikiran yang bersih. Secara keseluruhan, tujuan seorang menganut
agama Buddha adalah untuk menamati segala kesusahan dalam kehidupan. Bagi
mencapai matlamat ini, penganut Buddha harus membersihkan dan melatih minda
sendiri dengan mengikut "Lapan Jalan Tepat", atau "Jalan Tengah" supaya memahami
kenyataan yang sebenar lalu mencapai kebebasan dari segala kesusahan, iaitu nirodha
atau nirvna (Pli nibbna) (www. wikipedia.org).

II. 2.1. Riwayat Hidup Buddha Gautama
Ayah dari Pangeran Siddharta Gautama adalah Sri Baginda Raja Suddhodana
dari Suku Sakya dan ibunya adalah Sri Ratu Maha Maya Dewi. Pangeran Siddharta
dilahirkan pada tahun 623 sebelum Masehi di Taman Lumbini. Ibunda Ratu meninggal
dunia tujuh hari setelah melahirkan Sang Pangeran. Sejak itu Pangeran Siddharta
dirawat oleh Maha Pajapati, bibinya yang juga menjadi isteri Raja Suddhodana.
Pertapa Asita Kaladewala meramalkan bahwa Pangeran Siddharta kelak akan
menjadi seorang pewaris tahta kerajaan atau akan menjadi seorang Buddha. Mendengar
ramalan tersebut, Sri Baginda menjadi cemas. Oleh pertanyaan Sang Raja, pertapa itu
menjelaskan agar Sang Pangeran jangan sampai melihat ke empat peristiwa, atau ia
akan menjadi pertapa dan menjadi Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah : 1.
Orang tua, 2. Orang sakit, 3. Orang mati, 4. Orang pertapa.
Sejak kecil Sang Pangeran selalu dilayani oleh dayang-dayang yang muda dan
cantik rupawan. Dalam usia 16 tahun Pangeran Siddharta menikah dengan Puteri
Yasodhara yang dipersuntingnya setelah memenangkan sayembara dan dihadiahkan
tiga istana dengan tiga musim serta kemewahan yang melimpah.
Namun Sang Pangeran tetap tidak dapat menahan rasa bosannya untuk
meninggalkan istananya. Dengan rasa berat hati, ayahnya mengizinkan. Pada akhirnya
Sang Pangeran melihat empat peristiwa. Setelah itu, Pangeran Siddharta selalu tampak
murung dan kecewa melihat kenyataan hidup yang penuh derita ini.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Ketika Beliau berusia 29 tahun, puteranya lahir dan diberi nama Rahula.
Setelah itu Pangeran Siddharta meninggalkan keluarga dan istana untuk mencari
kebijaksanaan yang dapat membebaskan manusia dari penderitaan. Beliau bermeditasi
di bawah pohon Bodhi dan menghadap ke timur. Selama pertapaan, pertapa Siddharta
berjuang dalam batin melawan nafsunya dan gangguan dari Mara. Setelah berhasil
melewatinya, pertapa Siddharta melewati beberapa tahapan kebijaksanaan yautu
kebijaksanaan untuk mengetahui kelahiran-kelahiran terdahulu, kebijaksanaan melihat
kematian dan lahir kembalinya semua makhluk sesuai dengan karma mereka, dan
kebijaksanaan semua Asava atau kekotoran batin. Dengan pencapaian ini Beliau telah
mengerti arti kehidupan dan penderitaan serta cara mengakhirinya.
Setelah bertapa selama enam tahun, dalam usia 35 tahun pertapa Siddharta
memperoleh Penerangan Sempurna (Nibbana), menjadi Buddha (budh +ta =ia yang
sadar) di bawah pohon Bodhi di hutan Uruvela. Untuk pertama kalinya Beliau
mengajarkan Dhamma kepada lima orang pertapa yaitu Kondanna, Bodhiya, Vappa,
Mahanama dan Assaji. Khotbah pertama ini kemudian dikenal sebagai Khotbah
Pemutaran Roda Dhamma (Dhamma Cakka Pavattana Sutta).
Selanjutnya selama 45 tahun, Sang Buddha bersama dengan murid-murid
tunggalNya sangat giat mengajarkan Dhamma di sepanjang daratan aliran Sungai
Gangga. Beliau Pari-Nibbana (meninggal) di Kusinara dalam usia 80 tahun. Buddha
Gautama bukanlah Buddha yang pertama. Buddha-Buddha sebelumnya adalah Buddah
Kakusandha, Buddha Konagamana, Buddha Kassapa. Buddha yang akan datang adalah
Buddha Mettaya (Maitreya).

II. 2.2.1. Perkembangan Agama Buddha di Dunia
Beberapa prasasti
Dunia Helenistik dan Baktria
Piagam Asoka menulis tentang usaha-usaha yang telah
dilaksanakan oleh Asoka untuk mempromosikan agama Buddha di dunia Helenistik
(Yunani), yang kala itu berkesinambungan tanpa putus dari India sampai Yunani.
Piagam-piagam Asoka menunjukkan pengertian yang mendalam mengenai sistem
politik di wilayah-wilayah Helenistik: tempat dan lokasi raja-raja Yunani penting
disebutkan, dan mereka disebut sebagai penerima dakwah agama Buddha: Antiokhus II
Theos dari Kerajaan Seleukus (261246 SM), Ptolemeus II Filadelfos dari Mesir (285
247 SM), Antigonus Gonatas dari Makedonia (276239 SM), Magas dari Kirene (288
258 SM), dan Alexander dari Epirus (272255 SM).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara








Gambar 2.1. Penyebaran Agama Buddha semasa pemerintahan Raja Asoka (260-218 SM)
Sumber : www.wikipedia.org
Kemudian, menurut beberapa sumber dalam bahasa Pali, beberapa utusan
Asoka adalah bhiksu-bhiksu Yunani, yang menunjukkan eratnya pertukaran agama
antara kedua budaya ini. Mulai dari tahun 100 SM, simbol "bintang di tengah mahkota",
juga secara alternatif disebut "cakra berruji delapan" dan kemungkinan dipengaruhi
desain Dharmacakra Buddha, mulai muncul di koin-koin raja Yahudi, Raja Alexander
Yaneus (103-76 SM).

Gambar 2.2 Koin masa Raja Alexander Yaneus (103-76 SM) dengan cakra berisikan
delapan ruji
Sumber : www.wikipedia.org
Di wilayah-wilayah barat Anak benua India, kerajaan-kerajaan Yunani yang
bertetangga sudah ada di Baktria (sekarang di Afghanistan utara) semenjak penaklukan
oleh Alexander yang Agung pada sekitar 326 SM: pertama-tama kaum Seleukus dari
kurang lebih tahun 323 SM, lalu Kerajaan Baktria-Yunani dari kurang lebih tahun 250
SM. Raja Baktria-Yunani Demetrius I dari Baktria, menginvasi India pada tahun 180
SM dan sampai sejauh Pataliputra. Kemudian sebuah Kerajaan Yunani-India didirikan
yang akan lestari di India bagian utara sampai akhir abad pertama SM.
Agama Buddha berkembang di bawah naungan raja-raja Yunani-India, dan
pernah diutarakan bahwa maksud mereka menginvasi India adalah untuk menunjukkan
dukungan mereka terhadap Kekaisaran Maurya dan melindungi para penganut Buddha
dari penindasan kaum Sungga (18573 SM). Salah seorang raja Yunani-India yang
termasyhur adalah Raja Menander I (yang berkuasa dari +/- 160135 SM).
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3 Damma Perak Menander I (160-135 SM)
Sumber : www.wikipedia.org
Di daerah-daerah sebelah timur anak benua Hindia (sekarang
Ekspansi ke Asia
Myanmar),
Budaya India banyak mempengaruhi sukubangsa Mon. Dikatakan suku Mon mulai
masuk agama Buddha sekitar tahun 200 SM berkat dakwah maharaja Asoka dari India,
sebelum perpecahan antara aliran Mahayana dan Hinayana.

Gambar 2.4. Penggambaran Suku Mon mengenai Dharma Cakra sekitar abad ke-8
Sumber : www.wikipedia.org
Agama Buddha konon dibawa ke Sri Lanka oleh putra Asoka Mahinda dan
enam kawannya semasa abad ke-2 SM. Mereka berhasil menarik Raja Devanampiva
Tissa dan banyak anggota bangsawan masuk agama Buddha. Inilah waktunya kapan
wihara Mahavihara, pusat aliran Ortodoks Singhala, dibangunt. Kanon Pali dimulai
ditulis di Sri Lanka semasa kekuasaan Raja Vittagamani (memerintah 2917 SM), dan
tradisi Theravada berkembang di sana. Beberapa komentator agama Buddha juga
bermukim di sana seperti Buddhaghosa (abad ke-4 sampai ke-5). Meski aliran
Mahayana kemudian mendapatkan pengaruh kala itu, akhirnya aliran Theravada yang
berjaya dan Sri Lanka akhirnya menjadi benteng terakhir aliran Theravada, dari mana
aliran ini akan disebarkan lagi ke Asia Tenggara mulai abad ke-11.
Penindasan oleh Dinasti Sungga (abad ke-2 sampai abad ke-1 SM)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dinasti Sungga (18573 SM) didirikan pada tahun 185 SM, kurang lebih 50
tahun setelah mangkatnya maharaja Asoka. Setelah membunuh Raja Brhadrata (raja
terakhir dinasti Maurya), hulubalang tentara Pusyamitra Sunga naik takhta. Ia adalah
seorang Brahmana ortodoks, dan Sunga dikenal karena kebencian dan penindasannya
terhadap kaum-kaum Buddha. Dicatat ia telah "merusak wihara dan membunuh para
bhiksu" (Divyavadana, pp. 429434): 84.000 stupa Buddha yang telah dibangun Asoka
dirusak (R. Thaper), dan 100 keping koin emas ditawarkan untuk setiap kepala bhiksu
Buddha (Indian Historical Quarterly Vol. XXII, halaman 81 dst. dikutip di Hars.407).
Sejumlah besar wihara Buddha diubah menjadi kuil Hindu, seperti di Nalanda,
Bodhgaya, Sarnath, dan Mathura.
Kerajaan-kerajaan Yunani-India ini secara bertahap dikalahkan dan diasimilasi
oleh kaum nomad
Berkembangnya aliran Mahayana (Abad Pertama SM Abad ke-2)
Indo-Eropa yang berasal dari Asia Tengah, yaitu kaum Schytia India,
dan lalu kaum Yuezhi, yang mendirikan Kekaisaran Kushan dari kira-kira tahun 12 SM.
Kaum Kushan menunjang agama Buddha dan konsili keempat Buddha kemudian
dibuka oleh maharaja Kanishka, pada kira-kira tahun 100 Masehi di Jalandhar atau di
Kashmir. Peristiwa ini seringkali diasosiasikan dengan munculnya aliran Mahayana
secara resmi dan pecahnya aliran ini dengan aliran Theravada. Mazhab Theravada tidak
mengakui keabsahan konsili ini dan seringkali menyebutnya "konsili rahib bidaah".
Konon Kanishka mengumpulkan 500 bhiksu di Kashmir, yang dikepalai oleh
Vasumitra, untuk menyunting Tripitaka dan memberikan komentar. Maka konon pada
konsili ini telah dihasilkan 300.000 bait dan lebih dari 9 juta dalil-dalil. Karya ini
memerlukan waktu 12 tahun untuk diselesaikan.
Konsili ini tidak berdasarkan kanon Pali yang asli (Tipitaka). Sebaliknya,
sekelompok teks-teks suci diabsahkan dan juga prinsip-prinsip dasar doktrin Mahayana
disusun. Teks-teks suci yang baru ini, biasanya dalam bahasa Gandhari dan aksara
Kharosthi kemudian ditulis ulang dalam bahasa Sansekerta yang sudah menjadi bahasa
klasik.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.5. Koin emas masa Kushan memperlihatkan Raja Kanishka I (100-126 M)
dengan lukisan Boddo (Buddha)
Sumber : www.wikipedia.org

Gambar 2.6. Penyebaran aliran Mahayana antara abad pertama abad ke 10 M
Sumber : www.wikipedia.org
Dari saat itu dan dalam kurun waktu beberapa abad, Mahayana berkembang
dan menyebar ke arah timur. Dari India ke Asia Tenggara, lalu juga ke utara ke Asia
Tengah, Tiongkok, Korea, dan akhirnya Jepang pada tahun 538.

Kelahiran kembali Theravada (abad ke-11 sampai sekarang)

Gambar 2.7. Penyebaran aliran Theravada dari abad ke -11
Sumber : www.wikipedia.org

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Mulai abad ke-11, hancurnya agama Buddha di anak benua India oleh serbuan
Islam menyebabkan kemunduran aliran Mahayana di Asia Tenggara. Rute daratan lewat
anak benua India menjadi bahaya, maka arah perjalanan laut langsung di antara Timur
Tengah lewat Sri Lanka dan ke China terjadi, menyebabkan dipeluknya aliran
Theravada Pali kanon, lalu diperkenalkan ke daerah sekitarnya sekitar abad ke-11 dari
Sri Lanka.
Raja Anawrahta (10441077), pendiri sejarah kekaisaran Birma,
mempersatukan negara dan memeluk aliran Theravada. Ini memulai membangun ribuan
candi Budha Pagan, ibu kota, di antara abad ke-11 dan abad ke-13. Sekitar 2.000 di
antaranya masih berdiri. Kekuasaan orang Birma surut dengan kenaikan orang Thai, dan
dengan ditaklukannya ibu kota Pagan oleh orang Mongolia pada 1287, tetapi aliran
Buddha Theravada masih merupakan kepercayaan utama rakyat Myanmar sampai hari
ini.
Kepercayaan Theravada juga dipeluk oleh kerajaan etnik Thai Sukhothai
sekitar 1260. Theravada lebih jauh menjadi kuat selama masa Ayutthaya (abad ke-14
sampai abad ke-18), menjadi bagian integral masyarakat Thai. Di daratan Asia
Tenggara, Theravada terus menyebar ke Laos dan Kamboja pada abad ke-13.
Tetapi, mulai abad ke-14, di daerah-daerah ujung pesisir dan kepulauan Asia
Tenggara, pengaruh Islam ternyata lebih kuat, mengembang ke dalam Malaysia,
Indonesia, dan kebanyakan pulau hingga ke selatan Filipina.

II. 2.2.2. Sejarah Perkembangan Agama Buddha di Indonesia
Cerita rakyat Aji Saka melawan Dewoto Cengar, menceritakan bahwa perang
dasyat Dharma melawan kejahatan. Dalam bahasa Kawi, Aji Sakya berarti ilmu kitab
suci Sakya dan Dewoto Cengar berarti Dewa Jahat. Cerita rakyat ini telah merakyat di
Jawa Tengah.
Awal Mulanya
Penanggalan tahun Saka (tahun Jawa) dimulai tanggal 0001 (Nir Wuk Tanpa
Jalu : Kosong-tidak jadi-tanpa-1) di mana penanggalan ini sama dengan tanggal 14
Maret 78 masehi. Sehingga banyak yang mengatakan bahwa kedatangan Aji Saka
merupakan awal masuknya Agama Buddha di Indonesia yaitu abad I jauh sebelum
candi Borobudur didirikan.
Jaman Sriwijaya
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Sriwijaya berada di pulau Sumatera didirikan pada kira-kira abad ke-7 dan
dapat bertahan terus hingga tahun 1377. Sriwijaya bukan saja termashyur karena
kekuatan angkatan perangnya, melainkan juga karena pusat ilmu dan kebudayaan
Buddha. Di sana terdapat banyak vihara yang dihuni oleh ribuan bhikkhu. Pada
perguruan tinggi Agama Buddha di Sriwijaya orang dapat mengikuti selain kuliah-
kuliah tentang Agama Buddha juga kuliah-kuliah tentang bahasa Sansekerta dan bahasa
Indonesia kuno. Pada waktu itu Sriwijaya merupakan mercusuar Agama Buddha di Asia
Tenggara. Tentang Agama Buddha di Sriwijaya juga banyak diceritakan oleh I-Tshing,
seorang sarjana asal Tiongkok. Tahun 672 ia bertolak untuk berziarah ke tempat-tempat
suci Agama Buddha di India. Waktu pulang dalam tahun 685 ia singgah di Sriwijaya
dan tinggal di sana sampai 10 tahun lamanya untuk mempelajari dan menyalin buku-
buku suci Agama Buddha dlama bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Tionghua.
Pada tahun 775 hingga tahun 850 di Yogyakarta berkuasalah raja-raja dari
wangsa Sailendra yang memeluk Agama Buddha. Jaman ini adalah jaman ilmu
pengetahuan dan keseniannya mencapai taraf mutu yang sangat tinggi terutama seni
pahat. Ini terbukti dari catatan-catatan Fa-Hien asal Tiongkok yang datang ke Jawa.
Pada waktu itu seniman-seniman bangsa Indonesia menghasilkan karya-karya yang
mengagumkan. Hingga sekarang pun masih dapat kita saksikan betapa indahnya candi-
candi yang mereka buat misalnya candi Kalasan, Sewu, Borobudur, Pawon, dan
Mendut.
Jaman Mataram
Di dalam masa pemerintahan raja-raja Majapahit (tahun 1292 s/d 1476),
Agama Buddha berkembang dengan baik bersama-sama dengan Agama Hindu.
Toleransi (saling menghargai) di bidang keagamaan dijaga dengan baik, sehingga
pertentangan agama tidak pernah terjadi. Di waktu pemerintahan Hayam Wuruk,
seorang pujangga terkenal, Mpu Tantular, telah menulis sebuah buku yang berjudul
Sutasoma, di mana terdapat kalimat Bhinneka Tunggal Ika yang kini dijadikan slogan
Negara Republik Indonesia yang mengartikan meskipun berbeda-beda tetapi tetap satu
persatuan. Setelah Majapahit runtuh pada tahun 1478, maka berangsur-angsur Agama
Buddha dan Hindu digeser kedudukannya oleh Agama Islam.
Jaman Majapahit
Agama Buddha mulai bangkit kembali di pulau Jawa dengan datangnya
Bhikkhu Narada Thera dari Sri Langka (Ceylon) pada tahun 1934. Selama berada di
Kebangkitan Kembali
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pulau Jawa, Bhikkhu Narada Thera memberikan khotbah-khotbah dan Dhamma di
beberapa tempat yang ditandai pemberkahan penanaman pohon Bodhi di pekarangan
candi Borobudur sekaligus membantu pendirian Java Buddhist Association
(Perhimpunan agama Buddha yang pertama) di Bogor dan Jakarta dengan menjalin
kerja sama yang erat dengan bhiksu-bhiksu dari kelenteng-kelenteng dan Perkumpulan
Theosofi Indonesia di Jakarta, Bogor, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Beliau kemudian
melantik upasaka-upasaka dan upasika-upasika di tempat-tempat yang beliau kunjungi.
Salah satunya adalah bapak Maha Upasaka S. Mangunkowotjo di Yogyakarta, seorang
tokoh umat Buddhis dan anggota MPR di Jawa Tengah.
Pada tanggal 22 Mei 1953 (Waisak 2497), umat Buddhis bersama
Perkumpulan Theosofi Indonesia merayakan upacara Waisak yang dipimpin oleh
Anagarika Tee Boan An di Candi Borobudur. Dengan demikian api Buddha Dharma
menyala kembali di Indonesia. Beliau memasuki kehidupan samanera dengan menerima
diksa secara Mahayana dari Mahabhiksu Pen Ching sebelum berangkat ke Burma untuk
memperdalam pengetahuannya tentang Agama Buddha. Pada bulan April 1954, beliau
menerima upasampada dari Mahathera Mahasi Sayadaw dan diberi gelar nama Bhikkhu
Ashin Jinarakkhita sekaligus adalah putra Indonesia pertama yang menjadi bhikkhu
sesudah runtuhnya kerajaan Majapahit. Pada tanggal 17 Januari 1955, beliau kembali ke
Indonesia dan tanggal 14 Juli 1955, beliau mendirikan Persaudaraan Upasaka-Upasika
Indonesia (PUUI) sebagai organisasi umat awam yang membantuk Sangha Agung
Indonesia (SAGIN) dalam mengembangkan Agama Buddha di Indonesia.
Tahun 1972, PUUI diganti menjadi Majelis Ulama Agama Buddha Indonesia
(MUABI) yang kemudian disempurnakan lagi menjadi Majelis Upasaka Pandita Agama
Buddha Indonesia dengan singkatan yang tetap yaitu MUABI. Akhir tahun 1979, nama
MUABI diubah menjadi Majelis Buddhayana Indonesia (MBI). Lambang PUUI dipakai
hingga sekarang.

II. 2.3. Hari-Hari Suci
1. Hari Uposatha, hari puasa dan kebaktian umum yang jatuh pada tanggal 1, 8, 15, dan
23 menurut penanggalan bulan lunar.
2. Hari Waisak, hari raya umat Buddhis yang utama. Ditetapkan sebagai Hari Libur
Nasional sesuai Surat Keppres RI No. 3 Tahun 1983. Hari suci Waisak memperingati
tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama yang jatuh di saat
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
bersamaan yaitu bulan purnama di bulan Waisak sehingga dikenal hari Sang Buddha
yang jatuh pada bulan Mei.
3. Hari Asadha, memperingati khotbah pertama Sang Buddha di Isipatana (Taman
Rusa) sehingga dikenal dari Dhamma yang jatuh pada bulan Juli.
4. Hari Kathina, memperingati selesainya musim hujan di India. Bhikkhu-Bhikkhuni
tidak boleh mengembara di musim hujan karena banyak binatang-binatang kecil
yang berkembang biak bisa terinjak maupun tergiring roda-roda kendaraan selama
perjalanan. Maka Bhikkhu-Bhikkhuni menetap untuk bermeditasi (Vassa) sehingga
dikenal hari Sangha yang biasanya dirayakan tiga empat bulan setelah Hari Asadha.
5. Hari Magha Puja, memperingati hari pertemuan para Arahat di bulan Magha yaitu
bulan Februari atau Maret, di mana pertemuan ini adalah tanpa diundang ataupun
direncanakan lebih dulu dan semua Bhikkhu yang memiliki enam kemampuan gaib
ini adalah Ehi Bhikkhu yaitu bhikkhu yang ditabiskan langsung oleh Sang Buddha
sendiri.
6. Hari Ulambana, hari berdana kepada Sangha berupa jubah, obat-obatan, dan
makanan di saat selesainya Vassa Bhikkhu-Bhikkhuni di bulan 7 tanggal 15.
Kemudian berkembang menjadi berdana kepada fakir miskin. Bakti ini dulunya
diajarkan Sang Buddha kepada Bhikkhu Mogallana yang ingin menolong ibunya
yang terlahir di alam Setan Kelaparan namun gagal karena karma buruk tidak dapat
diubah kecuali melakukan kebajikan dan berdana kepada Sangha.
7. Hari Metta, ditandai dengan melakukan kegiatan yang bersifat cintakasih seperti
tidak melakukan kejahatan, memberikan dana, dan membebaskan binatang ke alam
bebas. Dicetuskan saat berdirinya rumah sakit Buddhis di Hongkong yang dihadiri
umat Buddhis dari berbagai negara.

II. 3. Agama Khonghucu
Agama Khonghucu adalah istilah yang muncul sebagai akibat dari keadaan
politik di Indonesia. Agama Khonghucu lazim dikaburkan makna dan hakikatnya
dengan Konfusianisme sebagai filsafat.
II. 3.1. Sejarah Agama Khonghucu
Konfusianisme muncul dalam bentuk agama di beberapa negara seperti
Konfusianisme sebagai agama dan filsafat
Korea,
Jepang, Taiwan, Hong Kong dan RRT. Dalam bahasa Tionghoa, agama Khonghucu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
seringkali disebut sebagai Kongjiao () atau Rujiao (). Namun, secara hakikat
sebenarnya isi agama Khonghucu berbeda dengan Kongjiao atau Rujiao di negara-
negara tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia merujuk kepada pemeluk kepercayaan
tradisional Tionghoa yang sebenarnya bukan merupakan suatu agama. Namun karena
sebenarnya pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa tidak dapat digolongkan ke salah
satu agama yang diakui di Indonesia, maka muncullah agama Khonghucu sebagai
penaung pemeluk kepercayaan tadi.
Di zaman Orde Baru, pemerintahan Soeharto melarang segala bentuk aktivitas
berbau kebudayaaan dan tradisi
Agama Khonghucu di zaman Orde Baru
Tionghoa di Indonesia. Ini menyebabkan banyak
pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa menjadi tidak berstatus sebagai pemeluk
salah satu dari 5 agama yang diakui. Untuk menghindari permasalahan politis (dituduh
sebagai atheis dan komunis), pemeluk kepercayaan tadi kemudian diharuskan untuk
memeluk salah satu agama yang diakui, mayoritas menjadi pemeluk agama Kristen atau
Buddha. Klenteng yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tionghoa
juga terpaksa merubah nama dan menaungkan diri menjadi vihara yang merupakan
tempat ibadah agama Buddha.
Seusai Orde Baru, pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa mulai mencari
kembali pengakuan atas identitas mereka. Untuk memenuhi syarat sebagai agama yang
diakui menurut hukum Indonesia, maka beberapa lokalisasi dilancarkan menimbulkan
perbedaan pengertian agama Khonghucu di Indonesia dengan Konfusianisme di luar
negeri.
Agama Khonghucu di zaman Orde Reformasi
Agama Khonghucu di Indonesia:
Perbedaan definisi agama Khonghucu di Indonesia dan luar negeri
Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi ().
Menetapkan Litang (Gerbang Kebajikan) sebagai tempat ibadah resmi, namun
dikarenakan tidak banyak akses ke litang, masyarakat umumnya menganggap
klenteng sebagai tempat ibadah umat Khonghucu.
Menetapkan Sishu Wujing () sebagai kitab suci resmi.
Menetapkan tahun baru Imlek, sebagai hari raya keagamaan resmi.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Hari-hari raya keagamaan lainnya; Hari lahir Khonghucu (28-8 Imlek), Hari
Wafat Khonghucu (18-2-Imlek), Hari Genta Rohani (Tangce) 22 Desember,
Chingming (5 April), Qing Di Gong (8/9-1 Imlek) dsb.
Rohaniawan; Jiao Sheng (Penebar Agama), Wenshi (Guru Agama), Xueshi
(Pendeta), Zhang Lao (Tokoh/Sesepuh).
Konfusianisme di luar negeri :
Konfusius hanya sebagai orang bijak ().
Kelenteng sebagai tempat ibadah pemeluk kepercayaan tradisional Tionghoa,
tempat ibadah Konfusianis adalah litang ().
Jumlah kitab mengulas tentang Konfusianisme tak terhitung banyaknya, tidak
ada yang khusus disucikan.
Tahun baru Imlek tidak ada hubungannya dengan Konfusius, hari lahir
Konfusius jatuh pada tanggal 28 September setiap tahunnya dan diperingati
sebagai hari raya penganut Konfusianisme.

II. 3.2. Ajaran Konfusius
Ajaran Konfusianisme atau Kong Hu Cu (juga: Kong Fu Tze atau Konfusius)
dalam bahasa Tionghoa, istilah aslinya adalah Rujiao () yang berarti agama dari
orang-orang yang lembut hati, terpelajar dan berbudi luhur. Khonghucu memang
bukanlah pencipta agama ini melainkan beliau hanya menyempurnakan agama yang
sudah ada jauh sebelum kelahirannya seperti apa yang beliau sabdakan: "Aku bukanlah
pencipta melainkan Aku suka akan ajaran-ajaran kuno tersebut". Meskipun orang
kadang mengira bahwa Khonghucu adalah merupakan suatu pengajaran filsafat untuk
meningkatkan moral dan menjaga etika manusia. Sebenarnya kalau orang mau
memahami secara benar dan utuh tentang Ru Jiao atau Agama Khonghucu, maka orang
akan tahu bahwa dalam agama Khonghucu (Ru Jiao) juga terdapat Ritual yang harus
dilakukan oleh para penganutnya. Agama Khonghucu juga mengajarkan tentang
bagaimana hubungan antar sesama manusia atau disebut "Ren Dao" dan bagaimana kita
melakukan hubungan dengan Sang Khalik/Pencipta alam semesta (Tian Dao) yang
disebut dengan istilah "Tian" atau "Shang Di".
Ajaran falsafah ini diasaskan oleh Kong Hu Cu yang dilahirkan pada tahun 551
SM Chiang Tsai yang saat itu berusia 17 tahun. Seorang yang bijak sejak masih kecil
dan terkenal dengan penyebaran ilmu-ilmu baru ketika berumur 32 tahun, Kong Hu Cu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
banyak menulis buku-buku moral, sejarah, kesusasteraan dan falsafah yang banyak
diikuti oleh penganut ajaran ini. Beliau meninggal dunia pada tahun 479 SM.
Konfusianisme mementingkan akhlak yang mulia dengan menjaga hubungan
antara manusia di langit dengan manusia di bumi dengan baik. Penganutnya diajar
supaya tetap mengingat nenek moyang seolah-olah roh mereka hadir di dunia ini.
Ajaran ini merupakan susunan falsafah dan etika yang mengajar bagaimana manusia
bertingkah laku.
Konfusius tidak menghalangi orang Tionghoa menyembah keramat dan
penunggu tapi hanya yang patut disembah, bukan menyembah barang-barang keramat
atau penunggu yang tidak patut disermbah, yang dipentingkan dalam ajarannya adalah
bahwa setiap manusia perlu berusaha memperbaiki moral.
Ajaran ini dikembangkan oleh muridnya Mensius ke seluruh Tiongkok dengan
beberapa perubahan. Kong Hu Cu disembah sebagai seorang dewa dan falsafahnya
menjadi agama baru, meskipun dia sebenarnya adalah manusia biasa. Pengagungan
yang luar biasa akan Kong Hu Cu telah mengubah falsafahnya menjadi sebuah agama
dengan diadakannya perayaan-perayaan tertentu untuk mengenang Kong Hu Cu.

II. 3.3. Inti Sari Ajaran Konfusius
a. Delapan Pengakuan Iman (Ba Cheng Chen Gui) dalam agama Khonghucu:
1. Sepenuh Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa (Cheng Xin Huang Tian)
2. Sepenuh Iman menjunjung Kebajikan (Cheng Juen Jie De)
3. Sepenuh Iman Menegakkan Firman Gemilang (Cheng Li Ming Ming)
4. Sepenuh Iman Percaya adanya Nyawa dan Roh (Cheng Zhi Gui Shen)
5. Sepenuh Iman memupuk Cita Berbakti (Cheng Yang Xiao Shi)
6. Sepenuh Iman mengikuti Genta Rohani Nabi Kongzi (Cheng Shun Mu
Duo)
7. Sepenuh Iman memuliakan Kitab Si Shu dan Wu Jing (Cheng Qin Jing
Shu)
8. Sepenuh Iman menempuh Jalan Suci (Cheng Xing Da Dao)
b. Lima Sifat Kekekalan (Wu Chang):
1. Ren - Cintakasih
2. Yi - Kebenaran/Keadilan/Kewajiban
3. Li - Kesusilaan, Kepantasan
4. Zhi - Bijaksana
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
5. Xin - Dapat dipercaya
c. Lima Hubungan Sosial(Wu Lun):
1. Hubungan antara Pimpinan dan Bawahan
2. Hubungan antara Suami dan Isteri
3. Hubungan antara Orang tua dan anak
4. Hubungan antara Kakak dan Adik
5. Hubungan antara Kawan dan Sahabat
d. Delapan Kebajikan(Ba De):
1. Xiao - Laku Bakti
2. Ti - Rendah Hati
3. Zhong - Satya
4. Xin - Dapat Dipercaya
5. Li - Susila
6. Yi - Bijaksana
7. Lian - Suci Hati
8. Chi - Tahu Malu
e. Zhong Shu =Satya dan Tepa selira/Tahu Menimbang:
"Apa yang diri sendiri tiada inginkan, jangan dilakukan terhadap orang lain"
(Lunyu)

II. 3.4. Kitab Suci
Kitab sucinya ada 2 kelompok, yakni:
5 Kitab Suci Wu Jing (Kitab Suci yang Lima) yang terdiri atas:
1. Kitab Sanjak Suci Shi Jing
2. Kitab Dokumen Sejarah Shu Jing
3. Kitab Wahyu Perubahan Yi Jing
4. Kitab Suci Kesusilaan Li Jing
5. Kitab Chun-qiu Chunqiu Jing
Si Shu (Kitab Yang Empat) yang terdiri atas:
1. Kitab Ajaran Besar - Da Xue
2. Kitab Tengah Sempurna - Zhong Yong
3. Kitab Sabda Suci - Lun Yu
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4. Kitab Mengzi - Meng Zi
Selain itu masih ada satu kitab lagi: Xiao Jing (Kitab Bhakti).

II. 4. Taoisme
Taoisme (Tionghua: atau ) juga diejakan Daoisme, diprakarsai oleh
Laozi (;pinyin:Loz) sejak akhir Zaman Chunqiu. Taoisme merupakan ajaran
Laozi yang berasaskan Daode Jing (,pinyin:Dod Jng). Pengikut Laozi yang
terkenal adalah Zhuangzi () yang merupakan tokoh penulis kitab yang judul
Zhuangzi.

II. 4.1. Riwayat Hidup Laozi
Menurut kitab Shiji, (;pinyinShj), nama asli Laozi adalah Lier
(;pinyin:Lr), nama sapanya Boyang () dan nama almarhum kehormatannya
Dan (). Terdapat segolongan sarjana mengatakan Boyang dan Dan adalah nama
sopan beliau. Laozi (SM570~SM470), dilahirkan di provinsi Ku(), Chuguo (),
sekarang dikenali Provinsi Henan. Beliau merupakan ketua pustakawan Chuguo,
Dinasti Zhou, masa kejawatan, beliau banyak mendapat manfaat dengan membaca
kitab-kitab serta catatan-catatan historis, sehingga beliau mencapai keinsafan wawasan.
Kemasyhuran beliau luas tersebar sehingga kenalan Kong Hu Cu. Menurut
catatan Zhuangzi, Kong Hu Cu pernah berjumpa dengan Laozi untuk meminta ajar akan
kesopanan. Terdapat lukisan-lukisan berdasarkan kisah ini. Dengan ini, terdapat
persangkaan Kong Hu Cu adalah lebih muda kurang lebih 20 tahun daripada Laozi.
Menurut rujukan Zhuangzi, kali pertama Kong Hu Cu berjumpa dengan Laozi pada usia
17 kemudiannya pada usia 34, perjumpaan ketiga berada di Xiangyi () serta semasa
berusia 51 dan 66.
Pada waktu keruntuhan Dinasti Zhou, Laozi meletak jawatan dan
meninggalkan negerinya. Ketika beliau tiba di Kastam Hangu (), Guan Yixi
() meminta beliau meninggalkan filsafat dalam bentuk tulisan. Atas permintaan
Guan Yixi, Laozi meninggalkan dua karya yang berjudul De dan Dao (J udul pertama
adalah "De" dan kedua adalah "Dao" ) sebelum meninggalkan Chuguo. Kedua-dua kitab
digabungkan dan diperkenalan sebagai Daode J ing yang kepunyaan 5000 huruf
Tionghua dalam 81 bab.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Terdapat banyak legenda mengenai Laozi yang masih terlibat dalam argumen
orang ramai. Argumen dan Legenda yang berkenalan adalah seperti berikut:
Argumen dan Legenda
1. Laozi berada dalam perut ibundanya selama 82 tahun dan dilahirkan dalam keadaan
tua. Oleh itu digelarkan sebagai Laozi yang berarti Budak Tua.
2. Laozi berusia 200 tahun.
3. Perjumpaan Kong Hu Cu dengan Laozi .

II. 4.2. Ajaran Taoisme
Taoisme adalah berasalkan "Dao" () yang berarti tidak berbentuk, tidak
terlihat tetapi merupakan asas atau jalan atau cara kejadian kesemua benda hidup dan
benda-benda alam semesta dunia. Dao yang wujud dalam kesemua benda hidup dan
kebendaan adalah De (). Gabungan Dao dengan De diperkenalkan sebagai Taoisme
merupakan asasi alamiah. Taoisme bersifat tenang, tidak berbalah, bersifat lembut
seperti air, dan berabadi. Keabadian manusia adalah apabila seseorang mencapai
kesedaran Dao dan akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekan
Dao untuk mencapai kesedaran Dao dan juga mendewakan.
Taoisme juga memperkenalkan teori Yinyang (), dalam Daode Jing Bab
42:

"
Berarti: Dao melahirkan sesuatu, yang dilahirkan itu melahirkan Yin dan Yang, Yinyang
saling bertindak balas menghasilkan tenaga atau kuasa, dengan adalah tenaga ini, hasil
jutaan benda di dunia. Setiap benda dalam alam, samada hidup atau tidak, mengandungi
Yinyang yang saling bertindak untuk mencapai keseimbangan.
Yin dan Yang dengan saintifiknya diterjemahkan sebagai negatif dan positif.
Setiap benda adalah dualisme, terdapat positif mesti adanya negatif; tidak bernegatif
dan tidak berpositif jadinya kosong, tidak ada apa-apa. Bahkan magnet, magnet
kepunyaan positif dan negatif, kedua-dua sifat tidak bisa diasingkan; tanpa positif, tidak
wujudnya negatif, tidak jadinya magnet.
Lambang
Lambang Yinyang
Yinyang yang paling populer adalah Lambang Xiantian Taiji
() atau Yinying Yu () diperkenalkan oleh Lai Zhide (; tahun
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1525~1604). Sejarah kajian dan perkembangan Lambang Yinyang boleh dikatakan
sejak awal Dinasti Song sehingga abad ke-15. Antara yang populer adalah Chentuan
() dan Chou Dunyi (). Lambang asli adalah Lambang Wuji() oleh
Chentuan pada awal Dinasti Song, kemudiannya dimajukan oleh Chou Dunyi dan
memperkenalkan Lambang Taiji ().
Bidang-bidang yang dikembangkan berasakan Taoisme termasuk Taiji,
Qigong, bidang medis, kesehatan, ilmu kimia, muzik dan sebagainya. Salah satu
Kesatuan Taoisme Tiongkok kepunyaan kumpulan kitab-kitab hasil kajian Taoisme.
Kitab-kitab tersebut merangkumi ajaran asli Taoisme, peraturan Taoisme, Qigong serta
kajian-kajian medis, kesehatan, ilmu kimia, musik dan lain-lain.
Perkembangan berasaskan Taoisme

II. 5. Kepercayaan tradisional Tionghua
Kepercayaan tradisional Tionghoa ialah tradisi kepercayaan rakyat yang
dipercayai oleh kebanyakan bangsa Tionghoa dari suku Han. Kepercayaan ini tidak
mempunyai kitab suci resmi dan sering merupakan sinkretisme antara beberapa
kepercayaan atau filsafat antara lain Buddhisme, Konfusianisme dan Taoisme.
Kepercayaan tradisional Tionghoa ini juga mengutamakan lokalisme seperti dapat
dilihat pada penghormatan pada datuk di kalangan Tionghoa di Sumatera sebagai
pengaruh dari kebudayaan Melayu.
Secara umum, kepercayaan tradisional Tionghoa mementingkan ritual
penghormatan yaitu:
Penghormatan leluhur: Penghormatan kepada nenek moyang merupakan
intisari dalam kepercayaan tradisional Tionghoa. Ini dikarenakan pengaruh
ajaran Konfusianisme yang mengutamakan bakti kepada orang tua termasuk
leluhur jauh.
Penghormatan dewa-dewi: Dewa-dewi dalam kepercayaan tradisional
Tionghoa tak terhitung jumlahnya, ini tergantung kepada popularitas sang dewa
atau dewi. Mayoritas dewa atau dewi yang populer adalah dewa-dewi yang
merupakan tokoh sejarah, kemudian dikultuskan sepeninggal mereka karena jasa
yang besar bagi masyarakat Tionghoa di zaman mereka hidup.


Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
II. 6. Pendekatan Pemilihan Tapak dan Lokasi
II. 6.1. Kriteria Pemilihan Lokasi
Untuk memilih lokasi yang akan dijadikan tempat pelaksanaan pembangunan
proyek ini, maka penting terlebih dahulu dibuat kriteria-kriteria pemilihan lokasi.
Langkah ini ditempuh kemudian dievaluasi sehingga mendapatkan lokasi yang benar-
benar cocok untuk proyek ini.
Kriteria ini dibuat berdasarkan analisa tata ruang kota, analisa sasaran proyek,
analisa program aktifitas, analisa pencapaian, dan analisa penerapan tema.
Ada pun kriteria dalam pemilihan lokasi untuk proyek ini adalah:
Kesesuaian dengan RUTRK
Kota Medan sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi,
pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan,
dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-
satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini
adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya
Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.8. Gambar Peruntukan Lahan







Daerah WPP A
Merupakan Kawasan
Pelabuhan dan industri
Daerah WPP B
Merupakan kawasan perkantoran
dan perdagangan
Daerah WPP C
Merupakan kawasan
pemukiman dan
perdagangan
Daerah WPP D
Merupakan kawasan
perkantoran
Daerah WPP E
Merupakan kawasan
pemukiman dan
perdagangan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
WPP Cakupan
Kecamatan
Pusat
Pengembangan
Peruntukan Lahan Program
Pembangunan
A M. Belawan
M. Marelan
M. Labuhan
BELAWAN Pelabuhan, Industri,
Permukiman,
Rekreasi, Maritim
Jalan baru, jaringan
air minum, septic
tank, sarana
pendidikan dan
permukiman.
B M. Deli TJ. MULIA Perkantoran,
Perdagangan,
Rekreasi, Indoor,
Permukiman
Jalan baru, jaringan
air minum,
pembuangan sampah,
sarana pendidikan.
C M. Timur
M. Perjuangan
M. Tembung
M. Area
M. Denai
M. Amplas
AKSARA Permukiman,
Perdagangan,
Rekreasi
Sambungan air
minum, septic tank,
jalan baru, rumah
permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
D M. Johor
M. Baru
M. Kota
M. Maimoon
M Polonia
INTI KOTA CBD, Pusat
Pemerintahan,
Hutan Kota, Pusat
Pendidikan,
Perkantoran,
Rekreasi Indoor,
Permukiman
Perumahan
permanen,
pembuangan sampah,
sarana pendidikan.
E M. Barat
M. Helvetia
M. Petisah
M. Sunggal
M. Selayang
M. Tuntungan
SEI SEKAMBING Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi, Lapangan
Golf, Hutan Kota
Sambungan air
minum, septic tank,
jalan baru, rumah
permanen, sarana
pendidikan dan
kesehatan.
Tabel 2.1 Tabel Peruntukan Lahan
Berdasarkan pembagian wilayah pembangunan kotamadya Medan menurut
RUTRK tahun 2005, kriteria untuk site adalah berada di WPP A,B,E, yaitu lokasi site
berada di pinggiran perkotaan.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Proyek berkaitan dengan peribadatan sehingga lokasi perencanaan harus memiliki
tingkat ketenangan yang cukup tinggi, tidak berdekatan dengan pusat keramaian. Lokasi
perencanaan diharapkan jauh dari pemukiman penduduk
Pencapaian
Site harus dapat dicapai dengan mudah, baik bagi kendaraan maupun bagi pejalan kaki.
Site juga harus sudah memiliki jaringan jalan dengan kondisi yang baik, cukup lebar,
nyaman, dan dilalui oleh angkutan umum.
Area Pelayanan
Berdasarkan RUTRK tentang Konsep Pola Hierarki Fasilitas Pelayanan Kota adalah
antara 2-3 km.

II. 6.2. Alternatif Lokasi
Jl. Jamin Ginting, Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan
Alternatif A
Potensi site antara lain :
Berada di pinggiran kota
Pencapaian mudah
Daerah cukup tenang
Dekat dengan area sungai

Lokasi berada di Jl. Jamin Ginting, Pancur Batu
Alternatif B
Potensi site antara lain :
Berada di pinggiran perkotaan
Sudah tersedia jaringan jalan yang cukup baik
Suasana tenang
Jauh dari daerah pemukiman penduduk

Padang Golf International
Alternatif C
Lokasi berada di Jl. Jamin Ginting, Pancur Batu
Potensi site antara lain :
Berada di pinggiran perkotaan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Tersedia jaringan jalan yang cukup baik
Suasana tenang dan jauh dari sumber kebisingan
Jauh dari daerah pemukiman penduduk

II. 6.3. Penilaian Lokasi Tapak
Kriteria Alternatif A Alternatif B Alternatif C
Tingkatan jalan Jalur Primer
(5)
Jalur Sekunder
(3)
Jalur Primer
(5)
Pencapaian ke
Lokasi
Transportasi
mudah didapat
(5)
Transportasi
cukup mudah
didapat
(4)
Transportasi
cukup mudah
didapat
(4)
Jangkauan terhadap
struktur kota
Cukup jauh dari
Pemukiman
Penduduk
(4)
Jauh dari
Pemukiman
Penduduk
(5)
Jauh dari
Pemukiman
Penduduk
(5)
Fungsi Pendukung
Sekitar Lokasi
Terdapat sungai
di sekitar site
(5)
Terdapat sungai
kecil di sekitar
site
(4)
Tidak terdapat
sungai di sekitar
site
(2)
RUTRK
(Pengembangan
Perdagangan dan
Rekreasi)
Diperuntukkan
untuk
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi,
Lapangan Golf,
Hutan Kota
(5)
Diperuntukkan
untuk
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi,
Lapangan Golf,
Hutan Kota
(5)
Diperuntukkan
untuk
Permukiman,
Perkantoran,
Perdagangan,
Konservasi,
Rekreasi,
Lapangan Golf,
Hutan Kota
(5)
Fungsi Eksisting Restoran
Kenanga
(4)
Lahan Kosong
(5)
Lahan Kosong
(5)
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Kontur Berkontur
(5)
Berkontur
(5)
Berkontur
(5)
Ketenangan Tenang
(4)
Tenang
(4)
Sangat Tenang
(5)
Total Nilai 37 35 36
Peringkat 1 3 2
Tabel 2.2. Penilaian Pemilihan Lokasi
Keterangan :
5 : Baik Sekali 3 : Cukup 1 : Kurang Sekali
4 : Baik 2 : Kurang
Dari ketiga alternative lokasi yang ditawarkan, ketiganya memiliki potensi
yang memenuhi kriteria pemilihan lokasi proyek. Namun dari ketiga lokasi tersebut,
yang memiliki potensi adalah pada lokasi pertama. Jadi, lokasi yang dipilih untuk
proyek Oasis Bodhicitta Mandala Indonesia ini adalah Jl. Jamin Ginting, Kelurahan
Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan.















Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai