Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK AGAMA BUDDHA

ANGELICA
CELINE
FIONA
INDRA
SEJARAH LAHIRNYA AGAMA
BUDDHA
Kelahiran Siddharta “Buddha” Gautama

Siddharta Gautama lahir sekitar tahun 623 S.M di gana-sangha (persekutuan mandiri)
India Utara.
Ibu dari Siddharta meninggal 7 hari setelah melahirkannya sehingga Siddharta di rawat
oleh bibinya.
Saat Siddharta lahir,para peramal meramalkan bahwa Pangeran kelak akan menjadi
seorang Chakrawartin (Maharaja Dunia) atau akan menjadi seorang Buddha.
Mendengar ramalan tersebut Sri Baginda menjadi cemas, karena apabila Pangeran
menjadi Buddha,tidak ada yang akan bisa meneruskan tahtanya.
Oleh pertanyaan Raja, para pertapa itu menjelaskan agar Pangeran jangan sampai
melihat empat macam peristiwa. Bila tidak, ia akan menjadi pertapa dan kelak menjadi
Buddha. Empat macam peristiwa itu adalah:
1. Orang tua,
2. Orang sakit,
3. Orang mati,
4. Seorang pertapa.
Siddharta menikah dengan wanita bernama Gopadi usianya yang ke-16 tahun. Dari hasil pernikahan ini
ia memperoleh anak, yang ia namakan Rahula. Rahula memiliki arti belenggu, pemberian ini mencerminkan
kehidupannya yang terbelenggu layaknya terpenjara di istana.
Ketika Siddharta memasuki usia 29 tahun, ia beberapa kali berhasil keluar istana dan melihat kehidupan
luar istana.
Ia melihat seorang laki-laki tua yang lemah dan menyaksikan betapa usia tua menghancurkan ingatan,
keindahan, dan keperkasaan. Ia tidak pernah bertemu dengan orang tua sebelumnya.
1. Ia melihat orang cacat yang tersiksa kesakitan, ia merasa kaget melihat penderitaan sedemikian rupa. Ia
tidak pernah mengalami penderitaan seperti itu.
2. Ia melihat orang sedang menangis dalam duka dan prosesi pemakaman. Perasaannya sangat terganggu
oleh suasana penderitaan karena kematian. Ia tidak pernah melihat peristiwa kematian sebelumnya.
3. Ia melihat seorang suci sedang mengembara, dengan rasa puas dan gembira, berjalan berkeliling dengan
mangkok drema di tangannya. Ia tiba-tiba mengerti bahwa semua kesenangan hidup tidak berarti.
Empat pengalaman yang Siddharta lihat, semakin memperkuat keinginannya untuk mencari
pengetahuan akan kebenaran. Akhirnya pada tengah malam ia meninggalkan istana bersama
istrinya dan anaknya.
Dalam proses mencari kebenaran,Siddharta berguru pada banyak pendeta Hindu yang sedang
bertapa di hutan selama beberapa tahun, pertama ia berlatih meditasi, lalu hidup sangat miskin
bersama lima temannya. Akan tetapi segala pelajaran yang mereka berikan belum mampu
memuaskannya.

Siddharta kemudian pergi ke suatu tempat yang kemudian dikenal dengan nama Bodhgaya.
Di sana ia bermeditasi selama beberapa tahun untuk mencari ilham sejati yang dapat memberikan
tuntunan hidup. Ketika ia duduk menyendiri di bawah pohon bodhi untuk bermeditasi, saat itu
lah hal yang ia nantikan terjadi. Ia memperoleh pengetahuan tentang kebenaran yang sejati.
Siddharta Buddha Gautama memperoleh pencerahan
Tiga malam berikutnya ia pergi melalui tiga tahap pencerahan, melawan
godaan Mara, roh jahat. Pada malam pertama, seluruh kehidupan pertamanya
lewat di depan matanya. Malam kedua, ia melihat lingkaran kelahiran,
kehidupan, dan kematian beserta hukum yang menguasainya. Malam ketiga,
ia mengerti tentang “Empat Kebenaran Mulia”: keseluruhan penderitaan,
asal-usul penderitaan, penyembuhan penderitaan, dan jalan menemukan
penyembuhan itu.

Ia kemudian sadar bahwa semua manusia mengalami penderitaan, akar


penderitaan berasal dari keinginan kuat dan jika keinginan kuat itu berhenti,
maka penderitaan pun berhenti. Sejak peristiwa itu ia memakai gelar
Buddha, yang artinya telah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran
yang sejati.
Selanjutnya, Siddharta dipanggil sampai tiga kali oleh Dewa Tertinggi, Brahma, untuk membantu orang lain
menerima pencerahan. Panggilan untuk menyebarkan ajaran ini ia jalankan selama 44 tahun, dan pengikut
pertamanya adalah kelima temannya yang dulu hidup bersama dalam kemiskinan.
Setelah melakukan penyebaran ajaran Buddha selama 44 tahun, Siddharta Buddha
Gautama meninggal pada tahun 543 SM di Kusinagara. Tidak ada pengikutnya
yang dapat menggantikannya, karena kedudukan Buddha bukan kedudukan yang
dapat dicapai orang dalam waktu satu generasi saja.
Kepercaayaan dan Ajaran Agama Buddha
Empat kebenaran mulia atau Cattari Ariasacaani terdiri dari:

Dukha, artinya penderitaan, maksudnya bahwa hidup di dunia adalah penderitaan. Sepanjang hidupnya
manusia mengalami penderitaan, ajaran Buddha ditunjukan untuk membantu manusia mengerti makna
penderitaan dan mengatasinya.

Samudaya, artinya sebab penderitaan. Penyebab penderitaan adalah keinginan manusia yang kuat akan
hidup, kesenangan, dan harta.

Nirodha, artinya pemadaman. Pemadaman di sini maksudnya adalah menghilangkan penderitaan itu dengan
jalan menyingkirkan keinginan kuat.

Margha, jalan untuk menghilangkan keinginan kuat nafsu duniawi. Jalan yang dimaksudkan adalah jalan
tengah antara aksese dan hedonisme, satu-satunya jalan untuk menghilangkan keinginan kuat itu.
Reformasi yang diadakan oleh Buddha Gautama

Reformasi yang diadakan oleh Buddha Gautama antara lain:

1. Meniadakan sistem kasta menurut agama Hindu.


2. Meniadakan penyembahan kepada banyak dewa.
3. Memberikan pengertian baru kepada hukum karma dan samsara/reinkarnasi.
Aliran-Aliran Agama Buddha
Buddha Theravada atau Hinayana merupakan aliran ortodoks dalam agama Buddha, yaitu aliran
yang mempertahankan keaslian ajaran agama Buddha. Aliran ini dapat ditemuai di Sri Lankka,
Myanmar, Thailand, dan beberapa tempat di Asia Tenggara. Theravada artinya jalan bagi kaum tua-
tua, sementara Hinayana berarti kendaraan kecil. Ajarannya didasarkan pada kitab yang disebut Pali
Canon, yang dipercayai pemeluk sekte ini sebagai catatan paling akurat tetang apa yang dikatakan
dan dilakukan oleh Buddha.
Dalam sekte Theravada terdapat dua golongan umat. Golongan pertama adalah para rahib
Buddha, atau biasa yang disebut biksu. Mereka bergantung pada kaum awam Buddha untuk
makanan dan pakaian mereka. Para biksu bebas dari tugas rumah tangga sehingga mereka
mempunyai kesempatan yang baik untuk mencapai nirvana. Di antara para biksu itu, para rahib
hutan lah yang paling dekat pada pencerahan karena meditasi mereka yang sangat ketat.
Sementara golongan kedua adalah pemilik rumah tangga. Golongan ini akan menerima
kemurahan kelahiran kembali pada masa yang akan datang dengan cara memberikan makanan,
pakaian, dan uang kepada para rahib.
Buddha Mahayana
Mahayana yang artinya kendaraan besar adalah aliran yang mengadakan pembaharuan terhadap
ajaran Buddha yang asli. Penganut aliran ini banyak dijumpai di negara-negara India, Nepal,
Tibet, Mongolia, Tiongkok, Korea, Jepang, dan India. Tokoh terkemuka yang dianggap sebagai
reformer oleh penganut aliran ini adalah Acvagosha. Ciri khas dari aliran ini adalah adanya
upacara penyembahan kepada Tuhan dalam agama Buddha.
Dalam konsepsi ketuhanan aliran Mahayana masih tampak adanya pengaruh dari aliran Bhakti
dan Tantra. Yaitu aliran yang merupakan perpaduan sinkretis dari berbagai macam kepercayaan,
termasuk kepercayaan primitif di India.

Menurut Teologi Mahayana, yang disebut Buddha itu bukan hanya Buddha Gautama saja,
melainkan terdapat 4 orang lagi yang disebut Buddha sebagai guru dunia, yaitu: Kakusandha,
Konagammana, dan Kassapa yang telah datang sebelum Buddha Gautama, dan setelah Buddha
Gautama kelak akan datang seorang lagi manusia Buddha yang bernama Maitreya.
Kitab Suci Agama Buddha
Kitab Suci Theravada
Selama berabad-abad ajaran Buddha pada awal masa lalu tetap dijaga keberadaaanya dan
dituturkan kembali kapada umat Buddha oleh Sangha (komunitas para rahib yang didirikan
Buddha). Pada abad pertama SM, ajaran ini ditulis dalam bahasa Pali di atas manuskrip daun
lontar di Sri Langka.
Buddha sendiri berbahasa dengan
menggunakan dialek Pali. Kitab suci ini
kemudian dikenal dengan nama Pali Canon.
Kitab suci ini pada perkembangannya dibagi
menjadi tiga bagian yang dikenal dengn
Tripitaka (tiga bakul).

Pali Canon
Vinaya Pitaka, berbicara mengenai
Sutta Pitaka, terdiri dari bermacam-macam ceramah yang diberikan
oleh Buddha.
Abhimdhamma Pitaka, berisi analisis ajaran Buddha.
Kitab Suci Mahayana
Kitab Suci Mahayana pada awalnya ditulis dalam bahasa Sanskerta (bahasa India
pertama). Kebanyakan isinya dapat dijumpai dalam Pali Canon tetapi dengan
penambahan kitab-kitab lainnya. Ada pun kitab-kitab tambahan ini dipercayai
sebagai “sabda Buddha”. Salah satu yang paling terkenal adalah Vimalakirti Sutra,
yang berisi tentang seseorang yang berumah tangga tetapi hidupnya lebih suci
daripada semua Boddhisatwa.
Ibadah Agama Buddha
Vihara Sebagai Pusat Ibadat Umat Buddha
Vihara merupakan tempat untuk kegiatan spiritual di samping sebagai tempat
belajar. Di tempat ini para rahib Buddha menjalani hidup berdevosi dan
bermeditasi. Mereka mengajarkan Dharma “hukum universal”, yaitu ajaran-ajaran
Buddha kepada manusia dan berusaha mendapatkan kebutuhan spiritual mereka.
Para rahib juga dibutuhkan oleh umat untuk berbagai upacara yang menyangkut
kehidupan antara lain, upacara kelahiran, upacara perkawinan, dan kematian.
Rahib Buddha hidup sesuai dengan pedoman yang terdapat dalam Pali Canon.
Mereka juga juga mematuhi lima aturan tambahan khusus untuk para rahib, yakni:
1. Tidak diperkenankan bergabung dengan berbagai bentuk hiburan, termasuk
menyanyi dan menari.
2. Mereka tidak diperkenankan tidur di atas tempat tidur yang mewah.
3. Mereka tidak diperkenankan makan di luar jam makan biara.
4. Mereka tidak diperkenankan menggunakan wewangian.
5. Mereka tidak diperkenankan menerima pemberian berupa emas dan perak.
Bentuk Ibadah
Tubuh, bahasa, dan pikiran merupakan unsur integral dalam ibadah umat
Buddha maka meditasi yang hening, ajaran, pemberian persembahan, dan
puji-pujian dilakukan. Sebelum memasuki ruang pemujaan yang terdapat
patung Buddha di dalmnya, para peserta ibadah menanggalkan alas kaki
mereka. Lalu mereka mengatur tanggannya sebelum bersujud dengan posisi
berlutut (untuk aliran Theravada), sementara untuk Mahayana dalam posisi
berdiri.

Terdapat empat persembahan pokok yang dapat dipersembahkan selama


proses ibadah, yaitu:
1. Persembahan bunga sebagai peringatan akan kehidupan yang tidak kekal.
2. Persembahan lilin untuk mengusir kegelapan.
3. Persembahan dupa sebagai peringatan akan keabadian harumnya ajaran
Buddha
4. Persembahan air melambangkan kesucian
Buddha Mahayana mempersembahkan tujuh macam persembahan kepada Buddha,
yang sering dilambangkan oleh tujuh mangkok air yang dapat digunakan untuk
minum, mandi, atau membasuh kaki.

Setelah persembahan dilakukan di tiga tempat perlindungan (Buddha, Dharma, dan


Sangha) dan lima aturan didaraskan. Selanjutnya beberapa mantra diucapkan lalu
dilanjutkan prosesi meditasi, biasanya juga ada pengajaran sebelum ibadah selesai.
Hari Raya Agama Buddha
Hari raya agama Buddha antara lain :
a. Hari raya Waisak
b. Hari raya Asadha
c. Hari raya Kathina
d. Hari raya magha Puja
A. HARI RAYA WAISAK
Diantara empat hari raya tersebut yang lebih dikenal pada umumnya adalah hari raya Waisak
Selain merupakan hari libur nasional, hari raya Waisak juga dirayakan oleh umat Buddha
diseluruh dunia. Hari Raya Waisak jatuh pada purnama di bulan Mei atau Juni

Hari raya Waisak juga dirayakan di Vihara, Cetiya, Arama, Mahavihara, Candi, dan tempat
lainnya Hari raya Waisak memperingati tiga peristiwa yang sangat penting.
Tiga peristiwa tersebut terdiri dari :
1. Pangeran Siddharta lahir pada tahun 623 SM di Taman Lumbini.
2. Pertapa Siddharta Gotama menjadi Buddha pada tahun 588 SM di Hutan Gaya.
3. Sang Buddha Parinibana atau wafat pada tahun 543 SM di Kusinara.

B. HARI RAYA ASADHA


• Hari raya Asadha adalah hari Dharma. Hari raya Asadha biasanya jatuh pada bulan Juli atau
Agustus. adapun peristiwa atau kejadian penting yang perlu diperingati di bulan Asadha
diantaranya:
• 1. Buddha mengajarakan Dhamma pertama kali
• 2. Dhamma diajarkan kepada lima (5) orang pertapa yaitu Assaji, Mahanama, Kondanna,
Bhadiya, dan Vappa.
• 3. Persaudaraan para Bhikkhu (Ariya Sangha)

• Buddha mengajarkan Dharma dengan penuh cinta kasih. Buddha mengajarkan, bagaimana
caranya agar semua orang dapat hidup bahagia. Hidup sesuai ajaran Buddha akan membawa
kebahagiaan dan kedaimaan bagi diri kita dan semua makhluk hidup
C. HARI RAYA KATHINA
Hari Kathina dikenal sebagai hari Sangha. Sangha adalah persaudaraaan
para bhikkhu dan bhikkhuni. Sangha bhikkhu dan bhikkhuni adalah para
siswa Buddha yang telah meninggalkan kehidupan berkeluarga. Sangha
bhikkhu dan bhikkhuni tinggal di Vihara. Sebelum hari kathina tiba para
bhikkhu menjalani masa vassa. Saaat masa vasa para bhikkhu tinggal di
vihara tertentu selama tiga bulan untuk belajar dharma dan bermeditasi

Hari raya kathina jatuh pada bulan Oktober. Pada hari raya kathina umat
Buddha berkesempatan memberi dana kepada Sangha. Dana yang diberikan berupa :
Jubah, obat-obatan, makanan, tempat tinggal (Kuti). Dalam memberi kita harus tulus.
Memberi pada hari raya Kathina adalah perbuatan bajik yang besar. Dengan melatih
untuk member atau berdana sama dengan melatih kemoralan hati kita. Tujuan
berdana adalah untuk melatih pelepasan dan mengikis kemelekatan.
D. HARI RAYA MAGHA PUJA

Hari Magha memperingati berkumpulnya para bhikkhu di vihara Veluana Arama

Hari Magha jatuh pada bulan Februari atau Maret


Kejadian penting pada hari Magha adalah :
1. Berkumpulnya 1250 bhikkhu dan semuanya Arahat.
2. Para Bhikkhu semuanya datang tanpa diundang.
3. Para Bhikkhu semuanya memiliki kekuatan gaib dan kesucian.
4. Semua Bhikkhu yang hadir ditahbiskan oleh Buddha sendiri dengan mengucapkan Ehi-Bhikhu.

Tiga hal penting yang harus kita ingat dari makna merayakan hari magha, diantaranya:
a. Kita harus berhenti berbuat jahat
b. Kita harus berusaha selalu berbuat baik
c. Kita juga harus selalu berpikir benar
Mohon dimengerti, jangan banyak
bertanya dan semoga semua makhluk
hidup berbahagia
Sekian Dan Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai